“FRAKTUR SPIRAL”
NAMA NIM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
TERMINOLOGI
Fraktur spiral adalah fraktur yang terjadi ketika tulang panjang robek menjadi
setengah oleh gaya puntir atau benturan. Tulang panjang adalah tulang tubuh yang
lebih panjang dari lebar. Sebagian besar fraktur spiral melibatkan tulang panjang dari
tungkai, seperti tulang paha, tibia, dan fibula. Cedera juga bisa melibatkan tulang
panjang dari lengan, termasuk humerus, ulna, dan jari-jari. Ketika tulang panjang
patah pada suatu sudut, mereka sering terpisah menjadi dua bagian yang tidak sejajar
dan memiliki tepi kasar, tidak rata. Fraktur ini dapat menyulitkan untuk menyatukan
tulang.
Fraktur spiral kadang-kadang disebut fraktur torsi atau puntir. Fraktur ini
timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak
dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar. Fraktur spiral biasanya luka
serius dan membawa risiko komplikasi.
ETIOLOGI
Penyebab fraktur spiral sama dengan penyebab fraktur pada umumnya dimana
trauma atau terjadinya benturan merupakan penyebab utama fraktur, dimana trauma
tersebut kekuatannya atau benturan melebihi kekuatan tulang. Trauma-trauma terjadi
secara langsung dan tidak langsung. Penyebab fraktur dapat dikarenakan (Sachdeva
1996) :
DIAGNOSIS
Diagnosa dapat ditegakan berdasarkan anamnese, gejala klinis dan rontgen.
Anamnesa harus dilakukan dengan cermat, karena tidak selamanya terjadi didaerah
trauma dan mungkin fraktur terjadi didaerah lain. Trauma harus diperinci kapan
terjadinya, dimana terjadinya, jenisnya, arah trauma, dan posisi pasien atau
ekstremitas bersangkutan (mekanisme trauma).
Meniti kembali trauma ditempat lain secara sistematik dari kepala, muka,
leher, dada, dan perut. Selain itu pemeriksaan fisik juga perlu dilakukan untuk
menunjang diagnosa. Perlu diperhatikan adanya syok, anemia, pendarahn, kerusakan
organ-organ lain, faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis. Pemeriksaan
fisik dapat meliputi :
1. Inspeksi (look)
Meliputi : Membandingkan dengan bagian yang sehat dan memperhatikan
posisi anggota gerak. Keadaan umum pasien secara keseluruhan, ekspresi wajah
karena nyeri, dan adanya tanda-tanda anemia karena pendarahan. Apakah terdapat
luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur terbuka atau tertutup.
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ lain dan perhatikan
kondisi mental pasien.
2. Palpasi
Meliputi :
Temperatur setempat
Nyeri tekan, yang bersifat superficial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang,
Krepitasi, dilakukan dengan perabaan dan harus berhati-hati,
Pemeriksaan vascular pada daerah distal trauma berupa palpasi.
3. Pergerakan (move)
Dengan mengajak pasien untuk menggerakan secara aktif dan pasif sendi
proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma.
Selain itu, terdapat juga diagnosa penunjang yang meliputi :
Radiografi (Radiograph sangat menentukan kesimpulan diagnosa, hal
ini akan sangat menentukan untuk pemilihan cara terapi yang tepat)
CT Scan
Magnetic Rensonance (MRI)
Gambar 1 : Variasi fraktur. Complete fractures: (a) transversal; (b) segmental;
(c) spiral. Incomplete fractures: (d) fraktur buckle; (e, f) fraktur greenstick
(Solomon et al., 2010)
TERAPI
Patah tulang spiral adalah fraktur tulang yang disertai dengan terpilinya ekstremitas.
Bentuk fraktur ini biasanya cepat sembuh walaupun dengan imobilisasi eksterna.
fraktur spiral
Prinsip penanganan fraktur didasarkan pada 4 konsep utama yang kerap kali disebut sebagai
4 R, yaitu :
2. Reduksi
Merupakan tahan reposisi yaitu mengembalikan fragmen-fragmen
fraktur sesuai dengan jenis fraktur yang terjadi, sehingga dapat diposisikan
kembali semirip mungkin dengan keadaan normal.
3. Retensi
Dikatakan pula sebagai tindakan fiksasi atau imobilisasi yang
merupakan tindakan mempertahankan dan menahan fragmen-fragmen fraktur
tersebut untuk penyembuhan.
4. Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi tulang secara
sempurna, dengan cara:
- Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
- Meninggikan ekstremitas untuk meminimalkan pembengkakan
- Memantau status neorovaskular
- Mengontrol kecemasan dan nyeri
- Latihan isometrik dan setting otot
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma Widia D.A.N, Pemayun Putra I G.A. Gde. 2016. Fraktur Os Tibia Fibula
pada Anjing Lokal. Laboratorium Bedah Veteriner. Denpasar
Fossum T.W. et al. 2002. Small Animal Surgery. 2nd ed. China. Mosby
Johnson Ann L. 2005. Atlas of Orthopedic Surgical Procedure of The Dog and Cat.
Elserier Inc.
USA
Fossum T.W. et al. 2002. Small Animal Surgery. 2nd ed. China.
Sachdeva R.K., 1996. Catatan Ilmu Bedah. Ed 5, Jakarta: Hipocrates, hal 245-249
Dada, A . KT., 2016. Bedah Kasus Fraktur Os Femur Sinistra pada Anjing Lokal.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/c4e52569d7324c6ea64
50ae9d98f79ad.pdf