OLEH :
17.321.2697
A11-A
2019
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang diabsorbsinya. Patah tulang terbuka atau disebut juga
opened fracture adalah keadaan patah tulang yang terjadi dengan adanya
hubungan antara jaringan tulang yang patah tersebut dengan lingkungan
eksternal dari kulit. Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya
kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang
atau osteoporosis (Arif. M, Asuhan keperawatan klien gangguan sistem
musculoskeletal, hal 203). Fraktur tertutup adalah bila tidak ada
hubungan patah tulang dengan dunia luar.Fraktur terbuka adalah fragmen
tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi
infeksi (Sjamsuhidajat, 1999). Definisi fraktur intertrochanter femur
adalah terputusnya kontinuitas tulang pada area di antara trochanter
mayor dan trochanter minor yang bersifat ekstrakapsular (Apley, 1995).
2. Etiologi/Penyebab
a) Trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan otot yang tiba-tiba
dan berlebihan.
- Trauma langsung: dapat berupa pemukulan, penghancuran,
penekukan, pemuntiran, atau penarikan, benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur pada tempat tersebut. Bila terkena
kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena;
jaringan lunak juga pasti rusak
- Trauma tidak langsung : Bila terkena kekuatan tak langsung,
tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat
yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat
fraktur mungkin tidak ada.
b) Kompresi
Retak dapat terjadi pada tulang, sama halnya seperti pada logam dan
benda lain, akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering
ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada atlet,
penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
- Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian
dapat mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakang.
- Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat
sehingga dapa menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan
tetani).
c) Patologik
Fraktur dapat terjadi karena tekanan yang normal apabila tulang itu
lemah (misalnya oleh tumor) atau apabila tulang itu sangat rapuh
(misalnya pada penyakit paget). Proses penyakit: kanker dan riketsia.
d) Secara spontan, dimana disebabkan oleh stress atau tegangan atau
tekanan pada tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio
dan orang yang bertugas di bidang kemiliteran.
Fraktur
Hemiartoplasty bipolar
Puasa
Terputusnya Pemasangan
GA Efek anestesi
kontiunitas drain
R. jaringan
Ketidakseimbangan
Nyeri R.
volume cairan Otak Paru-paru
Imobilisasi Jantung akut Perdarahan
Hambatan
mobilitas fisik Kesadaran
Penurunan
Kelemahan tubuh
curah
R. cidera jantung
Defisit
perawatan diri Ketidakefektifan
bersihan jalan
R. Cidera nafas
Insisi
Post de entri
Hipotermi
Resiko
Infeksi
4. Klasifikasi
Ada 2 tipe fraktur femur, yaitu :
a) Fraktur intrakapsuler
- Terjadi didalam tulang sendi, panggul dan kapsula
- Melalui kepala femur
- Hanya dibawah kepala femur
- Melalui leher dari femur
b) Fraktur ekstrakapsuler
- Terjadi diluar sendi dan kapsul, melalui trochanter femur yang
lebih besar atau yang lebih kecil atau pada daerah intertrochanter.
- Terjadi dibagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2
inci dibawah trochanter kecil.
5. Manifestasi Klinis
a) Nyeri hebat di tempat fraktur
b) Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
c) Rotasi luar dari kaki lebih pendek
d) Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah,
bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
6. Komplikasi
a) Komplikasi awal
- Shock Hipovolemik/traumatic
Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) → perdarahan &
kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak → shock
hipovolemi, Lepuh dan luka akibat gips
- Emboli lemak, Cedera saraf, Cedera visceral
- Tromboemboli vena
Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest,
Otot dan tendon robek
- Infeksi
Fraktur terbuka: tulang kontaminasi infeksi sehingga perlu
monitor tanda infeksi dan terapi antibiotik.
Sendi : Hemartrosis dan infeksi, Cedera ligament, Algodistrofi
- Cedera vaskular (termasuk sindroma kompartemen)
b) Komplikasi lambat
- Tulang
1) Nekrosis avaskular : Karena suplai darah menurun sehingga
menurunkan fungsi tulang
2) Delayed union : Proses penyembuhan fraktur sangat lambat
dari yang diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini
berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian
fragmen tulang.
3) Non union : Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi
pengobatan. Hal ini disebabkan oleh fibrous union atau
pseudoarthrosis.
