MALARIA VIVAX
Disusun Oleh:
Rifqi Risdya Pratama 1810029048
Pembimbing:
Dr. dr. Carta Gunawan, Sp.PD-KPTI
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan kasus dengan judul “Malaria Vivax”. Dalam kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan
hingga terselesaikannya tugas ini, diantaranya:
1. Dr. dr. Carta Gunawan, Sp.PD-KPTI, selaku Pembimbing selama menulis
laporan kasus
2. Dosen-dosen klinik dan preklinik FK UNMUL khususnya staf pengajar
Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam, terima kasih atas ilmu yang telah
diajarkan kepada kami.
3. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD
AWS/FK UNMUL dan semua pihak yang telah membantu.
Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan kepenulisan di masa mendatang.
Penulis
2
Laporan Kasus
Malaria Vivax
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase Ilmu Penyakit Dalam
RIFQI RISDYA PRATAMA
1810029048
Menyetujui,
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... 1
KATA PENGANTAR....................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 4
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 5
BAB 2 LAPORAN KASUS.............................................................................. 7
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 18
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................... 37
BAB 5 KESIMPULAN..................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 43
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
100.000 untuk perempuan. Prevalensi kasus malaria di Indonesia atau daerah-
daerah endemi malaria tidak sama, hal ini tergantung pada prilaku spesies nyamuk
yang menjadi vektor. (6,7).
Diseluruh dunia, kasus malaria vivax dibandingkan jenis malaria yang lain
sekitar 70 – 80 juta per tahun [ CITATION Rod03 \l 1033 ] . Menurut WHO, sekitar
40% kasus malaria di dunia disebabkan oleh P.vivax. Kasus malaria vivax
walaupun jarang fatal tapi merupakan penyebab utama morbiditas dan
mempengaruhi ekonomi baik tingkat individu maupun nasional [ CITATION Les07 \l
1033 ]. P.vivax merupakan spesies parasit yang paling dominan di Asia Tenggara,
Eropa Timur, Asia Utara, Amerika tengah dan Selatan[ CITATION Gri07 \l 1033 ].
1.2 Tujuan
1. Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menjalani proses pendidikan
di Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam.
2. Menambah pemahaman penulis dan pembaca mengenai malaria vivax.
6
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
Pasien MRS pada tanggal 27 November 2019, anamnesis dan pemeriksaan
fisik dilakukan pada 1 Desember 2019 pukul 07.00 WITA. Anamnesis yang
dilakukan berupa autoanamnesis.
ANAMNESIS UMUM
Identitas
Nama : Tn. R
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lempake
Status : Menikah
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa
MRS : 27 Desember 2019 jam 18.00 WITA
ANAMNESIS KHUSUS
Keluhan Utama
Demam sudah 5 hari
7
keluhan yang sama namun hanya didiagnosa penyakit lambung, kemudian pasien
dipulangkan dan diberi obat penurun asam lambung saja, 3 hari setelah berobat di
RS SMC, pasien merasakan demam dan menggigilnya sudah mulai turun, namun
pasien mengalami mual-muntah, mual yang dirasakan sepanjang hari, untuk
muntahnya bisa sebanyak 4-5x dalam sehari, yang dimuntahkan berupa makanan
yang dikonsumsi pasien namun lebih banyak cairan yang keluar, muntahnya
mengalir saja, dan tidak ada kekuningan maupun darah yang yang ikut keluar,
pasien juga mengeluhkan terdapat nyeri pada ulu hati, pasien juga merasakan sakit
diseluruh bagian kepala, dan seluruh tubuh rasanya pegal-pegal, untuk
menanganinya pasien meminum obat parasetamol dan meminum obat maag.
Kemudian 3 hari setelahnya karena pasien merasa belum ada perubahan
gejala, masih demam, menggigil, dan nyeri di ulu hati, muntah-muntah yang
semakin hebat, dan masih merasa pegal di seluruh tubuh, pasien dibawa ke
Puskesmas Lempake untuk periksa darah lengkap, kemudian setelah keluar
hasilnya, pada sore hari pasien dirujuk ke Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie.
Seminggu sebelum MRS RS AWS pasien ada riwayat berkunjung ke hutan di
pedalaman sotek Penajam Paser Utara untuk kepentingan penyuluhan rehabilitasi
hutan.
.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya, pada tahun 2004
pernah ada riwayat sakit malaria. Tidak ada riwayat DM, hipertensi, penyakit
jantung, dan alergi pada pasien, ada riwayat sakit maag.
8
Tanda Vital
Tekana Darah : 120/80 mmHg (lengan kanan, berbaring)
Frekuensi Nadi : 80 x/menit regular, isi cukup, kuat angkat
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Suhu Tubuh : 36,7°C (axilla)
SpO2 : 98%
Kepala/leher
Umum
Ekspresi : tidak sakit
Rambut : tidak ada kelainan
Kulit muka : tampak pucat
Mata
Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : anemis (+/+)
Sclera : ikterus (-/-)
Pupil : isokor diameter 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)
Hidung
Septum deviasi (-)
Sekret (-)
Nafas cuping hidung (-)
Telinga
Bentuk : normal
Lubang telinga : normal, sekret (-)
Proc. Mastoideus : nyeri (-/-)
Pendengaran : normal
9
Mulut
Bibir : pucat (-), sianosis (-)
Gusi : perdarahan (+) Hipertropi (-)
Mukosa : hiperemis (-), pigmentasi (-)
Lidah : makroglosia (-), mikroglosia (-), atrofi papil lidah (-)
Faring : hiperemis (-)
Leher
Umum : simetris, tumor (-)
Kelenjar limfe : membesar (-)
Trakea : di tengah, deviasi (-)
Tiroid : membesar (-)
Thorax
Pulmo:
Inspeksi : bentuk simetris, gerakan simetris, retraksi ICS (-)
Palpasi : fremitus raba dekstra = sinistra
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Kanan : ICS III parasternal line dekstra
Kiri : ICS V sejajar mid axilla line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi : Bentuk flat, kulit normal , sikatriks (-), striae (-)
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani, asites (-)
10
Palpasi : Soefl (+), nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-) ,
defans muscular (-), turgor kulit normal
Ekstremitas:
Superior
Ekstremitas hangat, Edema (-), Eritematosa (-), Sianosis (-), Clubbing finger (-),
Palmar eritema (-), palmar pucat (+) Kekuatan otot : Kanan = Kiri (5=5)
Inferior
Ekstremitas hangat, Edema (-), Eritematosa (-), Sianosis (-), Pedis eritema (-),
Kekuatan otot : Kanan = Kiri (5=5)
11
Limfosit % 21 % 19 – 48 %
Monosit # 0,53 0,16 – 1,00 x 103 /µL
Monosit % 13 % 3–9%
Tanggal 27 November 2019 pukul 21.21 WITA (RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 15,4 g/dL 14,0 – 18,0 g/dL
Hematokrit 44,4 % 37,0 – 54,0 %
Leukosit 6.110 /µL 4.800 – 10.800 /µL
Trombosit 76.000 /µL 150.000 – 450.000 /µL
Eritrosit 5.070.000 /µL 4.700.000 – 6.100.000 /µL
MCV 87,5 fL 81,0 – 99,0 fL
MCH 30,4 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 34,8 g/dL 33,0 – 37,0 gr/dL
HITUNG JENIS
Basofil # 0,0 0,0 – 0,2 x 103 /µL
Basofil % 1% 0–1%
Eosinofil # 0,02 0,00 – 0,80 x 103 /µL
Eosinofil % 0% 0–7%
Neutrofil # 4,0 1,5 – 7,0 x 103 /µL
Neutrofil % 66 % 40 – 74 %
Limfosit # 1,48 1,00 – 3,70 x 103 /µL
Limfosit % 24 % 19 – 48 %
Monosit # 0,57 0,16 – 1,00 x 103 /µL
12
Monosit % 9% 3–9%
13
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 14,5 g/dL 14,0 – 18,0 g/dL
Hematokrit 41,9 % 37,0 – 54,0 %
Leukosit 5.220 /µL 4.800 – 10.800 /µL
Trombosit 54.000 /µL 150.000 – 450.000 /µL
Eritrosit 4.820.000 /µL 4.700.000 – 6.100.000 /µL
MCV 86,9 fL 81,0 – 99,0 fL
MCH 30,2 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 34,7 g/dL 33,0 – 37,0 gr/dL
HITUNG JENIS
Basofil # 0,0 0,0 – 0,2 x 103 /µL
Basofil % 0% 0–1%
Eosinofil # 0,05 0,00 – 0,80 x 103 /µL
Eosinofil % 1% 0–7%
Neutrofil # 3,8 1,5 – 7,0 x 103 /µL
Neutrofil % 73 % 40 – 74 %
Limfosit # 1,01 1,00 – 3,70 x 103 /µL
Limfosit % 19 % 19 – 48 %
Monosit # 0,36 0,16 – 1,00 x 103 /µL
Monosit % 7% 3–9%
2.4 Assesment
Malaria Vivax
2.5 Tatalaksana
- IVFD RL 20 tpm
- Paracetamol 3x500mg P.O
- Domperidon 3x1 P.O
- Inj Omeprazole 1x40g/iv
- Imboost Forte 2x1
- DHP Frimal 1x4 selama 3 hari P.O
14
- Primaquin 1x1 selama 14 hari P.O
2.6 Follow Up
TANGGA PEMERIKSAAN ASSESSMENT & PLANNING
L
Rabu S : Demam hari ke-5, gusi A : Febris H-5 ec DHF grade II
27/11/2019 berdarah, nyeri pada kepala, nyeri
ulu hati, demam naik turun, kadang P : Terapi :
mual-muntah. - IVFD RL 20 tpm
- Injeksi OMZ 1x1 amp
O : CM, TD : 110/70 mmHg, N: - Paracetamol 3x500mg P.O
105x/mnt, RR: 20x/mnt, T: 38,8oC - Domperidon 3x1 P.O
K/L : anemis (+/+), ikterik (-/-), - Cek DL jam 21.00
pembesaran KGB (-)
Thoraks : retraksi (-), vesikuler (+/
+), rh (-/-), wh (-/-), S1S2 tunggal
reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : soefl, BU (+) kesan
normal, timpani, organomegali (-)
Ext : akral hangat, edema (-/-), kulit
palmar pucat (-/-)
Hasil Lab:
-Hb : 15,4
-Leukosit : 6.100
-Hematokrit : 44%
-Trombosit : 76.000
15
Hasil DDR : Plasmodium Vivax - IVFD RL:Futrolit (2:1) 2x500
Hasil ICG : SGOT :33 - Inj Omeprazole 1x40g/iv
SGPT :24 - Domperidon 3x1 P.O
- Paracetamol infus 3x500mg
- Imboost Forte 2x1
- Cek OTPT, cek DDR cito
- Periksa DL/hari
- DHP Frimal 1x4 selama 3 hari
P.O
- Primaquin 1x1 selama 14 hari
P.O
16
P.O
- Primaquin 1x1 selama 14 hari
P.O
Sabtu S : Demam berkurang, nyeri ulu A : Malaria Vivax
30/11/2019 hati sudah tidak ada
21.30 WITA P : Terapi :
O : CM, TD : 110/80 mmHg, N: - DDR/hari(hitung parasite) (-)
80x/mnt, RR: 20x/mnt, T: 36,3oC
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
protozoa dari genus plasmodium yang menyerang eritrosit melalui
gigitan nyamuk anopheles betina yang ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual di dalam darah[CITATION Zul06 \l 1033 ], yang
dibuktikan dengan adanya antigen malaria dengan test cepat,
ditemukannya RNA/DNA parasite pada pemeriksaan PCR[ CITATION
WHO10 \l 1033 ]. Plasmodium yang menginfeksi manusia terdiri dari
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium falciparum. Plasmodium falciparum merupakan
plasmodium yang paling berbahaya dibanding plasmodium jenis yang
lain karena merupakan jenis yang menyebabkan angka kematian dan
kesakitan paling tinggi pada manusia.[ CITATION Har09 \l 1033 ] . Infeksi
malaria dapat memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia,
17
dan splenomegaly. Pada individu yang imun dapat berlangsung tanpa
gejala ( asimtomatis).
Penyakit Malaria (malaria disease) : ialah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi parasite plasmodium didalam eritrosit dan
biasanya disertai dengan gejala demam[CITATION WHO10 \l 1033 ].
Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik
yang dikenal sebagai malaria berat.
II. EPIDEMIOLOGI
Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang tersebar di
seluruh dunia terutama negara-negara beriklim tropis dan subtropis.
Berdasarkan laporan WHO (2005), terdapat lebih dari 1 milyar
penduduk atau 40% dari penduduk dunia tinggal di daerah endemis
malaria. Sementara prevalensi penyakit malaria di seluruh dunia
diperkirakan antara 300-500 juta klinis setiap tahunnya. Dari 300-500
juta kasus klinis malaria di dunia, terdapat sekitar 3 juta kasus malaria
dengan komplikasi malaria serebral. Angka kematian yang dilaporkan
mencapai 1,5–2,7 juta penduduk per tahun, terutama terjadi pada anak-
anak di Afrika, khususnya daerah yang kurang terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Di Indonesia, sampai saat ini angka kesakitan
penyakit malaria masih cukup tinggi, yaitu kira-kira 30 juta/tahun,
angka kematian 100.000/tahun, sementara berdasarkan hasil survei
kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, terdapat 15 juta kasus
malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Data Departemen
Kesehatan menunjukkan tahun 2007 jumlah populasi beresiko
terjangkit malaria diperkirakan sebanyak 116 juta orang sementara
jumlah kasus malaria klinis yang dilaporkan 1.775.845 kasus.
III. ETIOLOGI
Penyebab Malaria adalah parasite Plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam
18
spesies yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium knowlesi.
Parasit yang disebutkan terakhir belum banyak dilaporkan di
Indonesia[ CITATION KEM17 \l 1033 ].
Jenis Malaria
1. Malaria Falciparum
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum . Gejala demam
timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling
sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian.
2. Malaria Vivaks
Disebabkan oleh Plasmodium vivax . Gejala demam berulang
dengan interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga
kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax .
3. Malaria Ovale
Disebabkan oleh Plasmodium ovale . Manifestasi klinis
biasanya bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria
vivaks.
4. Malaria Malariae
Disebabkan oleh Plasmodium malariae . Gejala demam
berulang dengan interval bebas demam 3 hari.
5. Malaria Knowlesi
Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi . Gejala demam
menyerupai malaria falsiparum.
Tabel 1. Lamanya siklus eritrositik
Masa prepaten 9-10 hari 11-13 hari 10-14 hari 15-16 hari
Masa inkubasi 9-14 hari 12-17 hari 16-18 hari 18-40 hari
Merozoit skizon 20-30 hari 18-24 hari 8-14 hari 8-10 hari
19
Penyebab malaria adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh
protozoa parasit dari genus plasmodium yang menyerang eritrosit
melalui gigitan nyamuk anopheles yang ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual didalam darah.
Siklus hidup malaria secara umum:
a. Siklus hidup aseksual (pada tubuh manusia)[ CITATION Zul06 \l
1033 ]
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah
manusia, sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan
masuk kedalam peredaran darah manusia selama lebih kurang ½
jam. Setelah itu sporozoit akan masuk kedalam sel hati dan
menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon
hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati (tergantung
spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang
berlangsung selama lebih kurang 2 minggu. Pada P.vivax dan P.
ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang
disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel
hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu
saat, bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga
dapat menimbulkan relaps. Pada akhir fase, skizon akan pecah
mengeluarkan merozoit yang akan masuk keperedaran darah dan
menginfeksi sel darah merah. Didalam sel darah merah, parasit
tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-
30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan
aseksual ini di sebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang
terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan
menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus
eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit
20
yang menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium
seksual (gametosit jantan dan betina).
Tabel 1. Lamanya siklus eksoeritrositik
21
Gambar 1. Siklus hidup Plasmodium pada nyamuk dan manusia
IV. PATOGENESIS
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara
parasit, inang dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada
terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Oleh karena
skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi
anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan parasitemia
22
menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung
parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah
melalui limpa sehingga parasit keluar.
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin
karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit. Limpa mengalami
pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah
pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan
sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang
tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari
retikulosit disertai peningkatan makrofag.
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan
dengan invasi merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan
eritrosit yang mengandung parasit mengalami perubahan struktur dan
biomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit.
Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport
membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan rosetting[ CITATION
Zul06 \l 1033 ].
V. MANIFESTASI KLINIS
Malaria adalah penyakit infeksi pada sel darah merah oleh
parasite dari genus Plasmodium. Parasit ini berinokulasi pada tubuh
manusia melalui nyamuk anopheles betina. Empat spesies plasmodium
yang menginfeksi manusia adalah P.falciparum, P.vivax, P.Ovale, dan
P.malariae. Infeksi pada manusia oleh parasite malaria monyet
P.Knowlesi, juga dilaporkan meningkat di Asia Tenggara.
Gejala awal malaria tidak spesifik dan mirip dengan penyakit
sistemik ringan. Gejala tersebut meliputi: nyeri kepala, lemah lesu,
kelelahan, rasa tidak enak pada perut, serta nyeri sendi dan otot,
biasanya diikuti dengan demam, menggigil, berkeringat, anoreksia,
muntah, dan malaise yang semakin memburuk. Oleh karena itu,
malaria sering over diagnosis bila didasarkan pada gejala saja,
23
terutama pada area endemis, karena gejalanya yang tidak spesifik.
Pada tahap awal seperti ini, tanpa adanya disfungsi organ vital, pasien
dapat diobati dengan penyembuhan penuh dan cepat apabila diberikan
terapi yang tepat dan efektif. Namun, bila diberikan obat-obatan yang
tidak efektif atau terapi ditunda, terutama pada malaria P.falciparum,
beban parasite akan terus meningkat dan akan menjadi malaria berat.
Ini adalah proses yang dapat terjadi hanya dalam beberapa jam.
Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut
(paroksismal), yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti
demam yang tinggi kemudian berkeringat banyak. Gejala klasik ini
biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal dari daerah non
endemis). Selain gejala klasik diatas, dapat ditemukan gejala lain
seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot.
Gejala tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang tinggal
didaerah endemis[ CITATION KEM17 \l 1033 ].
Trias malaria adalah keadaan menggigil yang diikuti dengan
demam dan kluar keringat yang banyak. Berikut ini adalah gejala dan
tanda yang dapat ditemukan pada malaria :
Demam : Demam periodic berkaitan dengan pecahnya
skizon matang (sporulasi) yang mengeluarkan berbagai
antigen. Antigen akan merangsang sel makrofag, monosit, dan
limfosit yang akan memproduksi sitokin seperti TNF (Tumor
Necrosis Factor). TNF akan dibawa ke Hipotalamus yang
mengatur suhu tubuh. Proses pematangan skizon berbeda untuk
tiap jenis. Pada F.Falciparum diperlukan waktu 36-48jam,
pada F.vivax/ovale diperlukan waktu 48jam, dan P.malariae
diperlukan waktu 72jam. Demam pada P.Falciparum dapat
terjadi setiap hari, pada P.vivax/ovale selang waktu satu hari
(setiap 3 hari/tertiana), dan P.malariae demam timbul selang
waktu 2 hari (setiap 4hari/kuartana). Demam juga diikuti
dengan menggigil dan keringat dingin.
24
Splenomegali : Merupakan gejala malaria kronik. Limpa
mengalami kongesti, mengitam, dan mengeras karena timbunan
penghancuran parasite, pigmen, sel radang, dan jaringan ikat.
Anemia : Terjadi akibat pecahnya eritrosit yang
terinfeksi maupun tidak terinfeksi. P.Falciparum menginfeksi
semua jenis eritrosit, P.Vivax/Ovale menginfeksi eritrosit muda
(2% dari total eritrosit), dan P.Malariae menginfeksi eritrosit
tua (1% dari total eritrosit). Selain karena alasan diatas,
P.Falciparum menyebabkan anemia yang lebih berat karena
terjadi penurunan masa hidup eritrosit dan gangguan
pembentukan eritrosit akibat depresi eritropoesis dalam
sumsum tulang.
Ikterus : Dapat terjadi karena hemolysis dan
gangguan hepar.
Malaria Berat
Malaria berat disebabkan oleh P.Falciparum dengan
pathogenesis khusus. Eritrosit yang terinfeksi akan mengalami
sekuestrasi di pembuluh kapiler, sitoaderensi, rosseting dan
akhirnya obstruksi sirkulasi. Adapun organ yang terkena dan gejala
yang ditimbulkan antara lain :
Sistem saraf pusat : delirium, disorientasi, stupor, koma,
kejang, gangguan neurologis fokal.
Tractus gastrointestinal : Muntah, diare hebat, perdarahan,
malabsorpsi.
Hati : Ikterus,billous remittent fever dengan muntah hijau
empedu.
Paru : Edema paru.
Lain-lain : Anemia, malaria hiperpireksia, hipoglikemia,
black water fever.
VI. DIAGNOSIS
25
Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan sampai
membahayakan jiwa. Gejala utama demam sering didiagnosis dengan
infeksi lain: seperti demam typhoid, demam dengue, leptospirosis,
chikungunya, dan infeksi saluran napas. Adanya trombositopenia
sering didiagnosis dengan leptospirosis, demam dengue, atau thypoid.
Apabila ada demam dengan ikterik bahkan sering diinterprestasikan
dengan diagnose hepatitis dan leptospirosis. Penurunan kesadaran
dengan demam sering juga didiagnosis sebagai infeksi otak bahkan
stroke.
Mengingat bervariasinya manifestasi klinis malaria maka
anamnesis riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria pada setiap
penderita dengan demam harus dilakukan.
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium, untuk malaria berat ditegakkan dengan diagnosis
berdasarkan kriteria WHO.
Untuk anak <5tahun diagnosis menggunakan MTBS namun
pada daerah endemis rendah dan sedang ditambahkan riwayat
perjalanan ke daerah endemis dan transfusi sebelumnya.
Pada MTBS diperhatikan gejala demam dan atau pucat untuk
dilakukan pemeriksaan sediaan darah. Diagnosis pasti malaria harus
ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau
uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test=RDT).[ CITATION KEM17 \l
1033 ].
A. Anamnesis
Pada Anamnesis sangat penting diperhatikan.
26
a. Keluhan : Adanya trias malaria (Demam, menggigil,
berkeringat dingin), dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
b. Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
Riwayat transfusi.
c. Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
d. Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
e. Tanda-tanda malaria berat: dapat ditemukan gangguan
kesadaran, lemah, tubuh kuning, perdarahan, sesak napas,
oliguria/anuria, air seni berwarna gelap (black water fever).
B. Pemeriksaan Fisik
a. Demam Suhu tubuh aksiler ≥37,5°C
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Sklera ikterik
d. Pembesaran limpa (Splenomegali)
e. Pembesaran hati (Hepatomegali)
f. Pada malaria berat dapat ditemukan suhu rektal >40°C,
nadi cepat dan lemah, tekanan darah sistolik <70
mmHg(dewasa), dan <50 mmHg(pada anak),takipnea,
penurunan kesadaran, manifestasi perdarahan, tanda
dehidrasi, tanda anemia berat, ikterik, ronkhi pada paru,
hepatomegaly, splenomegaly, gagal ginjal dengan oliguria
hingga anuria, dan gangguan neurologis.
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
Puskesmas/lapangan/rumah sakit/laboratorium klinik untuk
menentukan.
a) Ada tidaknya parasite malaria (positif atau negative)
b) Spesies dan stadium plasmodium.
c) Kepadatan parasite.
27
b. Pemeriksaan dengan uji diagnostic cepat (Rapid Diagnostic
Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen
parasite malaria, dengan menggunakan metoda
imunokromatografi, yakni HRP-2 (histidine rich protein 2)
yang diproduksi tropozoit, skizon dan gametosit muda
P.Falciparum, dan Aldolase dan p-LDH (parasite lactate
dehydrogenase) yang diproduksi keempat plasmodium
aseksual dan seksual, Sebelum menggunakan RDT perlu
dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal kadaluarsanya.
Pemeriksaan dengan RDT tidak digunakan untuk
mengevaluasi pengobatan.
c. Pemeriksaan untuk malaria berat : darah perifer lengkap,
kimia darah, EKG, foto thoraks, analisis cairan
serebrospinalis, biakan darah dan uji serologi, dan
urinalisis.
Malaria Berat
Malaria berat adalah : ditemukannya Plasmodium
falciparum stadium aseksual dengan minimal satu dari manifestasi
klinis atau didapatkan temuan hasil laboratorium (WHO,2015) :
1. Perubahan kesadaran (GCS<11)
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
3. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
4. Distres pernapasan
5. Gagal Sirkulasi atau syok: pengisian kapiler >3 detik,
tekanan sistolik <80mmHg (pada Anak <70mmHg)
6. Jaundice (bilirubin >3mg/dL dan kepadatan parasite
>100.000)
7. Hemoglobinuria
8. Perdarahan spontan abnormal
9. Edema paru (radiologi,saturasi oksigen <92%)
Gambaran Laboratorium :
28
1. Hipoglikemi (gula darah <40%).
2. Asidosis metabolic (bikarbonat plasma <15mmol/L).
3. Anemia berat (Hb<5gr% untuk endemis tinggi, Hb<7gr%
untuk endemis sedang rendah), pada dewasa Hb<7% atau
hematokrit <15%.
4. Hiperparasitemia (parasite >2% eritrosit atau 100.000
parasit/µL didaerah endemis tinggi).
5. Hiperlaktemia (Asam laktat>5mmol/L).
6. Hemoglobinuria.
7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3mg%).
VII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan malaria tanpa komplikasi
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian
ACT. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan
mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan
pemberian ACT secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi
Artesunat dilanjutkan dengan ACT oral. Di samping itu diberikan
primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal.
29
Tabel Dihidroartemisin + Piperakuin(DHP) + Primakuin 1.
Catatan :
Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat
dapat berdasarkan kelompok umur.
a. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada
tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat
badan.
30
b. Apabila pasien P. f alcip a r u m dengan BB >80 kg datang kembali
dalam waktu 2 bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan Sediaan
Darah masih positif P. f a l c i p a r u m , maka diberikan DHP dengan
dosis ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari
2) Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan
dengan regimen ACT yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan
menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
3) Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP
ditambah dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian
obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.
4) Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P. m a l a r i a e cukup diberikan ACT 1 kali perhari
selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria
lainnya dan tidak diberikan primakuin
5) Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P.ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari
serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.
31
Catatan :
a. Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat
dapat berdasarkan kelompok umur.
b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada
tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat
badan.
c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan
ideal.
d. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
33
Kemasan dan cara pemberian kina drip
Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat.
Obat ini diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat
intramuskular/intravena. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina
dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi 500 mg / 2 ml. Pemberian kina
pada dewasa :
1) Loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml (hati-
hati overload cairan) dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4
jam pertama.
2) 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
3) 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgbb
dalam larutan 500 ml (hati-hati overload cairan) dekstrose 5 % atau
NaCl.
4) 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl
0,9%.
5) Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti di atas sampai
penderita dapat minum kina per-oral
6) Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan
kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali diberikan tiap 8
jam. Kina oral diberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada
orang dewasa atau klindamisin pada ibu hamil. Dosis total kina
selama 7 hari dihitung sejak pemberian kina perinfus yang pertama.
Catatan :
1) Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik
bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.
34
2) Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.
PEMANTAUAN PENGOBATAN
A. Rawat Jalan
Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan pada hari ke 3,
7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara
mikroskopis. Apabila terdapat perburukan gejala klinis selama masa
pengobatan dan evaluasi, penderita segera dianjurkan datang kembali
tanpa menunggu jadwal tersebut di atas.
B. Rawat Inap
Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari
dengan pemeriksaan klinis dan darah malaria hingga klinis membaik dan
hasil mikroskopis negatif. Evaluasi pengobatan dilanjutkan pada hari ke 7,
14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara
mikroskopis.
VIII. PROGNOSIS
Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa
dan ketepatan & kecepatan pengobatan. Pada malaria berat yang
tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak
15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan meningkat sampai 50 %.
Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih
baik daripada kegagalan 2 fungsi organ. Mortalitas dengan
kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50 %. Mortalitas dengan
kegagalan 4 atau lebih fungsi organ, adalah > 75 %. Adanya korelasi
antara kepadatan parasit dengan klinis malaria berat yaitu :
[ CITATION Nug00 \l 1033 ]
1. Kepadatan parasite <100.000, maka mortalitas <1%
35
2. Kepadatan parasite >100.000, maka mortalitas >1%
3. Kepadatan parasite >100.000, maka mortalitas >5%
IX. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan
kewaspadaan terhadap resiko malaria, mencegah gigitan nyamuk,
pengendalian vector dan kemoprofilaksis. Pencegahan vector dan
kemoprofilaksis. Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan
menggunakan kelambu berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk,
dan lain-lain.
Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin
dengan dosis 100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari sebelum
berpergian, selama berada di daerah endemis didaerah terebut sampai 4
minggu, dan setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil
dan anak-anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih
dari 6 bulan[ CITATION Har09 \l 1033 ].
36
BAB 4
PEMBAHASAN
37
SMC, pasien merasakan demam dan
menggigilnya sudah mulai turun, namun
pasien mengalami mual-muntah, mual yang
dirasakan sepanjang hari, untuk muntahnya
bisa sebanyak 4-5x dalam sehari, yang
dimuntahkan berupa makanan yang
dikonsumsi pasien namun lebih banyak
cairan yang keluar, muntahnya mengalir
saja, dan tidak ada kekuningan maupun
darah yang yang ikut keluar, pasien juga
mengeluhkan terdapat nyeri pada ulu hati,
pasien juga merasakan sakit diseluruh
bagian kepala, dan seluruh tubuh rasanya
pegal-pegal, untuk menanganinya pasien
meminum obat parasetamol dan meminum
obat maag.
Kemudian 3 hari setelahnya karena
pasien merasa belum ada perubahan gejala,
masih demam, menggigil, dan nyeri di ulu
hati, muntah-muntah yang semakin hebat,
dan masih merasa pegal di seluruh tubuh,
pasien dibawa ke Puskesmas Lempake
untuk periksa darah lengkap, kemudian
setelah keluar hasilnya, pada sore hari
pasien dirujuk ke Rumah Sakit Abdul
Wahab Sjahranie. Seminggu sebelum MRS
RS AWS pasien ada riwayat berkunjung ke
hutan di pedalaman sotek Penajam Paser
Utara untuk kepentingan penyuluhan
rehabilitasi hutan.
Pasien pernah mengalami keluhan
serupa sebelumnya, pada tahun 2004 pernah
38
ada riwayat sakit malaria. Tidak ada riwayat
DM, hipertensi, penyakit jantung, dan alergi
pada pasien, ada riwayat sakit maag.
39
otot : Kanan = Kiri (5=5)
40
4.4 Penatalaksanaan
Teori Kasus
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini - IVFD RL 20 tpm
menggunakan ACT ditambah primakuin. - Paracetamol 3x500mg P.O
Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan - Domperidon 3x1 P.O
malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum - Inj Omeprazole 1x40g/iv
hanya diberikan pada hari pertama saja dengan - Imboost Forte 2x1
dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks - DHP Frimal 1x4 selama 3
selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB. hari P.O
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 - Primaquin 1x1 selama 14
bulan. Pengobatan malaria falsiparum dan malaria hari P.O
41
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pasien Tn. R, berusia 39 tahun, datang dengan keluhan Demam sejak 5
hari SMRS. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang ditegakkan diagnosis pada pasien ini adalah Malaria Vivax.
Tatalaksana yang diperoleh pasien adalah IVFD RL, Paracetamol, Domperidon,
Omeprazole, Imboost forte, DHP Frimal, Primaquin
Secara umum, penegakan diagnosis, alur penatalaksanaan sudah sesuai
dengan literatur yang ada.
5.2 Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari laporan kasus ini, baik dari
segi diskusi, penulisan dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari dosen-dosen yang mengajar, dari rekan-rekan sesama dokter muda dan
dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.
42
DAFTAR PUTAKA
13. Zulkarnain I. (2006). Malaria Berat dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
43
44