Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FRAKTUR DECOMPRESI LUMBAL


DI RUANG ORTOPEDI RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 14–19 Mei 2018

Oleh:
Hartanti Wisnu Wardani, S. Kep
NIM. 1730913320071

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2018
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Hartanti Wisnu Wardani, S. Kep

NIM : 1730913320071

JUDUL :  Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pasien Fraktur


Decompresi Lumbal di Ruang Ortopedi RSUD Ulin
Banjarmasin
 Asuhan Keperawatan Pasien Fraktur Decompresi Lumbal di
Ruang Ortopedi RSUD Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, 14 Mei 2018

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Agianto, S. Kep, Ns, MNS, Ph. D Abdul Wahab S. Kep, Ns


NIP. 198208182008121003 NIP. 198301282010011007
PENGERTIAN: FRAKTUR DECOMPRESI LUMBAL PENATALAKSANAAN:
Fraktur adalah suatu diskontinuitas  Pemeriksaan klinik secara teliti:
susunan atau jaringan tulang yang MANIFESTASI KLINIS:  Pemeriksaan neurologis secara teliti tentang fungsi motorik,
disebabkan oleh trauma atau keadaan Keluhan utama yang sering menjadi alasan pasien sensorik, dan refleks.
patologis. untuk meminta pertolongan kesehatan adalah  Pemeriksaan nyeri lokal dan nyeri tekan serta kifosis yang
Fraktur lumbal adalah terputusnya discus nyeri, kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas, menandakan adanya fraktur dislokasi.
invertebralis yang berdekatan dan inkontenensia defekasi dan berkemih, nyeri otot  Keadaan umum penderita.
berbagai tingkat perpindahan fragmen hiperestesi tepat di atas daerah trauma, serta  Penatalaksanaan fraktur tulang belakang:
tulang. mengalami deformitas pada daerah trauma.  Resusitasi klien.
Fraktur lumbal adalah kerusakan pada  Pertahankan pemberian cairan dan nutrisi.
tulang belakang berakibat trauma, PEMERIKSAAN DIAGNOSIS:  Perawatan kandung kemih dan usus.
biasanya terjadi pada orang dewasa laki- Foto Polos  Mencegah dekubitus.
laki yang disebabkan oleh kecelakaan, CT Scan  Mencegah kontraktur pada anggota gerak serta rangkaian
jatuh, dan perilaku kekerasan. MRI rehabiIitasi lainnya.
Elektromiografi dan Pemeriksaan Hantaran Saraf JENIS PEMBEDAHAN TULANG PUNGGUNG BAWAH:
PENYEBAB: Operasi tulang punggung bawah umumnya berupa tidakan
1. Kecelakaan lalu lintas Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan dekompresi, stabilisasi, fusi, atau kombinasi dari tindakan-tindakan
2. Kecelakaan olahraga adalah sebagai berikut: tersebut.
3. Kecelakaan industri 1. Pemeriksaan Rontgen. Pada pemeriksaan Dekompresi
4. Kecelakaan lain, seperti jatuh dari Rontgen, rnanipulasi penderita harus Tindakan dekompresi diindikasikan pada keadaan kompresi saraf
pohon atau bangunan dilakukan secara hati-hati. Pada fraktur C-2, yang oleh orang awam sering disebut sebagai saraf terjepit. Sesuai
5. Luka tusuk, luka tembak pemeriksaan posisi AP dilakukan secara dengan penyebab jepitan, tindakan dekompresi dapat berupa
6. Trauma karena tali pengaman (Fraktur khusus dengan membuka mulut. Pemeriksaan diskektomi (membuang dikus), flavektomi, (membuang ligamentum
Chance) posisi AP secara lateral dan kadang-kadang flavum), laminotomi atau laminektomi (membuang sebagian atau
7. Kejatuhan benda keras oblik dilakukan untuk menilai hal-hal sebagai seluruh lamina), foraminotomi (membebaskan foramen saraf), dan
berikut. facetektomi (membuang sendi facet). Seringkali, tindakan
PATOFISIOLOGI: 2. Diameter anteroposterior kanal spinal. dekompresi membutuhkan kombinasi tindakan-tindakan di atas. Hal
Apabila kontuinitas tulang terputus, hal 3. Kontur, bentuk, dan kesejajaran vertebra. itu disebabkan karena kompresi seringkali terjadi akibat kombinasi
tersebut akan mempengaruhi berbagai bagian 4. Pergerakan fragmen tulang dalam kanal berbagai elemen seperti diskus, ligamentum flavum, dan hipertorfi
struktur yang ada disekelilingnya seperti otot spinal. facet. Selain itu, kombinasi tindakan terkadang diperlukan untuk
dan pembuluh darah. Akibat yang terjadi 5. Keadaan simetris dari pedikel dan prosesus mencapai elemen yang menyebabkan kompresi, misalnya pada
sangat tergantung pada berat ringannya fraktur, tindakan diskektomi, terkadang diperlukan laminotomi dan
spinosus Ketinggian ruangan diskus
tipe, dan luas fraktur. Pada umumnya terjadi flavektomi sebelum diskus dapat dicapai. Oleh karena itu, istilah
edema pada jaringan lunak, terjadi perdarahan intervertebralis Pembengkakanjaringan lunak.
6. Pemeriksaan CT-scan terutama untuk melihat diskektomi meluas mencakup tindakan-tindakan tersebut.
pada otot dan persendian, ada dislokasi atau
pergeseran tulang, ruptur tendon, putus fragmentasi dan pergeseran fraktur dalam Operasi diskektomi diindikasikan pada keadaan dimana kompresi
persyarafan, kerusakan pembuluh darah dan kanal spinal. saraf terjadi karena gangguan di diskus, baik karena herniasi nukleus
perubahan bentuk tulang dan deformitas. Bila 7. Pemeriksaan CT-scan dengan mielografi. pulposus maupun pada keadaan degenerasi diskus. Tindakan
terjadi patah tulang, maka sel – sel tulang mati. 8. Pemeriksaan MRI terutama untuk melihat diskektomi dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari
Perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat jaringan lunak, yaitu diskus intervertebralis diskektomi terbuka yang sederhana, hingga ke teknik endoscopik
patah dan kedalaman jaringan lunak disekitar dan ligamentum flavum serta lesi dalam yang memerlukan alat khusus. Berdasarkan ekstensi operasi,
tulang tersebut dan biasanya juga mengalami diskektomi dapat berupa diskektomi terbuka, mikrodiskektomi,
sumsum medulla spinalis.
kerusakan. Reaksi peradangan hebat timbul mikro endoskopik diskektomi (MED), atau posterior endoscopic
setelah fraktur. lumbar diskektomi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurjannah, Intisari. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) Pengukuran


Outcomes Kesehatan Edisi Keenam Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.
2. Nurjannah, Intisari. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi Kelima Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.
3. Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah: Brunner Suddarth, Vol. 2. Jakarta: EGC.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar Ilmu.
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
5. Supartondo. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai