Analisis Masalah
1. Bobby, anak laki-laki, 4 tahun, dibawa ibunya ke IGD RSUD BARI
dengan keluhan kejang yang terjadi 30 menit yang lalu, lama kejang ± 20
menit, bentuk kejang klojotan, tangan dan kaki, mata mendelik keatas, saat
kejang berlangsung Bobby tidak sadar tetapi sebelum dan sesudah kejang
Bobby sadar. Saat sedang dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter IGD,
Bobby kejang kembali, lama kejang ±5 menit, bentuk kejang sama seperti
kejang sebelumnya.
a. Apa saja anatomi, fisiologi, vaskularisasi, histologi, dan neurologi?
Jawab :
Histologi
Lapisan yang menyusun otak besar berlekuk-lekuk,
membentuk struktur sulkus dan girus. Lapisan ini jika ditinjau
secara mikroskopik akan terlihat bahwa tersusun atas enam
lapisan, yakni:
1. Lapisan molekularis lapisan terluar dan terletak tepat di
bawah lapisan piamater. Mengandung sel-sel neuroglia dan
sel horizontal Cajal.
2. Lapisan granularis externa mengandung sel neuroglia dan
sel piramid kecil
3. Lapisan piramidalis externa tipe predominan adalah sel
piramid ukuran sedang
4. Lapisan granularisinterna lapisan tipis dengan sel granula
kecil (stellate), sel piramid, dan neuroglia. Lapisan ini
merupakan lapisan yang paling padat.
5. Lapisan piramidalis interna mengandung sel neuroglia
dan sel piramid terbesar.
6. Lapisan sel multiformis lapisan terdalam dan berbatasan
dengan substansia alba, dengan varian sel yang banyak..
Korteks cerebelli
Lipatan-lipatan dalam di korteks (folia serebelli) yang
dipisahkan oleh sulci.
1. Lapisan moleculare lapisan terluar, mengandung neuron
kecil dan serat saraf.
2. Lapisan Purkinjense (lapisan ganglioner), di tengah,
mengandung banyak sel-sel Purkinje yang besar dan
berbentuk seperti botol dan khas untuk serebelum.
Dendritnya bercabang dan memasuki lapisan molekular,
sementara akson termielinasi menembus substansia alba.
Lapisan granular, lapisan terdalam, mengandung sel
granula kecil, sel Golgi tipe II dan ruang kosong yaitu
gromeruli.
Neurologi
Nn. Craniales terdiri dari:
1) Nervus Olfaktorius
2 SKENARIO A BLOK 9
Sifatnya sensorik menyerupai hidung membawa
rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
Fungsinya: saraf pembau yang keluar dari otak di bawah
dahi yang disebut lobus olfaktorius, kemudian saraf ini
melalui lubang yang ada di dalam tulang tapis akan menuju
rongga hidung selanjutnya menuju sel-sel pancaindera.
2) Nervus Optikus
Sifatnya, sensoris, mensyarafi bola mata membawa
rangsangan penglihatan ke otak. Fungsinya, serabut mata
yang serabut-serabut sarafnya keluar dari bukit IV dan
pusat-pusat didekatnya serabut-serabut tersebut memiliki
tangkai otak dan membentuk saluran optik dan bertemu di
tangkai hipofise dan membentang sebagai saraf mata,
serabut tersebut tidak semuanya bersilang. Sebagian serabut
saraf terletak di sebelah sisi serabut yang berasal dari
saluran optik. Oleh sebab itu serabut saraf yang datang dari
sebelah kanan retina tiap-tiap mata terdapat di dalam optik
kanan begitu pula sebaliknya retina kiri tiap-tiap mata
terdapat disebelah kiri.
3) Nervus Okulomotoris
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot
penggerak bola mata). Di dalam saraf ini terkandung
serabut-serabut saraf otonomi (para simpatis). Fungsinya:
saraf penggerak mata keluar dari sebelah tangkai otak dan
menuju ke lekuk mata dan mengusahakan persarafan otot
yang mengangkat kelopak mata atas, selain dari otot miring
atas mata dan otot lurus sisi mata.
4) Nervus Troklearis
Sifatnya motoris ia mensarafi otot-otot orbital.
Fungsinya: saraf pemutar mata yang pusatnya terletak
dibelakang pusat saraf penggerak mata, dan saraf penggerak
mata masuk ke dalam lekuk mata menuju orbital miring
atas mata.
