Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

FRAKTUR

Oleh
Parwoso
NIM. PB1905035

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN 2020/2021
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

KEPERAWATAN ANAK

FRAKTUR

RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO

FRAKTUR

1. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur tulang, tulang


rawan dan lempeng pertumbuhan yang disebabkan oleh
trauma dan non trauma. Tidak hanya keretakan atau
terpisahnya korteks, kejadian fraktur lebih sering
mengakibatkan kerusakan yang komplit dan fragmen tulang
terpisah. Tulang relatif rapuh, namun memiliki kekuatan dan
kelenturan untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan
oleh cedera, stres yang berulang, kelemahan tulang yang
Pengertian abnormal atau disebut juga fraktur patologis
2. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture
tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ
tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya jika
tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari
yang dapat diabsorbsinya
Etiologi 1. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat
fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

2. Kekerasan tidak langsung


Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah
biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran
vektor kekerasan.

3. Kekerasan akibat tarikan otot


Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan
1.Bengkak/edema

2.Echimosis (Memar)
3.Spasme otot
4.Nyeri
Tanda dan Gejala 5.Kurang/hilang sensasi
6.Krepitasi
7.Pergerakan abnormal
8.Rontgen abnormal

1. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior,
posterior lateral.
2. CT Scan tulang, fomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami
kerusakan.
3. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
Pemeriksaan 4. Hitung darah kapiler:
Penunjang a. HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat
atau menurun.
b. Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal
meningkat.
c. Kadar Ca kalsium, Hb.

Penatalaksanaan 1. Fraktur Terbuka


Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi
oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu
6-8 jam (golden period). Kuman belum terlalu jauh meresap
dilakukan:
a. Pembersihan luka
b. Exici
c. Hecting situasi
d. Antibiotik
2. Seluruh Fraktur
a. Rekognisis/Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa
dan tindakan selanjutnya
b. Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimun. Dapat juga
diartikan Reduksi fraktur (setting tulang) adalah
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasfanatomis (brunner, 2001).
Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat
dilakukan untuk mereduksi fraktur. Metode tertentu yang
dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang
mendasarinya tetap, sama. Biasanya dokter melakukan
reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaring-
an lunak kehilaugan elastisitasnya akibat infiltrasi karena
edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, roduksi
fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai
mengalami penyembuhan.
Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus
dipersiapkan untuk menjalani prosedur; harus diperoleh
izin untuk melakukan prosedur, dan analgetika diberikan
sesuai ketentuan. Mungkin perlu dilakukan anastesia.
Ekstremitas yang akan dimanipulasi harus ditangani
dengan lembut untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
Reduksi tertutup. Pada kebanyakan kasus, reduksi
tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang
keposisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan
manipulasi dan traksi manual.
Ekstremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan,
sementara gips, bidai dan alat lain dipasang oleh dokter.
Alat immobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan
ekstremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-x harus
dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah
dalam kesejajaran yang benar.
Traksi. Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek
reduksi dan imoblisasi. Beratnya traksi disesuaikan
dengan spasme otot yang terjadi. Sinar-x digunakan
untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen
tulang. Ketika tulang sembuh, akan terlihat pembentukan
kalus pada sinar-x. Ketika kalus telah kuat dapat
dipasang gips atau bidai untuk melanjutkan imobilisasi.
Reduksi Terbuka. Pada fraktur tertentu memerlukan
reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen
tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, plat paku, atau batangan logam digunakan
untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. Alat ini
dapat diletakkan di sisi tulang atau langsung ke rongga
sumsum tulang, alat tersebut menjaga aproksimasi dan
fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.
c. Retensi/Immobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang
sehingga kembali seperti semula secara optimun.
Imobilisasi fraktur. Setelah fraktur direduksi, fragmen
tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam
posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. -
Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips,
bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator
eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi
interna yang berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur.

d. Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi.
Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan
jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus
dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler
(mis. pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan,
gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu
segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.
Kegelisahan, ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol
dengan berbagai pendekatan (mis. meyakinkan, perubahan
posisi, strategi peredaan nyeri, termasuk analgetika).
Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk
meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran
darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan
harga-diri. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula
diusahakan sesuai batasan terapeutika. Biasanya, fiksasi
interna memungkinkan mobilisasi lebih awal. Ahli bedah
yang memperkirakan stabilitas fiksasi fraktur, menentukan
luasnya gerakan dan stres pada ekstrermitas yang
diperbolehkan, dan menentukan tingkat aktivitas dan beban
berat badan.

Pengkajian 1. Demografi
a. Umur
Biasanya terjadi pada usila (fraktur patologik), anak-anak
hiperaktif.
b. Jenis Kelamin
Pada wanita insiden lebih tinggi untuk terjadinya
osteoporosis karena penurunan kalsium setelah
menopause, sedang pada laki-laki rentang karena
mobilitas tinggi, anak hiperaktif.
c. Pekerjaan
Sering terjadi pada seseorang dengan pekerjaan yang
membutuhkan keseimbangan dan masalah gerakan
(tukang, sopir, pembalap).
2. Keluhan Utama
Nyeri terus menerus dan menambah berat sampai
fragmen tulang bengkak.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat terjadinya trauma baik langsung / tidak langsung,
bagaimana posisi saat terjadi, keadaan setelah terjadi
hingga dibawa rumah sakit.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat trauma baik fisik pada masa lalu, riwayat artritis,
osteomielitis. Penggunaan kortikosteroid yang lama.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ada riwayat keluarga yang menderita sarcoma tulang,
osteoporosis, DM.
4. Pola Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
Pola kesehatan fungsional Gordon yang mungkin mengalami
masalah :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan .
Cara pasien dalam memelihara kesehatan, kebiasaan
mengkonsumsi obat-obat tertentu, kebiasaan ke rumah
sakit / ke panti pijat untuk berobat.
b. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pasien akan mengalami gangguan dalam
memenuhi kebutuhan ADL dan mungkin memerlukan alat
bantu dalam aktivitas.
c. Pola istirahat tidur
Apakah dampak fraktur terhadap pemenuhan istirahat tidur.
d. Pola persepsi sensori dan kognitif
e. Biasanya akan mengalami nyeri pada cidera, pengurangan
sensasi rasa pada bagian proksimal / distal dan fraktur.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status gizi (BB, TB,
LLA), intepretasi gizi (Baik, kurang, buruk)
b. Pemeriksaan Head to toe
c. Nyeri pada lokasi fraktur terutama pada saat digerakkan
d. Pembengkakan
e. Pemendekan ekstremitas yang sakit
f. Paralisis (kehilangan daya gerak)
g. Angulasi ekstremitas yang sakit
h. Krepitasi
i. Spasme otot
j. Parastesi (penurunan sensasi)
k. Pusat dan tidak ada daya ingat, nadi ada bagian distal
pada lokasi fraktur bila aliran darah arteri terganggu oleh
fraktur.
6. Data Penunjang
a. Pemeriksaan rontgen
Untuk menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma pada
pemeriksaan radiologi minimal 2 proyeksi yaitu anterior,
posterior dan lateral.
b. Scan tulang, tomogram, CT-Scan / MRI Untuk
memperlihatkan fraktur juga dapat mengidentifikasi
berdasarkan jaringan lunak.
c. Artenogram
Dilakukan apabila adanya kerusakan vaskuler dicurigai.
d. Hitung darah kapiler:
1) Hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan atau peningkatan leukosit akibat
respon setelah trauma).
2) Kreatinin meningkat : trauma obat meningkat, beban
kreatinin untuk klien ginjal meningkat.
3) Kadar kalsium serum : untuk mengetahui penyebab
fraktur / mempengaruhi kadar kalsium, Hb.
7. Riwayat imunisasi Riwayat tumbuh kembang
8. Riwayat Alergi dan Riwayat penggunaan obat
9. Pola nutrisi/ Risiko nutrisional : skrining nutrisi dengan strong
Kids, ada mual, muntah
10. Pola eliminasi : bak , bab ada diare tidak
11. Pola aktifitas dan istirahat tidur : bermain, kelelahan
12. Pola nilai dan keyakinan/spiritual
13. Pola hubungan sosial
14. Pola persepsi terhadap kesehatan dan konsep diri
15. Status psikologis pasien , koping stress : ada masalah tidak
16. Status ekonomi orang tua
17. Asesmen Nyeri dengan asesmen nyeri menggunakan
instrumen skala nyeri sesuai usia pasien : NIPS untuk
neonatus dan usia kurang dari 1 tahun, FLACC usia kurang
dari 3 tahun, Wong baker Faces Skala usia 3 – 7 tahun, VAS
usia 7 tahun keatas. Bila anak tidak sadar kondisi kritis
menggunakan Comfort Scale
18. Risiko Jatuh/cedera . bila umur kurang dari 13 tahun dengan
metode humty dumty. Bila umur ≥13 tahun : morse
19. Asemen Fungsional dengan barthel indek dan usia ≤12 tahun
dengan barthel indeks modifikasi
20. Kebutuhan edukasi
.

