Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR OS RADIALIS

DI RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

Disusun Oleh :

ENI SEPTIYANI ( 2005020 )

EVA RISTYOWATI ( 2005021 )

FIRDA NOOR A ( 2005023

JEMY KASANOFA ( 2005025 )

LINDA ANGGITA A ( 2005027 )

LUTFIAH DWI N (2005028)

MELA HULIAH ( 2005029 )

MITA WULANSARI ( 2005030 )

MUHAMMAD SUGIONO ( 2005031 )

NADYA RIZQIYATUL M ( 2005032 )

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG


BAB I

A. LATAR BELAKANG
Definisi sehat yang dikemukakan oleh World Health Organization (WHO)
merupakan keadaan lengkap fisik,mental dan kesejahteraan sosial dan tidak hanya tidak
adanya penyakit atau kelemahan. Batasan (WHO) tentang kesehatan ini menjelaskan bahwa
yang dimaksud sehat bukan hanya sekedar bebas dari penyakit atau kelemahan,melainkan
hadirnya tiga kriteria sehat yaitu: terbebas dari kekurangan (complete) secara fisik, mental
dan sejahtera social (Utami, 2017).
Keadaan sehat baik fisik,mental maupun sosial manusia tergantung seberapa
tingginya tingkat aktivitas dan mobilitas manusia.Indonesia merupakan negara berkembang
yang tingkat mobilitas dan kebutuhan warganya terus meningkat dari tahun ke tahun,pastinya
merasa kesulitan mengatur waktu karena waktu yang mereka miliki tidak sebanding dengan
aktifitas dan kebutuhan yang harus mereka lakukan,akibatnya terburu buru dan kurangnya
kehati-hatian dalam beraktivitas.Hal ini umumnya memicu terjadinya kecelakaan dalam
bekerja maupun kecelakaan bermotor yang akan menyebabkan cedera (Ririn Purwanti, 2017).
Cedera yaitu dampak dari agen eksternal yang menimbulkan kerusakan fisik maupun
mental.Cedera termasuk salah satu dari beberapa penyebab utama morbiditas dan mortalitas
di dunia.Prevalensi cedera pada tahun 2007 mencapai 7,5% dan mengalami peningkatan
tahun 2013 yaitu 8,5%.Melihat karakteristik perkembangannya toddler lebih beresiko
mengalami cedera.Hal ini dapat berdampak pada psikologis, terganggunya proses
pertumbuhan dan perkembangannya dikemudian hari,menimbulkan kecacatan bahkan lebih
fatal bisa menyebabkan kematian (Hastuti, 2017) cedera yang sering kita jumpai dari kejadian
tersebut adalah penyakit musculoskeletal, seperti tendinitis, ostheoarthritis dan fracture (Ririn
Purwanti, 2017).
Penyakit muskuloskeletal merupakan salah satu penyakit dan cedera yang banyak
ditemukan di hampir seluruh dunia,bahkan WHO sudah menetapkan bahwa dalam 10 tahun
terakhir sebagai “The Bone and Joint Decade”(Ramadhani et al., 2019). Cedera adalah
kondisi seseorang yang mempunyai gangguan fisik seperti hilangnya sebagian atau kurang
berfungsinya anggota badan sebagai akibat dari trauma yang pernah dialami (Kemenkes RI,
2018). Trauma merupakan suatu cedera atau rudapaksa yang dapat mencederai fisik maupun
psikis. Trauma jaringan lunak muskuloskeletal dapat berupa luka (vulnus),perdarahan, memar
(kontusio),regangan atau robekan parsial (sprain),putus atau robekan (avulsi atau rupture),

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah ini adalah
bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan post operatif Fracture Di RS Roemani
Muhammadiyah Semarang Tahun 2022

