FRAKTUR
Oleh
Parwoso
NIM. PB1905035
KEPERAWATAN ANAK
FRAKTUR
FRAKTUR
2.Echimosis (Memar)
3.Spasme otot
4.Nyeri
Tanda dan Gejala 5.Kurang/hilang sensasi
6.Krepitasi
7.Pergerakan abnormal
8.Rontgen abnormal
1. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior,
posterior lateral.
2. CT Scan tulang, fomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami
kerusakan.
3. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
Pemeriksaan 4. Hitung darah kapiler:
Penunjang a. HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat
atau menurun.
b. Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal
meningkat.
c. Kadar Ca kalsium, Hb.
d. Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi.
Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan
jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus
dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler
(mis. pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan,
gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu
segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.
Kegelisahan, ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol
dengan berbagai pendekatan (mis. meyakinkan, perubahan
posisi, strategi peredaan nyeri, termasuk analgetika).
Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk
meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran
darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan
harga-diri. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula
diusahakan sesuai batasan terapeutika. Biasanya, fiksasi
interna memungkinkan mobilisasi lebih awal. Ahli bedah
yang memperkirakan stabilitas fiksasi fraktur, menentukan
luasnya gerakan dan stres pada ekstrermitas yang
diperbolehkan, dan menentukan tingkat aktivitas dan beban
berat badan.
Pengkajian 1. Demografi
a. Umur
Biasanya terjadi pada usila (fraktur patologik), anak-anak
hiperaktif.
b. Jenis Kelamin
Pada wanita insiden lebih tinggi untuk terjadinya
osteoporosis karena penurunan kalsium setelah
menopause, sedang pada laki-laki rentang karena
mobilitas tinggi, anak hiperaktif.
c. Pekerjaan
Sering terjadi pada seseorang dengan pekerjaan yang
membutuhkan keseimbangan dan masalah gerakan
(tukang, sopir, pembalap).
2. Keluhan Utama
Nyeri terus menerus dan menambah berat sampai
fragmen tulang bengkak.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat terjadinya trauma baik langsung / tidak langsung,
bagaimana posisi saat terjadi, keadaan setelah terjadi
hingga dibawa rumah sakit.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat trauma baik fisik pada masa lalu, riwayat artritis,
osteomielitis. Penggunaan kortikosteroid yang lama.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ada riwayat keluarga yang menderita sarcoma tulang,
osteoporosis, DM.
4. Pola Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
Pola kesehatan fungsional Gordon yang mungkin mengalami
masalah :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan .
Cara pasien dalam memelihara kesehatan, kebiasaan
mengkonsumsi obat-obat tertentu, kebiasaan ke rumah
sakit / ke panti pijat untuk berobat.
b. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pasien akan mengalami gangguan dalam
memenuhi kebutuhan ADL dan mungkin memerlukan alat
bantu dalam aktivitas.
c. Pola istirahat tidur
Apakah dampak fraktur terhadap pemenuhan istirahat tidur.
d. Pola persepsi sensori dan kognitif
e. Biasanya akan mengalami nyeri pada cidera, pengurangan
sensasi rasa pada bagian proksimal / distal dan fraktur.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status gizi (BB, TB,
LLA), intepretasi gizi (Baik, kurang, buruk)
b. Pemeriksaan Head to toe
c. Nyeri pada lokasi fraktur terutama pada saat digerakkan
d. Pembengkakan
e. Pemendekan ekstremitas yang sakit
f. Paralisis (kehilangan daya gerak)
g. Angulasi ekstremitas yang sakit
h. Krepitasi
i. Spasme otot
j. Parastesi (penurunan sensasi)
k. Pusat dan tidak ada daya ingat, nadi ada bagian distal
pada lokasi fraktur bila aliran darah arteri terganggu oleh
fraktur.
6. Data Penunjang
a. Pemeriksaan rontgen
Untuk menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma pada
pemeriksaan radiologi minimal 2 proyeksi yaitu anterior,
posterior dan lateral.
b. Scan tulang, tomogram, CT-Scan / MRI Untuk
memperlihatkan fraktur juga dapat mengidentifikasi
berdasarkan jaringan lunak.
c. Artenogram
Dilakukan apabila adanya kerusakan vaskuler dicurigai.
d. Hitung darah kapiler:
1) Hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan atau peningkatan leukosit akibat
respon setelah trauma).
2) Kreatinin meningkat : trauma obat meningkat, beban
kreatinin untuk klien ginjal meningkat.
3) Kadar kalsium serum : untuk mengetahui penyebab
fraktur / mempengaruhi kadar kalsium, Hb.
7. Riwayat imunisasi Riwayat tumbuh kembang
8. Riwayat Alergi dan Riwayat penggunaan obat
9. Pola nutrisi/ Risiko nutrisional : skrining nutrisi dengan strong
Kids, ada mual, muntah
10. Pola eliminasi : bak , bab ada diare tidak
11. Pola aktifitas dan istirahat tidur : bermain, kelelahan
12. Pola nilai dan keyakinan/spiritual
13. Pola hubungan sosial
14. Pola persepsi terhadap kesehatan dan konsep diri
15. Status psikologis pasien , koping stress : ada masalah tidak
16. Status ekonomi orang tua
17. Asesmen Nyeri dengan asesmen nyeri menggunakan
instrumen skala nyeri sesuai usia pasien : NIPS untuk
neonatus dan usia kurang dari 1 tahun, FLACC usia kurang
dari 3 tahun, Wong baker Faces Skala usia 3 – 7 tahun, VAS
usia 7 tahun keatas. Bila anak tidak sadar kondisi kritis
menggunakan Comfort Scale
18. Risiko Jatuh/cedera . bila umur kurang dari 13 tahun dengan
metode humty dumty. Bila umur ≥13 tahun : morse
19. Asemen Fungsional dengan barthel indek dan usia ≤12 tahun
dengan barthel indeks modifikasi
20. Kebutuhan edukasi
.
Diagnosa
Diagnosa Tujuan & Kriteria
Keperawatan/kode Intervensi
Keperawatan Hasil
diagnosa
Diagnosis keperawatan fraktur
Konsentrasi da kinkan
enurun(5) Edukasi
1. Anjurkan menggunaka
n pelembab
2. Anjurkan minum air ya
ng cukup
3. Anjurkan meningkatka
n asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatka
n asupan buah dan sa
yur
Kepustakaan
Apley, A.C & Solomon, L. 2010. Buku Ajar Ortopedi dan fraktur
Sistem Apley, ed 7. Jakarta: Widya Medika.
http://fadeyjevera.blogspot.co.id/2009/06/tentang-cedera-
metatarsal.html diakses pada 8 januari 2018 jam 22.00
WIB