Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI

PADA Tn. R DENGAN FRAKTUR FEMUR SINISTRA


DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI ORIF DENGAN SPINAL ANESTESI
DIINSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD HJ ANNA LASMANAH
BANJARNEGARA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Klinik Kegawat Daruratan Anestesi

Disusun Oleh :
KOKO SENOAJI
NIM : P07120721013

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik
yang bersifat total maupun sebagian.
Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah rusaknya
kontinuitas tulang pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi
tulang atau osteoporosis. (Arif Muttaqin, 2008)
2. Etiologi
Penyebab fraktur femur antara lain:
a. Fraktur femur terbuka Disebabkan oleh trauma langsung pad
paha
b. Fraktur femur tertutup Disebabkan oleh trauma langsung atau
kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan
tumor atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur
patologis. (Arif Muttaqin, 2011)
3. Tanda dan Gejala
a. Nyeri
Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai alamiah yang dirncang untuk meminimalkan
gerakan antar fragmen tulang.
b. Gerakan luar biasa
Bagian –bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak
secara tidak alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya.
c. Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang
melekat di atas dan dibawah tempat fraktur.
d. Krepitus tulang (derik tulang)
Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna tulang
Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini
terjadi setelah beberapa jam atau hari. (Brunner Suddarth, 2001)
4. Pemeriksaan Diagnostik/Pemeriksaan Penunjang
Terkait Pemeriksaan berdasar jenis fraktur femur:
a. Fraktur leher femur
Pemeriksaan radiologis dapat mengetahui jenis fraktur dan jenis
pengobatan yang dapat diberikan.
b. Fraktur subtrokanter
c. Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur yang terjadi
di bawah trokanter minor. Garis fraktur dapat bersifat
transversal, oblik atau spiral dan sering bersifat kominutif.
Fragmen proksimal dalam posisi fleksi, sedangkan fragmen
distal dlam posisi adksi bergeser ke proksimal.
d. Fraktur diafisis femur
Klien mengalami pembengkakan dan deformitas pada tungkai
atas berupa rotasi eksterna dan pemendekan tungkai. Klien
mungkin datang dengan keadaan syok.
e. Fraktur suprakondilar femur
Adanya pembengkakan dan deformitas terdapat krepitasi. (Arif
Muttaqin, 2008
5. Penatalaksanaan Medis
a. Fraktur Femur Terbuka
Menurut Apley (1995), fraktur femur terbuka harus dinilai
dengan cermt untuk mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit,
kontaminasi luka, iskemia otot, cedera pada pembuluh darah dan
saraf. Intervensi tersebut meliputi:
1) Profilaksis antibiotik
2) Debridemen
Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan
sedikit mungkin penundaan. Jika terdapat kematian
jaringan yang mati dieklsisi dengan hati-hati. Luka akibat
penetrasi fragmen luka yang tajam juga perlu dibersihkan
dan dieksisi, terapi yang cukup dengan debridemen
terbatas saja.
3) Stabilisasi Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau
eksterna.
4) Penundaan tertutup
5) Penundaan rehabilitasi
b. Fraktur Femur Tertutup
Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif
dalam melakukan asuhan keperawatan. Denagn mengenal
tindakan medis, perawat dapat mengenal impliksi pada setiap
tindakan medis yang dilakukan.
1) Fraktur trokanter dan sub trokanter femur, meliputi:
a) Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang
dilanjutkan dengan gips pinggul selama 7 minggu
merupakn alternaltif pelaksanaan pada klien usia
muda.
b) Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan
pengobatan pilihan dengan memergunakan plate dan
screw.
2) Fraktur diafisis femur, meliputi:
a) Terapi konserfativ
b) Traksi kulit merupakan pengobatan sementara
sebelum dilakukan terapi definitif untuk mengurangi
spasme otot.
c) Traksi tulang berimbang denmgan bagian pearson
pada sendi lutut. Indikasi traksi utama adalah
faraktur yang bersifat kominutif dan segmental.
d) Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah
union fraktur secara klinis
3) Terapi Operasi
a) Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal
diafisis atau distal femur 12
b) Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik
dengan operasi tertutup maupun terbuka. Indikasi K
nail, AO nail terutama adalah farktur diafisis.
c) Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental,
fraktur kominutif, infected pseudoarthrosis atau
fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak
yang hebat.
4) Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
a) Traklsi berimbang dengan menggunakan bidai
Thomas dan penahan lutut Pearson, cast bracing,
dan spika panggul.
b) Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak
dapat direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan
dengan mempergunakan nail-phorc dare screw
dengan berbagai tipe yang tersedia. (Arif Muttaqin,
2011)
C. Web of caution (WOC) Kelemahan Tulang
Kompresi Abnormal
Trauma

Fraktur Femur
Masalah kesehatan intra anestesi

Terputusnya
Masalah kesehatan pra anestesi
Tindakan Pembedahan ORIF continuitas
Agen Anestesi

Tindakan Anestesi Perubahan Permeabilitas


Vasodilatasi pembuluh darah
kapiler
Kerusakan saraf Spinal Anestesi
Terputusnya Intake cairan yang tidak
continuitas mencukupi Kehilangan cairan
jaringan Pergerakan otot dan ekstrasel kejaringan
Masalah kesehatan paska
sendi menurun anestesi yang rusak
RK Kardiovaskuler

Merangsang stimulus Hambatan mobilitas RK Syok Hipovolemik


reseptor nyeri Pasien sadar Posisi tidak sesuai

Blockade Simpatis
Efek SAB Ekstremitas
Pelepasan mediator bawah tidak dapat di High Block
prostaglandin Vasodilatasi perifer gerakkan

Respon kompensasi Oksigenasi tidak adekuat RK Disfungsi respirasi


Respon Nyeri hebat suhu terhambat
RK cidera

Nyeri Akut Resiko Komplikasi


Thermoregulasi hipotermi
B. PERTIMBANGAN ANESTESI
1. Definisi Anestesi
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa
sakit ketika dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang
menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini rasa takut perlu ikut
dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan
pembedahan .(Sabiston, 2011)
Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan menurut jenis
kegunaannya dibagi menjadi anestesi umum yang disertai hilangnya
kesadaran, sedangakan anestesi regional dan anestesi local
menghilangya rasa nyeri disatu bagian tubuh saja tanpa
menghilangnya kesadaran. (Sjamsuhidajat & De Jong, 2012)
Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh. (Morgan, 2011)
Dari beberapa definisi anestesi menurut para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa Anestesti merupakan suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit pada saat pembedahan atau melakukan
tindakan prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit dengan cara
trias anestesi yaitu hipnotik, analgetik, relaksasi.

2. Jenis Anestesi
a.General Anestesi
Anestesi umum melibatkan hilangnya kesadaran secara
penuh. Anestesi umum dapat diberikan kepada pasien dengan
injeksi intravena atau melalui inhalasi. (Royal College of
Physicians (UK), 2011)
Anestesi umum meliputi:
1) Induksi inhalasi, rumatan anestesi dengan anestetika
inhalasi (VIMA=Volatile Induction and Maintenance of
Anesthesia)
2) Induksi intravena, rumatan anestesi dengan anestetika
intravena (TIVA=Total Intravenous Anesthesia)
Anestesi umum merupakan suatu cara menghilangkan
seluruh sensasi dan kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah
manipulasi anggota tubuh. Pembedahan yang menggunakan
anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan
manipulasi jaringan yang luas.

b. Regional Anestesi
1) Pengertian Anestesi Spinal
Anestesi spinal adalah injeksi agen anestesi ke
dalam ruang intratekal, secara langsung ke dalam cairan
serebrospinalis sekitar region lumbal di bawah level L1/2
dimana medulla spinalis berakhir. (Keat, dkk, 2013)
Spinal anestesi merupakan anestesia yang dilakukan
pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk
meniadakan proses konduktifitas pada ujung atau serabut
saraf sensori di bagian tubuh tertentu. (Rochimah, dkk,
2011)
2) Tujuan Anestesi Spinal
Menurut Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010 anestesi
spinal dapat digunakan untuk prosedur pembedahan,
persalinan, penanganan nyeri akut maupun kronik.
3) Kontraindikasi Anestesi Spinal
Menurut Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010 anestesi
regional yang luas seperti spinal anestesi tidak boleh
diberikan pada kondisi hipovolemia yang belum terkontrol
karena dapat mengakibatkan hipotensi berat.
4) Komplikasi yang dapat terjadi pada spinal anestesi menurut
Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010, ialah :
a) Hipotensi terutama jika pasien tidak prahidrasi yang
cukup;
b) Blokade saraf spinal tinggi, berupa lumpuhnya
pernapasan dan memerlukan bantuan napas dan
jalan napas segera;
c) Sakit kepala pasca pungsi spinal, sakit kepala ini
bergantung pada besarnya diameter dan bentuk
jarum spinal yang digunakan.
5) Jenis – Jenis Obat Spinal Anestesi
Lidokain, Bupivakain, dan tetrakain adalah agen anestesi
lokal yang utama digunakan untuk blockade spinal.
Lidokain efektif untuk 1 jam, dan bupivacaine serta
tetrakain efektif untuk 2 jam sampai 4 jam (Reeder, S.,
2011).

3. Teknik Anestesi
Sebelum memilih teknik anestesi yang digunakan, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya keselamatan pasien,
kenyamanan pasien serta kemampuan operator di dalam melakukan
operasi pada penggunaan anestesi tersebut. Terdapat dua kategori
umum anestesi diantaranya Generał Anesthesia (GA) dan Regional
Anesthesia (RA) dimana pada RA termasuk dua teknik yakni teknik
spinal dan teknik epidural. Teknik anestesi dengan GA biasanya
digunakan untuk operasi yang emergensi dimana tindakan tersebut
memerlukan anestesi segera dan secepat mungkin. Teknik anestesi GA
juga diperlukan apabila terdapat kontraindikasi pada teknik anestesi
RA, misalnya terdapat peningkatan pada tekanan intrakranial dan
adanya penyebaran infeksi di sekitar vertebra.
Terdapat beberapa resiko dari GA yang dapat dihindari dengan
menggunakan teknik RA, oleh karena itu lebih disarankan penggunaan
teknik anestesi RA apabila waktu bukan merupakan suatu prioritas.
Penggunaan RA spinal lebih disarankan untuk digunakan
dibandingkan dengan teknik GA pada sebagian kasus Apendisitis.
Salah satu alasan utama pemilihan teknik anestesi RA dibandingkan
dengan GA adalah adanya resiko gagalnya intubasi trakea serta
aspirasi dari isi lambung pada teknik anestesi GA.

4. Rumatan Anestesi
a. Regional Anestesi
1) Oksigen nasal 2 Liter/menit;
2) Obat Analgetik;
3) Obat Hipnotik Sedatif;
4) Obat Antiemetik;
5) Obat Vasokonstriktor.
b. General Anestesi
1) Induksi inhalasi, rumatan anestesi dengan anestetika
inhalasi (VIMA=Volatile Induction and Maintenance of
Anesthesia);
2) Induksi intravena, rumatan anestesi dengan anestetika
intravena (TIVA=Total Intravenous Anesthesia);
3) Obat Pelumpuh Otot;
4) Obat Analgetik;
5) Obat Hipnotik Sedatif;
6) Obat Antiemetik.

5. Resiko
Menurut Latief (2002), beberapa risiko yang mungkin terjadi pada
pasien dengan anestesi spinal adalah :
a. Reaksi alergi;
b. Sakit kepala yang parah (PDPH);
c. Hipotensi berat akibat blok simpatis, terjadi ‘venous pooling’;
d. Bradikardi akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat
kendali napas;
e. Trauma pembuluh darah;
f. Mual muntah;
g. Blok spinal tinggi atau spinal total.
C. TINJAUAN TEORI ASKAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data tentang penderita agar dapat
mengidentifikasi kebebutuhan serta masalahnya. Pengkajian meliputi :
a. Data Subjektif
1) Pasien mengeluh nyeri hebat pada bagian paha
2) Pasien mengatakan takut di operasi
3) Pasien merasa tidak dapat rileks
4) Pasien mengatakan belum pernah menjalani operasi
5) Pasien mengatakan kedinginan
6) Pasien merasa badan lemas
7) Pasien mengatakan kaki sulit digerakkan
b. Data obyektif
1) Skala nyeri sedang sampai berat
2) Wajah pasien tampak grimace
3) Mukosa bibir kering dan pucat
4) Akral teraba dingin
5) CRT >3 detik
6) Tekanan darah pasien dibawah batas normal
7) Denyut nadi lemah dan tidak teratur
8) Pasien tampak lemah
o
9) Suhu tubuh >38,5 C
10) Bromage score >1

2. Masalah Kesehatan
Anestesi Pre Anestesi :
a. Nyeri akut
b. Hambatan Mobilitas
Intra Anestesi :
a. RK Disfungsi Respirasi
b. RK Disfungsi Kardiovaskular
c. RK Syok Hipovolemik
Post Anestesi :
a. RK termoregulasi hipotermi
b. RK Cedera

3. Perencanaan Intervensi
Pre Anestesi :
a. Nyeri akut
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi
diharapkan nyeri hilang atau terkontrol, klien tampak
rileks.
2) Kriteria hasil :
a) Pasien mangatakan nyeri berkurang atau hilang
b) Pasien mampu istirahat atau tidur
c) Ekspresi wajah nyaman atau tenang
d) TTV dalam batas normal (TD : 100-120/70-80
mmHg, N : 60-100 x/mnt R : 16-24 x/mnt, S : 36,5-
o
37,5 C)
3) Rencana tinadakan:
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Identifikasi derajat, lokasi, durasi, frekwensi dan
karakteristik nyeri
c) Lakukan Teknik komunikasi terapeutik
d) Ajarkan Teknik relaksasi
e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetic
a) Urine output 1-2 cc/KgBB/jam
b) Hasil lab elektrolit darah normal
d.Hambatan Mobilitas
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien mampu melakukan aktifitas fisik sesuai. dengan
kemampuannya.
2) Kriteria hasil :
a) Mampu melakukan perpindahan
b) Meminta bantuan untuk aktifitas mobilisasi.
c) Tidak terjadi kontraktur
3) Rencana tindakan :
a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap
peningkatan kerusakan
b. Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal setiap 2 jam.
c. Ajarkan klien untuk melakukan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit.
d. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
Intra Anestesi :
a. RK Disfungsi Respirasi
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan anestesi
diharapkan tidak terjadi disfungsi respirasi
2) Kriteria hasil :
a) Tidak terjadinya high spinal
b) Pasien dapat bernafas dengan relaks
c) RR normal : 16-20 x/menit
d) SaO2 normal : 95–100 %
3) Rencana tindakan :
a) Monitoring Vital sign
b) Monitoring saturasi oksigen pasien
c) Atur posisi pasien
d) Berikan oksigen
e) Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam
pemasangan alat ventilasi mekanik (k/p)
b. RK Disfungsi Kardiovaskular
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan anestesi
diharapkan tidak terjadi disfungsi kardiovaskular
2) Kriteria hasil :
a) Tanda – tanda vital dalam batas normal TD: 110 –
120 / 70 – 80 mmhg Nadi : 60 – 100 x/menit Suhu :
36-37°C RR : 16 – 20 x/menit
b) CM=CK
c) Tidak terjadi edema/asites
d) Tidak terjadi cyanosis
e) Tidak ada edema paru
3) Rencana tindakan :
a) Observasi TTV
b) Observasi kesadaran
c) Monitoring cairan masuk dan cairan keluar
d) Monitoring efek obat anestesi
e) Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam tindakan
perioperatif maintenance cairan intravena dan
vasopresor
c. RK Syok Hipovolemik
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan anestesi
diharapkan tidak terjadinya Syok Hipovolemik
2. Kreteria Hasil
a) Tanda – tanda vital dalam batas normal TD: 110 –
120 / 70 – 80 mmhg Nadi : 60 – 100 x/menit Suhu :
36-37°C RR : 16 – 20 x/menit
b) Saturasi oksigen >95%
c) Output urine dalam batas normal
d) Tidak terjadi cyanosis
e) Tidak terjadi distensi vena
2) Rencana tindakan :
a) Monitor nilai laboratorium sebagai bukti terjadinya
perfusi jaringan yang inadekuat
b) Monitor hemodinamiK
c) Berikan terapi oksigen dan ventilasi mekanik
d) Kolaborasi pemberian cairan kristaloid sesuai
dengan
Paska Anestesi :
a. Rk termoregulasi hipotermi
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi
diharapkan pasien menunjukkan termoregulasi.
2) Kriteria hasil :
a) Akral hangat
o
b) Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5 C)
c) CRT <2 detik
d) Pasien mengatakan tidak kedinginan
e) Pasien tampak tidak menggigil
3) Rencana tindakan :
a) Motitoring TTV
b) Berikan selimut hangat
c) Berikan infus hangat
d) Kolaborasi pemberian obat untuk
mencegah/mengurangi menggigil
b. RK Cedera
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien aman setelah pembedahan.
2) Kriteria hasil :
a) TTV dalam batas normal
b) Bromage score <1
c) Pasien mengatakan kaki dapat digerakkan
d) Pasien tampak tidak lemah
3) Rencana tindakan :
a) Monitoring TTV
b) Lakukan penilaian bromage score
c) Berikan pengaman pada tempat tidur pasien
d) Berikan gelang resiko jatuh
e) Latih angkat atau gerakkan ekstremitas bawah

4. Evaluasi
Pre Anestesi :
a. Nyeri akut
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
O : Skala nyeri ringan, TTV dalam batas normal
A : Masalah teratasi sebagian / masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi / pertahankan intervensi
b. Hambatan Mobilitas
S : Pasien mengatakan dapat melakukan gerak aktif pada
ekstemitas yang tidak sakit
O : Pasien dapat melakukan mobilisasi sendiri
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi

Intra Anestesi :
a. RK. Disfungsi
Respirasi S : -
O : Pasien dapat bernafas dengan relaks
RR normal : 16-20 x/menit
SaO2 normal : 95–100 %
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi

b. RK syok kardiogenik
S : Pasien mengatakan tidak mual, tidak pusing dantidak lemas
O : Tanda – tanda vital dalam batas normal TD: 110 – 120 / 70 –
80 mmhg Nadi : 60 – 100 x/menit Suhu : 36-37°C RR : 16
– 20 x/menit
CM=CK
Tidak terjadi edema/asites
Tidak terjadi cyanosis
Tidak ada edema paru
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi

c. RK Syok Hipovolemik
S:-
O : 1) Tanda – tanda vital dalam batas normal TD: 110 – 120 /
70 – 80 mmhg Nadi : 60 – 100 x/menit Suhu : 36-
37°C RR : 16 – 20 x/menit
2) Saturasi oksigen >95%
3) Output urine dalam batas normal
4) Tidak terjadi cyanosis
5) Tidak terjadi distensi vena
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
Post Anestesi :
a. Hipotermia
S: Pasien mengatakan sudah tidak kedinginan
O : Akral hangat, TTV dalam batas normal, pasien tampak tidak
menggigil, pasien tampak tidak pucat
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
b. RK Cedera
S : Pasien mengatakan tidak merasa lemas, pasien mengatakan
kaki dapat digerakkan
O : TTV dalam batas normal, bromage score <1, pasien mampu
mobilitas dini
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
PADA Tn. R DENGAN FRAKTUR FEMUR SINISTRA
DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI ORIF DENGAN SPINAL ANESTESI
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD HJ ANNA LASMANAH BANJARNEGARA

I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Golongan Darah :O
Alamat : Banjarmangu 002 / 003
No RM : 0601xxx
Diagnosa Medis : Fraktur Femur Sinistra
Tindakan Operasi : ORIF
Tanggal MRS : 26 Pebruari 2022
Tanggal Pengkajian : 26 Pebruari 2022 Jam Pengkajian : 14.30 WIB
Jaminan : BPJS

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. Ab
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Suku bangsa : Jawa
Hubungan dg Klien : Istri
Alamat : Banjarmqngu 002 / 003
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien masuk Kamar operasi RS pada tanggal 26 Pebruari 2022
mengeluhkan nyeri hebat pada paha sebelah kiri setelah mengalami
kecelakaan.
b. Saat pengkajian
Pasien mengeluhkan nyeri hebat pada paha sebelah kiri setelah
mengalami kecelakaan terutama saat akan digunakan untuk bergerak.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dengan pengendara sepeda motor
lain dan ditolong oleh warga sekitar dibawa ke puskesmas. Pasien dilakukan
pemasangan bidai pada kaki sebelah kanan karena mengalami fraktur femur
dan dirujuk ke RSUD HJ ANNA LASMANAH Banjarnegara . Pada saat
dikaji tanggal 26 Pebruari 2022 pukul 14.30 WIB pasien mengeluhkan nyeri
pada paha sebelah kiri, nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk, paha dirasakan
bertambah nyeri saat digunakan untuk bergerak. Dari observasi pasien tampak
meringis kesakitan menahan nyeri, skala nyeri 8, kaki sebelah kiri terpasang
bidai, aktivitas pasien dibantu sepenuhnya. Pasien akan menjalani operasi cito
ORIF dengan teknik anestesi Regional Anestesi (SAB).
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit degeneratif
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dalam anggota kelurganya tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit keturunan.
5) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit?
Pasien tidak pernah menjalani perawatan di RS
- Riwayat operasi sebelumnya :
Pasien tidak pernah sekalipun menjalani operasi
- Riwayat anestesi sebelumnya :
Pasien tidak pernah sekalipun menjalani tindakan anestesi
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah?
Pasien tidak pernah mendapatkan tranfusi darah.
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular?
Pasien tidak pernah mendapatkan didiagnosis penyakit menular.
- Khusus pasien perempuan : -
Jumlah kehamilan: -
Jumlah anak : -
Mensturasi terakhir : -
Menyususi : -
6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat : -
7) Riwayat Alergi :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan
8) Kebiasaan :
a) Merokok : Ya , Jika Ya, Jumlah : 1 bungkus dalam sehari
b) Alcohol : Tidak , Jika Ya, Jumlah : -
c) Kopi/ Teh/ Soda : Ya , Jika Ya, Jumlah : 2 gelas kopi dalam sehari

c. Pola Kebutuhan Dasar


1) Udara atau Oksigenasi
Sebelum sakit
- Gangguan pernafasan :-
- Alat bantu pernafasan :-
- Sirkulasi udara :-
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat ini
- Gangguan pernafasan :-
- Alat bantu pernafasan :-
- Sirkulasi udara :-
- Keluhan :-
- Lainnya :-
2) Air/ Minum
Sebelum sakit
- Frekuensi : Pasien makan 3x/hari, minum 6-7 gelas/hari
- Jenis : Air putih, kopi
- Cara : Minum air putih 6-7 gelas/ hari, minum kopi pagi
dan malam hari
- Minum terakhir : Jam 10.00 WIB
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : Pasien dianjurkan berpuasa sebelum operasi
- Jenis :-
- Cara :-
- Minum terakhir : Jam 10.00 WIB
- Keluhan :-
- Lainnya :-
3) Nutrisi/ Makanan
Sebelum sakit
- Frekuensi : 3x sehari
- Jenis : Nasi, sayur, lauk
- Porsi : 1 Piring
- Diet khusus : Rendah garam
- Makanan yang disukai : Daging
- Nafsu makan : Teratur
- Puasa terakhir : 10.00 WIB
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : Pasien dianjurkan berpuasa sebelum
operasi
- Jenis :-
- Porsi :-
- Diet khusus :-
- Makanan yang disukai :-
- Nafsu makan :-
- Puasa terakhir : 10.00 WIB
- Keluhan :-
- Lainnya :-
4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit
- Frekuensi : 1x dalam sehari
- Konsistensi : Lembek
- Warna : Kuning kecoklatan
- Bau : Khas feses
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Setelah sakit
- Frekuensi : Belum BAB sejak kemarin
- Konsistensi :-
- Warna :-
- Bau :-
- Cara (spontan/dg alat) :-
- Keluhan :-
- Lainnya :-
b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi : 7-8x dalam sehari
- Konsistensi : Jernih
- Warna : Jernih
- Bau : Khas urin
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Setelah sakit
- Frekuensi : Kateter dengan produksi urin 20cc/jam
- Konsistensi : Pekat
- Warna : Kuning pekat
- Bau : Khas urin
- Cara (spontan/dg alat) : Kateter
- Keluhan : Nyeri
- Lainnya :-
5) Pola aktivitas dan istirahat
a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Makan dan minum 

Mandi 
Toileting 

Berpakaian 
Berpindah 

Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Dibantu orang lain,
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total
b) Istirahat Dan Tidur
Sebelum sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia?
Pesien tidak pernah mengalami insomnia
Saat ini
- Apakah anda pernah mengalami insomnia?
Pasien belum bisa tidur karena merasakan nyeri yang dialami
6) Interaksi Sosial
Pasien tidak mengalami masalah dalam hubungan dengan lingkungan
masyarakat, keluarga, kelompok, teman
7) Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman
Pasien merasa aman karena tekanan darah terus normal dalam 6 bualan
terakhir
- Rasa Nyaman
Pasien merasa nyaman karena tekanan darah terus normal
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan
Pasien rutin melakukan pemeriksaan kesehatannya di tempat praktek
mandiri dokter.
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial
sesuai dengan potensinya.
- Konsumsi vitamin : Jarang
- Imunisasi : Tidak terkaji
- Olahraga : Bersepeda
- Upaya keharmonisan keluarga: -
- Stress dan adaptasi :-
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : Komposmetis
GCS : Verbal : 5 Motorik : 6 Mata : 4
Penampilan : Tampak lemas
Tanda-tanda Vital : Nadi = 80x/menit, Suhu =36,6 0 C, TD =120/80 mmHg,
RR = 26x/menit, Skala Nyeri: 8, BB: 70Kg, TB:170 Cm,
BMI: 21,9
2) Pemeriksaan Kepala
 Inspeksi : Bentuk kepala (dolicephalus/ lonjong), kesimetrisan (+),
hidrochepalus (-), Luka (-), darah (-), trepanasi (-).
Lainnya:-
 Palpasi : Nyeri tekan (-)
3) Pemeriksaan Wajah
 Inspeksi : Ekspresi wajah (meringis kesakitan), dagu kecil (-), Edema (-),
kelumpuhan otot-otot fasialis (-), sikatrik (-), micrognathia (-), rambut wajah(-)
Lainnya:-
4) Pemeriksaan Mata
 Inspeksi :
- Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+)
- Ekssoftalmus (-), Endofthalmus (-)
- Kelopak mata / palpebra : oedem (-), ptosis (-), peradangan (-) luka (-),
benjolan (-)
- Bulu mata (-)
- Konjunctiva (anemis) dan sclera (tidak ikterik)
- Reaksi pupil terhadap cahaya : (miosis) isokor (+)
- Kornea : warna hitam
- Nigtasmus (+), Strabismus (-)
- Ketajaman Penglihatan (Baik)
- Penggunaan kontak lensa: tidak
- Penggunaan kaca mata: tidak
 Palpasi
Pemeriksaan tekanan bola mata : tidak dikaji
5) Pemeriksaan Telinga
 Inspeksi dan palpasi
- Amati bagian telinga luar : bentuk simetris, Lesi (-), nyeri tekan(-),
peradangan (-), penumpukan serumen (-), perdarahan (-), perforasi (-).
- Tes kepekaan telinga : tidak dikaji
6) Pemeriksaan Hidung
 Inspeksi dan palpasi
- Tidak ada fraktur nasi
- Amati meatus : perdarahan (-), kotoran (-), pembengkakan (-),
pembesaran/ polip (-), pernafasan cuping hidung (-)
7) Pemeriksaan Mulut dan Faring
 Inspeksi dan Palpasi
- Amati bibir : Kelainan konginetal (tidak ada), warna bibir pucat, lesi (-),
bibir pecah (-), bibir kering(+)
- Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries (-), Kotoran (-), Gingivitis (-), gigi
palsu (-), gigi goyang (-), gigi maju (-).
- Kemampuan membuka mulut >3 cm : (+)
- Lidah : Warna lidah : merah pucat, Perdarahan (-), Abses (-)
- Orofaring atau rongga mulut : Bau mulut : tidak sedap, uvula (simetris),
Benda asing : (tidak)
- Tonsil : T 0
- Mallampati : II
- Suara pasien (tidak berubah)
8) Pemeriksaan Leher
 Inspeksi dan amati dan rasakan :
- Bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan
warna (-), massa (-)
- Kelenjar tiroid : pembesaran (-)
- Vena jugularis : pembesaran (-)
- Pembesaran kelenjar limfe (-), posisi trakea (simetris)
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : (+), ekstensi : (+), fleksi:
(+), menggunakan collar : (-)
- Leher pendek: tidak
9) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
 Inspeksi
- Bentuk (simetris), pembengkakan (-).
- Kulit payudara : warna sawo matang, lesi (-)
- Areola : perubahan warna (-)
- Putting : cairan yang keluar (-), ulkus (-), pembengkakan (-)
 Palpasi
- Nyeri tekan (-), dan kekenyalan (lunak), benjolan massa (-), mobile (-)
10) Pemeriksaan Torak
a) Pemeriksaan Thorak dan Paru
 Inspeksi
- Bentuk torak (Normal chest), keadaan kulit bersih
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta (-), retraksi
suprasternal (-), Sternomastoid (-)
- Pola nafas : (Takipnue)
- Batuk (- )
 Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri
teraba (sama)
 Perkusi
Area paru : (sonor)
 Auskultasi
- Suara nafas
 Area Vesikuler : (bersih)
 Area Bronchial : (bersih)
 Area Bronkovesikuler : (bersih)
- Suara Ucapan
 Terdengar : Bronkophoni (-), Egophoni (-), Pectoriloqy (-)
- Suara tambahan
 Terdengar : Rales (-), Ronchi (-), Wheezing (-), Pleural fricion rub (-)
11) Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi
Ictus cordis ( -), pelebaran (-)
- Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba : (Kuat)
- Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah : Batas atas : normal ( N= ICS II ) Batas
bawah : normal ( N = ICS V) Batas Kiri : normal ( N = ICS V Mid
Clavikula Sinistra) Batas Kanan : normal ( N = ICS IV Mid Sternalis
Dextra)
- Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal, keras, reguler) BJ II terdengar (tunggal, keras,
reguler) Bunyi jantung tambahan : BJ III (-), Gallop Rhythm (-), Murmur (-)
12) Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi
- Bentuk abdomen : (datar), Massa/Benjolan (-), Kesimetrisan (-),
- Bayangan pembuluh darah vena (-)
 Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus 20x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi (-)
 Perkusi : Tympani (+), dullness (-)
 Palpasi
- Distensi (-), Difans muskular (-)
- Palpasi Hepar :
Nyeri tekan (-), pembesaran (-), perabaan (lunak), permukaan (halus),
tepi hepar (tumpul) . ( N = hepar tidak teraba).
- Palpasi Lien : Pembesaran lien : ( -)
- Palpasi Appendik :
 Titik Mc. Burney . nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri menjalar
kontralateral(-).
 Acites atau tidak :Shiffing Dullnes (-),Undulasi (-)
- Palpasi Ginjal :Nyeri tekan(-), pembesaran (-). (N = ginjal tidak teraba).
13) Pemeriksaan Tulang Belakang :
 Inspeksi:
- Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-) Perlukaan
(-), infeksi (-), mobilitas (leluasa)
 Palpasi:
Fibrosis (-), HNP (-)
14) Pemeriksaan Genetalia
 Inspeksi :
Rambut pubis (bersih), lesi (-), benjolan (-), Lubang uretra : penyumbatan
(-), Hipospadia (-), Epispadia (-) Terpasang kateter (+)
 Palpasi
Penis : nyeri tekan (-), benjolan (-)
Scrotum dan testis : beniolan (-), nyeri tekan (-), Kelainan-kelainan yang
tampak pada scrotum : Hidrochele(-),Scrotal Hernia (-),Spermatochele(-)
Epididimal Mass/Nodularyti (-) Epididimitis (-), Torsi pada saluran sperma
(-), Tumor testiscular (-)
 Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia (-), femoral hernia (-), pembengkakan (-)
15) Pemeriksaan Anus
 Inspeksi
Atresia ani (-), tumor (-), haemorroid (-), perdarahan (-)
 Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus (-)
16) Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-)
IV line: terpasang di Radialis ukuran abocatch 18, tetesan: 20 tpm
ROM: Normal
 Palpasi
Perfusi: SaO2 97%
CRT: 2 detik
Edema : (-)
Lakukan uji kekuatan otat : (5)
b) Ekstremitas Bawah :
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-)
Fraktur (+), lokasi fraktur femur, jenis fraktur femur 1/3 distal dekstra,
kebersihan luka (bersih), terpasang gips (-), Traksi (-), spalk(+), atropi
otot (-)
 Palpasi
Perfusi: SaO2 97%
CRT: 2 detik
Edema : (3)
Lakukan uji kekuatan otot : (1)
Kesimpulan palpasi ekstermitas :
- Edema :


- uji kekuatan otot :

5555 5555
1111 5555

17) PEMERIKSAAN NEUROLOGIS


1. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (+), kaku kuduk (-), mual (+) muntah
(-) riwayat kejang (-), penurunan tingkat kesadaran (-), riwayat pingsan (-)
2. Memeriksa nervus cranialis
Nervus I , Olfaktorius (pembau ) : Tidak dikaji
Nervus II, Opticus ( penglihatan ): Tidak dikaji
Nervus III, Ocumulatorius : dbn Tidak dikaji
Nervus IV, Throclearis : Tidak dikaji
Nervus V, Thrigeminus : Tidak dikaji
- Cabang optalmicus : Tidak dikaji
- Cabang maxilaris : Tidak dikaji
- Cabang Mandibularis : Tidak dikaji
Nervus VI, Abdusen : Tidak dikaji
Nervus VII, Facialis : Tidak dikaji
Nervus VIII, Auditorius: Tidak dikaji
Nervus IX, Glosopharingeal : Tidak dikaji
Nervus X, Vagus : Tidak dikaji
Nervus XI, Accessorius : Tidak dikaji
Nervus XII, Hypoglosal : Tidak dikaji
3. Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer : benda tumpul (+), benda tajam (-), Menguji
sensasi panas / dingin (+), kapas halus (+).
4. Memeriksa reflek kedalaman tendon
- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep (+)
b. Reflek trisep (+)
c. Reflek brachiradialis (+)
d. Reflek patella (+)
e. Reflek achiles ( + )
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus
tertentu.
a. Reflek babinski (-)
b. Reflek chaddok (-)
c. Reflek schaeffer (-)
d. Reflek oppenheim ( -)
e. Reflek gordon (-)

3. Data Penunjang Diagnostik


a. Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 9,0 gr/dl 12-15gr/dl


Leukosit 9000 6000-11.000
Segmen 47% 47,0-80%
Limfosit 13,9% 13-40%
Monosit 2,7% 2.0-11%
Esonofil 0,0% 0.0%-0,5%
Hematokrit 42% 41,0-53%
Trombosit 300.000 140.000-450.000
Glukosa Sewaktu 100mg/dl 70-150mg/dl
Golongan Darah O
BT 2 Menit 1-6 menit
CT 6 menit 5-15 menit
b. Pemeriksaan Radiologi :
Hasil Pemeriksaan radiologi (Fraktur Femur 1/3 distal dekstra)

4. Therapi Saat ini :


Inf. RL 20tpm, Inj. Ketorolac 30mg, O2 2 lpm
5. Kesimpulan status fisik (ASA):
ASA 2E (Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan sedang)
6. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit: -
b. Jenis Anestesi: Regional Anestesi
c. Teknik Anestesi: SAB
Indikasi: Close Fraktur Femur 1/3 distal dekstra
d. Persiapan Alat:
1) Aparatus Anestesi
Mesin anestesi
2) STATICS
Scope : Stetoskop, Laringoskop
Tube : ETT, LMA
Airway : OPA, NPA
Tape : Plaster
Introducer : Stilet
Connector : Pipa penyambung dan peralatan anestesi
Suction : Mesin suction, canula suction
3) Alat lainnya : Masker
e. Obat2an Anestesi :
1) Pre-medikasi Midazolam 3mg

2) Obat antiemetik Ondancentron 4 mg

3) Obat Analgetik Ketorolac 30 mg


4) Induksi Regivel 15 mg

5) Pelumpuh otot -

6) Obat maintenance Ephedrine 10 mg

7) Antidotum Sulfas atropine 0,5mg

8) Obat life saving Aminophiline


Sulfas atropine
Dopamin
Dobutamine
Ephineprin,
Penjelasan obat-obatan anestesi yang digunakan:
………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………
f. Cairan
1) KristaloidJenis: RL
Jumlah: Pre op RL 1000 ml, Durante op 1000 ml
2) Koloid:
Jenis: Wida HES
Jumlah: 500 ml
3) Produk Darah: Jenis: PRC Jumlah: 1 kolf

B. ANALISA DATA

No Symptom Etiologi Problem


I. PRE ANESTESI
1 Ds : - Terputusnya Nyeri akut
- pasien mengeluh nyeri paha continuitas
kiri jaringan
- Nyeri dirasa seperti ditusuk- - Merangsang
tusuk stimulus
- Nyeri bertambah saat untuk reseptor nyeri
bergerak - Pelepasan
Do: mediator
- Wajah meringis kesakitan prostaglandin
- Skala nyeri 8 - Respon nyeri
- X Ray : CF 1/3 distal dextra hebat
- TTV : - Nyeri akut
TD : 150/80 mmHg
N : 112 x/mnt
RR : 26x/ mnt

2 Ds : - Kerusakan saraf Hambatan mobilitas


- Pasien mengeluh nyeri paha - Pergerakan otot
kiri sendi menurun
- Nyeri bertambah saat untuk - Hambatan
bergerak mobilitas
Do :
- Wajah meringis kesakitan
- X Ray : CF 1/3 distal dextra
- Terpasang Spalk
- Aktivitas tergantung total
- Kekuatan otot :

5555 5555
1111 5555

II. INTRA ANESTESI


1. Ds : - Tindakan RK Disfungsi
Do: anestesi SAB Respirasi
- Pasien dilakukan Tindakan - Posisi tidak
ORIF dengan Teknik SAB sesuai
- Pasien teranestesi blok spinal - Resiko High
blok
- Oksigenasi
tidak
- RK Disfungsi
respirasi
2. Ds : - Anestesi RK Disfungsi
- Pasien mengeluh pusing, - Spinal anestesi Kardiovaskuler
mual, lemas - Vasodilatasi
Do: pembuluh
- Wajah tampak pucat darah
- TTV - Intake cairan
TD : 90/50 mmHg tidak
N : 150 x/mnt mencukupi
- RK Disfungsi
Kardiovaskule
r
3. Ds : - Terputusnya RK Syok
- Pasien mengeluh mual, lemas continuitas hipovolemik
Do : jaringan
- Wajah tampak pucat - Perubahan
- Konjungtiva pucat permebilitas
- Bibir kering kapiler
- CRT Kembali 2 detik - Kehilangan
- Akral dingin cairan
- Produksi urin 20cc/jam eksternal
- Hb : 9dr/gl kejaringan
- TTV yang rusak
TD :90/50 mmHg - RK Syok
N : 110x/mnt hipovolemik
III. PASCA ANESTESI
1. Ds : - Blockade saraf Hipotermi
- Pasien mengeluh dingin simpatis
Do : - Vasaodilatasi
- Bibir kering perifer
- Akral dingin - Respon
- Tampak menggigil kompensasi
- S : 36 C suhu terhambat
2. Ds : - Anestesi RK Cidera
- Pasien mengeluh kaki belum - Spinal anestesi
bisa digerakkan - Pasien sadar
- Pasien mengatakan kaki - Efek SAB
terasa berat - Ekstremitas
Do : bawah tidak
- Tampak susah menggerakkan bisa
kaki digerakkan
- Bromage score 3 - RK Cidera

