Oleh
Mohammad Virgo Alqausar
712020034
Pembimbing:
dr. Riliani Hastuti, Sp.KK
LAPORAN UJIAN
Judul:
Morbus Hansen
Oleh:
Mohammad Virgo Alqausar
712020034
Pembimbing:
dr. Riliani Hastuti, Sp.KK
Telah dipresentasiakn dan diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ujian yang berjudul
“Morbus Hansen”, untuk memenuhi tugas Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin Rumah Sakit DR. Rivai Abdullah Palembang.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dr. Riliani Hastuti, Sp.KK yang
telah membantu dalam penulisan laporan kasus ini sehingga dapat diselesaikan tapat
pada waktunya.
Laporan ujian ini menguraikan tentang Morbus Hansen. Dengan laporan ujian
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan orang banyak yang
membacanya terutama mengenai penyakit ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan dimasa mendatang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................... 2
1.3 Manfaat................................................................................. 3
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
(WHO, 2013). Penyakit morbus hansen merupakan salah satu dari delapan
penyakit terabaikan atau Neglected Tropical Disease (NTD) yang masih ada
di Indonesia, yaitu Filaria, Kusta, Frambusia, Dengue, Helminthiasis,
Schistosomiasis, Rabies dan Taeniasis (Kemenkes RI, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian morbus hansen
diantaranya adalah faktor lingkungan, karakteristik individu seperti umur,
jenis kelamin, status ekonomi, jenis pekerjaan, dan personal hygiene. Riwayat
kontak dengan penderita kusta juga berpengaruh. Sumber penularan adalah
kuman kusta utuh yang terdapat pada penderita kusta yang tidak diobati atau
tidak menuntaskan pengobatan, oleh karena itu faktor pengobatan sangat
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari laporan ujian ini adalah:
1. Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami kasus morbus
hansen.
2. Diharapkan kemudian hari dokter muda mampu mengenali dan
memberikan tatalaksana secara benar tentang penyakit morbus hansen.
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan
referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu kesehatan kulit dan
kelamin.
2
b. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi
landasan untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Autoanamnesis dengan pasien dilakukan pada tanggal 19 Juni 2021 pukul
19.40 WIB
4
semakin melebar seiring waktu. Keluhan bercak juga disertai dengan
rasa gatal. Gatal sering timbul pada saat malam hari dan mengganggu
tidur. Gatal dirasakan memberat pada saat sedang tidak ada aktifitas,
saat udara lembab dan saat panas. Bila muncul gatal, sulit menahan
untuk tidak menggaruk. Pasien mencoba mengurangi rasa gatal dengan
cara menggaruk daerah bercak, garukan dilakukan hingga terluka dan
pasien menganggap rasa gatalnya berkurang saat timbul rasa perih
akibat garukan. Menurut keterangan pasien, daerah yang digaruk
menebal dan bersisik. Dan pasien mengatakan bahwa kulitnya termasuk
kulit yang kering.
Sekitar 2 minggu yang lalu, pasien pernah berobat dan mendapatkan
obat tablet serta salep. Pasien mengatakan rasa gatalnya berkurang tetapi
bercak tidak mengalami perubahan. Pasien menyangkal sedang
mengalami tekanan atau stres akibat pekerjaannya. Pasien juga
menyangkal adanya riwayat trauma fisik (terbentur atau tertusuk) pada
daerah kakinya. Pasien menyangkal mengalami demam, batuk, pilek
sebelum timbulnya keluhan.
5
2.2.6 Riwayat Kebersihan
Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, memakai sabun, memakai
handuk dan alat mandi tidak bersamaan dengan keluarga yang lain..
Pasien juga rutin menjemur dan mencuci handuk.
6
2.3.3 Status Dermatologikus
7
2.6 Diagnosis Kerja
Neurodermatitis Sirkumskripta
2.7 Penatalaksanaan
Non Farmakologi
a. Terapi topikal
- Emolien krim yang diaplikasikan 2- 3 kali sehari.
- Betamethasone valerate 0,1 % 14 gram 2 kali sehari selama 14 hari.
b. Sistemik
Antihistamin generasi 2 yaitu Cetirizine 10 mg 1x1 selama 10-14 hari.
2.8 Prognosis
quo ad vitam : bonam
quo ad functionam : bonam
quo ad sanationam : dubia ad malam
8
quo ad cosmetica : dubia ad malam
BAB III
PEMBAHASAN
9
paroksismal dan dirasakan pasien terutama jika tidak beraktivitas, apabila keluhan
muncul sulit untuk ditahan. Penderita biasanya merasa enak saat digaruk dan setelah
luka baru hilang rasa gatalnya untuk sementara karena tergantikan dengan rasa nyeri
2,7
. Umumnya penyakit ini terletak di area kulit yang mudah digaruk atau area kulit
yang terlokalisir gatal secara spontan, sehingga menyebabkan munculnya siklus gatal
dan garukan yang malah akan membuat daerah tersebut semakin menebal.
Munculnya rasa gatal memicu gesekan yang menghasilkan lesi, tetapi patofisiologi
yang mendasarinya tidak diketahui secara pasti. Diduga adanya pelepasan mediator
atau aktivasi enzim proteolitik dan diikuti hubungan potensial antara jaringan saraf
pusat dan perifer dengan mediator inflamasi hingga akhirnya muncul persepsi gatal.
Kecemasan, depresi, gangguan obsesif-kompulsif, stres emosional atau gangguan
psikovegetatif lainnya menimbulkan kebiasaan tak sadar untuk menggosok dan
menggaruk daerah lesi berulang-ulang.3 Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
gatal antara lain panas, keringat, dan iritasi.7
Selanjtunya berdasarkan informasi yang didapatkan dari pasien, di daerah
yang digaruk menebal dan bersisik. Dan pasien mengatakan bahwa kuitnya termasuk
kulit yang kering. Seperti diketahui bahwa neurodermatitis sirkumskripta muncul
sebagai area kulit yang terasa kering yang tidak merata dan terasa menebal
dibandingkan kulit sekitarnya yang dapat terjadi akibat adanya faktor iritasi atau luka
yang berlangsung dalam jangka waktu lama.3
Sekitar 2 minggu yang lalu, pasien pernah berobat dan mendapatkan obat
tablet serta salep. Pasien mengatakan rasa gatalnya berkurang tetapi bercak tidak
mengalami perubahan. Pasien menyangkal sedang mengalami tekanan atau stres
akibat pekerjaannya. Pasien juga menyangkal adanya riwayat trauma fisik (terbentur
atau tertusuk) pada daerah kakinya. Pasien menyangkal mengalami demam, batuk,
pilek sebelum timbulnya keluhan. Obat yang diberikan kemungkinan adalah
antihistamin. Antihistamin sering bermanifestasi berupa melambatnya waktu muncul
reaksi disertai adanya efek mengantuk, efek sedasi ini bermanfaat bagi beberapa
pasien yang mengalami gangguan kualitas tidur akibat gatal yang sering terjadi pada
malam hari.8
10
Pada riwayat penyakit dahulu, diketahui pasien pernah mengalami keluhan
serupa sekitar 6 bulan yang lalu, pada saat itu pasien berobat dan sembuh. Pasien
mengatakan adanya riwayat sakit gigi dan riwayat alergi debu. Riwayat demam,
batuk, pilek dan infeksi saluran pernafasan disangkal. Neurodermatitis
sirkumskriptra dapat mengalami kekambuhan apabila kulit yang terkena sebelumnya
diliputi oleh panas, kelembapan, iritasi kulit atau alergen. Selanjutnya, kekambuhan
akan menjadi konstan dalam periode stres psikis atau pada pasien dengan
psikopatologi.8 Umunya penyakit ini muncul dengan pruritus akibat adanya keadaan
yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma
Hodgin, hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis atopi, dermatitis kontak alergi,
gigitan seranggga dan aspek psikologis dengan tekanan emosi.2
Pada riwayat penyakit keluarga diketahui adanya keluhan yang serupa serupa
yaitu ayahnya dan ayahnya juga memiliki riwayat alergi debu. Penyakit
neurodermatitis sirkumskripta bukan termasuk ke dalam penyakit keturunan, etiologi
yang dianggap berperan hingga saat ini adanya faktor dermatitis atopi, dermatitis
kontak alergi dan permasalahan emosional. 2,6
Pada riwayat kebersihan, pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, memakai
sabun, memakai handuk dan alat mandi tidak bersamaan dengan keluarga yang lain.
Pasien juga rutin menjemur dan mencuci handuk.
Pada pasien ini diagnosis neurodermatitis sirkumskripta berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien. Diagnosis banding
pada pasien yaitu dermatitis numularis dan psoriasis namun dapat disingkirkan.
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar genetik yang kuat
dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel epidermis disertai
manifestasi vaskuler. Psoriasis dapat disingkirkan karena pada pasien ini tidak
terdapat bercak kemerahan dengan sisik tebal pada daerah yang terlokalisir yang
disertai titik-titik perdarahan apabila skuama dilepas, ukuran bervariasi mulai dari
seukuran jarum pentul hingga plakat yang menutupi tubuh dan biasanya simetris.
Selain itu dilihat berdasarkan pemeriksaan tambahan berupa tes fenomena tetesan
lilin, fenomena auspitz dan pemeriksaan kobner.2
11
Selain itu dermatitis numularis awalnya masuk sebagai diagnosis banding.
Dermatitis Numularis memiliki faktor predisposisi internal yaitu kulit kering, emosio
nal/stres dan manifestasi dermatitis atopi pada anak-anak. Faktor eksternal mungkin j
uga berperan seperti auto-eczematisation dari alergen atau Staphylococcus, variasi m
usiman, alkohol dan obat-obatan. Alergen yang terlibat adalah bahan kimia, karet, for
mal dehida, neomisin, krom dan nikel, serta merkuri dalam tampalan gigi. Staphyloco
cci dan micrococcus mungkin penyebab langsung atau menyebabkan reaksi hipersens
itivitas. Musim juga dapat mempengaruhi pasien, karena memiliki frekuensi puncak l
esi musim dingin atau ketika keadaan hidrasi rendah yang membuat stratum korneum
menjadi lebih kering. Musim panas juga dapat memperburuk lesi terutama pada pria.
Dermatitis numular adalah terkait dengan alkohol berlebih dan terkait dengan tes fung
si hati abnormal. Obat sistemik oral terbukti berhubungan dengan eksim nummular, s
eperti isotretinoin.9
Trauma fisik dan kimiawi mungkin juga berperan, terutama jika terjadidi
tangan, dapat pula pada bekas cedera lama atau jaringan parut. Pada sejumlah kasus,
stress emosional dan minuman mengandung alkohol dapat menyebabkan eksaserbasi.
Lingkungan dengan kelembapan rendah dapat pula memicu kekambuhan.9
Penderita dermatitis numular umumnya mengeluh sangat gatal yang bervariasi
dari ringan sampai berat. Lesi akut berupa plak eritematosa berbentuk koin dengan ba
tas tegas yang berbentuk dari papul dan papulovesikel yang berkonfluens. Lambat lau
n vesikel pecah dan terjadi eksudasi berbentuk pinpoint. Selanjutnya eksudat mengeri
ng dan menjadi krusta kekuningan. Tepi plak dapat muncul lesi papulovesikuler kecil
kemudian berkonfluens dengan plak tersebut sehingga lesi meluas. Diameter plak bia
sanya berukuran 1-3 cm, walaupun jarang lesi dengan diameter 10 cm pernah dilapor
kan. Kulit disekitar lesi biasanya normal, namun juga kering. Penyembuhan dimulai d
ari tengah sehingga menyerupai lesi dermatomikosis. Dalam 1-2 minggu lesi termasu
k fase kronik berupa plak dengan skuama dan likenfikasi.9
Jumlah lesi dapat hanya satu atau multipel dan tersebar pada ekstermitas bila
teral atau simetris. Distribusi lesi yang klasik adalah pada aspek ekstensor ekstermita
s. Pada perempuan ekstermitas atas termasuk punggung tangan lebih sering terkena.
12
Selain itu kelainan dapat pula ditemukan dibadan. Lesi dapat muncul setelah trauma
(fenomena Koebner).9
Tatalaksana pada neurodermatitis sirkumskripta ada dua yaitu secara
farmakologi dan non-farmakologi. Terapi non-farmakologi berupa edukasi kepada
pasien mengenai penyakit yang dialaminya dengan tahap menjelaskan pada pasien
nama penyakit ini adalah neurodermatitis sirkumskripta, penyakit ini termasuk
penyakit menahun dan sering dialami pada orang dewasa antara umur 30-40 tahun
dan paling sering diderita oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Penyakit ini sering
ditemukan gatal. Usahakan jangan menggaruk daerah gatal, karena ketika menggaruk
bercak akan terasa semakin gatal, dikhawatirkan dapat menimbulkan infeksi
tambahan dan menyebabkan penyakit berulang. Kuku jangan dalam keadaan panjang
untuk menghindari dan mengurangi risiko timbulnya luka di daerah sekitar garukan,
selalu jaga kebersihan kulit dan gunakan obat sesuai arahan dari dokter.
Tatalaksana secara farmakologi yaitu dengan memberikan obat sistemik dan
topikal. Obat yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Sistemik:
Antihistamin generasi 2 yaitu Cetirizine 10 mg 1x1 selama 10-14 hari.
Cetirizin adalah antihistamin non sedatif, diberikan untuk mengurangi rasa
gatal sehingga mencegah timbulnya garukan. Antihistamin (antagonis histamin
adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap
tubuh dengan jalan memblokir reseptor histamin. Blokade reseptor oleh
antagonis H1 menghambat terikatnya histamin pada reseptor sehingga
menghambat dampak akibat histamin misalnya kontraksi otot polos,
peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan vasodilatasi pembuluh darah.
Antihistamin generasi 2 lebih direkomendasikan dalam penanganan kronis
karena lebih aman pada pemakaian jangka lama.10
Dosis cetirizine 10 mg diberikan untuk dewasa dan anak > 12 tahun.
Diberikan 1 kali sehari dikarenakan masa kerja yang lama (long acting) yaitu
selama 12-24 jam. Cetirizine mencapai puncak kerja dalam 1 jam dengan lama
kerja sampai 8 jam. Pada kasus ini dilakukan pemberian Cetirizine dengan
dosis 1x10 mg per hari selama 10-14 hari, obat dikonsumsi pada malam hari
13
untuk menghindari keluhan gatal yang muncul pada saat sedang tidak
beraktivitas dan gatal yang dapat mengganggu tidur.
2. Topikal
• Betamethasone valerate 0,1 % 14 gram 2 kali sehari selama 14 hari.
Pada pasien neurodermatitis sirkumskripta, sebaiknya diberikan
steroid topikal potensi kuat, bila perlu dengan oklusi. Kortikosteroid topikal
potensi potensi menengah hingga kuat digunakan pada kasus yang parah
atau kekambuhan yang parah Kortikosteroid memiliki efek anti inflamasi,
anti alergi, anti pruritus, anti mitotik, serta vasokonstriktor.11
14
Diagnosis Banding
15
lengan bagian maupun kepala atau
ekstensor, simetris, menyerang
pubis, vulva, distribusi hampir 100%
skrotum, klasik pada luas tubuh
medial tungkai aspek
atas, lutut, ekstensor
lateral tungkai ekstremitas,
bawah, dapat muncul
pergelangan pula di badan,
kaki depan dan lesi dapat
punggung kaki muncul
setelah
trauma.
16
terdapat disekitar pinpoin
likenifikasi hiperpigmentasi
dengan Batasan
kulit yang tidak
jelas
BAB IV
PENUTUP
17
Neurodermatitis sirkumskripta dikenal juga dengan liken simpleks kronikus
merupakan peradangan kulit, kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal
dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu
akibat garukan dan gosokan yang berulang ulang karena rangsangan pruritogenik.
Etiologi dikarenakan adanya penyakit yang mendasari misalnya gagal ginjal
kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit
seperti dermatitis atopi, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga dan aspek
psikologi dengan tekanan emosi, udara lembab dan panas dan timbul pada waktu
yang tidak sibuk.
Gejala yang ditimbulkan berupa rasa gatal yang sangat, hingga mengganggu
aktivitas yang cenderung pada saat sedang beristirahat atau pada malam hari.
Penderita merasa enak digaruk dan setelah luka baru gejala gatal mereda karena
tergantikan oleh rasa perih.
Letak lesi dapat dimana saja tetapi lebih sering pada daerah scalp, tengkuk,
samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, medial
tungkai atas, lutut, lateral tungkai bawah, pergelangan kaki bagian depan dan
punggung kaki.
Tatalaksana yang dapat dilakukan berupa non farmakologi dan farmakologi.
Untuk non farmakologi dengan melakukan edukasi mengenai penyakit kepada
pasien. Sedangkan untuk terapi farmakologi dengan pemberian obat-obatan sistem
dan topikal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wasitaatdmaja. Anatomi kulit. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ke-4.
18
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005
2. Sularsito dalam Menaldi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ke-7. Jakarta:
4. Djuanda, A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 7 Bagian Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. 2017
10. Sari dan yeni. Antihistamin terbaru dibidang dermatologi. Jurnal Kesehatan
Andalas. P.61-65. 2018
19
11. Saraswati, dkk. Penatalaksanaan Holistik Penyakit Kulit Neurodermatitis
Sirkumskripta Pada Seorang Pria Lanjut Usia Di Desa Sukaraja V Gedong
Tataan. JPM Juwa Ruai. Vol. 2 No.1, p. 46-53. 2016
12. Rubel D, dkk. Consensus guidelines for the management of atopic dermatitis:
an Asia-Pacific perspective. J of Dermatology. 2013
20