5) Nervus Trigeminus
3 SKENARIO A BLOK 9
Sifatnya majemuk (sensoris motoris), saraf ini
mempunyai 3 buah cabang yaitu:
a) Nervus optalmikus.
Sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan
kelompok mata atas, selaput lendir kelopak mata dan
bola mata.
b) Nervus maksilaris.
Sifatnya sensoris, mensarafi gigi-gigi atas, bibir atas,
palatum, batang hidung, rongga hidung dan sinus
maksilaris.
c) Nervus mandibularis.
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris), serabut-
serabut motorisnya mensarafi otot-otot pengunyah,
serabut- serabut sensorinya mensarafi gigi bawah, kulit
daerah temporal dan dagu. Serabut rongga mulut dan
lidah dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.
Fungsinya: sebagai saraf kembar 3 dimana saraf ini
merupakan saraf otak terbesar yang mempunyai 2 buah
akar saraf besar yang mengandung serabut saraf
penggerak. Dan di ujung tulang belakang yang terkecil
mengandung serabut saraf penggerak. Di ujung tulang
karang bagian perasa membentuk sebuah ganglion yang
dinamakan simpul saraf serta meninggalkan rongga
tengkorak.
6) Nervus Abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya:
sebagai saraf penggoyang sisi mata dimana saraf ini keluar
disebelah bawah jembatan pontis menembus selaput otak
sela tursika. Sesudah sampai di lekuk mata lalu menuju ke
otot lurus sisi mata.
7) Nervus Fasialis
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), serabut-
serabut motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput
lendir rongga mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-
4 SKENARIO A BLOK 9
serabut saraf otonomi (parasimpatis) untuk wajah dan kulit
kepala. Fungsinya: sebagai mimik dan menghantarkan rasa
pengecap, yang mana saraf ini keluar di sebelah belakang
dan beriringan dengan saraf pendengar.
8) Nervus Auditorius
Sifatnya sensoris, mensarafi alat pendengar membawa
rangsangan dari pendengaran dari telinga ke otak.
Fungsinya: sebagai saraf pendengar, yang mana saraf ini
mempunyai 2 buah kumpulan serabut saraf yaitu: rumah
keong (koklea), disebut akar tengah adalah saraf untuk
mendengar dan pintu halaman (vestibulum), disebut akar
tengah adalah saraf untuk keseimbangan.
9) Nervus Glossofaringeus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), ia mensarafi
faring, tonsil dan lidah. Saraf ini dapat membawa
rangsangan cita rasa ke otak, di dalamnya mengandung
saraf-saraf otonomi. Fungsinya: sebagai saraf lidah tekak
dimana saraf ini melewati lorong diantara tulang belakang
dan karang, terdapat dua buah simpul saraf yang di atas
sekali dinamakan ganglion jugularis atau ganglion atas dan
yang dibawah dinamakan ganglion petrosum atau ganglion
bawah. Saraf ini (saraf lidah tekak) berhubungan dengan
nervus-nervus fasialis dan saraf simpatis ranting 11 untuk
ruang faring dan tekak.
10) Nervus Vagus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), mengandung
serabut-serabut saraf motorik, sensoris dan para simpatis
faring, laring, paru-paru, esofagus, gaster intestinum minor,
kelenjar-kelenjar pencernaan dalam abdomen dan lain-lain.
Fungsinya: sebagai saraf perasa, dimana saraf ini keluar
dari sumsum penyambung dan terdapat di bawah saraf lidah
tekak.
11) Nervus Assesorius
5 SKENARIO A BLOK 9
Sifatnya motoris, ia mensarafi muskulus sternokloide
mastoid dan muskulus trapezius. Fungsinya: sebagai saraf
tambahan, terbagi atas dua bagian, bagian yang berasal dari
otak dan bagian yang berasal dari sumsum tulang belakang.
12) Nervus Hipoglosus
Sifatnya motoris, ia mensarafi otot-otot lidah.
Fungsinya: sebagai saraf lidah dimana saraf ini terdapat di
dalam sumsum penyambung. Akhirnya bersatu dan
melewati lubang yang terdapat Saraf ini juga memberikan
ranting-ranting pada otot yang melekat pada tulang lidah
dan otot lidah. (Guyton, 2006)
Vaskularisasi
Vaskularisasi otak
Darah mengalir ke otak melalui dua arteri karotis dan dua
arteri vertebralis.
Arteri karotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri
karotis komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak melalui
kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosus,
mempercabangan arteri untuk nervus optikus dan retina,
akhirnya bercabang dua : arteri serebri anterior dan arteri
serebri media.