4) Mal-union : Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak
memuaskan (ada perubahan bentuk)
- Jaringan lunak
1) Ulkus dekubitus
2) Miositis osifikans
3) Tendinitis dan rupture tendon • Tekanan dan terjepitnya saraf
4) Kontraktur volkmann
- Sendi
1) Ketidakstabilan
2) Kekakuan
3) Algodistrofi
7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Alkalin fosfat
2) Kalsium serum dan fosfor serum
3) Enzim otot seperti kreatinin kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-
5), Asparat Amino Transferase (AST)
b) Pemeriksaan Radiologi
1) Sinar rontgen (X-ray)
Pemeriksaan standar untuk trauma pada lutut adalah foto X-ray
dengan posisi anteroposterior (AP), lateral, dan dua oblik. Foto X-
ray digunakan untuk mengidentifikasi garis fraktur dan pergeseran
yang terjadi tetapi tingkat kominusi atau depresi dataran mungkin
tidak terlihat jelas. Foto tekanan (dibawah anestesi) kadang-
kadang bermanfaat untuk menilai tingkat ketidakstabilan sendi.
Bila kondilus lateral remuk, ligamen medial utuh, tetapi bila
kondilus medial remuk, ligamen lateral biasanya robek.
2) CT Scan
CT-Scan digunakan untuk mengidentifikasi adanya pergeseran
dari fraktur tibia plateau. CT-Scan potongan sagital meningkatkan
akurasi diagnosis dari fraktur tibia plateau dan diindikasikan pada
kasus dengan depresi artikular.
4) Elektromiografi
Terdapat kerusakan kondukasi saraf yang diakibatkan fraktur.
5) Arthroscopi
Didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma
yang berlebihan.
6) Indium imaging
Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi.
c) Pemeriksaan lainnya
1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan tes sensitivitas
2) Biopsy tulang dan otot diindikasikan bila terjadi infeksi
8. Penatalaksanaan
Menurut Price, Sylvia Anderson, alih bahasa Peter Anugerah,
(1994:1187), empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada
waktu menangani fraktur :
a) Rekognisi, menangani diagnosis pada tempat kejadian kecelakaan dan
kemudian dibawa ke rumah sakit.
b) Reduksi, reposisi fragmen-fragmen fraktur semirip mungkin dengan
keadaan letak normal, usaha-usaha tindakan manipulasi fragmen-
fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti
letak asalnya.
c) Retensi, menyatakan metoda-metoda yang dilaksanakan untuk
menahan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan.
d) Rehabilitasi, dimulai segera setelah dan sesudah dilakukan bersamaan
pengobatan fraktur, untuk menghindari atropi otot dan kontraktur
sendi.
Keuntungan:
a. Reduksi akurat
b. Stabilitas reduksi tinggi
c. Pemeriksaan struktur neurovaskuler
d. Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal
e. Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah
menjadi lebih cepat f. Rawat inap lebih singkat
f. Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal
Kerugian :
- Eksternal fiksasi
Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal,
biasanya pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama Post
eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips. Setelah reduksi,
dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang Lubang
kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya.
Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:
a. Observasi letak pen dan area
b. Observasi kemerahan, basah dan rembes
c. Observasi status neurovaskuler distal fraktur
d. Fiksasi eksternal Fiksasi Internal Pembidaian
b) Analisa Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian dikelompokkan berdasarkan
masalahnya kemudian dianalisa dengan menggunakan tabel yang
terdiri dari nomer, data yang terdiri dari data subjektif dan objektif,
etiologi dan masalah, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
berupa masalah keperawatan yang nantinya akan menjadi diagnosa
keperawatan.
Pre operatif
1. Risiko kekurangan volume cairan d.d adanya faktor risiko puasa
sebelum pembedahan
2. Ansietas b.d ketakutan keberhasilan dan keselamatan pembedahan
3. Risiko ciddera b.d kelemahan tubuh
4. Hambatan mobilitas fisik b.d terputusnya kontinuitas jaringan
5. Defisit perawatan diri b.d kelemahan tubuh
Intra operatif
Post operatif
Post operatif
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi sesuai intervensi yang dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk mengakhiri rencana tindakan
keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan dan
meneruskan rencana keperawatan. Evaluasi terdiri dari evaluasi proses
(formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi formatif adalah evaluasi
yang dilakukan setiap selesai tindakan, berorientasi pada etiologi dan
dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah ditentukan
berhasil. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna, berorientasi pada masalah keperawatan,
menjelaskan keberhasikan/ketidak berhasilan, rekaputasi dan kesimpulan
status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Black and Hawks. (2005). Medical surgical nursing: clinical management for
positive outcomes. 7th edition. United States: Elsevier
Buku ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal, Hal 203-
222. Tahun 2009
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta:EGC
Evans, P.J., B.J McGrory. (2001). Fracture of The Proximal Femur. ME:
Orthopaedic Associates of Portland.
Mansjoer, Arif (et. al). (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (edisi 3).Jakarta :
Media Aesculapius.
Muttaqim, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta.EGC
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 vol 1.
Jakarta: EGC.
Sjamjuhidajat, R., & Jong, W.D. (2004). Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.