Diagnosa
Diagnosa Tujuan & Kriteria
Keperawatan/kode Intervensi
Keperawatan Hasil
diagnosa
Diagnosis keperawatan fraktur

(D.0077) Nyeri akut Tingkat nyeri men Manajemen nyeri (I.0823


berhubungan urun, 8)
dengan agen (L08066) dengan Tindakan
pencidera fisik kriteria hasil: Observasi
(D.0077)  Keluhan nyeri
Identifikasi lokasi, karakt
dari meningkat
eristik, durasi, frekuensi,
(1) menjadi me
kualitas, intensitas nyeri.
nurun(5)
 Kesulitan tidur
1. Identifikasi skala nyeri
dari meningkat
2. Identifikasi respons ny
(1) menjadi me
eri non verbal.
nurun(5)
3. Identifikasi faktor yang
 Frekuensi nadi
memperberat dan me
dari meningkat
mperingan nyeri
(1) menjadi me
4. Identifikasi pengetahu
mbaik(5)
an dan keyakinan tent
 Anoreksia dari
ang nyeri
meningkat(1)
5. Identifaksi pengaruh bu
menjadi menur
daya terhadap respon
un(5)
s nyeri
 Ketegangan ot 6. Identifikasi pengaruh n
ot dari mening yeri pada kualitas hidu
kat(1) menjadi p
menurun(5) 7. Monitor keberhasilan t
erapi komplementer y
ang sudah diberikan
8. Monitor efek samping
penggunaan analgetik.
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfar
makologis untuk meng
urangi nyeri ( misal : T
ENS, hipnosis, akupre
sur, terapi musik, biofe
edback, terapi pijat, ar
omaterapi, teknik imaji
nasi terbimbing, kompr
es hangat/dingin, tera
pi bermain)
2. Kontrol lingkungan ya
ng memperberat rasa
nyeri (misal : suhu rua
ngan, pencahayaan, k
ebisingan)
3. Fasilitasi istirahat tidur
4. Pertimbangkan jenis d
an sumber nyeri dala
m pemilihan strategi m
eredakan nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi m
eredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan mengguna
kan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfar
makologis untuk me
ngurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian an
algetik, jika perlu

Ansietas Tingkat ansietas Reduksi Ansietas (I.0931


D. 0080 berhubungan munurun 4)
dengan krisis (L09093) dengan k Tindakan
situasional riteria hasil : Observasi
(D. 0080)  Verbalisasi kebi 1. Identifikasi saat tingkat
ngungan dari m ansietas berubah (mis
eningkat (1) me al :kondisi, waktu, stre
njadi menurun ssor)
(5) 2. Identifikasi kemampua
 Verbalisasi kha n mengambil keputusa
watir akibat kon n
disi yang dihada 3. Monitor tanda-tanda a
pi dari meningk nsietas (verbal dan no
at (1) menjadi m nverbal)
enurun (5) Terapeutik
 Perilaku gelisah 1. Ciptakan suasana terap
dari meningkat eutik untuk menumbuh
(1) menjadi me kan kepercayaan
nurun (5) 2. Temani pasien untuk