C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penulisan proposal karya tulis ilmiah ini dibedakan menjadi dua
tujuan yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Post operatif Fracture DI rs Roemani Muhammadiyah
Semarang tahun 2022
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji klien dengan post operatif fracture di RS Roemani Muhammadiyah
semarang
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan post opertif fracture di RS
Roemani Muhammadiyah semarang
c. Menyususn perencanaan keperawatan pada klien dengan post operatif fracture RS
Roemani Muhammadiyah semarang
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan post operatif fracture di RS
Roemani Muhammadiyah semarang
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan post operatif fracture di RS
Roemani Muhammadiyah semarang
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti
Hasil karya tulis ilmiah diharapkan dapat menjadikan pengalaman belajar di lahan praktik
dan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang asuhan keperawatan klien dengan
Post Operatif fracture yang dilakukan di RS Roemani Muhammadiyah semarang.
2. Bagi tempat penelitian Hasil karya tulis ilmiah diharapkan dapat memberikan masukan
atau saran dan bahan dalam merencanakan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Post
Operatif Fracture di RS Roemani Muhammadiyah semarang.
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan Hasil karya tulis ilmiah diharapkan dapat
memperoleh gambaran tentang aplikasi teori Asuhan Keperwatan pada Klien dengan Post
Operatif Fracture secara langsung
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR TEORI

1. Definisi

Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, baik bersifat total


maupun sebagian yang ditentukan berdasarkan jenis dan luasnya. Fraktur adalah patah
tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dari tenaga
tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan
menentukan kondisi fraktur tersebut (Andra,2013).

2. Etiologi

Menurut (Haryono,2021)etiologi dari fraktur adalah sebagai berikut :

a. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
b. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu
jauh.
c. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.

3. Patofisiologi

Fraktur bisa terjadi secara terbuka atau tertutup. Frak tur terbuka terjadi
apabila terdapat luka yang menghubung kan tulang yang fraktur dengan udara luar
atau permukaan kulit, sedangkan fraktur tertutup terjadi apabila kulit yang
menyelubungi tulang tetap utuh. Fraktur terjadi ketika kekuatan ringan atau minimal
mematahkan area tulang yang dilemahkan oleh gangguan (misalnya, osteoporosis,
kanker, infeksi, dan kista tulang) (Andra,2013).
4. Pathways

Trauma
Trauma Kondisi
langsung
tidak patologis

FRAKTUR Pergeseran
frakmen
Perubahan
Diskontinui
jaringan sekitar Nyeri
tas tulang
akut/kroni

Pergeseran Laserasi Spasme


fragmen tulang kulit:putus Kerusakan fragmen
otot
vena/arteri tulang
Peningkatan
tekanan kapiler
deformitas Perdarahan
Tekanan ssm mg
> tinggi kapiler
Gangguan Kehilangan Pelepasan
fungsi volum histamin
Reaksi stress
klien,
Gangguan Defisien Protein melepaskan
mobilitas plasma kalekolamin
hilang

Gg.
Integritas edema Memobilisasi
asam lemak

Penekanan
pembuluh darah Bergabung dgn
trombosit meny.
emboli

Perfusi jaringan
tdk efektif Menyumbat
pem.darah
5. Manifestasi Klinis

Manifestasi faktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan


ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna (Haryono,2021)

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang


diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan betuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan garakan antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa
diketahui dengan membandingkan dengan estremitas normal. Ekstremitas tak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas ada di bawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2
inci).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang yang umum dilakukan pada kasus fraktur menurut


(Istianah,2021) adalah:

a. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur


b. Scan tulang, tomogram, atau scan CT/MRI untuk memper lihatkan fraktur
lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap. Hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun
pada perdarahan, selain itu peningkatan lekosit mungkin terjadi sebagai
respons terhadap peradangan.
e. Kretinin. Trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal.
f. Profil koagulasi. Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau
cedera organ hati.

7. Komplikasi

Komplikasi fraktur menurut (Istianah,2021) :

a. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
b. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan


pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi. Reduksi fraktur
berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.
Metode untuk mencapai reduksi fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan
reduksi terbuka. Metode yang dipilih untuk mereduksi fraktur bergantung pada sifat
frakturnya. kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
(Risnawati,2021).

Pada kebanyakan tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)


dengan manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya, traksi dapat dilakukan untuk
mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan
spasme otot yang terjadi. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan
pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang solid
terjadi. Tahapan selanjutnya setelah fraktur direduksi adalah mengimobilisasi dan
mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi
eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin, pin,
dan tehnik gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi interna
(Istianah,2021).

Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang, dapat dilakukan


dengan reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler, latihan isometrik, dan
memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam memperbaiki kemandirian dan harga diri

Prinsip penanganan fraktur dikenal dengan empat R yaitu :

a. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian dan


kemudian dirumah sakit.
b. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen tulang
yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya.
c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang untuk
mempertahankan reduksi harus melewati sendi di atas fraktur dan di bawah
fraktur.
d. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Data Pasien
b. Keluhan umum. Pasien tidak dapat melakukan perge rakan, merasakan nyeri
pada area fraktur, rasa lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas
c. Riwayat kesehatan sekarang. Kapan pasien mengalami fraktur, bagaimana
terjadinya dan bagian tubuh mana yang terkena.
d. Riwayat kesehatan sebelumnya, Apakah pasien pernah mengalami penyakit
tertentu yang dapat mempengaruhi kesehatan sekarang.
e. Riwayat kesehatan keluarga. Apakah anggota keluarga
Pasien memiliki penyakit keturunan yang mungkin akan mempengaruhi
kondisi sekarang.
f. Riwayat psikososial. Konsep diri pasien imobilisasi mungkin terganggu, oleh
karena ini kaji gambaran ideal diri, harga diri, dan identitas diri serta interaksi
pasien dengan anggota keluarga maupun dengan lingkungan tempat
tinggalnya.
g. Aktivitas sehari-hari. Pengkajian ini bertujuan melihat perubahan pola yang
berkiatan dengan terganggunya sistem tubuh serta dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar pasien.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Kondisi umum. Pasien imobilisasi biasanya meng alami, kelemahan,
kurangnya kebersihan diri dan penurunan berat badan.
2) Sistem Pernapasan. Pengkajian untuk mendeteksi sekret, gerak dada
saat bernapas auskultasi bunyi napas, dan nyeri tekan pada daerah dada
serta frekuensi napas.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)


b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang(D.0054)
c. Perfusi Jaringan Perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran
arteri/vena (D.0009)

3. Intervensi

No Diagnosa (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


1. Manajemen nyeri
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan (I. 08238)
berhubungan dengan 2x24 jam, diharapkan Observasi
1. Identifikasi
agen pencedera fisik Nyeri berkurang dengan skala nyeri
(D.0077) kriteria hasil : Terapeutik
1. Berikan
tekhnik non
a. Tingkat nyeri farmakologis
menurun/berkurang untuk
meredakan
b. Keluhan nyeri nyeri (relak-
berkurang sasi napas
dalam)
c. Kesulitan tidur Edukasi
1. Jelaskan
berkurang strategi
d. Pola nafas meredakan
nyeri
membaik Kolaborasi
e. Pola tidur membaik Kolaborasi
pemberian analgetik
jika perlu
2. Dukungan ambulasi
Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan (I.06171)
Fisik berhubungan 2x24 jam, diharapkan
Observasi
dengan kerusakan mobilitas fisik membaik
integritas struktur dengan kriteria hasil : 1.Identifikasi adanya
tulang(D.0054) nyeri atau keluhan
a.Dapat menopang berat
fisik lainnya
badan
2.Identifikasi
b.Dapat berjalan dengan
toleransi fisik
langkah yang efektif
melakukan ambulasi
c.Nyeri saat berjalan
3.Monitor kondisi
berkurang
umum selama
d.Perasaan khawatir saat melakukan ambulasi
berjalan berkurang
Terapeutik

1.Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu(mis.tongkat,
kruk)

2.Fasilitasi
melakukan mobilitas
fisik, jika perlu

Edukasi

1.Jelaskan tujuan dan


prosedur ambulasi

2.Anjurkan
melakukan ambulasi
dini

3.Ajarkan ambulasi
yang harus dilakukan

3.
Perfusi Jaringan Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi
Perifer tidak efektif keperawatan 2x24 jam, (I.02079)
berhubungan dengan diharapkan perfusi perifer Observasi
penurunan aliran kembali efektif, dengan
arteri/vena (D.0009) kriteria hasil : 1.Identifikasi faktor
resiko gangguan
a.Edema perifer menurun perifer

b.Kelemahan otot 2.Monitor panas,


menurun kemerahan, nyeri
atau bengkak pada
ekstermitas

Terapeutik

1.Hindari
pengukuran tekanan
darah pada
ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi

2.Hindari
pemasangan infus
atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 november 2022
1. DATA UMUM
a. Identitas pasien
Nama : Ny. P
Umur : 71 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Gergaji I/I 55A Mugasari Jawa Tengah
Diagnosa medis : Susp. Fraktur os Radius
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. A
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : anak
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh nyeri post jatuh dari kasur dengan tangan menahan
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan post jatuh dari kasur dengan posisi tangan
menahan,terasa sangat nyeri.
4. RIWAYAT KESEHATAN LALU
Pasien belum pernah masuk rumah sakit
Pasien memilikitidak memiliki riwayat hipertensi,DM.
Pasien belum pernah jatuh sebelumnya.
Pasien memiliki alergi Penisilin.

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


a. Genogram

Keterangan :
Laki – laki =
Perempuan =
Yang meninggal =
Pasien :
b. Tidak ada riwayat penyakit keluarga.

B. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Menurut pasien kesehatan itu penting dan segera berobat jika merasakan ge-
jala-gejala sakit.
b. Pasien tidak mengonsumsi rokok,kopi
c. Menurut keluarga pasien, ketika pasien sakit segera dibawa ke unit kesehatan..
d. Persepsi pengetahuan pasien tentang penyakitnya cukup.

2. Pola nutrisi dan metabolik


a. Pasien selalu makan 3 kali sehari dengan menu nasi,lauk, sayur dan porsi
makan setengah tidak dihabiskan.
b. Kemampuan dan mengunyah pasien baik.
c. Pasien minum 5 gelas sehari.
d. Pasien terpasang infus rl 20 tpm.
3. Pola eliminasi
a. Eliminasi feses
- Pola BAB : 1x sehari,konsistensi lembek
b. Eliminasi urine
- BAK 4-5x sehari
- Tidak terpasang kateter
4. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri
Selama sakit aktivitas pasien dibantu keluarga
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi V
Berpakaian V
Eliminasi V
Mobilisasi V
ditempat
tidur
Pindah V
Ambulasi V
Naik V
tangga

Keterangan :
Skor 0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : perlu bantuan orang lain dan alat
4 : tergantung/ tidak mampu

5. Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit pasien tidak ada masalah tidur.
Setelah sakit pasien tidak ada masalah tidur.
6. Pola persepsi dan sensori
a. Sebelum sakit dan selama sakit pasien tidak memiliki masalah pengelihatan
b. Pasien masih bisa bicara, kemampuan mengingat pasien menurun.
c. Kemampuan kognitif pasien baik dengan bertanya tentang obat yang
diberikan.
d. Kemampuan komunikasi dan memahami pesan cukup dengan bertanya men-
genai keadaannya yang sedang sakit
e. Pasien merasa nyeri pada tangan
f. Persepsi terhadap nyeri (P,Q,R,S,T)
P : nyeri timbul pada saat bergerak
Q : nyeri cenut-cenut
R : nyeri pada tangan kanan
S : skala nyeri 4
T : nyeri terus menerus
Pasien merasa lemas
7. Pola hubungan dengan orang lain
a. Kemampuan pasien dalam berkomunikasi cukup.
b. Orang yang berpengaruh bagi pasien adalah keluarga.
c. Ketika ada masalah pasien meminta bantuan kepada anak-anaknya.
d. Hubungan dengan keluarga pasien baik.
8. Pola reproduksi dan seksual
a. Pemahaman pasien tentang fungsi seksual baik.
9. Persepsi diri dan konsep diri
Pasien berharap dapat segera pulih dari sakitnya, dan dapat segera pulang dan
dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
Status emosi :
a. Pasien merasa cemas dengan keadaan yang sekrang,pasien takut
tidak sembuh
b. pasien merasa dirinya puas dengan kondisi tubuhnya.
c. Perilaku nonverbal pasien sesuai dengan perilaku verbalnya
Konsep diri :
a. Citra diri :Pasien merasa bahwa dirinya puas dengan kondisi
tubuhnya, penyakit yang diderita tidak berpengaruh terhadap
persepsi dirinya.
b. Identitas :pasien merupakan seorang perempuan berusia 71 tahun,
pasien merasa puas sebagai seorang perempuan.
c. Peran :pasien merupakan seorang lansia
d. Ideal diri :pasien berharap dapat segera sembuh dari sakitnya, dan
dapat segera pulang dan dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
e. Harga diri :pasien merasa tidak malu pada keadaan dirinya saat
sakit dan memiliki hubungan baik dengan orang lain.

10. Pola mekanisme koping


a. Pasien mengambil keputusan dibantu keluarganya
b. Saat terjadi masalah pada kesehatan pasien akan berusaha untuk berobat
c. Upaya pasien dalam menghadapi masalahnya sekarang dengan perawatan
rawat inap di rumah sakit.

11. Pola nilai kepercayaan/keyakinan


a. Selama sakit pasien tidak mampu melakukan ibadah.
b. Pasien menganut agama islam

C. Pengkajian Fisik
Keadaan umum : sadar penuh
Tingkat kesadaran : composmetis
Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 36 c
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi :90x/menit
TB : 150 cm
BB : 45 kg
SPO : 95%
1. Kepala : tidak ada benjolan.
a. Rambut : warna putih,tipis,tidak ada ketombe
b. Mata : tidak memakai alat bantu penglihatan,konjungtiva tidak anemis.
c. Hidung : tidak ada sputum,tidak memakai nasal kanul.
d. Telinga : kemampuan mendengar cukup, tidak menggunakan alat bantu pen-
dengaran.
e. Mulut : mukosa bibir lembab.
f. Leher dan tenggorokan : tidak ada benjolan,tidak ada nyeri waktu menelan.
2. Dada dan thorak
a. Tidak ada luka,tidak menggunakan otot bantu pernapasan
b. Paru-paru :
Inspeksi : pengembangan paru simetris
Perkusi : sonor seluruh lapang dada
Palpasi : tidak ada nyeri dada
Auskultasi : suara napas teratur,tidak ada tambahan bunyi napas
(wheezing,ronchi)
c. Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Perkusi :pekak pada area jantung
Palpasi :ictus cordis teraba pada midclavicula isc 4 dan 5
Auskultasi : bunyi jantung lup dup
d. Adomen :
Inspeksi : cekung
Auskultasi : terdengar suara bising usus 12x/menit
Perkusi : tidak ada pembesaran hepar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Genital dan anus
Tidak terpasang kateter,tidak ada hemoroid.
4. Ekstermitas
a. Kulit berwarna sawo matang,tidak ada edema
b. CRT 2 detik
c. Tidak menggunakan alat bantu.
d. Terpasang infus pada ekstermitas atas sebelah kiri. Tidak ada tanda-tanda in-
feksi pada area tusukan infus,tidak ada nyeri tekan.
5. Kulit
a. Kulit kering berwarna coklat,tidak ada edema,tidak ada luka.
D. Data penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 16 november 2022
Hb : 10.1
Gds : 118
Hbsag : negativ
Ureum : 25 mg/dl
Creatinin : 0.95 mg/dl
Kalium 3.7 meq/L
Natrium 135 meq/L
Chlorida 104 meq/L
Calcium 8.8 mg/dl
b. Rontgen
Tanggal 15 november 2022
Hasil : fraktur os radius 1/3 distal
c. Therapy obat
1. Inj ketorolac 30 mg/jam
2. Inj Omeprazole 1 amp/12 jam

E. Analisa Data

Tgl/jam Data fokus Problem Etiologi Ttd


16 Ds : Nyeri akut Agen pencedera
november Pasien mengeluh nyeri (D.0077) fisiologis
2022 post jatuh dari kasur
09.00 dengan tangan
menahan
P : nyeri timbul pada
saat bergerak
Q : nyeri cenut-cenut
R : nyeri pada tangan
kanan
S : skala nyeri 4
T : nyeri terus
menerus
Do :
Pasien tampak
meringis
09.15 Ds : Resiko Kerusakan integritas
Pasien mengeluh nyeri infeksi kulit
post jatuh dari kasur (D.0142)
dengan tangan
menahan
Do :
Tampak deformitas
pada tangan
kanan,angulasi (+)
09.20 Ds : Ansietas Krisis situasional
Pasien merasa cemas (D.080)
dengan keadaan yang
sekrang,pasien takut
tidak sembuh
Do :
Pasien tampak cemas

