Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH

ILMU BEDAH UMUM VETERINER

“FRAKTUR SPIRAL”

NAMA NIM

1. Putu Jodi Wiraguna Tangkas 1609511057

2. I Made Kerta Pratama 1609511058

3. Ni Wayan Suryanadi 1609511066

4. I Made Bayu Panida Yudha B. 1609511085

5. I Komang Susila Semadi Putra 1609511089

6. Ni Wayan Ayu Rukmini 1609511091

7. Putu Oky Astawibawa 1609511092

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019
TERMINOLOGI

Fraktur spiral adalah fraktur yang terjadi ketika tulang panjang robek menjadi
setengah oleh gaya puntir atau benturan. Tulang panjang adalah tulang tubuh yang
lebih panjang dari lebar. Sebagian besar fraktur spiral melibatkan tulang panjang dari
tungkai, seperti tulang paha, tibia, dan fibula. Cedera juga bisa melibatkan tulang
panjang dari lengan, termasuk humerus, ulna, dan jari-jari. Ketika tulang panjang
patah pada suatu sudut, mereka sering terpisah menjadi dua bagian yang tidak sejajar
dan memiliki tepi kasar, tidak rata. Fraktur ini dapat menyulitkan untuk menyatukan
tulang.

Fraktur spiral kadang-kadang disebut fraktur torsi atau puntir. Fraktur ini
timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak
dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar. Fraktur spiral biasanya luka
serius dan membawa risiko komplikasi.

ETIOLOGI
Penyebab fraktur spiral sama dengan penyebab fraktur pada umumnya dimana
trauma atau terjadinya benturan merupakan penyebab utama fraktur, dimana trauma
tersebut kekuatannya atau benturan melebihi kekuatan tulang. Trauma-trauma terjadi
secara langsung dan tidak langsung. Penyebab fraktur dapat dikarenakan (Sachdeva
1996) :

1. Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh


Cedera ataupun benturan merupakan penyebab utama fraktur spiral
maupun fraktur pada umumnya , dimana cedera dapat terjadi biasanya
karena kecelakaan , maupun kesalahan waktu latihan
2. Fraktur Patologik yaitu kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana
dengan trauma dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai
keadaan berikut
a) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
b) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat
disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Adapun faktor-faktor yang menunjang terjadinya fraktur diantaranya adalah:
a) Umur : Hewan yang berumur muda lebih mudah mengalami faktur
dibandingkan hewan tua. Hal ini disebabkan tulang hewan muda lebih
lunak konsistensinya dan masih banyak mengandung zat perekat.
Sedangakan hewan tua mempunayai zat perekat sedikit sehingga
konsistensi tulangtulangnya menjadi keras.
b) Gizi : Hewan yang begizi jelek akan lebih mudah mengalami fraktur
dibandingkan hewan yang bergizi baik. Disamping pembentukan urat
daging yang baik dari karbohidrat, protein dan lemak, pertumbuhan
tulangnya juga akan lebih baik dengan cukupnya meneral dan vitamin
yang dikonsumsi. Hewan yang kekurangan mineral, terutama yang
berfungsi untuk komponen tulang seperti kalsium dan fosfor, maka
tulangnya menjadi rapuh.
TANDA KLINIS
Hewan yang mengalami fraktur spiral memperlihatkan tanda klinis seperti
pincang, pembengkakan, krepitasi. Krepitasi adalah suara-suara yang dihasilkan oleh
gesekan-gesekan dari segmen-segmen.Pembengkakan terjadi akibat adanya reaksi
tubuh terhadap fraktur.

Di daerah terjadinya fraktur terdapat perdarahan dan kerusakan jaringan


tubuh, sehingga terjadi reaksi pertahanan tubuh karena kepingan-kepingan di daerah
tesebut dianggap benda asing atau adanya infeksi sekunder oleh kuman- kuman. Rasa
nyeri, akan timbul dengan spontan bila bagian yang mengalami fraktur digerakkan,
sehingga hewan yang mengalami patah tulang biasanya malas bergerak dan
cenderung akan mengangkat bagian yang fraktur, hal tersebut disebabkan oleh rasa
sakit dan nyeri. Rasa nyeri tersebut juga berguna untuk menentukan lokasi fraktur.

DIAGNOSIS
Diagnosa dapat ditegakan berdasarkan anamnese, gejala klinis dan rontgen.
Anamnesa harus dilakukan dengan cermat, karena tidak selamanya terjadi didaerah
trauma dan mungkin fraktur terjadi didaerah lain. Trauma harus diperinci kapan
terjadinya, dimana terjadinya, jenisnya, arah trauma, dan posisi pasien atau
ekstremitas bersangkutan (mekanisme trauma).
Meniti kembali trauma ditempat lain secara sistematik dari kepala, muka,
leher, dada, dan perut. Selain itu pemeriksaan fisik juga perlu dilakukan untuk
menunjang diagnosa. Perlu diperhatikan adanya syok, anemia, pendarahn, kerusakan
organ-organ lain, faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis. Pemeriksaan
fisik dapat meliputi :
1. Inspeksi (look)
Meliputi : Membandingkan dengan bagian yang sehat dan memperhatikan
posisi anggota gerak. Keadaan umum pasien secara keseluruhan, ekspresi wajah
karena nyeri, dan adanya tanda-tanda anemia karena pendarahan. Apakah terdapat
luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur terbuka atau tertutup.
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ lain dan perhatikan
kondisi mental pasien.
2. Palpasi
Meliputi :
 Temperatur setempat
 Nyeri tekan, yang bersifat superficial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang,
 Krepitasi, dilakukan dengan perabaan dan harus berhati-hati,
 Pemeriksaan vascular pada daerah distal trauma berupa palpasi.
3. Pergerakan (move)
Dengan mengajak pasien untuk menggerakan secara aktif dan pasif sendi
proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma.
Selain itu, terdapat juga diagnosa penunjang yang meliputi :
 Radiografi (Radiograph sangat menentukan kesimpulan diagnosa, hal
ini akan sangat menentukan untuk pemilihan cara terapi yang tepat)
 CT Scan
 Magnetic Rensonance (MRI)
Gambar 1 : Variasi fraktur. Complete fractures: (a) transversal; (b) segmental;
(c) spiral. Incomplete fractures: (d) fraktur buckle; (e, f) fraktur greenstick
(Solomon et al., 2010)

Gambar 2. Sketsa Fraktur Spiral


PROGNOSIS
Pada fraktur spiral umumnya rasa sakit akan hilang dalam beberapa minggu
hingga beberapa bulan setelah melakukan pengobatan. Kasus fraktur biasanya
bervariasi tergantung dari berat ringannya fraktur, tempat terjadinya fraktur, umur
hewan, individual hewan, cepat lambatnya penanganan dan teknik penanganan
fraktur serta perawatan pasca operasi.

TERAPI

Patah tulang spiral adalah fraktur tulang yang disertai dengan terpilinya ekstremitas.
Bentuk fraktur ini biasanya cepat sembuh walaupun dengan imobilisasi eksterna.

fraktur spiral
Prinsip penanganan fraktur didasarkan pada 4 konsep utama yang kerap kali disebut sebagai
4 R, yaitu :

1. Rekognisi atau pengenalan dilakukan dengan :


- Anamnesa, sebab dan waktu kejadian fraktur
- Inspeksi : dengan mengamati adanya kepincangan, pembengkakan atau
perubahan warna
- Pergerakan : mengamati adanya gangguan pergerakan apakah ada gerakan
palsu atau gerakan pasif. Pada patah tulang umumnya akan terjadi
fungsiolaesa atau gangguan fungsi pada tulang.
- Pengukuran : mengamati adanya kemungkinan kesimetrisan atau
pemendekan pada tulang.
- Palpasi : untuk melihat dan mengamati kemungkinan adanya krepitasi,
uedem, rasa sakit atau gejala lain.
- Diagnose dengan roentgen atau sinar X. Pengambilan foto roentgen
diambil dengan dua posisi tegak lurus, untuk mendaoat gambaran
kedudukan tulang dan fraktur yang terjadi sehingga dapat dipilih terapi
yang paling tepar dan dengan posisi pembedahan yang tepat apabila
memang diperlukan.

2. Reduksi
Merupakan tahan reposisi yaitu mengembalikan fragmen-fragmen
fraktur sesuai dengan jenis fraktur yang terjadi, sehingga dapat diposisikan
kembali semirip mungkin dengan keadaan normal.

3. Retensi
Dikatakan pula sebagai tindakan fiksasi atau imobilisasi yang
merupakan tindakan mempertahankan dan menahan fragmen-fragmen fraktur
tersebut untuk penyembuhan.
4. Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi tulang secara
sempurna, dengan cara:
- Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
- Meninggikan ekstremitas untuk meminimalkan pembengkakan
- Memantau status neorovaskular
- Mengontrol kecemasan dan nyeri
- Latihan isometrik dan setting otot
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma Widia D.A.N, Pemayun Putra I G.A. Gde. 2016. Fraktur Os Tibia Fibula
pada Anjing Lokal. Laboratorium Bedah Veteriner. Denpasar

Fossum T.W. et al. 2002. Small Animal Surgery. 2nd ed. China. Mosby

Johnson Ann L. 2005. Atlas of Orthopedic Surgical Procedure of The Dog and Cat.
Elserier Inc.

USA

Fossum T.W. et al. 2002. Small Animal Surgery. 2nd ed. China.

Sachdeva R.K., 1996. Catatan Ilmu Bedah. Ed 5, Jakarta: Hipocrates, hal 245-249

Dada, A . KT., 2016. Bedah Kasus Fraktur Os Femur Sinistra pada Anjing Lokal.

Dapat diakses Pada

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/c4e52569d7324c6ea64
50ae9d98f79ad.pdf

Anda mungkin juga menyukai