Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Klinik Kegawat Daruratan Anestesi
Disusun Oleh :
KOKO SENOAJI
NIM : P07120721013
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik
yang bersifat total maupun sebagian.
Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah rusaknya
kontinuitas tulang pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi
tulang atau osteoporosis. (Arif Muttaqin, 2008)
2. Etiologi
Penyebab fraktur femur antara lain:
a. Fraktur femur terbuka Disebabkan oleh trauma langsung pad
paha
b. Fraktur femur tertutup Disebabkan oleh trauma langsung atau
kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan
tumor atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur
patologis. (Arif Muttaqin, 2011)
3. Tanda dan Gejala
a. Nyeri
Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai alamiah yang dirncang untuk meminimalkan
gerakan antar fragmen tulang.
b. Gerakan luar biasa
Bagian –bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak
secara tidak alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya.
c. Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang
melekat di atas dan dibawah tempat fraktur.
d. Krepitus tulang (derik tulang)
Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna tulang
Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini
terjadi setelah beberapa jam atau hari. (Brunner Suddarth, 2001)
4. Pemeriksaan Diagnostik/Pemeriksaan Penunjang
Terkait Pemeriksaan berdasar jenis fraktur femur:
a. Fraktur leher femur
Pemeriksaan radiologis dapat mengetahui jenis fraktur dan jenis
pengobatan yang dapat diberikan.
b. Fraktur subtrokanter
c. Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur yang terjadi
di bawah trokanter minor. Garis fraktur dapat bersifat
transversal, oblik atau spiral dan sering bersifat kominutif.
Fragmen proksimal dalam posisi fleksi, sedangkan fragmen
distal dlam posisi adksi bergeser ke proksimal.
d. Fraktur diafisis femur
Klien mengalami pembengkakan dan deformitas pada tungkai
atas berupa rotasi eksterna dan pemendekan tungkai. Klien
mungkin datang dengan keadaan syok.
e. Fraktur suprakondilar femur
Adanya pembengkakan dan deformitas terdapat krepitasi. (Arif
Muttaqin, 2008
5. Penatalaksanaan Medis
a. Fraktur Femur Terbuka
Menurut Apley (1995), fraktur femur terbuka harus dinilai
dengan cermt untuk mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit,
kontaminasi luka, iskemia otot, cedera pada pembuluh darah dan
saraf. Intervensi tersebut meliputi:
1) Profilaksis antibiotik
2) Debridemen
Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan
sedikit mungkin penundaan. Jika terdapat kematian
jaringan yang mati dieklsisi dengan hati-hati. Luka akibat
penetrasi fragmen luka yang tajam juga perlu dibersihkan
dan dieksisi, terapi yang cukup dengan debridemen
terbatas saja.
3) Stabilisasi Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau
eksterna.
4) Penundaan tertutup
5) Penundaan rehabilitasi
b. Fraktur Femur Tertutup
Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif
dalam melakukan asuhan keperawatan. Denagn mengenal
tindakan medis, perawat dapat mengenal impliksi pada setiap
tindakan medis yang dilakukan.
1) Fraktur trokanter dan sub trokanter femur, meliputi:
a) Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang
dilanjutkan dengan gips pinggul selama 7 minggu
merupakn alternaltif pelaksanaan pada klien usia
muda.
b) Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan
pengobatan pilihan dengan memergunakan plate dan
screw.
2) Fraktur diafisis femur, meliputi:
a) Terapi konserfativ
b) Traksi kulit merupakan pengobatan sementara
sebelum dilakukan terapi definitif untuk mengurangi
spasme otot.
c) Traksi tulang berimbang denmgan bagian pearson
pada sendi lutut. Indikasi traksi utama adalah
faraktur yang bersifat kominutif dan segmental.
d) Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah
union fraktur secara klinis
3) Terapi Operasi
a) Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal
diafisis atau distal femur 12
b) Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik
dengan operasi tertutup maupun terbuka. Indikasi K
nail, AO nail terutama adalah farktur diafisis.
c) Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental,
fraktur kominutif, infected pseudoarthrosis atau
fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak
yang hebat.
4) Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
a) Traklsi berimbang dengan menggunakan bidai
Thomas dan penahan lutut Pearson, cast bracing,
dan spika panggul.
b) Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak
dapat direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan
dengan mempergunakan nail-phorc dare screw
dengan berbagai tipe yang tersedia. (Arif Muttaqin,
2011)
C. Web of caution (WOC) Kelemahan Tulang
Kompresi Abnormal
Trauma
Fraktur Femur
Masalah kesehatan intra anestesi
Terputusnya
Masalah kesehatan pra anestesi
Tindakan Pembedahan ORIF continuitas
Agen Anestesi
Blockade Simpatis
Efek SAB Ekstremitas
Pelepasan mediator bawah tidak dapat di High Block
prostaglandin Vasodilatasi perifer gerakkan
2. Jenis Anestesi
a.General Anestesi
Anestesi umum melibatkan hilangnya kesadaran secara
penuh. Anestesi umum dapat diberikan kepada pasien dengan
injeksi intravena atau melalui inhalasi. (Royal College of
Physicians (UK), 2011)
Anestesi umum meliputi:
1) Induksi inhalasi, rumatan anestesi dengan anestetika
inhalasi (VIMA=Volatile Induction and Maintenance of
Anesthesia)
2) Induksi intravena, rumatan anestesi dengan anestetika
intravena (TIVA=Total Intravenous Anesthesia)
Anestesi umum merupakan suatu cara menghilangkan
seluruh sensasi dan kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah
manipulasi anggota tubuh. Pembedahan yang menggunakan
anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan
manipulasi jaringan yang luas.
b. Regional Anestesi
1) Pengertian Anestesi Spinal
Anestesi spinal adalah injeksi agen anestesi ke
dalam ruang intratekal, secara langsung ke dalam cairan
serebrospinalis sekitar region lumbal di bawah level L1/2
dimana medulla spinalis berakhir. (Keat, dkk, 2013)
Spinal anestesi merupakan anestesia yang dilakukan
pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk
meniadakan proses konduktifitas pada ujung atau serabut
saraf sensori di bagian tubuh tertentu. (Rochimah, dkk,
2011)
2) Tujuan Anestesi Spinal
Menurut Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010 anestesi
spinal dapat digunakan untuk prosedur pembedahan,
persalinan, penanganan nyeri akut maupun kronik.
3) Kontraindikasi Anestesi Spinal
Menurut Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010 anestesi
regional yang luas seperti spinal anestesi tidak boleh
diberikan pada kondisi hipovolemia yang belum terkontrol
karena dapat mengakibatkan hipotensi berat.
4) Komplikasi yang dapat terjadi pada spinal anestesi menurut
Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010, ialah :
a) Hipotensi terutama jika pasien tidak prahidrasi yang
cukup;
b) Blokade saraf spinal tinggi, berupa lumpuhnya
pernapasan dan memerlukan bantuan napas dan
jalan napas segera;
c) Sakit kepala pasca pungsi spinal, sakit kepala ini
bergantung pada besarnya diameter dan bentuk
jarum spinal yang digunakan.
5) Jenis – Jenis Obat Spinal Anestesi
Lidokain, Bupivakain, dan tetrakain adalah agen anestesi
lokal yang utama digunakan untuk blockade spinal.
Lidokain efektif untuk 1 jam, dan bupivacaine serta
tetrakain efektif untuk 2 jam sampai 4 jam (Reeder, S.,
2011).
3. Teknik Anestesi
Sebelum memilih teknik anestesi yang digunakan, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya keselamatan pasien,
kenyamanan pasien serta kemampuan operator di dalam melakukan
operasi pada penggunaan anestesi tersebut. Terdapat dua kategori
umum anestesi diantaranya Generał Anesthesia (GA) dan Regional
Anesthesia (RA) dimana pada RA termasuk dua teknik yakni teknik
spinal dan teknik epidural. Teknik anestesi dengan GA biasanya
digunakan untuk operasi yang emergensi dimana tindakan tersebut
memerlukan anestesi segera dan secepat mungkin. Teknik anestesi GA
juga diperlukan apabila terdapat kontraindikasi pada teknik anestesi
RA, misalnya terdapat peningkatan pada tekanan intrakranial dan
adanya penyebaran infeksi di sekitar vertebra.
Terdapat beberapa resiko dari GA yang dapat dihindari dengan
menggunakan teknik RA, oleh karena itu lebih disarankan penggunaan
teknik anestesi RA apabila waktu bukan merupakan suatu prioritas.
Penggunaan RA spinal lebih disarankan untuk digunakan
dibandingkan dengan teknik GA pada sebagian kasus Apendisitis.
Salah satu alasan utama pemilihan teknik anestesi RA dibandingkan
dengan GA adalah adanya resiko gagalnya intubasi trakea serta
aspirasi dari isi lambung pada teknik anestesi GA.
4. Rumatan Anestesi
a. Regional Anestesi
1) Oksigen nasal 2 Liter/menit;
2) Obat Analgetik;
3) Obat Hipnotik Sedatif;
4) Obat Antiemetik;
5) Obat Vasokonstriktor.
b. General Anestesi
1) Induksi inhalasi, rumatan anestesi dengan anestetika
inhalasi (VIMA=Volatile Induction and Maintenance of
Anesthesia);
2) Induksi intravena, rumatan anestesi dengan anestetika
intravena (TIVA=Total Intravenous Anesthesia);
3) Obat Pelumpuh Otot;
4) Obat Analgetik;
5) Obat Hipnotik Sedatif;
6) Obat Antiemetik.
5. Resiko
Menurut Latief (2002), beberapa risiko yang mungkin terjadi pada
pasien dengan anestesi spinal adalah :
a. Reaksi alergi;
b. Sakit kepala yang parah (PDPH);
c. Hipotensi berat akibat blok simpatis, terjadi ‘venous pooling’;
d. Bradikardi akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat
kendali napas;
e. Trauma pembuluh darah;
f. Mual muntah;
g. Blok spinal tinggi atau spinal total.
C. TINJAUAN TEORI ASKAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data tentang penderita agar dapat
mengidentifikasi kebebutuhan serta masalahnya. Pengkajian meliputi :
a. Data Subjektif
1) Pasien mengeluh nyeri hebat pada bagian paha
2) Pasien mengatakan takut di operasi
3) Pasien merasa tidak dapat rileks
4) Pasien mengatakan belum pernah menjalani operasi
5) Pasien mengatakan kedinginan
6) Pasien merasa badan lemas
7) Pasien mengatakan kaki sulit digerakkan
b. Data obyektif
1) Skala nyeri sedang sampai berat
2) Wajah pasien tampak grimace
3) Mukosa bibir kering dan pucat
4) Akral teraba dingin
5) CRT >3 detik
6) Tekanan darah pasien dibawah batas normal
7) Denyut nadi lemah dan tidak teratur
8) Pasien tampak lemah
o
9) Suhu tubuh >38,5 C
10) Bromage score >1
2. Masalah Kesehatan
Anestesi Pre Anestesi :
a. Nyeri akut
b. Hambatan Mobilitas
Intra Anestesi :
a. RK Disfungsi Respirasi
b. RK Disfungsi Kardiovaskular
c. RK Syok Hipovolemik
Post Anestesi :
a. RK termoregulasi hipotermi
b. RK Cedera
3. Perencanaan Intervensi
Pre Anestesi :
a. Nyeri akut
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi
diharapkan nyeri hilang atau terkontrol, klien tampak
rileks.
2) Kriteria hasil :
a) Pasien mangatakan nyeri berkurang atau hilang
b) Pasien mampu istirahat atau tidur
c) Ekspresi wajah nyaman atau tenang
d) TTV dalam batas normal (TD : 100-120/70-80
mmHg, N : 60-100 x/mnt R : 16-24 x/mnt, S : 36,5-
o
37,5 C)
3) Rencana tinadakan:
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Identifikasi derajat, lokasi, durasi, frekwensi dan
karakteristik nyeri
c) Lakukan Teknik komunikasi terapeutik
d) Ajarkan Teknik relaksasi
e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetic
a) Urine output 1-2 cc/KgBB/jam
b) Hasil lab elektrolit darah normal
d.Hambatan Mobilitas
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien mampu melakukan aktifitas fisik sesuai. dengan
kemampuannya.
2) Kriteria hasil :
a) Mampu melakukan perpindahan
b) Meminta bantuan untuk aktifitas mobilisasi.
c) Tidak terjadi kontraktur
3) Rencana tindakan :
a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap
peningkatan kerusakan
b. Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal setiap 2 jam.
c. Ajarkan klien untuk melakukan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit.
d. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
Intra Anestesi :
a. RK Disfungsi Respirasi
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan anestesi
diharapkan tidak terjadi disfungsi respirasi
2) Kriteria hasil :
a) Tidak terjadinya high spinal
b) Pasien dapat bernafas dengan relaks
c) RR normal : 16-20 x/menit
d) SaO2 normal : 95–100 %
3) Rencana tindakan :
a) Monitoring Vital sign
b) Monitoring saturasi oksigen pasien
c) Atur posisi pasien
d) Berikan oksigen
e) Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam
pemasangan alat ventilasi mekanik (k/p)
b. RK Disfungsi Kardiovaskular
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan anestesi
diharapkan tidak terjadi disfungsi kardiovaskular
2) Kriteria hasil :
a) Tanda – tanda vital dalam batas normal TD: 110 –
120 / 70 – 80 mmhg Nadi : 60 – 100 x/menit Suhu :
36-37°C RR : 16 – 20 x/menit
b) CM=CK
c) Tidak terjadi edema/asites
d) Tidak terjadi cyanosis
e) Tidak ada edema paru
3) Rencana tindakan :
a) Observasi TTV
b) Observasi kesadaran
c) Monitoring cairan masuk dan cairan keluar
d) Monitoring efek obat anestesi
e) Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam tindakan
perioperatif maintenance cairan intravena dan
vasopresor
c. RK Syok Hipovolemik
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan anestesi
diharapkan tidak terjadinya Syok Hipovolemik
2. Kreteria Hasil
a) Tanda – tanda vital dalam batas normal TD: 110 –
120 / 70 – 80 mmhg Nadi : 60 – 100 x/menit Suhu :
36-37°C RR : 16 – 20 x/menit
b) Saturasi oksigen >95%
c) Output urine dalam batas normal
d) Tidak terjadi cyanosis
e) Tidak terjadi distensi vena
2) Rencana tindakan :
a) Monitor nilai laboratorium sebagai bukti terjadinya
perfusi jaringan yang inadekuat
b) Monitor hemodinamiK
c) Berikan terapi oksigen dan ventilasi mekanik
d) Kolaborasi pemberian cairan kristaloid sesuai
dengan
Paska Anestesi :
a. Rk termoregulasi hipotermi
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi
diharapkan pasien menunjukkan termoregulasi.
2) Kriteria hasil :
a) Akral hangat
o
b) Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5 C)
c) CRT <2 detik
d) Pasien mengatakan tidak kedinginan
e) Pasien tampak tidak menggigil
3) Rencana tindakan :
a) Motitoring TTV
b) Berikan selimut hangat
c) Berikan infus hangat
d) Kolaborasi pemberian obat untuk
mencegah/mengurangi menggigil
b. RK Cedera
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien aman setelah pembedahan.
2) Kriteria hasil :
a) TTV dalam batas normal
b) Bromage score <1
c) Pasien mengatakan kaki dapat digerakkan
d) Pasien tampak tidak lemah
3) Rencana tindakan :
a) Monitoring TTV
b) Lakukan penilaian bromage score
c) Berikan pengaman pada tempat tidur pasien
d) Berikan gelang resiko jatuh
e) Latih angkat atau gerakkan ekstremitas bawah
4. Evaluasi
Pre Anestesi :
a. Nyeri akut
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
O : Skala nyeri ringan, TTV dalam batas normal
A : Masalah teratasi sebagian / masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi / pertahankan intervensi
b. Hambatan Mobilitas
S : Pasien mengatakan dapat melakukan gerak aktif pada
ekstemitas yang tidak sakit
O : Pasien dapat melakukan mobilisasi sendiri
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
Intra Anestesi :
a. RK. Disfungsi
Respirasi S : -
O : Pasien dapat bernafas dengan relaks
RR normal : 16-20 x/menit
SaO2 normal : 95–100 %
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
b. RK syok kardiogenik
S : Pasien mengatakan tidak mual, tidak pusing dantidak lemas
O : Tanda – tanda vital dalam batas normal TD: 110 – 120 / 70 –
80 mmhg Nadi : 60 – 100 x/menit Suhu : 36-37°C RR : 16
– 20 x/menit
CM=CK
Tidak terjadi edema/asites
Tidak terjadi cyanosis
Tidak ada edema paru
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
c. RK Syok Hipovolemik
S:-
O : 1) Tanda – tanda vital dalam batas normal TD: 110 – 120 /
70 – 80 mmhg Nadi : 60 – 100 x/menit Suhu : 36-
37°C RR : 16 – 20 x/menit
2) Saturasi oksigen >95%
3) Output urine dalam batas normal
4) Tidak terjadi cyanosis
5) Tidak terjadi distensi vena
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
Post Anestesi :
a. Hipotermia
S: Pasien mengatakan sudah tidak kedinginan
O : Akral hangat, TTV dalam batas normal, pasien tampak tidak
menggigil, pasien tampak tidak pucat
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
b. RK Cedera
S : Pasien mengatakan tidak merasa lemas, pasien mengatakan
kaki dapat digerakkan
O : TTV dalam batas normal, bromage score <1, pasien mampu
mobilitas dini
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
PADA Tn. R DENGAN FRAKTUR FEMUR SINISTRA
DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI ORIF DENGAN SPINAL ANESTESI
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD HJ ANNA LASMANAH BANJARNEGARA
I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Golongan Darah :O
Alamat : Banjarmangu 002 / 003
No RM : 0601xxx
Diagnosa Medis : Fraktur Femur Sinistra
Tindakan Operasi : ORIF
Tanggal MRS : 26 Pebruari 2022
Tanggal Pengkajian : 26 Pebruari 2022 Jam Pengkajian : 14.30 WIB
Jaminan : BPJS
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Dibantu orang lain,
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total
b) Istirahat Dan Tidur
Sebelum sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia?
Pesien tidak pernah mengalami insomnia
Saat ini
- Apakah anda pernah mengalami insomnia?
Pasien belum bisa tidur karena merasakan nyeri yang dialami
6) Interaksi Sosial
Pasien tidak mengalami masalah dalam hubungan dengan lingkungan
masyarakat, keluarga, kelompok, teman
7) Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman
Pasien merasa aman karena tekanan darah terus normal dalam 6 bualan
terakhir
- Rasa Nyaman
Pasien merasa nyaman karena tekanan darah terus normal
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan
Pasien rutin melakukan pemeriksaan kesehatannya di tempat praktek
mandiri dokter.
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial
sesuai dengan potensinya.
- Konsumsi vitamin : Jarang
- Imunisasi : Tidak terkaji
- Olahraga : Bersepeda
- Upaya keharmonisan keluarga: -
- Stress dan adaptasi :-
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : Komposmetis
GCS : Verbal : 5 Motorik : 6 Mata : 4
Penampilan : Tampak lemas
Tanda-tanda Vital : Nadi = 80x/menit, Suhu =36,6 0 C, TD =120/80 mmHg,
RR = 26x/menit, Skala Nyeri: 8, BB: 70Kg, TB:170 Cm,
BMI: 21,9
2) Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala (dolicephalus/ lonjong), kesimetrisan (+),
hidrochepalus (-), Luka (-), darah (-), trepanasi (-).
Lainnya:-
Palpasi : Nyeri tekan (-)
3) Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Ekspresi wajah (meringis kesakitan), dagu kecil (-), Edema (-),
kelumpuhan otot-otot fasialis (-), sikatrik (-), micrognathia (-), rambut wajah(-)
Lainnya:-
4) Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
- Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+)
- Ekssoftalmus (-), Endofthalmus (-)
- Kelopak mata / palpebra : oedem (-), ptosis (-), peradangan (-) luka (-),
benjolan (-)
- Bulu mata (-)
- Konjunctiva (anemis) dan sclera (tidak ikterik)
- Reaksi pupil terhadap cahaya : (miosis) isokor (+)
- Kornea : warna hitam
- Nigtasmus (+), Strabismus (-)
- Ketajaman Penglihatan (Baik)
- Penggunaan kontak lensa: tidak
- Penggunaan kaca mata: tidak
Palpasi
Pemeriksaan tekanan bola mata : tidak dikaji
5) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
- Amati bagian telinga luar : bentuk simetris, Lesi (-), nyeri tekan(-),
peradangan (-), penumpukan serumen (-), perdarahan (-), perforasi (-).
- Tes kepekaan telinga : tidak dikaji
6) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
- Tidak ada fraktur nasi
- Amati meatus : perdarahan (-), kotoran (-), pembengkakan (-),
pembesaran/ polip (-), pernafasan cuping hidung (-)
7) Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
- Amati bibir : Kelainan konginetal (tidak ada), warna bibir pucat, lesi (-),
bibir pecah (-), bibir kering(+)
- Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries (-), Kotoran (-), Gingivitis (-), gigi
palsu (-), gigi goyang (-), gigi maju (-).
- Kemampuan membuka mulut >3 cm : (+)
- Lidah : Warna lidah : merah pucat, Perdarahan (-), Abses (-)
- Orofaring atau rongga mulut : Bau mulut : tidak sedap, uvula (simetris),
Benda asing : (tidak)
- Tonsil : T 0
- Mallampati : II
- Suara pasien (tidak berubah)
8) Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan amati dan rasakan :
- Bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan
warna (-), massa (-)
- Kelenjar tiroid : pembesaran (-)
- Vena jugularis : pembesaran (-)
- Pembesaran kelenjar limfe (-), posisi trakea (simetris)
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : (+), ekstensi : (+), fleksi:
(+), menggunakan collar : (-)
- Leher pendek: tidak
9) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Inspeksi
- Bentuk (simetris), pembengkakan (-).
- Kulit payudara : warna sawo matang, lesi (-)
- Areola : perubahan warna (-)
- Putting : cairan yang keluar (-), ulkus (-), pembengkakan (-)
Palpasi
- Nyeri tekan (-), dan kekenyalan (lunak), benjolan massa (-), mobile (-)
10) Pemeriksaan Torak
a) Pemeriksaan Thorak dan Paru
Inspeksi
- Bentuk torak (Normal chest), keadaan kulit bersih
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta (-), retraksi
suprasternal (-), Sternomastoid (-)
- Pola nafas : (Takipnue)
- Batuk (- )
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri
teraba (sama)
Perkusi
Area paru : (sonor)
Auskultasi
- Suara nafas
Area Vesikuler : (bersih)
Area Bronchial : (bersih)
Area Bronkovesikuler : (bersih)
- Suara Ucapan
Terdengar : Bronkophoni (-), Egophoni (-), Pectoriloqy (-)
- Suara tambahan
Terdengar : Rales (-), Ronchi (-), Wheezing (-), Pleural fricion rub (-)
11) Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi
Ictus cordis ( -), pelebaran (-)
- Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba : (Kuat)
- Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah : Batas atas : normal ( N= ICS II ) Batas
bawah : normal ( N = ICS V) Batas Kiri : normal ( N = ICS V Mid
Clavikula Sinistra) Batas Kanan : normal ( N = ICS IV Mid Sternalis
Dextra)
- Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal, keras, reguler) BJ II terdengar (tunggal, keras,
reguler) Bunyi jantung tambahan : BJ III (-), Gallop Rhythm (-), Murmur (-)
12) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
- Bentuk abdomen : (datar), Massa/Benjolan (-), Kesimetrisan (-),
- Bayangan pembuluh darah vena (-)
Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus 20x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi (-)
Perkusi : Tympani (+), dullness (-)
Palpasi
- Distensi (-), Difans muskular (-)
- Palpasi Hepar :
Nyeri tekan (-), pembesaran (-), perabaan (lunak), permukaan (halus),
tepi hepar (tumpul) . ( N = hepar tidak teraba).
- Palpasi Lien : Pembesaran lien : ( -)
- Palpasi Appendik :
Titik Mc. Burney . nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri menjalar
kontralateral(-).
Acites atau tidak :Shiffing Dullnes (-),Undulasi (-)
- Palpasi Ginjal :Nyeri tekan(-), pembesaran (-). (N = ginjal tidak teraba).
13) Pemeriksaan Tulang Belakang :
Inspeksi:
- Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-) Perlukaan
(-), infeksi (-), mobilitas (leluasa)
Palpasi:
Fibrosis (-), HNP (-)
14) Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih), lesi (-), benjolan (-), Lubang uretra : penyumbatan
(-), Hipospadia (-), Epispadia (-) Terpasang kateter (+)
Palpasi
Penis : nyeri tekan (-), benjolan (-)
Scrotum dan testis : beniolan (-), nyeri tekan (-), Kelainan-kelainan yang
tampak pada scrotum : Hidrochele(-),Scrotal Hernia (-),Spermatochele(-)
Epididimal Mass/Nodularyti (-) Epididimitis (-), Torsi pada saluran sperma
(-), Tumor testiscular (-)
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia (-), femoral hernia (-), pembengkakan (-)
15) Pemeriksaan Anus
Inspeksi
Atresia ani (-), tumor (-), haemorroid (-), perdarahan (-)
Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus (-)
16) Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-)
IV line: terpasang di Radialis ukuran abocatch 18, tetesan: 20 tpm
ROM: Normal
Palpasi
Perfusi: SaO2 97%
CRT: 2 detik
Edema : (-)
Lakukan uji kekuatan otat : (5)
b) Ekstremitas Bawah :
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-)
Fraktur (+), lokasi fraktur femur, jenis fraktur femur 1/3 distal dekstra,
kebersihan luka (bersih), terpasang gips (-), Traksi (-), spalk(+), atropi
otot (-)
Palpasi
Perfusi: SaO2 97%
CRT: 2 detik
Edema : (3)
Lakukan uji kekuatan otot : (1)
Kesimpulan palpasi ekstermitas :
- Edema :
- uji kekuatan otot :
5555 5555
1111 5555
5) Pelumpuh otot -
B. ANALISA DATA
5555 5555
1111 5555
3 RK Syok Hipovolemik Setelah dilakukan tindakan a. Monitor nilai laboratorium sebagai bukti
(Intra Anestesi) keperawatan anestesi terjadinya perfusi jaringan yang inadekuat
diharapkan tidak terjadi syok b. Monitor hemodinamik
hipovolemik dengan kriteria c. Berikan terapi oksigen dan ventilasi
hasil : Mekanik
a. TTV dalam batas d. Kolaborasi pemberian cairan HES 500 ml
normal dan PRC 1 kolf
TD =110-120/70-
80mmHg
Nadi = 60-100
x/menit
Suhu = 36-37°C
RR = 16-20 x/menit
b. Saturasi oksigen
>95%
c. Output urin dalam
batas normal
d. Tidak terjadi cyanosis
e. Tidak terjadi distensi
vena
1 Hipotermi Setelah dilakukan tindakan a. Motitoring TTV
keperawatan anestesi b. Berikan selimut hangat
diharapkan pasien c. Berikan infus hangat
menunjukkan termoregulasi d. Kolaborasi pemberian petidine 30mg (IV)
dengan kriteria hasil :
a. Akral hangat
b. Suhu tubuh dalam
batas normal (36,5-
37,5oC)
c. CRT <2 detik
d. Pasien mengatakan
tidak kedinginan
e. Pasien tampak tidak
menggigil
1 15.30 Nyeri S:
Sabtu, 26
Pebruari
2022 - Pasien merasa nyeri
Berkurang
-Masih nyeri saat kaki
Digerakkan
-Nyeri seperti ditusuk-tusuk
(-)
O:
- Wajah tidak menyeringai
- Skala nyeri 4
-X Ray : CF 1/3 distal sinistra
- TTV
TD:120/80 mmHg
N : 95x/mnt
RR: 20x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1 dan 4
Sabtu, 26
Pebruari
2 2022 15.40 Hambatan Mobilitas S:
- Pasien mengatakan asih
nyeri saat kaki digerakkan
O:
fraktur femur 1/3 distal
- dextra
- Mampu menggeser badan
- Terpasang bidai
- Aktivitas dibantu total
- Kekuatan Otot
5555 5555
5555 1111
Sabtu, 26 1
Pebruari 6.
2022 0
0 RK Disfungsi Respirasi
1
6.
0
0 RK
Sabtu, 26 Kandiovaskular
Pebruari
2022
1
6.
0
0 RK Syok Hipovolemik
Sabtu, 26
Pebruari
2022
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1 dan 2
Sabtu, 26 Pebruari 1
2022 6
.
3 RK termoregukasi
0 Hipotermi S:
- Pasien mengatakan dingin
Sabtu, 26 Pebruari 1
2022 6
.
3
0 RK Cedera S:
- Pasien mengatakan kaki
Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3.
Jakarta: EGC.
Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta:EGC
Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. 2011. Clinical Anesthesiology, 4thed.
Lange Medical Books/McGraw-Hill
Nagelhout, John and Plaus. 2010. Handbook Of Nurse Anesthesia. USA: Elsevier.
Syamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta:
EGC