Anda di halaman 1dari 44

Laboratorium / SMF Ilmu Penyakit Dalam Laporan Kasus

Program Pendidikan Dokter Universitas Mulawarman


RSUD A.W.Sjahranie Samarinda

MALARIA VIVAX

Disusun Oleh:
Rifqi Risdya Pratama 1810029048

Pembimbing:
Dr. dr. Carta Gunawan, Sp.PD-KPTI

Dipresentasikan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Laboratorium/SMF Ilmu Penyakit Dalam
FK UNMUL
Samarinda
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan kasus dengan judul “Malaria Vivax”. Dalam kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan
hingga terselesaikannya tugas ini, diantaranya:
1. Dr. dr. Carta Gunawan, Sp.PD-KPTI, selaku Pembimbing selama menulis
laporan kasus
2. Dosen-dosen klinik dan preklinik FK UNMUL khususnya staf pengajar
Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam, terima kasih atas ilmu yang telah
diajarkan kepada kami.
3. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD
AWS/FK UNMUL dan semua pihak yang telah membantu.
Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan kepenulisan di masa mendatang.

Samarinda, Januari 2020

Penulis

2
Laporan Kasus

Malaria Vivax

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase Ilmu Penyakit Dalam
RIFQI RISDYA PRATAMA
1810029048

Menyetujui,

Dr. dr. Carta Gunawan, Sp.PD-KPTI

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
JANUARI 2020

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... 1
KATA PENGANTAR....................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 4
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 5
BAB 2 LAPORAN KASUS.............................................................................. 7
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 18
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................... 37
BAB 5 KESIMPULAN..................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 43

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sporozoa dari genus
Plasmodium, yang penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles [ CITATION
Mil08 \l 1033 ]. Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut
(paroksismal) yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam
tinggi kemudian berkeringat banyak. Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada
penderita non imun (berasal dari daerah non endemis), dapat ditemukan gejala
lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot . Gejala
tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang tinggal di daerah
endemis[CITATION KEM17 \l 1033 ]
Malaria masih merupakan masalah kesehatan utama negara yang sedang
berkembang seperti di Indonesia. Dari empat spesies parasit malaria yang
menginfeksi manusia yaitu Plasmodium falciparum, plasmodium vivax,
plasmodium malariae dan plasmodium oval, dua spesies yang pertama merupakan
penyebab lebih dari 95% kasus malaria di dunia [ CITATION Uma94 \l 1033 ]
Menurut WHO, sekitar 40% populasi dunia hidup dinegara miskin,
populasi tersebut memiliki resiko tinggi terkena malaria. Sekitar 2,5 milyar
manusia beresiko dan Diperkirakan 350 – 500 juta manusia terkena malaria setiap
tahun. Kebanyakan disebabkan oleh P.falciparum dan P.vivax. Lebih dari 1 juta
manusia meninggal karena malaria[ CITATION WHO15 \l 1033 ] . Tingkat mortalitas
malaria pada anak sekitar 1 – 2 juta setiap tahunnya[ CITATION Mil08 \l 1033 ]
Hampir separuh populasi Indonesia sebanyak lebih dari 90 juta orang
tinggal di daerah endemik malaria. Diperkirakan ada 30 juta kasus malaria setiap
tahunnya, kurang lebih hanya 10 % saja yang mendapat pengobatan di fasilitas
kesehatan. Menurut data dari fasilitas kesehatan pada 2001, diperkirakan
prevalensi malaria adalah 850,2 per 100.000 penduduk dengan angka yang
tertinggi 20% di Gorontalo, 13% di NTT dan 10% di Papua. Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 memperkirakan angka kematian spesifik
akibat malaria di Indonesia adalah 11 per 100.000 untuk laki-laki dan 8 per

5
100.000 untuk perempuan. Prevalensi kasus malaria di Indonesia atau daerah-
daerah endemi malaria tidak sama, hal ini tergantung pada prilaku spesies nyamuk
yang menjadi vektor. (6,7).
Diseluruh dunia, kasus malaria vivax dibandingkan jenis malaria yang lain
sekitar 70 – 80 juta per tahun [ CITATION Rod03 \l 1033 ] . Menurut WHO, sekitar
40% kasus malaria di dunia disebabkan oleh P.vivax. Kasus malaria vivax
walaupun jarang fatal tapi merupakan penyebab utama morbiditas dan
mempengaruhi ekonomi baik tingkat individu maupun nasional [ CITATION Les07 \l
1033 ]. P.vivax merupakan spesies parasit yang paling dominan di Asia Tenggara,
Eropa Timur, Asia Utara, Amerika tengah dan Selatan[ CITATION Gri07 \l 1033 ].

1.2 Tujuan
1. Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menjalani proses pendidikan
di Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam.
2. Menambah pemahaman penulis dan pembaca mengenai malaria vivax.

6
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Anamnesis
Pasien MRS pada tanggal 27 November 2019, anamnesis dan pemeriksaan
fisik dilakukan pada 1 Desember 2019 pukul 07.00 WITA. Anamnesis yang
dilakukan berupa autoanamnesis.

ANAMNESIS UMUM
Identitas
Nama : Tn. R
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lempake
Status : Menikah
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa
MRS : 27 Desember 2019 jam 18.00 WITA

ANAMNESIS KHUSUS
Keluhan Utama
Demam sudah 5 hari

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie mengeluhkan
demam, demam yang dirasakan sudah berlangsung selama 5 hari, demam yang
dirasakan berlangsung sepanjang hari, namun mulai dirasa meningkat pada saat
sore sampai malam hari, selain merasa demam pasien juga merasa demamnya
diikuti juga dengan menggigil, pasien juga merasakan nyeri di ulu hatinya, diikuti
mual-muntah, dan seluruh tubuh rasanya pegal-pegal.
Sebelum dibawa ke IGD Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie, tepatnya 5
hari sebelum pasien MRS AWS pasien dibawa ke Rumah Sakit SMC dengan

7
keluhan yang sama namun hanya didiagnosa penyakit lambung, kemudian pasien
dipulangkan dan diberi obat penurun asam lambung saja, 3 hari setelah berobat di
RS SMC, pasien merasakan demam dan menggigilnya sudah mulai turun, namun
pasien mengalami mual-muntah, mual yang dirasakan sepanjang hari, untuk
muntahnya bisa sebanyak 4-5x dalam sehari, yang dimuntahkan berupa makanan
yang dikonsumsi pasien namun lebih banyak cairan yang keluar, muntahnya
mengalir saja, dan tidak ada kekuningan maupun darah yang yang ikut keluar,
pasien juga mengeluhkan terdapat nyeri pada ulu hati, pasien juga merasakan sakit
diseluruh bagian kepala, dan seluruh tubuh rasanya pegal-pegal, untuk
menanganinya pasien meminum obat parasetamol dan meminum obat maag.
Kemudian 3 hari setelahnya karena pasien merasa belum ada perubahan
gejala, masih demam, menggigil, dan nyeri di ulu hati, muntah-muntah yang
semakin hebat, dan masih merasa pegal di seluruh tubuh, pasien dibawa ke
Puskesmas Lempake untuk periksa darah lengkap, kemudian setelah keluar
hasilnya, pada sore hari pasien dirujuk ke Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie.
Seminggu sebelum MRS RS AWS pasien ada riwayat berkunjung ke hutan di
pedalaman sotek Penajam Paser Utara untuk kepentingan penyuluhan rehabilitasi
hutan.
.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya, pada tahun 2004
pernah ada riwayat sakit malaria. Tidak ada riwayat DM, hipertensi, penyakit
jantung, dan alergi pada pasien, ada riwayat sakit maag.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa. Tidak ada
riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung, dan alergi pada keluarga pasien.

2.2 Pemeriksaan Fisik


Dilakukan pada tanggal 27 Desember 2019
Kesadaran : Composmentis, E4V5M6
Keadaan umum : Sakit sedang

8
Tanda Vital
Tekana Darah : 120/80 mmHg (lengan kanan, berbaring)
Frekuensi Nadi : 80 x/menit regular, isi cukup, kuat angkat
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Suhu Tubuh : 36,7°C (axilla)
SpO2 : 98%

Kepala/leher
Umum
Ekspresi : tidak sakit
Rambut : tidak ada kelainan
Kulit muka : tampak pucat

Mata
Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : anemis (+/+)
Sclera : ikterus (-/-)
Pupil : isokor diameter 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)

Hidung
Septum deviasi (-)
Sekret (-)
Nafas cuping hidung (-)

Telinga
Bentuk : normal
Lubang telinga : normal, sekret (-)
Proc. Mastoideus : nyeri (-/-)
Pendengaran : normal

9
Mulut
Bibir : pucat (-), sianosis (-)
Gusi : perdarahan (+) Hipertropi (-)
Mukosa : hiperemis (-), pigmentasi (-)
Lidah : makroglosia (-), mikroglosia (-), atrofi papil lidah (-)
Faring : hiperemis (-)

Leher
Umum : simetris, tumor (-)
Kelenjar limfe : membesar (-)
Trakea : di tengah, deviasi (-)
Tiroid : membesar (-)

Thorax
Pulmo:
Inspeksi : bentuk simetris, gerakan simetris, retraksi ICS (-)
Palpasi : fremitus raba dekstra = sinistra
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Kanan : ICS III parasternal line dekstra
Kiri : ICS V sejajar mid axilla line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen:
Inspeksi : Bentuk flat, kulit normal , sikatriks (-), striae (-)
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani, asites (-)

10
Palpasi : Soefl (+), nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-) ,
defans muscular (-), turgor kulit normal

Ekstremitas:
Superior
Ekstremitas hangat, Edema (-), Eritematosa (-), Sianosis (-), Clubbing finger (-),
Palmar eritema (-), palmar pucat (+) Kekuatan otot : Kanan = Kiri (5=5)

Inferior
Ekstremitas hangat, Edema (-), Eritematosa (-), Sianosis (-), Pedis eritema (-),
Kekuatan otot : Kanan = Kiri (5=5)

2.3 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium Darah
Tanggal 27 November 2019 14.42 WITA (RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 15,9 g/dL 14,0 – 18,0 g/dL
Hematokrit 45,6 % 37,0 – 54,0 %
Leukosit 4.220 /µL 4.800 – 10.800 /µL
Trombosit 60.000 /µL 150.000 – 450.000 /µL
Eritrosit 5.310.000 /µL 4.700.000 – 6.100.000 /µL
MCV 85,9 fL 81,0 – 99,0 fL
MCH 30,0 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 34,9 g/dL 33,0 – 37,0 gr/dL
HITUNG JENIS
Basofil # 0,0 0,0 – 0,2 x 103 /µL
Basofil % 0% 0–1%
Eosinofil # 0,01 0,00 – 0,80 x 103 /µL
Eosinofil % 0% 0–7%
Neutrofil # 2,8 1,5 – 7,0 x 103 /µL
Neutrofil % 66 % 40 – 74 %
Limfosit # 0,89 1,00 – 3,70 x 103 /µL

11
Limfosit % 21 % 19 – 48 %
Monosit # 0,53 0,16 – 1,00 x 103 /µL
Monosit % 13 % 3–9%

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 118 70-140 mg/dL
Ureum 19.5 19.3-49.2 mg/dL
Creatinin 1.1 0.7-1.3 mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium 136 135-155 mmol/L
Kalium 3.7 3.6-5.5 mmol/L
Chloride 102 98-108 mmol/L

Tanggal 27 November 2019 pukul 21.21 WITA (RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 15,4 g/dL 14,0 – 18,0 g/dL
Hematokrit 44,4 % 37,0 – 54,0 %
Leukosit 6.110 /µL 4.800 – 10.800 /µL
Trombosit 76.000 /µL 150.000 – 450.000 /µL
Eritrosit 5.070.000 /µL 4.700.000 – 6.100.000 /µL
MCV 87,5 fL 81,0 – 99,0 fL
MCH 30,4 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 34,8 g/dL 33,0 – 37,0 gr/dL
HITUNG JENIS
Basofil # 0,0 0,0 – 0,2 x 103 /µL
Basofil % 1% 0–1%
Eosinofil # 0,02 0,00 – 0,80 x 103 /µL
Eosinofil % 0% 0–7%
Neutrofil # 4,0 1,5 – 7,0 x 103 /µL
Neutrofil % 66 % 40 – 74 %
Limfosit # 1,48 1,00 – 3,70 x 103 /µL
Limfosit % 24 % 19 – 48 %
Monosit # 0,57 0,16 – 1,00 x 103 /µL

12
Monosit % 9% 3–9%

Tanggal 28 November 2019 (RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda)


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 14,6 g/dL 14,0 – 18,0 g/dL
Hematokrit 41,9 % 37,0 – 54,0 %
Leukosit 5.580 /µL 4.800 – 10.800 /µL
Trombosit 67.000 /µL 150.000 – 450.000 /µL
Eritrosit 4.830.000 /µL 4.700.000 – 6.100.000 /µL
MCV 86,7 fL 81,0 – 99,0 fL
MCH 30,2 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 34,9 g/dL 33,0 – 37,0 gr/dL
HITUNG JENIS
Basofil # 0,0 0,0 – 0,2 x 103 /µL
Basofil % 1% 0–1%
Eosinofil # 0,05 0,00 – 0,80 x 103 /µL
Eosinofil % 1% 0–7%
Neutrofil # 3,1 1,5 – 7,0 x 103 /µL
Neutrofil % 56 % 40 – 74 %
Limfosit # 1,86 1,00 – 3,70 x 103 /µL
Limfosit % 33 % 19 – 48 %
Monosit # 0,51 0,16 – 1,00 x 103 /µL
Monosit % 9% 3–9%

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


KIMIA KLINIK
SGOT 33 mg/dL <40 U/L
SGPT 24 mg/dL <41 U/L
HEMATOLOGI
Malaria (+) P.Vivax Negatif
Parasite Count 2950 -

Tanggal 29 November 2019 (RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda)


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

13
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 14,5 g/dL 14,0 – 18,0 g/dL
Hematokrit 41,9 % 37,0 – 54,0 %
Leukosit 5.220 /µL 4.800 – 10.800 /µL
Trombosit 54.000 /µL 150.000 – 450.000 /µL
Eritrosit 4.820.000 /µL 4.700.000 – 6.100.000 /µL
MCV 86,9 fL 81,0 – 99,0 fL
MCH 30,2 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 34,7 g/dL 33,0 – 37,0 gr/dL
HITUNG JENIS
Basofil # 0,0 0,0 – 0,2 x 103 /µL
Basofil % 0% 0–1%
Eosinofil # 0,05 0,00 – 0,80 x 103 /µL
Eosinofil % 1% 0–7%
Neutrofil # 3,8 1,5 – 7,0 x 103 /µL
Neutrofil % 73 % 40 – 74 %
Limfosit # 1,01 1,00 – 3,70 x 103 /µL
Limfosit % 19 % 19 – 48 %
Monosit # 0,36 0,16 – 1,00 x 103 /µL
Monosit % 7% 3–9%

Tanggal 30 November 2019 (RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda)


HEMATOLOGI
Malaria Negatif Negatif

2.4 Assesment
Malaria Vivax

2.5 Tatalaksana
- IVFD RL 20 tpm
- Paracetamol 3x500mg P.O
- Domperidon 3x1 P.O
- Inj Omeprazole 1x40g/iv
- Imboost Forte 2x1
- DHP Frimal 1x4 selama 3 hari P.O

14
- Primaquin 1x1 selama 14 hari P.O

2.6 Follow Up
TANGGA PEMERIKSAAN ASSESSMENT & PLANNING
L
Rabu S : Demam hari ke-5, gusi A : Febris H-5 ec DHF grade II
27/11/2019 berdarah, nyeri pada kepala, nyeri
ulu hati, demam naik turun, kadang P : Terapi :
mual-muntah. - IVFD RL 20 tpm
- Injeksi OMZ 1x1 amp
O : CM, TD : 110/70 mmHg, N: - Paracetamol 3x500mg P.O
105x/mnt, RR: 20x/mnt, T: 38,8oC - Domperidon 3x1 P.O
K/L : anemis (+/+), ikterik (-/-), - Cek DL jam 21.00
pembesaran KGB (-)
Thoraks : retraksi (-), vesikuler (+/
+), rh (-/-), wh (-/-), S1S2 tunggal
reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : soefl, BU (+) kesan
normal, timpani, organomegali (-)
Ext : akral hangat, edema (-/-), kulit
palmar pucat (-/-)
Hasil Lab:
-Hb : 15,4
-Leukosit : 6.100
-Hematokrit : 44%
-Trombosit : 76.000

Kamis S : Demam (+), Nyeri ulu hati (+) A : Malaria Vivax


28/11/2019
O : CM, TD : 110/80 mmHg, N: P : Terapi :
80x/mnt, RR: 20x/mnt, T: 38,8oC - Memberikan Paracetamol 500mg
P.O

15
Hasil DDR : Plasmodium Vivax - IVFD RL:Futrolit (2:1) 2x500
Hasil ICG : SGOT :33 - Inj Omeprazole 1x40g/iv
SGPT :24 - Domperidon 3x1 P.O
- Paracetamol infus 3x500mg
- Imboost Forte 2x1
- Cek OTPT, cek DDR cito
- Periksa DL/hari
- DHP Frimal 1x4 selama 3 hari
P.O
- Primaquin 1x1 selama 14 hari
P.O

Jumat S : Demam naik turun (+), Nyeri A : Malaria Vivax


29/11/2019 ulu hati (+)
P : Terapi :
O : CM, TD : 100/70 mmHg, N: - DDR/hari (hitung parasite) (+)
90x/mnt, RR: 24x/mnt, T: 36,6oC - Paracetamol 3 x 500 mg
- Domperidon 3x1
- Omeprazole 1x1ampul
- Imboost Forte 2x1
- DHP Frimal 1x4 selama 3 hari
P.O
- Primaquin 1x1 selama 14 hari
P.O
Sabtu S : Demam naik turun (+), Nyeri A : Malaria Vivax
30/11/2019 ulu hati sudah berkurang
08.00 WITA P : Terapi :
O : CM, TD : 120/80 mmHg, N: - DDR/hari (hitung parasite) (+)
80x/mnt, RR: 20x/mnt, T: 36,5oC - Paracetamol 3 x 500 mg
- Domperidon 3x1
- Omeprazole 1x1ampul
- Imboost Forte 2x1
- DHP Frimal 1x4 selama 3 hari

16
P.O
- Primaquin 1x1 selama 14 hari
P.O
Sabtu S : Demam berkurang, nyeri ulu A : Malaria Vivax
30/11/2019 hati sudah tidak ada
21.30 WITA P : Terapi :
O : CM, TD : 110/80 mmHg, N: - DDR/hari(hitung parasite) (-)
80x/mnt, RR: 20x/mnt, T: 36,3oC

Minggu S : Demam berkurang, nyeri ulu A : Malaria Vivax


04/04/2019 hati sudah tidak ada
P : Terapi :
O : CM, TD : 120/80 mmHg, N: - Pasien KRS
80x/mnt, RR: 20x/mnt, T: 36,7oC

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
protozoa dari genus plasmodium yang menyerang eritrosit melalui
gigitan nyamuk anopheles betina yang ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual di dalam darah[CITATION Zul06 \l 1033 ], yang
dibuktikan dengan adanya antigen malaria dengan test cepat,
ditemukannya RNA/DNA parasite pada pemeriksaan PCR[ CITATION
WHO10 \l 1033 ]. Plasmodium yang menginfeksi manusia terdiri dari
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium falciparum. Plasmodium falciparum merupakan
plasmodium yang paling berbahaya dibanding plasmodium jenis yang
lain karena merupakan jenis yang menyebabkan angka kematian dan
kesakitan paling tinggi pada manusia.[ CITATION Har09 \l 1033 ] . Infeksi
malaria dapat memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia,

17
dan splenomegaly. Pada individu yang imun dapat berlangsung tanpa
gejala ( asimtomatis).
Penyakit Malaria (malaria disease) : ialah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi parasite plasmodium didalam eritrosit dan
biasanya disertai dengan gejala demam[CITATION WHO10 \l 1033 ].
Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik
yang dikenal sebagai malaria berat.

II. EPIDEMIOLOGI
Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang tersebar di
seluruh dunia terutama negara-negara beriklim tropis dan subtropis.
Berdasarkan laporan WHO (2005), terdapat lebih dari 1 milyar
penduduk atau 40% dari penduduk dunia tinggal di daerah endemis
malaria. Sementara prevalensi penyakit malaria di seluruh dunia
diperkirakan antara 300-500 juta klinis setiap tahunnya. Dari 300-500
juta kasus klinis malaria di dunia, terdapat sekitar 3 juta kasus malaria
dengan komplikasi malaria serebral. Angka kematian yang dilaporkan
mencapai 1,5–2,7 juta penduduk per tahun, terutama terjadi pada anak-
anak di Afrika, khususnya daerah yang kurang terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Di Indonesia, sampai saat ini angka kesakitan
penyakit malaria masih cukup tinggi, yaitu kira-kira 30 juta/tahun,
angka kematian 100.000/tahun, sementara berdasarkan hasil survei
kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, terdapat 15 juta kasus
malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Data Departemen
Kesehatan menunjukkan tahun 2007 jumlah populasi beresiko
terjangkit malaria diperkirakan sebanyak 116 juta orang sementara
jumlah kasus malaria klinis yang dilaporkan 1.775.845 kasus.

III. ETIOLOGI
Penyebab Malaria adalah parasite Plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam

18
spesies yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium knowlesi.
Parasit yang disebutkan terakhir belum banyak dilaporkan di
Indonesia[ CITATION KEM17 \l 1033 ].

Jenis Malaria
1. Malaria Falciparum
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum . Gejala demam
timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling
sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian.
2. Malaria Vivaks
Disebabkan oleh Plasmodium vivax . Gejala demam berulang
dengan interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga
kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax .

3. Malaria Ovale
Disebabkan oleh Plasmodium ovale . Manifestasi klinis
biasanya bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria
vivaks.
4. Malaria Malariae
Disebabkan oleh Plasmodium malariae . Gejala demam
berulang dengan interval bebas demam 3 hari.
5. Malaria Knowlesi
Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi . Gejala demam
menyerupai malaria falsiparum.
Tabel 1. Lamanya siklus eritrositik

Lamanya daur Plasmodium Plasmodium Plasmodium Plasmodium


falciparum vivax ovale malariae

Masa prepaten 9-10 hari 11-13 hari 10-14 hari 15-16 hari

Masa inkubasi 9-14 hari 12-17 hari 16-18 hari 18-40 hari

Daur eritrositik 48 jam 48 jam 50 jam 72 jam

Merozoit skizon 20-30 hari 18-24 hari 8-14 hari 8-10 hari

19
Penyebab malaria adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh
protozoa parasit dari genus plasmodium yang menyerang eritrosit
melalui gigitan nyamuk anopheles yang ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual didalam darah.
Siklus hidup malaria secara umum:
a. Siklus hidup aseksual (pada tubuh manusia)[ CITATION Zul06 \l
1033 ]
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah
manusia, sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan
masuk kedalam peredaran darah manusia selama lebih kurang ½
jam. Setelah itu sporozoit akan masuk kedalam sel hati dan
menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon
hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati (tergantung
spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang
berlangsung selama lebih kurang 2 minggu. Pada P.vivax dan P.
ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang
disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel
hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu
saat, bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga
dapat menimbulkan relaps. Pada akhir fase, skizon akan pecah
mengeluarkan merozoit yang akan masuk keperedaran darah dan
menginfeksi sel darah merah. Didalam sel darah merah, parasit
tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-
30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan
aseksual ini di sebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang
terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan
menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus
eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit

20
yang menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium
seksual (gametosit jantan dan betina).
Tabel 1. Lamanya siklus eksoeritrositik

Spesies Lama siklus Diameter skizon Jumlah merozoit


eksoeritrositik matur eksoeritrositik dalam skizon
(hari) (µm) eksoeritrositik

Plasmodium falciparum 5-7 60 30.000

Plasmodium vivax 6-8 45 10.000

Plasmodium ovale 9 60 15.000

Plasmodium malariae 14-16 55 15.000

b. Siklus hidup pada nyamuk Anopheles betina[ CITATION Zul06 \l


1033 ].
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah
penderita yang mengandung gametosit(bentuk seksual parasite),
didalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet
kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding
luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan
selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit bersifat infektif dan
siap ditularkan kembali ke manusia. Dalam kaitan dengan siklus
hidup plasmodium ini, dikenal istilah masa inkubasi yaitu
rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala,
klinis yang ditandai dengan demam, dan masa prepaten. Masa
inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium.

Tabel 2. Lamanya siklus eritrositik

21
Gambar 1. Siklus hidup Plasmodium pada nyamuk dan manusia
IV. PATOGENESIS
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara
parasit, inang dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada
terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Oleh karena
skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi
anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan parasitemia

22
menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung
parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah
melalui limpa sehingga parasit keluar.
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin
karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit. Limpa mengalami
pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah
pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan
sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang
tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari
retikulosit disertai peningkatan makrofag.
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan
dengan invasi merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan
eritrosit yang mengandung parasit mengalami perubahan struktur dan
biomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit.
Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport
membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan rosetting[ CITATION
Zul06 \l 1033 ].

V. MANIFESTASI KLINIS
Malaria adalah penyakit infeksi pada sel darah merah oleh
parasite dari genus Plasmodium. Parasit ini berinokulasi pada tubuh
manusia melalui nyamuk anopheles betina. Empat spesies plasmodium
yang menginfeksi manusia adalah P.falciparum, P.vivax, P.Ovale, dan
P.malariae. Infeksi pada manusia oleh parasite malaria monyet
P.Knowlesi, juga dilaporkan meningkat di Asia Tenggara.
Gejala awal malaria tidak spesifik dan mirip dengan penyakit
sistemik ringan. Gejala tersebut meliputi: nyeri kepala, lemah lesu,
kelelahan, rasa tidak enak pada perut, serta nyeri sendi dan otot,
biasanya diikuti dengan demam, menggigil, berkeringat, anoreksia,
muntah, dan malaise yang semakin memburuk. Oleh karena itu,
malaria sering over diagnosis bila didasarkan pada gejala saja,

23
terutama pada area endemis, karena gejalanya yang tidak spesifik.
Pada tahap awal seperti ini, tanpa adanya disfungsi organ vital, pasien
dapat diobati dengan penyembuhan penuh dan cepat apabila diberikan
terapi yang tepat dan efektif. Namun, bila diberikan obat-obatan yang
tidak efektif atau terapi ditunda, terutama pada malaria P.falciparum,
beban parasite akan terus meningkat dan akan menjadi malaria berat.
Ini adalah proses yang dapat terjadi hanya dalam beberapa jam.
Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut
(paroksismal), yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti
demam yang tinggi kemudian berkeringat banyak. Gejala klasik ini
biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal dari daerah non
endemis). Selain gejala klasik diatas, dapat ditemukan gejala lain
seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot.
Gejala tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang tinggal
didaerah endemis[ CITATION KEM17 \l 1033 ].
Trias malaria adalah keadaan menggigil yang diikuti dengan
demam dan kluar keringat yang banyak. Berikut ini adalah gejala dan
tanda yang dapat ditemukan pada malaria :
 Demam : Demam periodic berkaitan dengan pecahnya
skizon matang (sporulasi) yang mengeluarkan berbagai
antigen. Antigen akan merangsang sel makrofag, monosit, dan
limfosit yang akan memproduksi sitokin seperti TNF (Tumor
Necrosis Factor). TNF akan dibawa ke Hipotalamus yang
mengatur suhu tubuh. Proses pematangan skizon berbeda untuk
tiap jenis. Pada F.Falciparum diperlukan waktu 36-48jam,
pada F.vivax/ovale diperlukan waktu 48jam, dan P.malariae
diperlukan waktu 72jam. Demam pada P.Falciparum dapat
terjadi setiap hari, pada P.vivax/ovale selang waktu satu hari
(setiap 3 hari/tertiana), dan P.malariae demam timbul selang
waktu 2 hari (setiap 4hari/kuartana). Demam juga diikuti
dengan menggigil dan keringat dingin.

24
 Splenomegali : Merupakan gejala malaria kronik. Limpa
mengalami kongesti, mengitam, dan mengeras karena timbunan
penghancuran parasite, pigmen, sel radang, dan jaringan ikat.
 Anemia : Terjadi akibat pecahnya eritrosit yang
terinfeksi maupun tidak terinfeksi. P.Falciparum menginfeksi
semua jenis eritrosit, P.Vivax/Ovale menginfeksi eritrosit muda
(2% dari total eritrosit), dan P.Malariae menginfeksi eritrosit
tua (1% dari total eritrosit). Selain karena alasan diatas,
P.Falciparum menyebabkan anemia yang lebih berat karena
terjadi penurunan masa hidup eritrosit dan gangguan
pembentukan eritrosit akibat depresi eritropoesis dalam
sumsum tulang.
 Ikterus : Dapat terjadi karena hemolysis dan
gangguan hepar.
Malaria Berat
Malaria berat disebabkan oleh P.Falciparum dengan
pathogenesis khusus. Eritrosit yang terinfeksi akan mengalami
sekuestrasi di pembuluh kapiler, sitoaderensi, rosseting dan
akhirnya obstruksi sirkulasi. Adapun organ yang terkena dan gejala
yang ditimbulkan antara lain :
 Sistem saraf pusat : delirium, disorientasi, stupor, koma,
kejang, gangguan neurologis fokal.
 Tractus gastrointestinal : Muntah, diare hebat, perdarahan,
malabsorpsi.
 Hati : Ikterus,billous remittent fever dengan muntah hijau
empedu.
 Paru : Edema paru.
 Lain-lain : Anemia, malaria hiperpireksia, hipoglikemia,
black water fever.

VI. DIAGNOSIS

25
Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan sampai
membahayakan jiwa. Gejala utama demam sering didiagnosis dengan
infeksi lain: seperti demam typhoid, demam dengue, leptospirosis,
chikungunya, dan infeksi saluran napas. Adanya trombositopenia
sering didiagnosis dengan leptospirosis, demam dengue, atau thypoid.
Apabila ada demam dengan ikterik bahkan sering diinterprestasikan
dengan diagnose hepatitis dan leptospirosis. Penurunan kesadaran
dengan demam sering juga didiagnosis sebagai infeksi otak bahkan
stroke.
Mengingat bervariasinya manifestasi klinis malaria maka
anamnesis riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria pada setiap
penderita dengan demam harus dilakukan.
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium, untuk malaria berat ditegakkan dengan diagnosis
berdasarkan kriteria WHO.
Untuk anak <5tahun diagnosis menggunakan MTBS namun
pada daerah endemis rendah dan sedang ditambahkan riwayat
perjalanan ke daerah endemis dan transfusi sebelumnya.
Pada MTBS diperhatikan gejala demam dan atau pucat untuk
dilakukan pemeriksaan sediaan darah. Diagnosis pasti malaria harus
ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau
uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test=RDT).[ CITATION KEM17 \l
1033 ].

A. Anamnesis
Pada Anamnesis sangat penting diperhatikan.

26
a. Keluhan : Adanya trias malaria (Demam, menggigil,
berkeringat dingin), dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
b. Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
Riwayat transfusi.
c. Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
d. Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
e. Tanda-tanda malaria berat: dapat ditemukan gangguan
kesadaran, lemah, tubuh kuning, perdarahan, sesak napas,
oliguria/anuria, air seni berwarna gelap (black water fever).
B. Pemeriksaan Fisik
a. Demam Suhu tubuh aksiler ≥37,5°C
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Sklera ikterik
d. Pembesaran limpa (Splenomegali)
e. Pembesaran hati (Hepatomegali)
f. Pada malaria berat dapat ditemukan suhu rektal >40°C,
nadi cepat dan lemah, tekanan darah sistolik <70
mmHg(dewasa), dan <50 mmHg(pada anak),takipnea,
penurunan kesadaran, manifestasi perdarahan, tanda
dehidrasi, tanda anemia berat, ikterik, ronkhi pada paru,
hepatomegaly, splenomegaly, gagal ginjal dengan oliguria
hingga anuria, dan gangguan neurologis.
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
Puskesmas/lapangan/rumah sakit/laboratorium klinik untuk
menentukan.
a) Ada tidaknya parasite malaria (positif atau negative)
b) Spesies dan stadium plasmodium.
c) Kepadatan parasite.

27
b. Pemeriksaan dengan uji diagnostic cepat (Rapid Diagnostic
Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen
parasite malaria, dengan menggunakan metoda
imunokromatografi, yakni HRP-2 (histidine rich protein 2)
yang diproduksi tropozoit, skizon dan gametosit muda
P.Falciparum, dan Aldolase dan p-LDH (parasite lactate
dehydrogenase) yang diproduksi keempat plasmodium
aseksual dan seksual, Sebelum menggunakan RDT perlu
dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal kadaluarsanya.
Pemeriksaan dengan RDT tidak digunakan untuk
mengevaluasi pengobatan.
c. Pemeriksaan untuk malaria berat : darah perifer lengkap,
kimia darah, EKG, foto thoraks, analisis cairan
serebrospinalis, biakan darah dan uji serologi, dan
urinalisis.
Malaria Berat
Malaria berat adalah : ditemukannya Plasmodium
falciparum stadium aseksual dengan minimal satu dari manifestasi
klinis atau didapatkan temuan hasil laboratorium (WHO,2015) :
1. Perubahan kesadaran (GCS<11)
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
3. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
4. Distres pernapasan
5. Gagal Sirkulasi atau syok: pengisian kapiler >3 detik,
tekanan sistolik <80mmHg (pada Anak <70mmHg)
6. Jaundice (bilirubin >3mg/dL dan kepadatan parasite
>100.000)
7. Hemoglobinuria
8. Perdarahan spontan abnormal
9. Edema paru (radiologi,saturasi oksigen <92%)
Gambaran Laboratorium :

28
1. Hipoglikemi (gula darah <40%).
2. Asidosis metabolic (bikarbonat plasma <15mmol/L).
3. Anemia berat (Hb<5gr% untuk endemis tinggi, Hb<7gr%
untuk endemis sedang rendah), pada dewasa Hb<7% atau
hematokrit <15%.
4. Hiperparasitemia (parasite >2% eritrosit atau 100.000
parasit/µL didaerah endemis tinggi).
5. Hiperlaktemia (Asam laktat>5mmol/L).
6. Hemoglobinuria.
7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3mg%).

VII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan malaria tanpa komplikasi
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian
ACT. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan
mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan
pemberian ACT secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi
Artesunat dilanjutkan dengan ACT oral. Di samping itu diberikan
primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal.

A. PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI


1) Malaria falsiparum dan Malaria vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan
ACT ditambah primakuin.
Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks,
Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari
pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria
vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB. Primakuin
tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan. Pengobatan malaria
falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah
ini.

29
Tabel Dihidroartemisin + Piperakuin(DHP) + Primakuin 1.

Pengobatan Malaria falciparum menurut berat badan dengan DHP dan


Primakuin

Tabel 2. Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP


dan Primakuin

Catatan :
Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat
dapat berdasarkan kelompok umur.
a. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada
tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat
badan.

30
b. Apabila pasien P. f alcip a r u m dengan BB >80 kg datang kembali
dalam waktu 2 bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan Sediaan
Darah masih positif P. f a l c i p a r u m , maka diberikan DHP dengan
dosis ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari
2) Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan
dengan regimen ACT yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan
menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
3) Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP
ditambah dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian
obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.
4) Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P. m a l a r i a e cukup diberikan ACT 1 kali perhari
selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria
lainnya dan tidak diberikan primakuin
5) Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P.ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari
serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.

Tabel 3. Pengobatan infeksi campur P.falciparum P.vivax/P.ovale


dengan DHP + Primakuin

31
Catatan :
a. Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat
dapat berdasarkan kelompok umur.
b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada
tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat
badan.
c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan
ideal.
d. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.

B. PENGOBATAN MALARIA PADA IBU HAMIL


Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama
dengan pengobatan pada orang dewasa lainnya. Pada ibu hamil tidak
diberikan Primakuin.

Tabel 4. Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks pada ibu


hamil

B. PENGOBATAN MALARIA BERAT

Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit


(RS) atau puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga kurang
memadai, misalnya jika dibutuhkan fasilitas dialisis, maka penderita
32
harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap. Prognosis
malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis serta
pengobatan[ CITATION KEM17 \l 1033 ].

A. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non


Perawatan
Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien
malaria berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap. Sebelum dirujuk berikan artesunat intramuskular (dosis
2,4mg/kgbb)
B. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan
atau Rumah Sakit
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia
dapat diberikan kina drip.

Kemasan dan cara pemberian artesunat Artesunat parenteral


tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik
dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium bikarbonat 5%.
Keduanya dicampur untuk membuat 1 ml larutan sodium artesunat.
Kemudian diencerkan dengan Dextrose 5% atau NaCL 0,9%
sebanyak 5 ml sehingga didapat konsentrasi 60 mg/6ml (10 mg/ml).
Obat diberikan secara bolus perlahan-lahan. Artesunat diberikan
dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24.
Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari
sampai penderita mampu minum obat.

Contoh perhitungan dosis :


Penderita dengan BB = 50 kg.
Dosis yang diperlukan : 2,4 mg x 50 = 120 mg
Penderita tersebut membutuhkan 2 vial artesunat perkali pemberian.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan
dengan regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) + primakuin (sesuai
dengan jenis plasmodiumnya).

33
Kemasan dan cara pemberian kina drip
Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat.
Obat ini diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat
intramuskular/intravena. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina
dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi 500 mg / 2 ml. Pemberian kina
pada dewasa :
1) Loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml (hati-
hati overload cairan) dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4
jam pertama.
2) 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
3) 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgbb
dalam larutan 500 ml (hati-hati overload cairan) dekstrose 5 % atau
NaCl.
4) 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl
0,9%.
5) Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti di atas sampai
penderita dapat minum kina per-oral
6) Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan
kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali diberikan tiap 8
jam. Kina oral diberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada
orang dewasa atau klindamisin pada ibu hamil. Dosis total kina
selama 7 hari dihitung sejak pemberian kina perinfus yang pertama.

Pemberian kina pada anak : Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10


mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6 - 8 mg/kg bb) diencerkan dengan
Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 % sebanyak 5 - 10 cc/kgbb diberikan
selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat minum
obat.

Catatan :
1) Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik
bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.

34
2) Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.

C. Pengobatan malaria berat pada ibu hamil


Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil dilakukan dengan
memberikan artesunat injeksi atau kina HCl drip intravena.

PEMANTAUAN PENGOBATAN

A. Rawat Jalan
Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan pada hari ke 3,
7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara
mikroskopis. Apabila terdapat perburukan gejala klinis selama masa
pengobatan dan evaluasi, penderita segera dianjurkan datang kembali
tanpa menunggu jadwal tersebut di atas.
B. Rawat Inap
Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari
dengan pemeriksaan klinis dan darah malaria hingga klinis membaik dan
hasil mikroskopis negatif. Evaluasi pengobatan dilanjutkan pada hari ke 7,
14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara
mikroskopis.

VIII. PROGNOSIS
Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa
dan ketepatan & kecepatan pengobatan. Pada malaria berat yang
tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak
15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan meningkat sampai 50 %.
Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih
baik daripada kegagalan 2 fungsi organ. Mortalitas dengan
kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50 %. Mortalitas dengan
kegagalan 4 atau lebih fungsi organ, adalah > 75 %. Adanya korelasi
antara kepadatan parasit dengan klinis malaria berat yaitu :
[ CITATION Nug00 \l 1033 ]
1. Kepadatan parasite <100.000, maka mortalitas <1%

35
2. Kepadatan parasite >100.000, maka mortalitas >1%
3. Kepadatan parasite >100.000, maka mortalitas >5%

IX. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan
kewaspadaan terhadap resiko malaria, mencegah gigitan nyamuk,
pengendalian vector dan kemoprofilaksis. Pencegahan vector dan
kemoprofilaksis. Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan
menggunakan kelambu berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk,
dan lain-lain.
Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin
dengan dosis 100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari sebelum
berpergian, selama berada di daerah endemis didaerah terebut sampai 4
minggu, dan setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil
dan anak-anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih
dari 6 bulan[ CITATION Har09 \l 1033 ].

36
BAB 4
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien Tn. R umur 39


tahun datang ke IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada tanggal 27
November 2019 dengan keluhan Demam sudah 5 hari. Diagnosis pasien ini adalah
Malaria Vivax. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan hasil dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
4.1 Anamnesis
Teori Kasus
Anamnesis Keluhan, dan Riwayat Penyakit Pasien datang ke IGD Rumah Sakit
dahulu, dan Kebiasaan Pasien Malaria Abdul Wahab Sjahranie mengeluhkan
Vivax: demam, demam yang dirasakan sudah
- Nyeri kepala berlangsung selama 5 hari, demam yang
- Lemah dirasakan berlangsung sepanjang hari,
- Kelelahan namun mulai dirasa meningkat pada saat
- Rasa tidak enak pada perut sore sampai malam hari, selain merasa
- Serta nyeri sendi dan otot demam pasien juga merasa demamnya
- Demam diikuti juga dengan menggigil, pasien juga
- Menggigil merasakan nyeri di ulu hatinya, diikuti
- Berkeringat mual-muntah, dan seluruh tubuh rasanya
- Anoreksia pegal-pegal.
- Mual-Muntah Sebelum dibawa ke IGD Rumah
- Malaise yang semakin memburuk Sakit Abdul Wahab Sjahranie, tepatnya 5
- Riwayat sakit malaria dan riwayat minum hari sebelum pasien MRS AWS pasien
obat malaria. dibawa ke Rumah Sakit SMC dengan
- Riwayat berkunjung ke daerah endemis keluhan yang sama namun hanya didiagnosa
malaria. penyakit lambung, kemudian pasien
- Riwayat tinggal di daerah endemis malaria. dipulangkan dan diberi obat penurun asam
lambung saja, 3 hari setelah berobat di RS

37
SMC, pasien merasakan demam dan
menggigilnya sudah mulai turun, namun
pasien mengalami mual-muntah, mual yang
dirasakan sepanjang hari, untuk muntahnya
bisa sebanyak 4-5x dalam sehari, yang
dimuntahkan berupa makanan yang
dikonsumsi pasien namun lebih banyak
cairan yang keluar, muntahnya mengalir
saja, dan tidak ada kekuningan maupun
darah yang yang ikut keluar, pasien juga
mengeluhkan terdapat nyeri pada ulu hati,
pasien juga merasakan sakit diseluruh
bagian kepala, dan seluruh tubuh rasanya
pegal-pegal, untuk menanganinya pasien
meminum obat parasetamol dan meminum
obat maag.
Kemudian 3 hari setelahnya karena
pasien merasa belum ada perubahan gejala,
masih demam, menggigil, dan nyeri di ulu
hati, muntah-muntah yang semakin hebat,
dan masih merasa pegal di seluruh tubuh,
pasien dibawa ke Puskesmas Lempake
untuk periksa darah lengkap, kemudian
setelah keluar hasilnya, pada sore hari
pasien dirujuk ke Rumah Sakit Abdul
Wahab Sjahranie. Seminggu sebelum MRS
RS AWS pasien ada riwayat berkunjung ke
hutan di pedalaman sotek Penajam Paser
Utara untuk kepentingan penyuluhan
rehabilitasi hutan.
Pasien pernah mengalami keluhan
serupa sebelumnya, pada tahun 2004 pernah

38
ada riwayat sakit malaria. Tidak ada riwayat
DM, hipertensi, penyakit jantung, dan alergi
pada pasien, ada riwayat sakit maag.

4.2 Pemeriksaan Fisik


Teori Kasus
Pemeriksaan Fisis pada Pasien Malaria KU: Sakit sedang
Vivax: Kesadaran CM, GCS E4V5M6,
a. Suhu tubuh aksiler ≥37,5°C TTV
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat TD : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/mnt
c. Sklera ikterik Napas : 20x/mnt T : 36,7°C
d. Pembesaran limpa (Splenomegali) Saturasi oksigen : 98%
e. Pembesaran hati (Hepatomegali) Kepala/leher
Kulit muka : terlihat pucat
Konjungtiva : anemis (+/+)
Sclera : ikterus (-/-)
Mulut : gusi berdarah (+/+)
PBI 3 mm, RC (+/+)
Thorax  Pulmo : dbn, Cor: dbn
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk cembung, kulit normal,
Auskultasi : BU (+) kesan normal
Perkusi: Timpani, asites (-)
Palpasi : Soefl (+), nyeri tekan (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-) , defans
muscular (-),
Ekstremitas :
Superior
Ekstremitas hangat, Edema (-/-), palmar
pucat (+/+) Kekuatan otot : Kanan = Kiri
(5=5)
Inferior
Ekstremitas hangat, Edema (-/-), Kekuatan

39
otot : Kanan = Kiri (5=5)

4.3 Pemeriksaan Penunjang


Teori Kasus
Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan Laboratorium darah
1. Pemeriksaan dengan mikroskop Hb : 14,6 g/dL (N : 14,0 – 18,0 g/dL)
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal Ht : 41,9 % (N : 37,0 – 54,0 %)
dan tipis di Puskesmas/lapangan/rumah Leu : 5.580 /µL (N : 4.800 – 10.800 /µL)
sakit/laboratorium klinik untuk PLT : 67.000 /μL (N : 150.000 –
menentukan. 450.000 /µL)
a) Ada tidaknya parasite malaria LED : 124 mm/jam (N : < 10 mm/jam)
(positif atau negative) Basofil % : 0.0 % (N : 0 – 1 %)
b) Spesies dan stadium Limfosit % : 33 % (N : 19 – 48 %)
plasmodium. Monosit % : 9% (N : 3 – 9 %)
c) Kepadatan parasite.
2. Pemeriksaan dengan uji diagnostic Pemeriksaan Kimia Klinik
cepat (Rapid Diagnostic Test). SGOT : 33mg/dL (N: <40U/L)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan SGPT : 24mg/dL (N:<41U/L)
deteksi antigen parasite malaria,
dengan menggunakan metoda Pemeriksaan Hematologi
imunokromatografi. Sebelum Malaria (+) Plasmodium Vivax (N:Negatif)
menggunakan RDT perlu dibaca Parasite Count 2950
petunjuk penggunaan dan tanggal
kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan
RDT tidak digunakan untuk
mengevaluasi pengobatan.

40
4.4 Penatalaksanaan
Teori Kasus
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini - IVFD RL 20 tpm
menggunakan ACT ditambah primakuin. - Paracetamol 3x500mg P.O
Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan - Domperidon 3x1 P.O
malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum - Inj Omeprazole 1x40g/iv
hanya diberikan pada hari pertama saja dengan - Imboost Forte 2x1
dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks - DHP Frimal 1x4 selama 3
selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB. hari P.O
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 - Primaquin 1x1 selama 14
bulan. Pengobatan malaria falsiparum dan malaria hari P.O

vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:


Dihidroartemisin-Piperakuin(DHP) + Primakuin

Dengan berat pasien ≥60kg, dengan usia ≥15tahun,


penggunaan DHP sebanyak 4 dan diminum
sebanyak 1-3 hari, Dengan berat pasien ≥60kg,
dengan usia ≥15tahun, penggunaan Primakuin
sebanyak 1 dan diminum 1-14 hari.

41
BAB 5
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Pasien Tn. R, berusia 39 tahun, datang dengan keluhan Demam sejak 5
hari SMRS. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang ditegakkan diagnosis pada pasien ini adalah Malaria Vivax.
Tatalaksana yang diperoleh pasien adalah IVFD RL, Paracetamol, Domperidon,
Omeprazole, Imboost forte, DHP Frimal, Primaquin
Secara umum, penegakan diagnosis, alur penatalaksanaan sudah sesuai
dengan literatur yang ada.

5.2 Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari laporan kasus ini, baik dari
segi diskusi, penulisan dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari dosen-dosen yang mengajar, dari rekan-rekan sesama dokter muda dan
dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.

42
DAFTAR PUTAKA

1. Griffith KS, L. L. (2007). a systemic review. Treatment of malaria in the


United States, 297 (20): 2264 – 77.

2. Harijanto P, N. A. (2009). In Malaria Dari Molekuler ke Klinis. 2nd ed.


(pp. 1-250). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

3. Harijanto PN, N. A. (2009). Malaria Dari Molekuler ke Klinis. 2nd ed.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. KEMENKES RI. (2017). Buku Saku Pengendalian Kasus Malaria.


Jakarta: Subdit Malaria Direktorat P2PTVZ.

5. Leslie T, M. M. (2007). a randomized controlled trial. Sulfadoxine-


Pyrimethamine, Chlorpraguanil-Dapson, or Chloroquine for the
treatment of plasmodium vivax malaria in Afganistan and Pakistan, (20)
2201- 9.

6. Millet JP, O. P. (2008). Imported malaria in a cosmopolitan European city:


a mirror image of the world epidemiological situation. . Malaria Journal ,
7 (56): 1-9.

7. Nugroho A, T. W. (2000). In S. H. Malaria, Malaria, Epidemiologi,


Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan (pp. Hal: 38-52). Jakarta:
EGC.

8. Rodrigues MHC, C. M. (2003). Serological detection of Plasmodium


vivax malaria using recombinant proteins corresponding to the 19-kDA C-
terminal region of the merozoite surface protein-I. Malaria Journal.

9. Tjokroprawiro, A. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:


Airlangga University Press.

10. Umar N. . (1994). Gambaran penyakit malaria di bagian anak Rumah


Sakit Umum Langsa Aceh Timur. . Aceh Timur: Cermin dunia kedokteran

11. WHO. (2010). Parasitological confirmation of malaria diagnosis.

12. WHO. (2015). Guidelines fot the treatment of malaria.

13. Zulkarnain I. (2006). Malaria Berat dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

43
44

Anda mungkin juga menyukai