MALARIA
Disusun Oleh:
Matthew Andreas David Matulessy, S.Ked
2208022029
Pembimbing:
dr. Mochammad Jalalul Marzuki, Sp.PD
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I.......................................................................................................................
BAB II.....................................................................................................................
2.1. Identitas Pasien...............................................................................................
2.2 Anamnesis.........................................................................................................
2.3. Pemeriksaan Fisik...........................................................................................
2.4. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................
2.5. Assessment.....................................................................................................
2.6. Rencana Terapi.............................................................................................
2.7. Problem Oriented Medical Record (POMR)..............................................
BAB III..................................................................................................................
3.1. Definisi............................................................................................................
3.2. Epidemiologi..................................................................................................
3.3 Etiologi............................................................................................................
3.4 Patogenesis......................................................................................................
3.5 Jenis Plasmodium...........................................................................................
3.6 Siklus hidup Plasmodium..............................................................................
3.7 Diagnosis.........................................................................................................
3.8 Diagnosis banding..........................................................................................
3.9 Tatalaksana.....................................................................................................
3.10 Pencegahan Malaria....................................................................................
3.11 Malaria Berat...............................................................................................
BAB IV..................................................................................................................
BAB V....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
Anopheles betina yang terinfeksi yang disebut vektor malaria. Terdapat lima
ancaman terbesar.(1)
mata pencaharian penduduk dunia, meskipun malaria dapat dicegah dan diobati.
Malaria sangat merugikan bagi ibu hamil dan anak balita dan bayi, dimana infeksi
malaria pada masa kehamilan dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil yang
dengan berat badan lahir rendah, dimana anak-anak tersebut memiliki resiko yang
mereka, bahkan resiko kematian juga mengancam pada anak yang sehat.(1,2,)
Kasus malaria di seluruh dunia tahun 2018 tercatat adanya 228 juta kasus
malaria dibandingkan dengan 231 juta kasus pada tahun 2017, dengan
Negara yang menyumbang lebih dari setengah dari semua kasus malaria di
1
seluruh dunia tahun 2018 adalah Nigeria (25%), Republik Demokratik Kongo
(12%), Uganda (5%), dan Pantai Gading, Mozambik, dan Niger (masing-masing
4%)(1,3)
0,37% dengan jumlah kasus 1.017.290, dengan persentase tertinggi terdapat pada
kelompok umur 25-34 tahun (0,5%), jenis kelamin laki-laki (0,42%), dengan
tahun 2018 juga mencatat proporsi penggunaan ACT untuk pengobatan Malaria
Papua Barat, dan NTT. Prevalensi kasus malaria di NTT dengan konfirmasi
laboratorium positif sebanyak 7,04 kasus per 1000 penduduk dan 90% desa di
Provinsi NTT merupakan daerah endemis malaria namun tidak termasuk Kota
Kupang. Tahun 2018 diperoleh Annual Paracite Incidens (API) sebesar 0,08 per
1000 penduduk, yang artinya dari 1000 penduduk yang ada di Kota Kupang
ditemukan kurang dari 1 orang positif malaria. Jumlah kasus malaria yang
2
ditemukan selama Tahun 2018 sebanyak 35 kasus malaria positif malaria, dengan
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. X
Umur : 38 tahun
Alamat : Bali
Suku : Jawa
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Demam sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah
sakit.
RSAD Udayana dengan keluhan demam. Demam sudah terjadi sejak 4 hari yang
lalu pada pukul 12.00 WITA. Demam dikatakan terjadi di seluruh tubuh dan
hilang timbul, disertai menggigil. Setelah suhu tubuh menurun, pasien dikatakan
mulai mengeluarkan keringat. Pada hari kedua demam mulai agak menurun
namun pada hari berikutnya dikatakan suhu badan mulai meningkat dan dilakukan
4
pengukuran di rumah pasien terukur 39o C. Keluhan demam mengganggu
aktivitas. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala sejak 4 hari yang lalu. Keluhan
sakit kepala timbul bersamaan dengan demam. Nyeri kepala terasa menekan.
Nafsu makan dan minum pasien masih dikatakan baik. Keluhan mual dan muntah
tidak ada. Riwayat mimisan, gusi berdarah, memar pada tubuh, BAB dan BAK
riwayat penyakit malaria pada bulan September 2021 saat bekerja di Papua,
namun pengobatannya tidak tuntas. Dikatakan saat itu, pasien hanya minum obat
malaria selama 11 hari. Sebelum pasien ke IGD RSAD Udayana, pasien sempat
meminum obat penurun panas yang didapatkan di apotek, namun tidak terlalu
5
Riwayat Alergi : Tidak diketahui
Tidak diketahui.
6
Riwayat Pengobatan :
Pasien sempat meminum obat penurun panas yang didapatkan di apotek, namun
tidak terlalu berpengaruh dalam meredakan demam. Pasien tidak memiliki riwayat
Riwayat Kebiasaan :
minum alkohol.
Pasien bekerja sebagai penyewa vendor di sebuah acara. Pada bulan September
Review Sistem
Mata :-
Telinga :-
Hidung :-
Mulut :-
Leher :-
Jantung :-
Paru :-
Dada :-
Gastrointestinal : -
Ginjal-Saluran Kemih :-
Reproduksi :-
7
Genital :-
Psikologis :-
Endokrin :-
Kulit :-
Muskuloskeletal : -
Tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Napas : 20x/menit
Suhu : 37.6 °C
Status Gizi :
BB : 69 kg
Status Generalisata :
- Kepala : Normocephal
8
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
hepaticus (-)
- Pulmo :
Pulmo Anterior :
Auskultasi :
+ + - - - -
+ + - - - -
Pulmo Posterior :
Auskultasi :
9
Vesikuler, Rhonki, wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
- Cor :
Perkusi :
- Abdomen :
medusa (-), obs vena cava inferior (-), hernia (-), bekas garukan (-).
Auskultasi : Bising usus (+) 8x per menit, bruit sistolik (-), venous
hum (-).
Palpasi : Nyeri tekan (-), ascites (-), hepar dan lien dalam batas
normal
(-)
10
Edema - -
- -
Pemeriksaan Laboratorium
11
Elektrolit
Natrium darah Tidak Diketahui Tidak Diketahui
Kalium darah Tidak Diketahui Tidak Diketahui
Klorida darah Tidak Diketahui Tidak Diketahui
Calcium ion Tidak Diketahui Tidak Diketahui
Total calcium Tidak Diketahui Tidak Diketahui
2.5. Assessment
Malaria
12
2.6. Rencana Terapi
13
2.7. Problem Oriented Medical Record (POMR)
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
plasmodium yang dapat ditandai dengan antara lain demam menggigil, anemia
3.2. Epidemiologi
Pada tahun 2018, diperkirakan 228 juta kasus malaria terjadi di seluruh
dunia, dibandingkan dengan 251 juta kasus pada tahun 2010 dan 231 juta kasus
pada tahun 2017. Sembilan belas negara di subsahara Afrika dan India membawa
hampir 85% dari beban global malaria. Enam negara menyumbang lebih dari
setengah dari semua kasus malaria di seluruh dunia: Nigeria (25%), Republik
Demokratik Kongo (12%), Uganda (5%), dan Pantai Gading, Mozambik dan
antara tahun 2010 dan 2018, dari 71 menjadi 57 kasus per 1000 penduduk yang
berisiko.(3)
Pada tahun 2018, diperkirakan ada 405.000 kematian akibat malaria secara
global, dibandingkan dengan 416.000 kematian pada tahun 2017, dan 585.000
pada tahun 2010. Anak usia dibawah 5 tahun merupakan kelompok yang paling
rentan terkena malaria. Pada 2018, mereka menyumbang 67% (272.000) dari
15
Prevalensi malaria di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar tahun
angka 0,37% dengan jumlah kasus 1.017.290, dengan provinsi yang memiliki
Tenggara Timur (1,99%), Maluku (1,21%), Maluku Utara (1,36%), Papua Barat
(8,64%), dan Papua (12,07%). Persentase tertinggi terdapat pada kelompok umur
25-34 tahun (0,5%), jenis kelamin laki-laki (0,42%), dengan tingkat pendidikan
tidak sekolah (0,5%), dengan tingkat pekerjaan nelayan (2,27%), dengan tempat
provinsi antara lain Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. P. ovale pernah
3.3 Etiologi
klinis yang cukup serius, mudah resisten dengan pengobatan yang menyebabkan
16
ovale memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa
3.4 Patogenesis(8)
1. Demam
berbagai macam sitokin, antara lain tumor necrosis faktor (TNF) dan
falciparum dapat terjadi setiap hari, P. vivax / P. ovale selang waktu satu
2. Anemia
menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dan seluruh
merah tua yang jumlahnya hanya 1 % dari jumlah sel darah merah.
17
Sehingga anemia juga disebabkan oleh P. vivax, P. ovale, dan P. malariae
menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi
3. Splenomegali
4. Malaria berat
(TNF, IL-6 dan lain-lain) yan diproduksi oleh sel makrofag, monosit, dan
saat knob tersebut berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler terjadilah
18
Pada proses sitoaderensi ini juga terjadi proses imunologik yaitu
cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan
19
dengan interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria
3. Malaria Ovale
fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua
lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur
lebih kecil. Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 3 hari.
5. Malaria Knowlesi
20
Gambar 2.1 Klasifikasi Plasmodium
21
3.6 Siklus hidup Plasmodium
menjadi skizon yang pecah dan melepaskan merozoit. Pada P. vivax dan P.
22
Gametosit jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit)
dicerna oleh nyamuk Anopheles saat mengisap darah manusia yang terinfeksi
manusia sampai timbul gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa
manusia sampai parasit dapat dideteksi dalam sel darah merah dengan
pemeriksaan mikroskopik.
Plasmodium rata)
23
3.7 Diagnosis
a) Anamnesis
perjalanan ke daerah endemis malaria pada setiap pasien demam harus dilakukan.
Keluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal. Pada
b) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan Laboratorium
24
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
sediaan darah tebal dan tipis. Pemeriksaan ulang darah dapat sampai 72 jam
Pada hampir semua kasus, pemeriksaan apus darah tebal dan tipis akan
mengungkap parasit malaria. Film tebal lebih sensitif daripada film tipis untuk
kepadatan parasit dalam darah tepi, semakin tinggi kemungkinan munculnya atau
tersimpan di kapiler dan venula (dan oleh karena itu tidak terlihat pada slide darah
tepi), pasien dapat datang dengan malaria berat dengan parasitemia perifer yang
sangat rendah.(7,9)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
25
skrining malaria. Semua pemeriksaan dengan RDT idealnya harus disertai dengan
1) Hematologi rutin.
2) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT, alkali
fosfatase, albumin / globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas
darah.
3) Urinalisis.
4) Foto toraks.
26
Pemeriksaan ulang darah dapat sampai 72 jam (untuk antisipasi P.vivax). gejala
klinis beupa demam atau pucat. Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan
radikal malaria dengan membunuh semua stadium parasite yang ada di dalam
penularan\
Manifestasi klinis malaria sangat bervariari dari gejala yang ringan sampai berat,
1) Demam tifoid
Demam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit perut (diare,
2) Demam dengue
Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai keluhan sakit
kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji tourniquet positif,
penurunan jumlah trombosit dan kenaikan kadar hemoglobin dan hematocrit dan
3) Leptospirosis
27
Demam tinggi, nyeri kepala, myalgia, nyeri perut, mual, muntah,
conjunctival injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata), dan nyeri betis
4) Cikungunya
kesadaran, kaku kuduk, kejanf dan gejala neurologis lainnya. Pada pasien dapat
saluran cerna, seperti nyeri perut dan diare. Didukung pemeriksaan penunjang
iv. Hepatitis A
Prodromal hepatitis (demam, mual, nyeri pada hepar, muntah, tidak bisa
makan diikuti dengan timbulnya icterus tanpa panas), mata atau kulit kuning, dan
28
urin seperti air tehh. Kadar SGOT dan SGPT meningkat ≥ 5 kali tanpa gejala
Demam dengan icterus, nyeri pada betis, nyeri tulang, riwayat pekerjaan
dan lain-lain), leukositosis, gagal ginjal. Insidens penyakit ini meningkat biasanya
setelah banjir.
Gejala gagal ginjal akut dengan hasil pemeriksaan darah terhadap malaria
negatif.
vii. Sepsis
mikrobiologi.
Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai syok atau tanpa syok
dengan keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, manifestasi perdarahan
3.9 Tatalaksana(7,8)
29
Golongan artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam
Juga efektif terhadap semua spesies, dan kegagalan dini terhadap ART belum
lain. Hal ini disebut Artemisinin base Combination Therapy (ACT). Kombinasi
obat ini dapat berupa kombinasi dosis tetap (fixed dose combination) atau
WHO yaitu
b. Artesunate + Mefloquine
c. Artesunate + Amodiaquine
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini menggunakan DHP dan Primakuin.
resistensi. Malaria dapat diobati dengan pemberian DHP secara oral. Disamping
30
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut
kosong karena bersifat iritasi lambung. Dosis pemberian obat berdasarkan berat
badan.
malaria adalah penggunaan 2 atau lebih obat anti malaria yang farmakodinamik
berbeda. Tujuan terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih baik
dengan golongan aminokuinolin, yaitu fixed dose combination (FDC) yang terdiri
atas dihydroartemisinin dan piperakuin, dikenal dengan DHP. Satu tablet FDC
diberikan per-oral satu kali sehari selama tiga hari berturut-turut perhari sebagai
berikut :
mg/kgBB. Khusus pada anak yang berat badannya kurang dari 25 kg dosis
sekali sehari selama 3 hari. Dosis DHP pada bayi yang berat badannya kurang dari
5 kg untuk malaria tanpa komplikasi mendapat dosis yang sama dengan bayi
31
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan DHP di tambah
Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja
dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan
dosis 0,25 mg/ kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan
dan ibu hamil juga ibu menyusui bayi usia < 6 bulan dan penderita kekurangan
dengan ACT selama 3 hari dan pemberian primakuin pada hari pertama .
32
Pengobatan lini pertama malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:
1) Lini pertama
DHP + Primakuin
Gambar 2.4 Tabel pengobatan malaria falciparum menurut berat badan dengan DHP dan primakuin
33
Gambar 2.5 Tabel pengobatan malaria vivax menurut berat badan dengan DHP dan primakuin
Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan
maka pemberian obat dapat berdasarkan kelompok umur. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada
tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis
berdasarkan berat badan ideal. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan ibu menyusui bayi < 6 bulan. Pemberian
Primakuin harus disertai edukasi pemantauan warna urin selama 3 hari pertama setelah minum obat. Jika warna urin menjadi
coklat tua atau hitam, segera hentikan pengobatan dan rujuk ke rumah sakit.
34
2) Lini kedua untuk malaria falsiparum
klinis menetap atau memburuk atau timbul kembali, yang disertai dengan parasit stadium aseksual tidak berkurang
Gambar 2.6. Tabel Pengobatan lini kedua untuk malaria falsiparum (dengan obat kombinasi kina dan
doksisiklin)
35
Gambar 2.7 Tabel dosis doksisiklin
Keterangan :
36
Tabel 2.8. Pengobatan lini kedua untuk malaria falsiparum (dengan obat kombinasi kina dengan tetrasiklin)
37
Keterangan :
a. Dosis Tetrasiklin 4 mg/kgBB/kali diberikan 4x sehari. Tidak diberikan pada anak umur <8 tahun
b. Dosis klindamisin pada anak
c. Dosis anak-anak 10 mg/kg BB/kali diberikan 2 x sehari. Dosis maksimum 1 hari 300 mg
d. Perkapsul klindamisin basa ~150 mg dan 300 mg
38
b. Pengobatan malariae vivax yang relaps
dan pasien sakit kembali dengan parasit positif dalam kurun waktu 4
39
d. Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P. malariae diberikan DHP 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan DHP selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25
Gambar 2.11 pengobatan infeksi campur P.falciparum P.vivax, P.Ovale dengan DHP dan
primaquin
40
f. Pengobatan Malaria Knowlesi
Diagnosa malaria knowlesi ditegakkan dengan PCR (Polymerase Chain Reaction). Pengobatan suspek malaria
Infeksi campur antara P. falcifarum dengan P.malariae diberikan regimen DHP selama 3 hari dan primakuin pada
hari I.
Gambar 2.12 pemberian regimen DHP selama 3 hari dan primakuin pada hari I
41
2. Kemoprofilaksis
malaria (Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan NTT) dapat diberikan
setelah keluar dari daerah tersebut. Kemoprofilaksis untuk anak <8 tahun
Gam
42
Gambar 2.14 Tatalaksana Penderita Malaria
43
Gambar 2.15 Penatalaksanaan Malaria Berat di Pelayanan Primer dan
Sekunder
44
3.10 Pencegahan Malaria
malaria masih mungkin terjadi. Oleh karena itu jika muncul gejala malaria
daerah tersebut sampai 4 minggu setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada
ibu hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari
endemis tinggi dengan tetap mempertimbangkan keamanan dan lama dari obat
menyebabkan bentuk penyakit yang paling serius. Infeksi parasit ini bisa
berakibat fatal jika tidak segera dikenali penyakit dan komplikasinya serta
45
penanganan pasien yang mendesak dan tepat. P. vivax dan P. knowlesi juga
dapat menyebabkan infeksi parah dan akan menjadi peningkatan resiko jika
P. vivax atau P. Knowlesi stadium aseksual dengan satu atau lebih dari
Edema paru (didapat dari gambaran radiologi atau saturasi oulksigen <92% dan
Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler >3 detik, tekanan sistolik <80
Jaundice (bilirubin >3 mg/dL dan kepadatan parasit >100.000/ uL pada malaria
Hemoglobinuria.
46
Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
Anemia berat normositik(pada anak Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, Hb <7 gr
<15%).
endemis rendah atau >5% eritrosit atau >250.000 parasit/μL di daerah endemis
tinggi).
Hemoglobinuria.
Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg/dL, ureum darah >20 mg/dl,
atau
falciparum paling besar terjadi pada anak kecil dan pengunjung (dari segala
usia) dari daerah nonendemis. Di daerah lain, penyakit malaria berat tersebar
lebih merata di semua kelompok umur. Risiko meningkat pada trimester kedua
dan ketiga kehamilan, pada pasien dengan HIV / AIDS dan pada orang yang
Malaria berat dapat menyerupai banyak penyakit lain yang juga umum
terjadi di negara endemis malaria. Yang paling penting dari ini adalah infeksi
sistem saraf pusat, septikemia, pneumonia berat, dan demam tifoid. Diagnosis
47
hepatitis, leptospirosis, demam yang kambuh, demam berdarah, infeksi
dengan fasilitas yang lebih lengkap dan sebelum dirujuk diberikan pengobatan
pra rujukan yaitu diberikan suntikan artesunate iv/ im dosis awal yaitu 2,4
mg/kgBB (3 mg/kgBB untuk anak-anak BB <= 20 kg) satu kali dan dirujuk
dan bila tak ada artesunate injeksi dapat diberikan DHP per oral, satu kali
kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium bikarbonat
bolus perlahan-lahan.
intravena setiap 24 jam sehari sampai penderita mampu minum obat oral. Dosis
artesunat perkali pemberian. Bila penderita sudah dapat minum obat, maka
48
pengobatan dilanjutkan dengan regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) +
49
Gambar 2.15 Penatalaksanaan Malaria Serebral
50
Gambar 2.17 Penatalaksanaan Malaria Berat dengan AKI
51
Gambar 2.19 Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Anemia
52
Gambar 2.21 Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Perdarahan dan
Trombositopenia
53
BAB IV
PEMBAHASAN
yang dapat ditandai dengan antara lain demam menggigil, anemia dan
anopheles betina. Pada pasien didapatkan keluhan utama demam. Pasien datang
sadar dan diantar oleh keluarga ke IRD RSAD Udayana dengan keluhan demam 4
hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Demam dikatakan terjadi di seluruh tubuh
dan hilang timbul, disertai menggigil. Setelah suhu tubuh menurun, pasien dikatakan
mulai mengeluarkan keringat. Pada hari kedua demam mulai agak menurun namun
pada hari berikutnya dikatakan suhu badan mulai meningkat dan dilakukan
Pasien juga mengeluhkan sakit kepala sejak 4 hari yang lalu. Keluhan sakit kepala
timbul bersamaan dengan demam. Nyeri kepala terasa menekan. Nafsu makan dan
minum pasien masih dikatakan baik. Pasien pernah memiliki riwayat penyakit
malaria pada bulan September 2021 saat bekerja di Papua, namun pengobatannya
tidak tuntas.
didapatkan neutrofil dan monosit pada pasien meningkat, sedangkan limfosit dan
hematokrit rendah. Jumlah leukosit, eusinofil, kreatinin darah, SGOT, SGPT didapati
dalam batas normal. Pemeriksaan rapid test diagnosis test malaria di dapatkan hasil
54
Dari pemeriksaan diatas, didapatkan bahwa pasien mengalami peningkatan
suhu disertai menggigil merupakan salah satu manifestasi klinis dari malaria. Pasien
juga memiliki riwayat terkena penyakit malaria dan berkunjung di daerah endemis
malaria serta pasien juga memiliki riwayat pengobatan malaria yang tidak tuntas
yang juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya malaria. Demam yang
terjadi pada pasien disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain tumor necrosis
faktor (TNF) dan interleukin-6 (IL-6). TNF dan IL-6 akan dibawa aliran darah ke
hipotalamus yang merupakan pusat pengaturan suhu tubuh dan terjadi demam.
Proses skizogoni pada. Plasmodium vivax yaitu 48 jam. Melalui pemeriksaan dengan
mikroskop pada pasien juga didapati parasite malaria. Pada pasien juga dilakukan
pemeriksaan RDT dan di dapatkan hasil positif malaria vivax. Berdasarkan teori
penunjang malaria.
500 mg setiap 8 jam PO, DHP 4 tablet sehari selama 3 hari, Primakuin 1 tablet sehari
selama 14 hari. Tatalaksana pada pasien sesuai dengan teori pada pasien dengan
berat badan 60-80 kg dapat di berikan DHP 4 tablet selama 3 hari dan Primakuin 1
55
BAB V
RESUME
IGD dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu SMRS. Berdasarkan anamnesis,
plasmodium vivax dengan klinis demam yang tak kunjung turun. Pasien diberikan
tatalaksana ringer lactate 20 tetes per menit, paracetamol 500 mg setiap 8 jam PO,
DHP 4 tablet sehari selama 3 hari, Primakuin 1 tablet sehari selama 14 hari
56
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Malaria [Internet]. 2020 [cited 2020 Sep 4].
Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malaria
9. CDC. Malaria [Internet]. 2019 [cited 2020 Sep 4]. Available from:
https://www.cdc.gov/dpdx/malaria/index.html
57