I. Problem (Masalah Kesehatan Anestesi)


1. Pra Anestesi
a. Nyeri Akut
b. Gangguan Mobilitas
2. Intra Anestesi
a. RK Disfunsi Respirasi
b. RK Disfungsi Kardiovaskular
c. RK Syok Hipovolemik
3. Pasca Anestesi
a. RK Termoregulasi Hipotermi
b. RK Cedera
II. Rencana Intervensi
Nama : Tn. R No. RM : 0601xxx
Umur : 48 tahun Dx : Fraktur Femur Sinistra
Jenis kelamin : Laki-laki Ruang : Kamar Operasi

Problem(Masalah) Rencana Intervensi Nama


No & Paraf
Tujuan Intervensi

1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan a) Observasi tanda-tanda vital


(Pra Anestesi) keperawatan anestesi b) Identifikasi derajat, lokasi, durasi, frekuensi
diharapkan nyeri hilang atau dan karakteristik nyeri
terkontrol, klien tampak rileks c) Lakukan Teknik komunikasi terapeutik
dengan kreteria hasil:
d) Ajarkan Teknik relaksasi
a) Pasien mangatakan nyeri e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
berkurang atau hilang
ketorolac 30mg
b) Pasien mampu istirahat
atau tidur
c) Ekspresi wajah nyaman
atau tenang
d) TTV dalam batas normal
(TD : 100-120/70-80
mmHg, N : 60-100 x/mnt
R : 16-24 x/mnt
2. Hambatan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi
(Pra Anestesi) keperawatan anestesi terhadap peningkatan kerusakan
diharapkan pasien mampu b. Ubah posisi pasien yang imobilisasi
melakukan aktifitas fisik minimal setiap 2 jam
sesuai dengan c. Ajarkan klien untuk melakukan gerak
kemampuannya dengan aktif pada ekstremitas yang tidak sakit
kriteria hasil: d. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
a. Mampu melakukan latihan fisik klien
perpindahan
b. Meminta bantuan
untuk aktifitas
mobilisasi
c. Tidak terjadi
kontraktur
1 RK Disfungsi Respirasi Setelah dilakukan tindakan a. Monitoring Vital Sign
(Intra Anestesi) keperawatan anestesi b. Monitoring saturasi oksigen pasien
diharapkan tidak terjadi c. Atur posisi pasien
disfungsi respirasi dengan d. Berikan oksigen
kriteria hasil : e. Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam
a. Tidak terjadinya high pemasangan alat ventilasi mekanik (k/p)
spinal
b. Pasien dapat bernafas
dengan relaks
RR normal : 16-20
x/menit
SaO2 normal : 95-100
%
2 RK Disfungsi Setelah dilakukan tindakan a. Observasi TTV
Kardiovaskular (Intra keperawatan anestesi b. Observasi kesadaran
Anestesi) diharapkan tidak terjadi c. Monitoring cairan masuk dan cairan
disfungsi kardiovaskuler keluar
dengan kriteria hasil : d. Monitoring efek obat anestesi
a. TTV dalam batas e. Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam
normal tindakan perioperative maintenance cairan
TD =110-120/70- Pre op RL 1000 ml Durante Op RL 1000
80mmHg ml Ephedrin 10 mg (IV)
Nadi = 60-100
x/menit
Suhu = 36-37°C
RR = 16-20 x/menit
b. CM=CK
c. Tidak terjadi edema
atau asites
d. Tidak terjadi cyanosis
e. Tidak ada edema paru

3 RK Syok Hipovolemik Setelah dilakukan tindakan a. Monitor nilai laboratorium sebagai bukti
(Intra Anestesi) keperawatan anestesi terjadinya perfusi jaringan yang inadekuat
diharapkan tidak terjadi syok b. Monitor hemodinamik
hipovolemik dengan kriteria c. Berikan terapi oksigen dan ventilasi
hasil : Mekanik
a. TTV dalam batas d. Kolaborasi pemberian cairan HES 500 ml
normal dan PRC 1 kolf
TD =110-120/70-
80mmHg
Nadi = 60-100
x/menit
Suhu = 36-37°C
RR = 16-20 x/menit
b. Saturasi oksigen
>95%
c. Output urin dalam
batas normal
d. Tidak terjadi cyanosis
e. Tidak terjadi distensi
vena
1 Hipotermi Setelah dilakukan tindakan a. Motitoring TTV
keperawatan anestesi b. Berikan selimut hangat
diharapkan pasien c. Berikan infus hangat
menunjukkan termoregulasi d. Kolaborasi pemberian petidine 30mg (IV)
dengan kriteria hasil :
a. Akral hangat
b. Suhu tubuh dalam
batas normal (36,5-
37,5oC)
c. CRT <2 detik
d. Pasien mengatakan
tidak kedinginan
e. Pasien tampak tidak
menggigil

2 RK Cedera Setelah dilakukan tindakan a. Monitoring TTV


keperawatan anestesi b. Lakukan penilaian bromage score
diharapkan pasien aman c. Berikan pengaman pada tempat tidur
setelah pembedahan dengan pasien
kriteria hasil : d. Berikan gelang resiko jatuh
a. TTV dalam batas e. Latih angkat atau gerakkan ekstremitas
normal bawah
b. Bromage score <1
c. Pasien mengatakan
kaki dapat digerakkan
d. Pasien tampak tidak
lemah
III. Implementasi

Nama : Tn. R No. RM : 0601xxx


Umur : 48 tahun Dx : Fraktur Femur Sinistra
Jenis kelamin : Laki-laki Ruang : Kamar Operasi

No Hari/ Problem Jam Implementasi Evaluasi Nama &


Tanggal (Masalah Paraf
Kesehatan
Anestesi)
1 Sabtu, 26 Nyeri Akut (Pra 15.0 a. Melakukan Observasi tanda-tanda DS :
Pebruari Anestesi) 0 vital - Pasien merasa nyeri
2022 b. Melakukan identifikasi derajat, berkurang
15.0 lokasi, durasi, frekuensi dan - Masih nyeri saat kaki
5 karakteristik nyeri digerkkan
c. Melakukan teknik komunikasi - Nyeri seperti ditusuk-
terapeutik tusuk (-)
15.1 d. Mengajarkan Teknik relaksasi DO :
0 e. Melakukan kolaborasi dengan - Wajah tidak
dokter untuk pemberian ketorolac menyeringai
15.1 (30mg) - Skala nyeri 4
5 - X Ray : CF 1/3 distal
15.2 sinistra
0 - TTV
TD = 120/80mmHg
N = 90x/ menit
RR = 18 x/ menit
2 Sabtu, 26 Hambatan 15.0 a. Mengkaji mobilitas yang ada DS :
Pebruari Mobilitas (Pra 0 dan observasi terhadap - Pasien mengatakan
2022 Anestesi) peningkatan kerusakan masih nyeri saat kaki
b. Mengubah posisi pasien yang digerakkan
15.1 imobilisasi minimal 2 jam Do :
0 c. Mengajarkan klien untuk - Fraktu femur 1/3 distal
melakukan gerak aktif pada - Mampu menggeser
15.1 ekstremitas yang tidak sakit badan
5 d. Melakukan kolaborasi dengan - Terpasang bidai
ahli fisioterapi untuk latiahan - Aktivitas dibantu total
fisik klien - Kekuatan Otot
15.2 5555 5555
0 5555 1111
3 Sabtu, 26 RK Disfungsi 15.3 a. Melakukan Monitoring Vital DS : -
Pebruari Respirasi (Intra 0 sign DO:
2022 Anestesi) b. Melakukan Monitoring saturasi - SaO2 99%
15.3 oksigen pasien - TTV
0 c. Mengatur posisi pasien TD:120/80 mmHg
d. Melakukan pemberiaan oksigen N : 90x/mnt
15.3 menggunakan nassal canule 3 RR: 18x/mnt
5 lpm
15.4
0
4 Sabtu, 26 RK Disfungsi 15.3 a. Melakukan Monitoring Vital DS :
Pebruari Kardiovaskuler 0 sign - Pasien merasa sudah
2022 (Intra Anestesi) b. Melakukan Observasi tidak pusing
15.4 kesadaran - Pasien mengatakan
5 c. Melakukan monitoring cairan sudah tidak mual
15.5 masuk dan cairan keluar DO :
0 d. Melakukan Monitoring efek TD:120/80 mmHg
obat anestesi N : 90x/mnt
15.5 e. Melakukan Kolaborasi dengan RR: 18x/mnt
5 dokter anestesi dalam tindakan
perioperative maintenance
16.0 cairan intravena dan pemberian
0
Ephedrine 10 mg (IV)
5 Sabtu, 26 RK Syok 15.0 a. Melakukan monitor nilai DS :
Pebruari Hipovolemik 0 laboratorium sebagai bukti - Pasien sudah tidak
2022 (Intra Anestesi) terjadinya perfusi jaringan yang mengeluh pusing dan
inadekuat lemas
b. Melakukan monitor DO :
15.3 hemodinamik - Konjungtiva merah
0 c. Memberikan terapi oksigen muda
d. Melakukan kolaborasi - Bibir lembab
15.4 pemberian cairan pre op RL - CRT kembali >2 detik
0 1500ml, Durante NS 500ml - Akral hangat
15.5 HES 500 ml, PCR 1 kolf - Produksi urine
0 150cc/jam
- TTV:
TD:120/80 mmHg
N : 90x/mnt
RR: 18x/mnt
6 Sabtu, 26 RK 16.0 a. Melakukan monitoring tanta- DS :
Pebruari termoregulasi 0 tanda vital - Pasien mengatakan
2022 Hipotermi b. Memberikan selimut hangat dingin sudah mulai
(Pasca Anestesi) 16.0 c. Berikan infus hangat berkurang
5 d. Kolaborasi pemberian obat DO :
16.1 Petidin 30mg (IV) - Terpasang selimut
0 hangat
16.1 - Tidak menggigil
5 - Akral hangat
- TTV:
TD:120/80 mmHg
N : 90x/mnt
- RR: 18x/mnt
7 Sabtu, 26 RK Cedera 16.0 a. Memonitoring TTV DS :
Pebruari (Pasca Anestesi) 0 b. Memberikan gelang resiko - Pasien mengatakan
2022 16.2 jatuh kaki sudah mulai bisa
0 c. Memasang pengaman pada digerakkan
tempat tidur pasien DO :
16.2 d. Melatih mengangkat atau - Pasca tindakan spinal
5 menggerakkan ekstremitas anestesi
bawah - Terpasang gelang
16.3 e. Melakukan penilaian bromage resiko jatuh
0 score - Tepasang pengaman
tempat tidur
- Bromage score 3
16.3 - TTV:
0 TD:120/80 mmHg
N : 90x/mnt
- RR: 18x/mnt
IV. Evaluasi

Nama : Tn. R No.RM : 0602xxx


Umur : 48 tahun Diagnosa : Fraktur Femur Sinistra
Jenis kelamin : Laki-laki Ruang : Kamar Operasi

No Tanggal Jam Problem (Masalah) Catatan Perkembangan Nama &


Paraf

1 15.30 Nyeri S:
Sabtu, 26
Pebruari
2022 - Pasien merasa nyeri
Berkurang
-Masih nyeri saat kaki
Digerakkan
-Nyeri seperti ditusuk-tusuk
(-)

O:
- Wajah tidak menyeringai
- Skala nyeri 4
-X Ray : CF 1/3 distal sinistra
- TTV
TD:120/80 mmHg
N : 95x/mnt
RR: 20x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1 dan 4

Sabtu, 26
Pebruari
2 2022 15.40 Hambatan Mobilitas S:
- Pasien mengatakan asih
nyeri saat kaki digerakkan
O:
fraktur femur 1/3 distal
- dextra
- Mampu menggeser badan
- Terpasang bidai
- Aktivitas dibantu total
- Kekuatan Otot

5555 5555
5555 1111
Sabtu, 26 1
Pebruari 6.
2022 0
0 RK Disfungsi Respirasi

1
6.
0
0 RK
Sabtu, 26 Kandiovaskular
Pebruari
2022

1
6.
0
0 RK Syok Hipovolemik
Sabtu, 26
Pebruari
2022
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1 dan 2

Sabtu, 26 Pebruari 1
2022 6
.
3 RK termoregukasi
0 Hipotermi S:
- Pasien mengatakan dingin

sudah mulai berkurang


O:
- Terpasang selimut hangat
- Tidak menggigil
- Akral hangat
- TTV
TD:130/70 mmHg
N : 90x/mnt
RR: 20x/mnt
S :36 ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1 dan 2

Sabtu, 26 Pebruari 1
2022 6
.
3
0 RK Cedera S:
- Pasien mengatakan kaki

sudah mulai bisa digerakkan


O:
- Pasca tindakan spinal
anestesi
- Terpasang gelang resiko
Jatuh
- Tepasang pengaman
tempat tidur
- Bromage score 3
- TTV
TD:115/62 mmHg
S: 36,5ºC
N : 90x/mnt
RR: 20x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1 dan 4
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3.
Jakarta: EGC.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta:EGC.

Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta:EGC

Arif Muttaqin. 2011. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi pada


Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta:EGC.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGCKeat,

Sally.2013. Anaesthesia on the move. Jakarta: Indeks

Latief, Said. dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta: Bagian


Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius


FKUI

Medical Mini Notes. 2019. Anesthesia and Intensive Care. MMN

Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. 2011. Clinical Anesthesiology, 4thed.
Lange Medical Books/McGraw-Hill

Nagelhout, John and Plaus. 2010. Handbook Of Nurse Anesthesia. USA: Elsevier.

Sabiston, D. C. 2011. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.

Syamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai