Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kasus

IMPETIGO VESIKOBULOSA

Disusun Oleh :
Sabrina Mardhatillah, S.Ked
NIM : 71 2019 039

Pembimbing :
dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp.KK

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi Kasus dengan judul

Impetigo Vesikobulosa

Disajikan Oleh :
Sabrina Mardhatillah, S.Ked
NIM : 71 2019 039

Pembimbing :
dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp.KK

Telah dipresentasikan dan diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.

Palembang, Februari 2021

Pembimbing,

dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp.KK

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis memanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Impetigo Vesikobulosa”, untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp.
KK yang telah membantu dalam penulisan laporan kasus ini sehingga dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini menguraikan tentang Impetigo Vesikobulosa. Dengan
laporan kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan orang
banyak yang membacanya terutama mengenai penyakit ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan dimasa mendatang.

Palembang, Februari 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

BAB I LATAR BELAKANG


1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................... 2
1.3 Manfaat ............................................................................. 2

BAB II LAPORAN KASUS


2.1 Identitas Pasien .................................................................. 3
2.2 Anamnesis ......................................................................... 3
2.3 Pemeriksaan Fisik .............................................................. 4
2.4 Diagnosis Banding ............................................................. 6
2.5 Diagnosa Kerja .................................................................. 6
2.6 Pemeriksaan Kulit .............................................................. 6
2.7 Pemeriksaan Penunjang ..................................................... 6
2.8 Penatalaksanaan ................................................................. 6
2.9 Prognosis ........................................................................... 7

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pembahasan ....................................................................... 8

BAB IV KESIMPULAN ......................................................................... 13


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Impetigo bulosa adalah penyakit infeksi piogenik akut kulit yang
mengenai epidermis superfisial, bersifat sangat menular. Impetigo sering
menyerang anak-anak terutama di tempat beriklim panas dan lembap.
Ditandai oleh lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang,
terkadang tampak hipopion. Impetigo vesikobulosa disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, paling sering tipe 71. Strain ini memiliki toksin yang
dapat menyebabkan Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS).1,2,3
Impetigo dapat terjadi pada semua ras. Lebih sering dijumpai pada laki-
laki, dan pada usia 2 sampai 5 tahun. Impetigo bulosa paling sering dijumpai
pada neonatus dan bayi, 90% kasus anak di bawah 2 tahun. 4,5
Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada,
punggung dan sering bersama-sama dengan miliaria. Terdapat pada anak dan
dewasa. Kelainan kulit berupa vesikel (gelembung berisi cairan dengan
diameter 0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar
normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang
berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan
gambaran “collarette” pada pinggirnya. Krusta “varnishlike” terbentuk pada
bagian tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan
basah. Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh. 6
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis dari
penyakit, pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk memberikan
gambaran terapi terhadap obat-obatan yang sensitif dan menyingkirkan
kemungkinan diagnosa banding. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara
lain kultur bakteri dan sensitivitas antibiotik, dapat digunakan dalam
menentukan terapi antibiotik yang sensitif untuk mengeradikasi bakteri
penyebab infeksi, pengecatan gram, digunakan untuk melihat bakteri
penyebab infeksi, pengecatan kalium hidroksida (KOH), digunakan untuk
menyingkirkan kemungkinan infeksi jamur dan pengecatan tzank atau biakan

1
virus, digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi herpes
simpleks.4
Terapi pada Impetigo Bulosa yaitu non-medikamentosa dan
medikamentosa. Terapi medikamentosa menggunakan terapi topikal dan
sistemik. Pengobatan topikal dengan pemberian antiseptik atau salep
antibiotic, sedangkan pengobatan sistemik diberikan antibiotik. 1

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan bagi semua dokter muda dapat memahami kasus mengenai
impetigo vesikobulosa.
2. Diharapkan kemudian hari dokter muda mampu mengenali dan
memberikan tatalaksana secara benar tentang penyakit impetigo
vesikobulosa.

1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi institusi diharapkan laporan kasus ini dapat menambah sumber
ilmu pengetahuan dan bahan referensi dalam bidang ilmu kesehatan
kulit dan kelamin tentang impetigo vesikobulosa.
2. Agar dapat dijadikan landasan untuk penulisan laporan khusus
selanjutnya.

1.3.2. Manfaat Praktis


Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan laporan kasus ini
dalam kegiatan kepanitraan klinik senior (KKS) dan dapat digunakan di
kemudian hari dalam penegakan diagnosis dan penatalaksanaan.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien

Nama : An. S
Usia : 5 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan :-
Alamat : Jl. Kertapati
Tanggal Periksa : 14 Februari 2021 (Pukul 07.30 WIB)

2.2. Anamnesis
Alloanamnesis pada ibu pasien yang dilakukan tanggal 14 Februari 2021,
Pukul 07.30 WIB

2.2.1. Keluhan Utama

Muncul lepuh-lepuh di ketiak sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu.

2.2.2. Keluhan Tambahan


Tidak ada keluhan tambahan

2.2.3. Riwayat Perjalanan Penyakit


Seorang anak perempuan berusia 5 tahun diantar ibunya datang ke poli
kulit RSUD Palembang Bari dengan keluhan muncul lepuh-lepuh di ketiak
sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya lepuh muncul berbentuk
bulat-bulat kecil sepeti jarum pentul lalu membesar seukuran biji jagung dan
berisi cairan. Sejak 4 hari yang lalu, lepuh-lepuh pecah sendiri. Demam, rasa
gatal dan rasa perih disangkal. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sering
main sampai berkeringat dan tidak langsung mandi ataupun mengganti

3
bajunya. Riwayat penggunaan roll on dan produk lainnya untuk ketiak
disangkal.

2.2.4. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan yang sama sebelumnya tidak ada, riwayat penyakit
alergi obat dan makanan tidak ada.

2.2.5. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan yang sama pada keluarga tidak ada. Riwayat penyakit dengan
keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.

2.2.6. Riwayat Kebiasaan


Pasien sering berkeringat saat bermain dan tidak langsung mengganti
baju ataupun mandi. Riwayat pemakaian handuk bersama tidak ada.

2.3. Pemeriksaan Fisik


2.3.1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 37,5 °C
Pernapasan : 20 x/menit
BB : 25 kg
TB : 125 cm

2.3.2 Keadaan Spesifik


Kepala : Normocephali
Wajah : Pucat (-), Kemerahan (-)
Mata : Konjungtiva anemi (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Hidung : Tidak ada kelainan

4
Telinga : Tidak ada kelainan
Mulut : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Thoraks : Tidak ada kelainan
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tidak ada kelainan

2.3.3 Status Dermatologikus

 Pada regio axillaris anterior dan medialis sinistra tampak bula hipopion,
berbatas tegas, multipel, bentuk irreguler, ukuran lentikular hingga numular,
penyebaran diskret.
 Pada regio axillaris anterior dan medialis sinistra tampak vesikel, berbatas
tegas, multipel, bentuk bulat, ukuran milier, penyebaran diskret.
 Pada regio axillaris anterior dan medialis sinistra tampak makula eritem
pada tepinya terdapat skuama halus, multipel, bentuk irreguler, ukuran
lentikuler hingga numular.
 Pada regio axillaris anterior dan medialis sinistra tampak erosi, berbatas
tegas, soliter, bentuk bulat, ukuran lentikuler.
 Pada regio axillaris anterior dan medialis sinistra tampak krusta, soliter,
bentuk irreguler, ukuran milier.

5
2.4 Diagnosis Banding
1. Impetigo Vesikobulosa
2. Dermatitis kontak
3. Tinea Corporis

2.5 Pemeriksaan Kulit


1. Nikolsky sign
2. Uji Tempel

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pewarnaan Gram
2. Kultur cairan bula

2.7 Diagnosis Kerja


Impetigo Vesikobulosa

2.7 Tatalaksana
A. Nonfarmakologi
1. Menjelaskan kepada ibu pasien mengenai penyakitnya
2. Istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi
3. Meminta ibu untuk memandikan anaknya setelah bermain dan
menghindari penggunaan baju yang ketat
4. Tidak menggaruk luka
5. Menggunakan obat secara teratur
6. Pecahkan semua bula

B. Farmakologi
Antibiotik topikal : Mupirocin salep 2%, 3 kali sehari selama 10 hari

6
2.8 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad kosmetika : bonam

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil dan Pembahasan


Pada laporan kasus ini membahas mengenai seorang anak perempuan
berusia 5 tahun. Dalam menegakkan diagnosis klinis dapat diperoleh dari
hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang serta status
dermatologikus pada pasien tersebut.
Pasien adalah anak perempuan berusia 5 tahun. Berdasarkan
epidemiologinya. Impetigo vesikobulosa dapat terjadi pada semua ras. Lebih
sering dijumpai pada laki-laki, dan pada usia 2 sampai 5 tahun. Dapat pula
dijumpai pada neonatus dan bayi.5 Keluhan pasien dibawa ke poli karena
muncul lepuh-lepuh di ketiak sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu. Hal ini
sesuai dengan tempat predileksi impetigo vesikobulosa yaitu muka, ketiak,
dada, punggung, dan sering bersama-sama dengan miliaria.1
Awalnya lepuh muncul berbentuk bulat-bulat kecil sepeti jarum pentul
lalu membesar seukuran biji jagung dan berisi cairan. Semakin lama semakin
membesar dan berisi cairan. Sejak 4 hari yang lalu, lepuh-lepuh pecah. Pada
impetigo vesikobulosa lesi awal terbentuk vesikel kecil yang berubah menjadi
bula dengan dinding kendor, dengan ukuran diameter sampai 2 cm, yang
awalnya berisi cairan jernih menjadi berisi nanah, terdapat bula hipopion.
Bula hipopion bisa terjadi karena kehilangan dari kemampuan adhesi sel yang
diakibatkan karena adanya eksotoksin A yang bekerja pada desmoglein I
tersebut. Desmoglein I ini berperan dalam mengatur proses adhesi sel.
Molekul-molekul eksotoksin tersebut bekerja sebagai antigen serin biasa
bekerja secara local dan mengaktifkan sel limfosit T. Eksotoksin ini juga akan
mengalami koagulasi, di mana toksin tersebut akan tetap terlokalisasi pada
bagian atas dari lapisan epidermis dengan memproduksi fibrin thrombus. 8
Atap dari bula pecah dan meninggalkan gambaran koleret pada pinggirnya.
Krusta terbentuk pada bagian tengah yang jika diangkat tampak dasar merah
dan basah.3 Teori ini sesuai dengan efloresensi lesi pasien. Pada pasien ini
dengan lesi tersebut sesuai dengan klinis dari impetigo bulosa.

8
Etiologi impetigo bulosa bisa terjadi pada kondisi pasien banyak
berkeringat, pada kondisi kulit yang tidak normal misalnya infeksi virus dan
jamur, post trauma, post operasi, dan pada pasien dengan imunokompromais
karena obat-obatan (kortikosteroid sistemik, kemoterapi) dan penyakit
sistemik.6 Pada kasus ini pasien memiliki riwayat sering berkeringat saat
bermain dan tidak mandi setelahnya yang menjadi faktor predisposisi dari
terjadinya impetigo bulosa.
Pada pasien ini diagnosis impetigo bulosa ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien. Kami
mendiagnosis banding pasien dengan dermatitis kontak iritan dan dermatitis
kontak alergi, namun dapat disingkirkan karena pada pasien ini tidak ada
penggunaan roll on ataupun produk lain yang dapat mengiritasi ataupun
menimbulkan terjadinya alergi.
Selain itu kami juga mendiagnosis banding dengan kandidiasis kutis
generalisata, karena kondisi pasien yang sering berkeringat menyebabkan
kulitnya menjadi lembab dan predileksi Candida pada daerah kulit yang
lembab. Kandidiasis juga sering terjadi pada bayi dan lokasi predileksinya di
lipat payudara, intergluteal dan umbilicus6. Lesinya berupa bercak yang
berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosus, dikelilingi oleh satelit
berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula, yang mana bila
pecah meninggalkan daerah yang erosif.10 Pada pasien lesinya terjadi di leher,
dada dan punggung, dan pada pasien ini lesi berupa bula hipopion dengan
koleret di tepinya, tidak ditemukan adanya lesi satelit yang merupakan ciri
khas dari kandidiasis. Maka dari itu, kami mendiagnosis pasien ini dengan
Impetigo Bulosa. Pemeriksaan penunjang gram stain bisa dilakukan untuk
mempertajam diagnosis. Untuk saat ini, kami tidak memerlukan pemeriksaan
penunjang karena pada pasien ini tidak ada indikasi.
Tatalaksana Impetigo Bulosa ada dua yaitu non-medikamentosa dan
medikamentosa. Terapi non-medikamentosa yaitu dilakukan dengan cara
mengedukasi ibu pasien diantaranya menjelaskan kepada ibu pasien
mengenai penyakitnya, menyarankan anak untuk istirahat yang cukup, makan

9
makanan yang bergizi, meminta ibu untuk memandikan anaknya setelah
bermain dan menghindari penggunaan baju yang ketat, mencuci tangan
setelah beraktivitas, meminta dan mengawasi anak untuk tidak menggaruk
luka, menggunakan obat secara teratur.
Tujuan pengobatan adalah untuk membersihkan erupsi dan mencegah
menyebarnya infeksi ke tempat lain. Jika terdapat beberapa vesikel/bula,
dipecahkan lalu dibersihkan dengan cairan antiseptic (betadine) kemudian
diberi salep antibiotik (kloramfenikol 2% atau eritromisin 3%). Jika banyak
lesinya, dan diserta gejala sistemik berupa demam maka diberikan antibiotik
sistemik seperti penisilin 30-50 mg/kgBB atau antibiotik lain yang sensitif.
Dapat pula diberikan terapi topical seperti asam fusidat dan mupirosin yang
merupakan pilihan pertama pada impetigo bulosa.5 Terapi medikamentosa
yang digunakan pada pasien ini adalah terapi antibiotik topikal yaitu
Mupirocin salep 2%, 3 kali sehari selama 10 hari. Mupirocin ini bekerja
dengan menghambat sintesis RNA dan protein dari bakteri. Pada pasien ini
pemilihan sediaan obat topikal krim karena melihat pasien yang usianya
masih tergolong anak-anak, lesi pada pasien sudah kering dan penetrasinya
tidak terlalu kuat.
Pilihan obat lain yaitu asam fusidat. Asam fusidat adalah antibiotik
yang sering digunakan secara topikal dalam krim. Asam fusid bertindak
sebagai penghambat sintesis protein bakteri dengan mencegah pergantian
faktor G ( EF-G ) dari ribosom. Asam fusidik efektif terutama pada bakteri
Gram-positif seperti spesies Staphylococcus, spesies Streptococcus, dan
spesies Corynebacterium. Asam fusidat menghambat perkembangan bakteri
dan tidak membunuh bakteri, dan oleh karena itu disebut " bakteriostatik ". 6
Prognosis dari Impetigo vesikoulosa bergantung pada pemilihan dan
cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan, dan menghilangkan faktor
predisposisi. Secara umum mengingat penatalaksanaan yang diberikan sesuai
dengan teori yang ada untuk mengeradikasi bakteri penyebab, prognosis
penyakit pada pasien ini adalah baik.5

10
Tabel 1. Diagnosis Banding Berdasarkan Epidemiologi, etiologi,
predileksi, manifestasi klinis, efloresensi dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Banding
Kasus Impetigo Dermatitis Tinea corporis
Vestibulosa kontak
Epidemiologi Usia Dapat terjadi Dapat terjadi Lebih banyak terjadi
pasien 5 pada semua pada semua pada orang dewasa,
tahun, usia. Namun, usia, frekuensi frekuensi laki-laki dan
berjenis lebih sering laki-laki dan perempuan sama.
kelamin terjadi pada perempuan
perempuan anak-anak, sama.
dan pada jenis
kelamin pria.

Etiologi Stapylococcus Bahan yang Epidermophyton


aureus bersifat iritan floccosum & T.
dan alergen rubrum
Predileksi Di ketiak Aksilla, dada Tangan, lengan, Wajah, ektremitas atas
sebelah dan wajah, telinga, dan bawah, badan.
kiri punggung. badan, genitalia,
paha dan
tungkai bawah.
Manifestasi Diawali Penderita Ruam kulit Muncul ruam
Klinis dengan datang ke kemerahan. berbentuk cincin atau
munculnya dokter dengan Gatal yang melingkar
lepuh- keluhan dapat terasa Muncul ruam di leher,
lepuh di timbul lepuh parah. batang tubuh, lengan,
ketiak mendadak Kering. tangan, dan tungkai
sebelah pada kulit. Pembengkakan. Muncul rasa gatal dan
kiri sepeti Kelainan kulit Kulit kering kulit yang lebih
jarum berupa atau bersisik. bersisik.
pentul lalu benjolan kecil Kulit lecet atau
membesar yang dengan melepuh (gatal
seukuran cepat berair).
biji jagung membesar Menebal.
dan berisi menjadi Pecah-pecah.
cairan. . benjolan Terasa sakit
besar berisi saat disentuh
cairan (bula). atau muncul
Pada awalnya rasa nyeri.
cairan
berwarna
jernih,
kemudian
menjadi
keabu-abuan
dan akhirnya

11
menjadi
kuning gelap
seperti nanah
(bula
hipopion).
Efloresensi Pada regio Tampak bula Eritema numular Lesi berbentuk
axillaris dengan sampai plakat, makula/plak yang
anterior dinding tebal papul dan merah/hiperpigmentasi
dan dan tipis, vasikel dengan tepi aktif dan
medialis miliar hingga berkelompok penyembuhan sentral.
sinistra lentikular, disertai erosi Pada tepi lesi dijumpai
tampak kulit numular hingga papul-papul
bula sekitarnya tak plakat. eritematosa atau
hipopion, menunjukkan Terkadang vesikel. Pada
vesikel, peradangan berupa makula perjalanan penyakit
makula kadang- hiperpigmentasi yang kronik dapat
eritem, kadang dengan skuama dijumpai likenifikasi.
erosi dan tampak halus. Gambaran lesi dapat
krusta. hipopion. polisiklis, anular atau
Bula sangat geografis.
rapuh
sehingga
mudah pecah,
mengeluarkan
nanah
kekuningan
dan
meninggalkan
luka dangkal
dengan sisik
di tepinya
(collarette)
Pemeriksaan Nikolsky Nikolsky sign Uji tempel Pemeriksaan lampu
Kulit sign Uji tempel Uji gores wood
Uji tempel Uji tusuk Uji goresan lilin

12
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Impetigo bulosa adalah penyakit infeksi piogenik akut kulit yang mengenai
epidermis superfisial, bersifat sangat menular. Impetigo sering menyerang anak-
anak terutama di tempat beriklim panas dan lembap. Ditandai oleh lepuh-lepuh
berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion.
Impetigo vesikobulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus, paling sering tipe
71. Strain ini memiliki toksin yang dapat menyebabkan Staphylococcal scalded skin
syndrome (SSSS).
Impetigo dapat terjadi pada semua ras. Lebih sering dijumpai pada laki-laki,
dan pada usia 2 sampai 5 tahun. Impetigo bulosa paling sering dijumpai pada
neonatus dan bayi, 90% kasus anak di bawah 2 tahun.
Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada,
punggung dan sering bersama-sama dengan miliaria.
Tujuan pengobatan adalah untuk membersihkan erupsi dan mencegah
menyebarnya infeksi ke tempat lain. Selain itu perlu ditekankan pentingnya
menjaga kebersihan diri dan menghilangkan faktor-faktor predisposisi agar gejala
tidak bertambah berat dan mencegah kekambuhan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi, Bramini dan Wresti. 2018. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia akarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Djuanda, Adhi, 2017. Pioderma. Dalam buku Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
3. Sunarso S, Sunarko M, Hari S., 2015. Impetigo dalam buku Pedoman
Diagnosis dan Terapi. Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RS. Dr.
Soetomo. Surabaya
4. Luciana B., 2014. Impetigo. Jurnal Review. NCBI. Vol 89 no 2 hal 293-299.
Brazil
5. Lewis LS. 2014. Impetigo. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/965254-overview#a0156 diakses
pada 16 Februari 2021.
6. Sadegh, Amini. 2017. Dermatology Manifestasion of Impetigo. E-Medicine.
Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1052709-overview
diakses pada 16 Februari 2021.

14

Anda mungkin juga menyukai