Arteri karotis interna memberikan vaskularisasi
pada regio sentral dan lateral hemisfer.
Arteri serebri anterior memberikan vaskularisasi
pada korteks frontalis, parietalis, bagian tengah,
korpus kalosum dan nukleus kaudatus.
Arteri serebri media memberikan vaskularisasi
pada korteks lobus frontalis, parietalis, dan
temporalis.
6 SKENARIO A BLOK 9
servikalis, masuk rongga kranium melalui foramen magnum,
lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri serebeli
inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya
bersatu menjadi arteri basilaris dan setelah mengeluarkan 3
kelompok cabang arteri, pada tingkat mesensefalon, arteri
basilaris berakhir sebagai sepasang cabang arteri serebri
posterior.
Fisiologi
a. Pirogen Endogen
b. Pengaturan Suhu
7 SKENARIO A BLOK 9
dalam metabolisme basal. Panas dikeluarkan dari tubuh melalui
radiasi, konduksi (hantaran) dan penguapan air disaluran nafas
dan kulit. Keseimbangan pembentukan pengeluaran panas
menentukan suhu tubuh, karena kecepatan reaksi-reaksi kimia
bervariasi sesuai dengan suhu dank arena sistem enzim dalam
tubuh memiliki rentang suhu normal yang sempit agar
berfungsi optimal, fungsi tubuh normal bergantung pada suhu
yang relatif konstan (Price Sylvia A : 1995)
8 SKENARIO A BLOK 9
Penyalahgunaan zat seperti alcohol dan kokain juga dapat
menyebabkan kejang. (Price and Wilson, 2005)
11 SKENARIO A BLOK 9
Klasifikasi Karakteristik
12 SKENARIO A BLOK 9
Menatap kosong, kepala sedikit lunglai,
kelopak mata bergetar, atau berkedip
secara cepat; tonus postural tidak hilang
Berlangsung selama beberapa detik
Mioklonik Kontraksi mirip-syok mendadak yang
terbatas di beberapa otot atau tungkai;
cenderung singkat
13 SKENARIO A BLOK 9
Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki
daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada
wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat
dibandingkan laki-laki.
Sintesis :
14 SKENARIO A BLOK 9
Kejang tonik-klonik diawali oleh hilangnya kesadaran
dengan cepat. Pasien mungkin bersuara menangis, akibat
ekspirasi paksa yang disebabkan oleh spasme toraks atau
abdomen. Pasien kehilangan posisi berdirinya, mengalami
gerakan tonik kemudian klonik, dan inkontinensia urin atau
alvi (atau keduanya), disertai disfungsi otonom. Pada fase
tonik, otot-otot berkontraksi dan posisi tubuh mungkin
berubah. Fase ini berlangsung beberapa detik. Fase klonik
memperlihatkan kelompok-kelompok otot yang berlawanan
bergantian berkontraksi dan melemas sehingga terjadi
gerakan-gerakan menyentak. Jumlah kontraksi secara
bertahap berkurang tetapi kekuatannya tidak berubah. Lidah
mungkin tergigit; hal ini terjadi pada sekitar separuh pasien
(spasme rahang dan lidah). Keseluruhan kejang
berlangsung 3 sampai 5 menit dan diikuti priode tidak sadar
yang mungkin berlangsung beberapa menit sampai selama
30 menit.
Kejang tonik-klonik demam, yang sering disebut
sebagai kejang demam, paling sering terjadi pada anak
berusia kurang dari 5 tahun. Disebabkan karena hipertermia
yang muncul secara cepat berkaitan dengan infeksi virus
atau bakteri. Kejang biasanya berlangsung singkat, dan
mungkin terdapat predisposisi familial. (Price and Wilson,
2005).
2. Sejak 1 hari sebelum masuk RS, Bobby panas tinggi disertai batuk pilek
dan nyeri saat menelan. Tiga jam dari mulai timbul panas, Bobby
mengalami kejang.
a. Bagaimana patofisologi demam?
Jawab :
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh
terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan
akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan
tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen.
Interleukin-1 ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan demam
dengan cara meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8-10 menit.
Interleukin-1 juga menginduksi pembentukan prostaglandin, terutama
prostaglandin E2, atau zat yang mirip dengan zat ini, yang selanjutnya
bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.
16 SKENARIO A BLOK 9
5. Demam kontinyu : demam yang suhunya bervariasi
sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1 derajat.
6. Demam siklik : demam yang kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
tubuh seperti semula.
c. Apa makna demam disertai batuk, pilek dan nyeri saat menelan?
Jawab :
Rinitis adalah radang selaput hidung. Rinitis alergi ditandai
dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi dari: Bersin,
hidung tersumbat, gatal hidung, dan Rhinorrhea. Mata, telinga, sinus,
dan tenggorokan juga dapat terlibat. Rhinitis alergi adalah penyebab
paling umum dari rhinitis. Ini adalah kondisi yang sangat umum,
mempengaruhi sekitar 20% dari populasi.
17 SKENARIO A BLOK 9
2. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada
membran mukosa yang dikarenakan oleh infeksi
yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis
vasomotor.
d. Apa makna tiga jam dari mulai panas, Bobby mengalami kejang?
Jawab :
Pada saat demam, metabolisme basal akan menigkat sekitar 10-
20% dan juga kebutuhan oksigen akan meningkat menyebabkan
perubahan neurologis pada membran sel saraf yang menyebabkan
difusi membrane sel yaitu K dan Na dimana akan mengeluarkan
neurotransmitter yang berfungsi untuk kontraksi, apabila
neurotransmitter tidak terkendali akan menyebabkan kontraksi terus
menerus (kejang). (Soetomenggolo, Taslim. 2000)
5. Bobby lahir spontan ditolong bidan, lebih bulan, tidak langsung menangis.
18 SKENARIO A BLOK 9
a. Apa makna Bobby lahir spontan, lebih bulan dan tidak langsung
menangis?
Jawab :
Makna Lahir Spontan: Normal, sedangkan tidak langsung
menangis Saat proses persalinan selesai, bayi merasakan udara luar
yang jauh berbeda dari keadaan rahim ibu. Udara dingin dan cahaya
yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan, juga setelah tali pusat
terputus mau tak mau bayi harus mendapatkan sendiri oksigen untuk
bernapas. Menangis adalah cara yang bayi lakukan untuk mendapatkan
oksigen. Saat bayi lahir tidak menangis, memangisnya tidak keras
(tidak kuat) atau terlambat, hal ini menunjukkan adanya gangguan
pada paru-paru bayi yang tidak bisa berfungsi dengan baik. Hal ini
turut memengaruhi organ vital lain seperti otak, jantung, ginjal,
pembuluh darah, dan organ lainnya.
6. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : komposmentis
Tanda Vital : nadi 124x/menit (isi dan tegangan cukup), frekuensi napas
30x/menit. Suhu 40°C
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme?
Jawab :
Denyut nadi : 124x/menit Dalam batas normal
Tabel Laju Nadi Normal pada Bayi dan Anak
UMUR Laju (denyut/ menit)
Istirahat (bangun) Istirahat (tidur) Aktif/
demam
Baru lahir 100 – 180 80 – 60 Sampai 220
1 minggu 100 – 220 80 – 200 Sampai 220
– 3 bulan
3 bulan – 80 – 150 70 – 120 Sampai 200
2 tahun
2 tahun – 70 – 140 60 – 90 Sampai 200
10 tahun
19 SKENARIO A BLOK 9
>10 tahun 70 – 110 50 – 90 Sampai 200
Temperatur : 400c
Interpretasi : Febris
7. Keadaan spesifik :
Kepala : hidung: rinorea (+/+), faring: hperemis, tonsil: T1/T1, detritus (+)
Leher : tidak kaku kuduk
20 SKENARIO A BLOK 9
Status neurologikus:
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme?
Jawab :
1. Pada hidung ditemukan rinorea (abnormal).
Mucus dalam jumlah kecil pada hidung bersifat normal
untuk membersihkan hidung dari partikel-partikel yang ikut
masuk melalui respirasi seperti debu, kotoran, dan lain-lain.
Partikel tersebut akan ditangkap oleh mucus yang dikeluarkan
sel goblet dan akan dialirkan oleh silia pada mukosa hidung.
Jika terjadi gangguan pada mukosa seperti edema mukosa akan
menyebabkan ostit tersumbat karena silia tidak dapat bergerak.
Akibatnya terjadi tekanan negative didalam rongga silia yang
menyebabkan terjadinya trasnsudasi. (Price and Wilson, 2005)
2. Pada faring terjadi hiperemis (abnormal)
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas atas
dan menginvasi mukosa faring sehingga terjadi hiperemis.
3. Pada tonsil ditemukan detritus (abrnormal)
Invasi mikroorganisme pada epitel jaringan tonsil
menimbulkan radang berupa keluarnya leukopolimorfonuklear.
Kumpulan sel-sel leukosit, mikroorganisme yang mati, dan
epitel jaringan yang lepas membentuk detritus pada tonsil.
21 SKENARIO A BLOK 9
disertai demam tinggi, serangan kejang pertama disertai
suhu dibawah 39° C.
o Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya kejang
demam berulang adalah usia< 15 bulan saat kejang demam
pertama, riwayat kejang demam dalam keluarga, kejang
segera setelah demam atau saat suhu sudah relatif normal,
riwayat demam yang sering, kejang demam pertama berupa
kejang demam akomlpeks (Dewanto dkk,2009).
2) Gambaran Klinis, yang dapat dijumpai pada pasien kejang
demam adalah:
o Suhu tubuh mencapai 39°C.
o Anak sering kehilangan kesadaran saat kejang
o Kepala anak sering terlempar ke atas, mata mendelik,
tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak menjadi
berguncang.
Gejala kejang tergantung jenis kejang.
o Kulit pucat dan mungkin menjadi biru
o Serangan terjadi beberapa menit setelah anak itu menjadi
sadar
22 SKENARIO A BLOK 9
9. Apa Pemeriksaan penunjang?
Jawab :
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara
rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau
keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai
demam. Pemeriksaan labora- torium yang dapat
dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula
darah (level II-2 dan level III, rekomendasi D).
Fungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis
adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit
untuk menegakkan atau meny- ingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas.
Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat
dianjurkan dilaku- kan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan 3.
Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara
klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal.
Elektroensefalogra
Pemeriksaan elektroensefalogra (EEG) tidak
dapat mem prediksi berulangnya kejang, atau
memperkirakan ke- mungkinan kejadian epilepsi pada
pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak
direkomendasikan (level II-2, rekomendasi E).
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada
keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya:
23 SKENARIO A BLOK 9
kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6
tahun, atau kejang demam fokal.
Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti
computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic
resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan,
tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap
(hemipare- sis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
(IDAI, 2006)
24 SKENARIO A BLOK 9
Diberikan secara terus menerus dalam waktu tertentu (1 tahun).
Asam valproat : 10-40 mg/ kgBB dibagi 2-3 dosis. Fenobarbital
: 3-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Dilakukan pemantauan efek
samping obat. Pengobatan rumat diberikan jika terdapat salah
satu atau lebih gejala:
Kejang lama > 15 menit.
Terdapat kelainan neurlogis yang nyata sebelum
atau sesudah kejang. (mis: hemiparesis, paresis
Todd, CP, RM, Hidrosefalus)
Kejang fokal.
Riwayat epilepsi saudara kandung atau orang
tua.
Pengobatan Intermiten.
Pengobatan yang berikan pada saat anak mengalami demam,
untuk mencegah terjadinya kejang demam. Antipiretik :
Paracetamol atau Asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan
4 kali. Ibuprofen 10 mg/kgBB /kali diberikan 3 kali.
Antikonvulsan : Diazepam oral 0,3-0,5 mg/kgBB setiap 8 jam
dosis yang dianjurkan 0,5 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis.
Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali.
25 SKENARIO A BLOK 9
Kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai
dengan apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot yang Universitas Sumatera Utara akhirnya menyebabkan
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat karena metabolisme
anaerobik, hipotensi arterial, denyut jantung yang tak teratur, serta
suhu tubuh yang makin meningkat sejalan dengan meningkatnya
aktivitas otot sehingga meningkatkan metabolisme otak. Proses di atas
merupakan faktor penyebab terjadinya kerusakan neuron otak selama
berlangsung kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran
darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan neuron otak. 2.6.3. Retardasi Mental, terjadi akibat
kerusakan otak yang parah dan tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat.
Epilepsi
Terjadi karena kerusakan pada daerah medial lobus temporalis
setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama.
Hemiparesis
Kelumpuhan atau kelemahan otot-otot lengan, tungkai serta
wajah pada salah satu sisi tubuh.
26 SKENARIO A BLOK 9
15. Apa KDU?
Jawab :
Tingkat Kemampuan 4
Sintesis:
27 SKENARIO A BLOK 9
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan
(bukan kasus gawat darurat).
b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray).
Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan
(kasus gawat darurat).
Tingkat Kemampuan 4
II. Kesimpulan
Bobby, anak laki-laki, 4 tahun mengalami demam dan kejang tonik-klonik
dikarenakan kejang demam kompleks dan infeksi rhinofaringitis
28 SKENARIO A BLOK 9