 Perilaku tegang mengurangi kecemasa

dari meningkat n, jika memungkinkan

(1) menjadi me 3. Pahami situasi yang m

nurun (5) embuat ansietas

 Pola tidur dari 4. Dengarkan dengan pe

menurun(1) me nuh perhatian

njadi membaik 5. Gunakan pendekatan y


(5) ang tenang dan meya

 Konsentrasi da kinkan

ri menurun (1) 6. Tempatkan barang pri

menjadi memba badi yang memberikan


ik (5) kenyamanan
7. Motivasi mengidentifik
asi situasi yang memic
u kecemasan
8. Diskusikan perencana
an realistis tentang per
istiwa yang akan data
ng
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, ter
masuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara fa
ktual mengenai diagno
sis, pengobatan, dan p
rognosis
3. Anjurkan keluarga unt
uk tetap bersama pasi
en, jika perlu
4. Anjurkan melakukan k
egiatan yang tidak ko
mpetitif, sesuai kebutu
han
5. Anjurkan mengungkap
kan perasaan dan per
sepsi
6. Latih kegiatan pengali
han untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan me
kanisme pertahanan di
ri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian ob
at anti ansietas, jika perlu
Gangguan Integritas kulit d Perawatan integritas ku
D.0129 integritas an jaringan meni lit (I.11353)
kulit/jaringan ngkat (L14125) Tindakan
berhubungan dengan kriteria Observasi
dengan fakto hasil 1. Identifikasi penyebab g
r mekanis (D.  Kerusakan jari angguan integritas kuli
0129). ngan dari meni t
ngkat(1) menja Terapeutik
di menurun(5). 1. Ubah posisi tiap 2 jam
 Kerusakan lapi jika tirah baring
san kulit dari m 2. Lakukan pemijatan pa
eningkat (1) m da area penonjolan tul
enjadi menuru ang, jika perlu
n(5) 3. Gunakan produk berb
 Nyeri dari meni ahan ringan /alami da
ngkat(1) menja n hipoalergenik pada k
di menurun(5) ulit sensitif

 Perdarahan d 4. Hindari produk berbah

ari meningkat an dasar alkohol pada

(1) menjadi m kulit kering

enurun(5) Edukasi
1. Anjurkan menggunaka
n pelembab
2. Anjurkan minum air ya
ng cukup
3. Anjurkan meningkatka
n asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatka
n asupan buah dan sa
yur

Perawatan luka (I.1456


4)
Tindakan
Observasi
1. Monitor karakteristik
luka
2. Monitor tanda-tanda in
feksi
Terapeutik
1. Lepaskan balutan dan
plester secara perlaha
n
2. Bersihkan dengan cair
an NaCl atau pembers
ih nontoksik, sesuai ke
butuhan
3. Bersihkan jaringan ne
krotik
4. Berikan salep yang se
suai ke kulit, jika perlu
5. Pasang balutan sesuai
jenis luka
6. Pertahankan teknik st
eril saat melakukan pe
rawatan luka
7. Ganti balutan sesuai j
umlah eksudat dan dr
ainase
8. Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam ata
u sesuai kondisi pasie
n
9. Berikan suplemen vita
min dan mineral sesua
i indikasi
10. Berikan terapi TENS
(stimulasi saraf transk
utaneus), jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan ge
jala infeksi
2. Anjurkan mengkonsu
msi makanan tinggi ka
lori dan protein
3. Ajarkan prosedur pera
watan luka secara ma
ndiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur d
ebridement, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu

Gangguan Mobilitas fisik me Dukungan Ambulasi (I.


D.0054 mobilitas ningkat (L05042), 06171)
fisik berhubu dengan kriteria Tindakan
ngan dengan hasil : Observasi
kerusakan int  Pergerakan ek 1. Identifikasi adanya ny
egritas strukt stremitas dari eri atau keluhan fisik l
ur tulang (D.0 menurun(1) m ainnya
054). enjadi meningk 2. Identifikasi toleransi fis
at(5) ik melakukan ambulasi
 Kekuatan otot 3. Monitor frekuensi jantu
dari menurun ng dan tekanan darah
(1) menjadi me sebelum dan sesudah
ningkat(5) memulai ambulasi
 Rentang gerak 4. Monitor kondisi umum
(ROM) dari me selama melakukan am
nurun(1) menja bulasi
di meningkat Terapeutik
(5) 1. Fasilitasi aktivitas amb

 Nyeri dari meni ulasi dengan alat bant

ngkat (1) menj u (mis.tongkat,kruk)

adi menurun(5) 2. Fasilitasi melakukan m


 Kelemahan fisi obilitas fisik
k dari meningk 3. Libatkan keluarga untu
at(1) menjadi k membantu pasien da
menurun(5) lam meningkatkan am
bulasi
Edukasi
1. Jelaskan ujuan dan pr
osedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan a
mbulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sede
rhana yang harus dilak
ukan (misal: berjalan d
ari tempat tidur ke kur
si roda).

Dukungan Mobilisasi (I.


05173)
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi adanya ny
eri atau keluhan fisik l
ainnya
2. Identifikasi toleransi fis
ik melakukan pergerak
an
3. Monitor frekuensi jantu
ng dan tekanan darah
sebelum dan sesudah
memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi umum
selama melakukan mo
bilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mob
ilisasi dengan alat ban
tu
2. Fasilitasi melakukan p
ergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untu
k membantu pasien da
lam meningkatkan per
gerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan pr
osedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sed
erhana yang harus dil
akukan
D.0142 Resiko infeksi Tingkat infeksi m PencegahanInfeks
berhubungan enurun,(L14137) i(I.14539)
prosedur invas dengan kriteria Tindakan
if (D.0142) hasil : Observasi
 Demam dari m 1. Monitor tanda dan gej
eningkat(1) me ala infeksi lokal dan si
njadi menurun stemik
(5) 2. Terapeutik
 Kemerahan da 3. Batasi jumlah pengunj
ri meningkat(1) ung
menjadi menur 4. Berikan perawatan kuli
un(5) t pada area edema
 Nyeri dari meni 5. Cuci tangan sebelum
ngkat(1) menja dan sesudah kontak d
di menurun(5) engan pasien dan ling

 Kadar sel dara kungan pasien


h putih dari me 6. Pertahankan teknik as
ningkat (1) me eptik pada pasien beri
njadi menurun
(5) siko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan ge
jala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memerik
sa kondisi luka atau lu
ka operasi
4. Anjurkan meningkatka
n asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatka
n asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imuniasasi, jika perlu.
1. KIE immobilisasi sesuai instruksi dokter
2. KIE Relaksasi napas dalam
3. KIE kebutuhan Nutrisi dan cairan
KIE
4. KIE pengurangan rasa nyeri dengan cara kompres hangat
5. KIE Pencegahan infeksi, cuci tangan
6. KIE penggunakan kruk jika berjalan
Discharge Planning 1. Aktivitas sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kondisi fisik anak.
2. Jelaskan terapi yang diberikan :
dosis, efek samping . pengobatan Antibiotika harus dihabiskan
sesuai aturan untuk menghindari resistensi. Pemberian
analgetik jika nyeri
3. Jelaskan prinsip pengobatan
fraktur dengan immobilisasi dengan waktu tertentu sesuai
instruksi dokter
4. Kontrol rutin dan jika terjadi
tanda – tanda kegawatan di rumah seperti kontraktur, kebiruan
disekitar lokasi fraktur, paresthesia disekitar lokasi fraktur

Penelaah Kritis Sub Komite Mutu Keperawatan

Kepustakaan

Apley, A.C & Solomon, L. 2010. Buku Ajar Ortopedi dan fraktur
Sistem Apley, ed 7. Jakarta: Widya Medika.

Capernito, Linda Juall. 1993. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada


Praktek Klinis, ed 6. Jakarta: EGC.

Doengoes, M.E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan


Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, ed 3. Jakarta: EGC.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah, vol 2. Jakarta: EGC.
Harnowo, S. 2001. Keperawatan Medikal Bedah untuk
Akademi Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing


Diagnoses: Definitions & Classification, 2015–2017. 10nd
ed. Oxford: Wiley Blackwell.

Hidayat, Aziz.A & Uliyah,M . 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar


Manusia, pendekatan kurikulum berbasis kompetensi.
Surabaya : Health Books Publishing

Long, B.C. 1988. Perawatan Medikal Bedah Suatu Pendekatan


Proses Keperawatan. Bandung: Yayasan IAPK
Padjajaran.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien


Gangguan Sistem Muskulukeletal. Jakarta : EGC.

Price, S A & Wilson, L M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-


proses Penyakit, jilid 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2010. Keperawatan


Medikal Bedah 2, Edisi 8. Jakarta : EGC

http://fadeyjevera.blogspot.co.id/2009/06/tentang-cedera-
metatarsal.html diakses pada 8 januari 2018 jam 22.00
WIB

Brokker, 2011 Medical Surgical Nursing Clinical Management for


Positive Outcomes.2004
Brunner and Suddarth , 2010. Buku Ajar Bedah, Ed. 6, EGC,
Jakarta.
Carwin, 2009. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan
Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Mansjoer, A. dkk . 2010 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 3. Edisi
4. Jakarta: Media Aesculopius
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing
Diagnosis : Definition and Classification 2011-2012. NANDA
International. Philadelphia.
Smeltze. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. EGC:
Jakarta.
Suratun. 2012. Anatomi Muskuloskeletal, Program Studi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD. dr.
Soetomo
Watson. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 4.
Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia, DPP PPNI ,
Jakarta Selatan
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019, Standar Luaran Keperawatan In
donesia, DPP PPNI ,
Jakarta Selatan
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2019, Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia, DPP PPNI ,
Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai