BRONKOPNEUMONIA
Oleh:
Pembimbing:
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Bronkopneumonia
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepanitera
an Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Siti Fatimah periode 15 Agustus -
6 November 2022.
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapakan atas kehadirat Allah SWT yang telah member
ikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kas
us berjudul “Bronkopneumonia”. Laporan kasus ini bertujuan untuk memenuh
i salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS
UD Siti Fatimah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis menyadari bahwa masih ter
dapat banyak kekurangan. Hal ini didasarkan atas keterbatasan dan kekurangan
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran se
bagai bahan perbaikan di masa yang akan datang. Semoga diskusi kasus ini dap
at memberikan manfaat baik bagi semua pihak. Akhir kata, semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan meridhai usaha kita.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
BAB II STATUS PASIEN.......................................................................................7
I. IDENTIFIKASI............................................................................................7
II. ANAMNESIS............................................................................................7
III. RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH SAKIT................................8
IV. PEMERIKSAAN FISIK.........................................................................11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................17
3.1 Definisi....................................................................................................17
3.2 Epidemiologi...........................................................................................17
3.3 Etiologi....................................................................................................18
3.4 Manifestasi Klinis dan Klasifikasi..........................................................19
3.5 Patofisiologi............................................................................................21
3.6 Diagnosis.................................................................................................25
3.7 Diagnosis Banding..................................................................................26
3.8 Tatalaksana..............................................................................................27
3.9 Komplikasi..............................................................................................30
3.10 Prognosis.............................................................................................30
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
ancar dapat menyebabkan penderita mengalami kesulitan bernafas dan gangguan
pertukaran gas di dalam paru-paru sehingga menyebabkan timbulnya sianosis, kel
elahan, apatis serta merasa lemah, dalam tahap selanjutnya akan mengalami penye
mpitan jalan nafas yang menyebabkan obstruksi jalan nafas.3
Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini
dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik.
Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak
adalah streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influezae. Anak dengan daya
tahan tubuh terganggu dapat menderita bronkopneumonia berulang dan tidak
sembuh dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor iatrogen juga memacu
timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anastesia, pengobatan dengan
antibiotika yang tidak sempurna.1
6
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
a. Nama : An. GAN
b. Umur : 7 bulan 17 hari
c. Tanggal lahir : 27 Januari 2022
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Nama Ayah : Tn. R
f. Nama Ibu : Ny. D
g. Bangsa : Indonesia
h. Alamat : Pusri
i. MRS : 13 September 2022
II. ANAMNESIS
Tanggal : 14 September 2022
Diberikan oleh : Ibu pasien
Keluhan Utama : Batuk berdahak sejak 10 hari SMRS
Keluhan Tambahan : Muntah dan demam
7
4 hari SMRS, ibu pasien mengeluh pasien batuk berdahak tidak berkuran
g walaupun telah diberi obat ambroxol. Pasien mengalami kesulitan bernapas
karena ada dahak. Pasien juga masih muntah dahak dan susu setelah batuk. M
untah 5 kali sebanyak 1/2 gelas belimbing. Ibu pasien mengeluhkan pasien m
engalami demam yang tinggi. Demam muncul secara perlahan kemudian men
aik. Pasien diberikan obat penurun panas untuk mengurangi gejala demam da
n melanjutkan ambroxol untuk batuk. Keluhan demam pasien berkurang seda
ngkan batuk tidak berkurang.
1 hari SMRS, batuk pasien memberat dengan kesulitan napas. Tidak tam
pak biru disekitar mukosa bibir. Ibu pasien mengeluh pasien masih demam tin
ggi dengan suhu 38-39,1oC dan tidak turun walaupun sudah diberi obat penur
un panas. Muntah sebanyak 7-8 kali setelah batuk yang berisi susu dan dahak.
Pasien masih minum ASI. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Tampak kebirua
n tidak ada, batuk menggogong tidak ada, nyeri tenggorokan tidak ada, batuk
muncul lama hingga kesulitan bernapas tidak ada, keringat dingin di malam h
ari tidak ada, kejang tidak ada. Pasien dibawa ke IGD untuk tatalaksana lebih
lanjut.
Riwayat Pengobatan :
Tempra drop
Ambroxol drop
8
Riwayat asma pada keluarga tidak ada
Riwayat tuberkulosis pada keluarga tidak ada
2. Riwayat Makanan
- Pasien mendapatkan ASI eksklusif dari lahir hingga sekarang
3. Riwayat Imunisasi
Imunisasi Dasar
Umur Umur Umur
Hep B1 0 bulan
POLIO 0 0 bulan
BCG 1 bln
DPT 1 2 bln DPT 2 3 bln DPT 3 4 bln
Hep B2 2 bln Hep B3 3 bln Hep B4 4 bln
HiB 1 2 bln HiB 2 3 bln HiB 3 4 bln
POLIO 1 1 bln POLIO 2 3 bln POLIO 3 4 bln
Interpretasi: Imunisasi dasar PPI lengkap
4. Riwayat Keluarga
Umur : Tn. R
9
Ny. D
Penyakit yang diderita :-
Riwayat kebiasaan : Ayah pasien seorang perokok aktif
5. Riwayat Perkembangan
Tertawa/berteriak : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Bersuara maaa.. paa... : 6 bulan
10
IV. PEMERIKSAAN FISIK (14 September 2022)
Keadaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
Nadi : 92x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Laju pernapasan : 24x/ menit
Suhu : 37,8ºC
SpO2 : 98%
Antropometri
Berat badan : 7,75 kg
Tinggi badan : 66 cm
Lingkar kepala : 42,5 cm
BMI : 17,79 kg/m2
BB/U : 7,7/7,8
TB/U : 66/68
BB ideal : 7,5 kg
TB ideal : 68 cm
Kesan: -2 < Z < -1 (Normolength)
11
Kesan: 1 < Z < -1 (Normoweight)
Kesan: 1 < Z < -1 (Normal)
12
Kesan: 1 < Z < -1 (Normocephaly)
Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut dan tidak rontok
Wajah : Simetris, dismorfik (-), wajah seperti orang tua (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
isokor, ditengah, diameter 3 mm, refleks cahaya (+/+),
mata cekung (-/-)
Hidung : Tampak luar tidak ada kelainan, nafas cuping hidung (-),
sekret minimal (+), epistaksis (-), konka hiperemis (
Mulut : Bibir pucat (-), gusi berdarah (-), angular cheilitis (-),
glossitis (-), hipertropi gingiva (-), atrofi papil lidah (-),
faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1
Telinga : Tampak luar tidak ada kelainan, sekret (-), penurunan
pendengaran (-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Aksila : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Simetris kanan = kiri, dinamis pergerakan kanan = kiri,
RR = 24x/menit skar (-), venektasi (-), retraksi dinding
dada (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, krepitasi (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-), wheezing (-), stridor
(+)
13
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
3.2 Epidemiologi
Menurut WHO tahun 2020, pneumonia membunuh 740.180 anak di bawah usia 5
tahun pada tahun 2019, terhitung 14% dari semua kematian anak di bawah lima ta
hun tetapi 22% dari semua kematian pada anak berusia 1 hingga 5 tahun. World H
ealth Organization menyatakan pneumonia sebagai penyebab kematian tertinggi p
ada balita melebihi penyakit lainnya seperti campak, malaria, dad aids. Kasus pne
umonia banyak terjadi di negara- negara berkembang seperti Asia Tenggara sebes
ar 39% dan Afrika sebesar 30%. WHO menyebutkan Indonesia menduduki pering
15
kat ke 8 dunia dari 15 negara yang memiliki angka kematian balita dan anak yang
diakibatkan oleh pneumonia. 2
3.3 Etiologi
16
Penyebab tersering bronchopneumonia pada anak adalah pneumoniakokus sedang
penyebab lainnya antara lainya antara lain: Streptococus pneumonia, stapilokokus
aureus haemophillus influenza, jamur (seperti candida albicans), dan virus. Pada b
ayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab yang berat,
serius dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi.6
17
Tanda dan gejala bronchopneumonia adalah sebagai berikut:8
1. Biasanya didahului infeksi traktus respiratoris atas.
2. Demam (39℃-40℃) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang ti
nggi.
3. Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang
dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
4. Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan siano
sis sekitar hidung dan mulut.
5. Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
6. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang menyebabka
n atelektasis absorbs.
18
2. Usia 2 bulan – 5 bulan
a. Pneumonia
• Bila ada napas cepat
b. Pneumonia berat
• Chest indrawing
• Napas cepat dengan laju napas
50x/ menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun
40x/ menit untuk anak > 1-5 tahun
c. Pneumonia sangat berat
• Tidak dapat minum
• Kejang
• Kesadaran menurun
• Malnutrisi
3.5 Patofisiologi
Kuman masuk kedalam jaringam paru-paru melalui saluran pernafasan dari atas u
ntuk mencapai bronchioles dan kemudian alveolus sekitarnya.Kelainan yang timb
ul berupa bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru-paru,lebih banyak pad
a bagian basal.Pneumonia dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada
di udara, aspirasi organisme dari nasofarinks atau penyebaran hematogen dari foc
us infeksi yang jauh.Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran nafas masuk ke b
ronkioli dan alveoli, menimbulkan reaksi perdangan hebat dan menghasilkan caira
n edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstisial.Kuman pneumo
kokus dapat meluas melalui poruskohn dari alveoli ke seluruh segmen atau lobus.
Eritrosit mengalami perembesan dan beberapa leukosit dari kapiler paru-paru.Alv
eoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin
serta relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar.Paru menja
di tidak berisi udara lagi, kenyal dan berwarna merah.10
19
Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan
relative sedikit eritrosit.Kuman pneumokokus di fagositosis oleh leukosit dan sew
aktu resolusi berlangsung,makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan leukosit
bersama kuman pneumokokus didalamnya.Paru masuk dalam tahap hepatisasi ab
u-abu dan tampak berwarna bau-abu kekuningan. Secara perlahan-lahan sel darah
merah yang mati dan eksudat fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurn
a, paru menjadi normal kembali tanpa kehilangan kemampun dalam pertukaran ga
s. Akan tetapi apabila proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik ma
ka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus maka membrane dari alve
olus akan mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan gangguan proses diffu
si osmosis oksigen pada alveolus. Perubahan tersebut akan berdampak pada penur
unan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Penurunan itu yang secara klinis pe
nderita mengalami pucat sampai sianosis.10
Setelah terjadi fase peradangan lumen bronkus bersebukan sel radang akut, terisi e
ksudat (nanah) dan sel epitel rusak. Bronkus dan sekitarnya penuh dengan netrofil
(bagian leukosit) yang banyak pada saat awal peradangan dan bersifat fagositosis
dan sedikit eksudat fibrinosa. Bronkus rusak akan mengalami fibrosis dan pelebar
an akibat tumpukan nanah sehingga dapat timbul bronkiektasis. Selain itu organis
asi eksudat dapat terjadi karena absorbsi yang lambat. Eksudat pada infeksi ini mu
la-mula encer dan keruh, mengandung banyak kuman penyebab (streptokokus,vir
us dll). Selanjutnya eksudat berubah menjadi purulen, dan menyebabkan sumbata
n pada lumen bronkus. Sumbatan tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari l
20
uar sehingga penderita mengalami sesak nafas. Terdapatnya peradangan pada bro
nkus dan paru juga akan mengakibatkan peningkatan produksi mukosa dan pening
katan gerakan silia pada lumen bronkus sehingga timbul peningkatan reflek batuk.
Perjalanan patofisiologi diatas bisa berlangsung sebaliknya yaitu didahului dulu d
engan infeksi pada bronkus kemudian berkembang menjadi infeksi pada paru.10
21
nya penumpukan leukosit, eritrosit,dan cairan, sehingga warna paru menja
di merah dan pada peraban seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tid
ak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium i
ni berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
22
krofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula. Inflamasi pada br
onkus ditandai adanya penumpukan secret, sehingga terjadi demam, batuk
produktif, ronchi positif, dan mual.
3.6 Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis perlu diperhatikan keluhan utama. Pasien bronkopneumonia biasa
nya datang dengan keluhan batuk atau sesak napas. Maka perlu ditelusuri batuk da
n kesulitan bernapas telah dialami berapa lama (hari), sesak napas dengan pola sep
erti apa (apakah saat aktibvitas berat, setelah terpapar debu, mengikuti batuk, lebi
h sering malam hari atau siang hari, disertai bunyi tiap bernapas), dan pencetus ses
ak (aktivitas, makanan, batuk) serta apakah disertai dengan whoops atau muntah at
au sianosis sentral. Keluhan dapat berupa :6
Demam
Batuk
Sesak napas
Biru disekitar mulut
Mengigil (pada anak)
Kejang (pada bayi) dan
Nyeri dada
Pemeriksaan Fisik
Demam
Dispneu yang ditandai dengan pernapasan cepat (takipneu)
Pernapasan cuping hidung, retraksi dan sianosis
Suara napas vesikuler meningkat sampai bronchial
Suara napas tambahan ronkhi basah halus nyaring.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah perifer lengkap, dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis
bergeser ke kiri. LED meningkat pada infeksi bakterial namun banyak di pengaru
23
hi oleh faktor faktor lainnya. CRP meningkat pada infeksi bakterial, procalsitonin
dianggap lebih baik dari pada CRP. Analisa gas darah, menunjukkan keadaan hip
oksemia, kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat tergantung kelainann
ya, dapat terjadi asidosis respiratorik maupun metabolik dan gagal nafas. Foto tora
ks AP/ Lateral Kanan, dapat terlihat infiltrat alveolar maupun interstitial yang dap
at ditemukan pada seluruh lapangan paru. Gambaran radiologis lain yang dapat di
jumpai adalah konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobaris, pen
ebalan pleura pada pleuritis dan komplikasi pneumonia misalnya atelektasis, efusi
pleura, pneumomediastinum, pneumothoraks, abses, pneumatokel. Mikrobiologi d
ari sputum dan swab nasopharyngeal, spesimen dari
bronchoalveolar lavage, aspirasi jaringan paru.11
Berikut ini merupakan diagnosa banding anak umur 2 bulan-5 tahun yang datang
dengan batuk dan atau kesulitan bernapas:12
DIAGNOSIS GEJALA YANG DITEMUKAN
Pneumonia - Demam
- Batuk dengan napas cepat
- Crackles (ronkhi) pada auskultasi
- Kepala terangguk-angguk
- Pernapasan cuping hidung
- Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
- Merintih (grunting)
- Sianosis
Bronkiolitis - Episode pertama wheezing pada anak umur < 2 tahun
- Hiperinflasi dinding dada
- Ekspirasi memanjang
- Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai
- Kurang/tidak ada respon dengan bronkodilator
Asma - Riwayat mengi (wheezing) berulang
- Ekspirasi memanjang
- Terdengar mengi atau suara napas menurun
- Membaik dengan pemberian bronkodilator
Penyakit jantung - Sulit makan atau menyusu
- Sianosis
bawaan
- Bising jantung
- Pembesaran hati
Pertusis - Batuk paroksismal yang diikuti dengan whoop,
muntah
24
- Sianosis atau apnea
- Bisa tanpa demam
- Imunisasi DPT tidak ada atau tidak lengkap
- Klinis baik diantara episode batuk
Benda asing - Riwayat tiba-tiba tersedak
- Stridor atau distress pernapasan tiba-tiba
- Wheeze atau suara pernapasan menurun yang
bersifat fokal
Pneumotoraks - Awitan tiba-tiba
- Hipersonor pada perkusi di satu sisi dada
- Pergeseran mediastinum
3.8 Tatalaksana
25
terisin B, ketokonazol, fluconazol) pada pneumonia karena jamur dan imu
noglobulin.
i) Atasi penyakit penyerta lainnya.
Pneumonia yang memerlukan rawat inap yang disertai penyakit penyerta yang me
nular tanpa disertai sepsis (ISK, gastroenteritis, morbili)
Ampicilin sulbactam 100 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 4 dosis.
Pilihan antibiotika untuk penderita pneumonia yang dirujuk dari RS lain adalah:
a. Pernah mendapatkan perawatan di RS lain kurang dari 72 jam
- Ampicilin sulbactam 100 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 4 dosis
b. Pernah mendapatkan perawatan RS lain lebih dari 72 jam
- Cefotaxim 200 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 3 dosis, atau
- Ceftriaxon100 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 2 dosis, atau sesuai de
ngan kultur dahak/darah yang ada, atau pertimbangan lain
Pilihan antibiotika untuk penderita penumonia dengan penyakit penyerta yang tida
k menular (non-infectious) seperti kelainan jantung bawaan sianotik atau non sian
26
otik, kelainan hematologi, kelainan kongenital, dan sebagainya sesuai dengan poin
1.
Pilihan antibiotika untuk penderita pneumonia yang diduga disebabkan oleh infek
si kuman atipik (pneumonia atipik) dapat diberikan salah satu antibiotik di bawah
ini:
- Spiramisin 50 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis (10-14 hari)
- Eritromisin 30-50 mg/kgbb/hari dibagi 3-4 dosis (10-14 hari)
- Azitromisin 10mg/kgbbsekali sehari (5 hari)
- Klaritromisin 15-30 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis (7-10 hari)
27
3.9 Komplikasi
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam rongga
thoraks (seperti efusi pleura, empyema dan pericarditis) atau penyebaran bakterie
ma dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomyelitis adalah kompli
kasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi.1
3.10 Prognosis
Pada era sebelum ada antibiotic, angka mortalitas pada bayi dan anak kecil
berkisar dari 20% hingga 50% dan pada anak yang lebih tua 3% hingga 5%.
Dengan pemberian antibiotic yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai kurang dari 1%, anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang
datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.9
28
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien An. GAN, perempuan, berusia 7 bulan 17 hari dengan keluhan batuk
berdahak bewarna putih, kental, darah tidak ada, purulen tidak ada. Batuk tidak di
pengaruhi posisi dan cuaca. Pasien mengeluh muntah setelah selesai batuk. Munta
h berisi dahak dan susu. Pasien juga demam yang muncul perlahan meninggi.
Fitur tipikal dari pneumonia adalah demam dan batuk, walaupun hampir
keseluruhan pasien dengan kedua gejala tersebut tidak menderita pneumonia
tetapi kemungkinan pneumonia dapat selalu dipikirkan bila ditemukan gejala
tersebut. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia di bawah lima tahun (balita), sehingga terdapat kemungkinan pneumonia
pada pasien ini. Adanya faktor risiko, seperti tingginya pajanan terhadap polusi
asap rokok karena ayah pasien merupakan seorang perokok aktif meningkatkan
kecurigaan ke arah pneumonia.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, co
mpos mentis, dengan nadi 92x/menit isi dan tegangan cukup, laju pernapasan 24x/
menit, suhu 37,8ºC, dan saturasi oksigen 98%. Pada pemeriksaan fisik spesifik dit
emukan stridor pada auskultasi paru. Pada kasus ini, pasien didagnosa dengan
pneumonia karena pasien didapatkan gambaran klinis pneumonia pada anak yang
bergantung pada berat ringannya infeksi, tetapi secara umum tampak gejala
infeksi pada anak, yaitu terdapat peningkatan suhu subfebris, gelisah. Gejala
gangguan respiratori pada pasien ini, seperti batuk.
Gambaran bronkopneumonia pada radiologi merupakan bercak-bercak
konsolidasi merata di seluruh lapangan paru yang biasanya ditemukan pada anak-
anak yang lebih kecil dan sering diduga penyebab utamanya adalah streptococcus
pneumoniae atau sering disebut juga pneumokokus. Namun, kelainan foto rontgen
toraks tidak cukup sensitive dan spesifik untuk membedakan etiologi antara
pneumonia oleh virus atau bakteri. Menurut Virkki et al, sensitivitas temuan
infiltrate alveolar pada foto rontgen untuk infeksi karena bakteri adalah 72% dan
spesifisitas 51%, sedangkan infiltrat interstitial untuk virus 49% dan 72%.
29
Gambaran bronkopneumonia atau sering disebut patchy pneumonic changes lebih
umum ditemukan pada anak berusia dibawah 5 tahun, sedangkan lobar pneumonia
pada usia 5-15 tahun.
Pemeriksaan darah pada 13 September 2022, menunjukkan jumlah
leukosit yang meningkat, dengan jumlah leukosit 26.68 103/mm3. Hal ini bisa
mengarahkan kepada infeksi sekunder dari bakteri. Menurut Korppi, kombinasi
CRP > 8 mg/dL, leukosit > 17 x 103/mm3, prokalsitonin > 0,8 mg/L, dan laju
endap darah (LED) > 63 mm/jam hanya memiliki sensitivitas sebesar 61% dan
spesifisitas 65% untuk pneumonia yang disebabkan pneumokokus, bila infiltrate
alveolar pada gambaran radiologi dimasukkan maka spesifisitas meningkat
menjadi 82% sedangkan sensitivitas menjadi 34%.
Tatalaksana yang dilakukan pada pasien ini adalah terapi cairan IVFD KAEN IB
gtt 8 makro, pemberian antibiotik (Ceftazidime 3x400 mg) secara intravena dan
pengobatan sistemik ( Paracetamol syr 3x4 ml, Ondansentron 1 mg k/p, Ranitidin
e 2x5 mg ). Hal utama dalam tatalaksana pneumonia adalah pengobatan dari
etiologinya, dalam hal ini berupa pengobatan terhadap bakteri sebagai etiologi
utama pneumonia dalam negara berkembang.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar A. and Dharmayanti I., 2014, Pneumonia pada Anak Balita di Indo
nesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 8, 360.
11. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB BR. Nelson Ilmu Kesehatan An
ak Esensial.Edisi Update Keenam. 6th ed. Jakarta: Elsevier; 2018. 530– 53
2p
31
12. Rahajoe N, Kartasasmita CB, Supriyatno B SD. Buku Ajar Respirologi An
ak.Edisi Pertama Cetakan keenam. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2018.
32