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit (D.0142)
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)
G. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tgl/jam Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi(SIKI) Rasional Ttd


kep
16/11/22 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri mengide
berhubungan (L.08066) (I. 08238) ntifikasi
dengan agen Setelah dilakukan Observasi skala
pencedera tindakan 2. Identifikasi nyeri
fisiologis keperawatan 3x24 skala nyeri memper
(D.0077) jam diharapkan : Terapeutik mudah
1. Keluhan ny- 2. Berikan untuk
eri menurun tekhnik melakuk
2. Ketegangan non far- an
otot menu- makologis intervens
run untuk i
meredakan selanjutn
nyeri (re- ya
laksasi na- -teknik
pas dalam) relaksasi
Edukasi napas
2. Jelaskan dalam
strategi digunaka
meredakan n untuk
nyeri menurun
Kolaborasi kan
Kolaborasi intensita
pemberian s nyeri
analgetik jika menjelas
perlu kan
strategi
agar
pasien
mengeta
hui apa
yang
harus
dilakuka
n ketika
merasak
an nyeri
-
Analgeti
k
berperan
untuk
menurun
kan nyeri
16/11/22 Resiko Tingkat infeksi Pencegahan Monitor
infeksi (L.14137) infeksi(I.14539) tanda
berhubungan setelah dilakukan Observasi dan
dengan tindakan 1.monitor tanda gejala
kerusakan keperwatan selama dan gejala infeksi infeksi
integritas 3x24 jam Terapeutik untuk
kulit diharapkan : 1.Cuci tangan memuda
(D.0142) 1. Tidak ada sebelum dan hkan
kemerahan sesudah kontak intervens
2. Tidak ada dengan pasien i
demam 2.Pertahankan selanjutn
3. Tidak ada teknik aseptik ya
pem- Edukasi -
bengkakan 1.Jelaskan tand Menjelas
4. Nyeri berku- dan gejala infeksi kan
rang 2.Ajarkan cara tanda
memeriksa kondisi gejala
luka dan luka infeksi
operasi agar
3.Anjurkan pasien
meningkatkan paham
asupan cairan dan bagaima
nutrisi na cara
Kolaborasi memerik
Kolaborasi s bagian
pemberian luka
imunisasi,jika terkena
perlu infeksi
atau
tidak
-
Meningk
atkan
asupan
cairan
dan
nutrisi
untuk
menjaga
kestabila
n daya
tahan
tubuh.
Pemberi
an
imunisas
i untuk
meningk
atkan
daya
tahan
tubuh
16/11/22 Ansietas Setelah dilakukan Terapi ansietas mengide
berhubungan tindakan (I.09326) ntifikasi
dengan krisis keperawatan 1x 24 Observasi : teknik
situasional jam diharapkan: Identifikasi teknik relaksasi
(D.0080) 1. Perilaku ge- relaksasi yang yang
lisah menu- pernah efektif pernah
run digunakan. digunaka
2. Konsentrasi Terapeutik : n
membaik Berikan informasi memper
3. Perilaku tentang persiapan mudah
tegang dan prosedur dalam
menurun relaksasi. melakuk
4. Tremor Gunakan nada an
menurun suara lembut intervens
Edukasi : i
Anjurkan rileks selanjutn
dan merasakan ya
sensasi relaksasi. -
Anjurkan dengan memberi
posisi nyaman kan
Anjurkan sering informas
i sesuai
mengulangi atau
SOP
melatih tekhnik -
menganj
yang dipilih.
urkan
rileks
agar
menurun
kan
tingkat n
kecemas
an pasien
H. IMPLEMENTASI
Implementasi hari-1
Tgl/jam Nyeri akut Implementasi Respon Ttd
berhubungan
dengan agen
oecedera
fisik
16/11/22 D.0077 Mengidentifikasi skala S:
09.30 nyeri pasien Pasien mengeluh nyeri
Mengajarkan teknik post jatuh dari kasur
relaksasi nafas dalam dengan tangan
untuk menurunkan skala menahan
nyeri P : nyeri timbul pada
saat bergerak
Q : nyeri cenut-cenut
R : nyeri pada tangan
kanan
S : skala nyeri 4
T : nyeri terus
menerus
Setelah dilakukan
relaksasi nafas dalam
pasien merasa rileks
skala nyeri turun
menjadi 3
O:
Pasien tampak
meringis
10.00 Memberikan therapi obat S:
melalui injeksi Pasien mengatakan
-Inj ketorolac 30 mg/jam bersedia diberikan
-Inj Omeprazole 1 injeksi
amp/12 jam O:
Pasien kooperatif
Resiko memonitor tanda dan S:
infeksi gejala infeksi Pasien mengeluh nyeri
berhubungan post jatuh dari kasur
dengan dengan tangan
kerusakan menahan
integritas O:
kulit Tampak deformitas
(D.0142) pada tangan
kanan,angulasi (+)
akral teraba hangat
Suhu 36 c
09.30 Ansietas Mengajarkan teknik S:
berhubungan relaksasi napas dalam Pasien merasa cemas
dengan Memberikan posisi dengan keadaan yang
krisis nyaman sekrang,pasien takut
situasional tidak sembuh
(D.0080) Setelah diberikan
teknik relaksasi cemas
berkurang
O:
Pasien tampak rileks

Implementasi hari-2
Tgl/jam Nyeri akut Implementasi Respon
berhubungan
dengan agen
oecedera
fisik
17/11/2 D.0077 Mengidentifikasi skalaS:
2 nyeri pasien Pasien mengeluh nyeri
09.45 Mengajarkan teknikpost jatuh dari kasur
relaksasi nafas dalam dengan tangan menahan
untuk menurunkan skala P : nyeri timbul pada
nyeri saat bergerak
Q : nyeri cenut-cenut
R : nyeri pada tangan
kanan
S : skala nyeri 3
T : nyeri terus menerus
Setelah dilakukan
relaksasi nafas dalam
pasien merasa rileks
skala nyeri turun
menjadi 2
O:
Pasien tampak meringis
10.00 Memberikan therapi obat S :
melalui injeksi Pasien mengatakan
-Inj ketorolac 30 mg/jam bersedia diberikan
-Inj Omeprazole 1 amp/12 injeksi
jam O:
Pasien kooperatif
Resiko memonitor tanda dan S :
infeksi gejala infeksi Pasien mengeluh nyeri
berhubungan post jatuh dari kasur
dengan dengan tangan menahan
kerusakan O:
integritas Tampak deformitas
kulit pada tangan
(D.0142) kanan,angulasi (+) akral
teraba hangat,tidak ada
kemerahan pada tangan
kanan,psien terpasang
gips
Suhu 36 c
09.45 Ansietas Mengajarkan teknik S:
berhubungan relaksasi napas dalam Pasien mengatakan
dengan Memberikan posisi cemas berkurang dan
krisis nyaman optimis akan sembuh
situasional O:
(D.0080) Pasien tampak rileks

Implementasi hari-3
Tgl/jam Nyeri akut Implementasi Respon
berhubungan
dengan agen
oecedera
fisik
18/11/2 D.0077 Mengidentifikasi skala S:
2 nyeri pasien Pasien mengeluh nyeri
13.30 Mengajarkan teknik post jatuh dari kasur
relaksasi nafas dalam dengan tangan menahan
secara berulang untuk P : nyeri timbul pada
menurunkan skala nyeri saat bergerak
Q : nyeri cenut-cenut
R : nyeri pada tangan
kanan
S : skala nyeri 3
T : nyeri terus menerus
Setelah dilakukan
relaksasi nafas dalam
pasien merasa rileks
skala nyeri turun
menjadi 2
O:
Pasien tampak meringis
21.00 Memberikan therapi obat S :
melalui injeksi Pasien mengatakan
-Inj ketorolac 30 mg/jam bersedia diberikan
-Inj Omeprazole 1 amp/12 injeksi
jam O:
Pasien kooperatif
Resiko memonitor tanda dan S :
infeksi/d gejala infeksi Pasien mengeluh nyeri
kerusakan post jatuh dari kasur
integrasi dengan tangan menahan
kulit O:
(D.0142) Tampak deformitas
pada tangan
kanan,angulasi (+) akral
teraba hangat,tidak ada
kemerahan pada tangan
kanan,terpasang gips
Suhu 36 c
I. EVALUASI

No Tgl/jam No.diagnosa Evaluasi (SOAP) Ttd


1 16/11/2 D.0077 S:
2 Pasien mengeluh nyeri post jatuh dari kasur
dengan tangan menahan
P : nyeri timbul pada saat bergerak
Q : nyeri cenut-cenut
R : nyeri pada tangan kanan
S : skala nyeri 4
T : nyeri terus menerus
Setelah dilakukan relaksasi nafas dalam
pasien merasa rileks skala nyeri turun
menjadi 3
O:
Pasien tampak meringis
A : nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor skala nyeri
- Ajarkan teknik non far-
makologis untuk menu-
runkan nyeri
2 16/11/2 D.0142 S:
2 Pasien mengeluh nyeri post jatuh dari kasur
dengan tangan menahan
O:
Tampak deformitas pada tangan
kanan,angulasi (+) akral teraba hangat
Suhu 36 c
A : resiko infeksi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda dan gejala
infeksi
- Monitor suhu pasien
3 16/11/2 D.0080 S:
2 Pasien merasa cemas dengan keadaan yang
sekrang,pasien takut tidak sembuh
Setelah diberikan teknik relaksasi cemas
berkurang
O:
Pasien tampak rileks
A : ansietas hampir teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Lakukan rileksasi nafas
dalam secra berulang se-
lama 10 menit
1 1711/22 D.0077 S:
Pasien mengeluh nyeri post jatuh dari kasur
dengan tangan menahan
P : nyeri timbul pada saat bergerak
Q : nyeri cenut-cenut
R : nyeri pada tangan kanan
S : skala nyeri 3
T : nyeri terus menerus
Setelah dilakukan relaksasi nafas dalam
pasien merasa rileks skala nyeri turun
menjadi 2
O:
Pasien tampak meringis
A : nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Ajarkan teknik relaksasi
untuk menurukan nyeri
2 17/11/2 D.0142 S:
2 Pasien mengeluh nyeri post jatuh dari kasur
dengan tangan menahan
O:
Tampak deformitas pada tangan
kanan,angulasi (+) akral teraba hangat,tidak
ada kemerahan pada tangan kanan,psien
terpasang gips
Suhu 36 c
A : nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Ajarkan pasien untuk
mendeteksi tanda gejala
infeksi secara mandiri

3 17/11/2 D.0080 S:
2 Pasien mengatakan cemas berkurang dan
optimis akan sembuh
O:
Pasien tampak rileks
A : ansietas teratasi
P : hentikan intervensi
1 18/11/2 D.0077 S:
2 Pasien mengeluh nyeri post jatuh dari kasur
dengan tangan menahan
P : nyeri timbul pada saat bergerak
Q : nyeri cenut-cenut
R : nyeri pada tangan kanan
S : skala nyeri 3
T : nyeri terus menerus
Setelah dilakukan relaksasi nafas dalam
pasien merasa rileks skala nyeri turun
menjadi 2
O:
Pasien tampak meringis
A : nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Edukasi pasien untuk
melakukan teknik non far-
makologis untuk menu-
runkan nyeri secara
mandiri
2 18/11/2 D.0142 S:
2 Pasien mengeluh nyeri post jatuh dari kasur
dengan tangan menahan
O:
Tampak deformitas pada tangan
kanan,angulasi (+) akral teraba hangat,tidak
ada kemerahan pada tangan kanan,terpasang
gips
Suhu 36 c
A : resiko ingfeksi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Ajarkan pasien untuk
mendeteksi tanda gejala
infeksi secara mandiri

BAB IV

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai