Anda di halaman 1dari 17

MALARIA

Kelompok 1 :

Anggraini E Ilat Angga Mawuntu


Cresendaa E Gaghana Aneke Mamarodia
Febryanto Tuahunse Gebby Mantik
Josua Londok Andrianto
Gabriela Ronsul Stevie Watuna
Gladys Rokot Citra Lengkong

Jurusan Analis Kesehatan

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan kemurahan-
Nya sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas mengenai
penyakit malaria ini dengan baik dan tepat waktu.
Juga kami mengucapkan terima kasih banyak bagi semua pihak yang telah
mendukung dan membantu saya dalam pengerjaan tugas ini. Saya berharap dengan
adanya tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Dengan mengkaji
informasi yang telah disampaikan semoga dapat memberi dampak yang baik dimana
dapat meningkatkan pengetahuan bagi kita semua.
Tulisan ini tentu tidak sempurna dan masih banyak kekurangan,maka dari itu
kami selaku penulis mengharapkan kritikan maupun saran yang bersifat membangun
dan dapat dijadikan pedoman dalam pengerjaan tugas-tugas selanjutnya.

Manado, Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………….i
Daftar Isi....................................................................................................ii
Latar Belakang………………………………………………………..…1
ISI. ………………………………………………………………………..2
A. Definisi Malaria. ……………………………...………………………2
B. Etiologi Malaria. ……………………………………………………...
C. Epidemiologi Malaria............................................................................
D. Siklus Hidup Parasit Malaria...............................................................
E. Patofisiologi Malaria………………………………………………….
F. Pemeriksaan Laboratorium………………………………………4
Kesimpulan………………………………………………………………6
Daftar Pustaka…………………………………………………………..7

ii
LATAR BELAKANG PENYAKIT MALARIA

Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus plasmodium yang


ditularkan melalui gigitaa nyamuk anopheles betina yang terinfeksi.Gejala umumnya
muncul satu sampai 2 minggu setelah tergigit nyamuk anopheles berupa demam ringan
yang hilang timbul,sakit bkepala,sakit otot dan menggigil bersamaan dengan perasaan
tidak enak badan (malaise).Parasit malaria dapat ditularkan melalui tranfusi
darah,penggunaan jarum suntik bersama,ibu Hamil kepada janinnya dan transplatasi
organ(WHO,2016;CDC,2016;NIAID,2007).

Pada tahun 2013, terdapat 104 negara yang merupakan daerah endemik malaria
dimana terdapat 3,4milyar jiwa termasuk kategori resiko tinggi malaria
.Diperkirakanterdapat 207 kasus malaria terjadi diberbagai belahan dunia denga 627
ribu kematian.Penyebaran malaria tersebar luas di berbagai negara beberapa diantaranya
adalah afrika,asia selatan,asia tenggara,oceania,amerika tengah,haiti,republik
dominika,Brazil,serta negara amerika latin lainnya.

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, prevalensi


malaria diindonesia pada tahun 2013 adalah 6,0% .Terdapat 5 provinsi yang mempunyai
insidensi dan prevalensi tertinggi yaitu Papua,Nusa tenggara timur,Papua barat,
Sulawesi tengah dan Maluku. Beberapa provinsi diwilayah Kalimantan, Sulawesi,
Sumatra merupakan provinsi dengan kategori sedang sementara provinsi di Jawa dan
Bali masuk dalam kategori rendah. Parasit malaria dapat bertahan hidup paling sedikit
satu minggu pada komponen komponen darah yang disimpan pada suhu kamar atau
pada suhu duahingga enam derajat celcius .Transmisi malaria terutama terjadi pada
produk darah donor tunggal seperti konsentrat sel darah merah, trombosit, leukosit,
sementara dari kriopresipitat dan fresh frozen plasma(ffp)jarang terjadi.

Kasus malaria melalui transfusi darah terutama akibat plasmodium falciparum


dapat mengakibatkan kejadian sangat fatal apabila tidak ditangani dalam 24 jam setelah
onset gejala muncul karena menimbulkan malaria berat.
(WHO,2015;HARIJANTO,2000)

World health organization merekomendasikan bahwa setiap darah donor harus


melalui screening berbagai macam penyakit infeksi yakni, HIV, Hepatitis B, Hepatitis
C, dan syphilis. Pada penyakit akibat infeksi lain, seperti chagas disease dan malaria
berdasarkan epidemiologi lokal.
ISI
A. Definisi Malaria
Malaria adalah penyakit menular akibat infeksi parasit plasmodium yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria yang bernama Anopheles. Nyamuk
Anopheles penyebab penyakit malaria ini banyak terdapat pada daerah dengan iklim
sedang khususnya di benua Afrika dan India. Termasuk juga di Indonesia.

Parasit plasmodium yang ditularkan nyamuk ini menyerang sel darah merah.
Sampai saat ini ada empat jenis plasmodium yang mampu menginfeksi manusia yaitu
plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan plasmodium
falciparum. Plasmodium falciparum merupakan yang paling berbahaya dan dapat
mengancam nyawa.

Adapun jenis-jenis penyakit malaria, yaitu:

1. Malaria Tertiana

Malaria tertiana adalah jenis malaria yang pertama untuk dibahas kali ini dan ini
merupakan jenis malaria yang juga disebut dengan malaria vivax. Penyebab utama dari
penyakit malaria ini adalah Plasmodium vivax. Justru jenis malaria inilah yang
tergolong paling umum terjadi dan sudah banyak kasus di mana orang-orang menderita
jenis penyakit malaria satu ini.

Nama tertiana ini diketahui berdasar pada fakta pada timbulnya gejala demam di
mana demam ini cukup tidak biasa, yakni terjadi 48 jam sekali. Istilah tertiana sendiri
adalah sebuah istilah yang diambil dari Roma. Makna yang ada dari tertiana tersebut
adalah hari kejadian pada hari pertama, sementara 48 jam setelahnya merupakan hari
ketiga..

Gejala
Pada malaria tertiana ini, gejala awal adalah menggigil di mana itu artinya tubuh
penderita merasa kedinginan dan akhirnya berkeringat. Karena sebelumnya disebutkan
ada demam setiap 48 jam, maka itu artinya demam bisa timbul dan hilang.

Dalam waktu 1 minggu, serangan hilang dan timbul tersebut akan membentuk pola
yang begitu khas. Penderita dipastikan tak akan merasa nyaman dengan tubuhnya dan
hal ini seperti sedang masuk angin. Tidak enak badan dan sakit kepala adalah kondisi
yang umum terjadi disertai terus menggigil.

Demam pada penderita hanya berlangsung sekitar antara 1-8 jam dan sesudah
mereda, penderita pun akan merasa sehat hingga akhirnya menggigil berikutnya.
Serangan selanjutnya pada malaria vivax akan terjadi setiap 48 jam seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya.

2. Malaria Quartana
Plasmodium malariae adalah penyebab utama yang diketahui memicu timbulnya
malaria quartana ini. Jenis malaria ini berbeda dari tertiana; bila jenis tertiana memiliki
serangan setiap 48 jam, maka jenis malaria quartana justru terjadi setiap 72 jam. Hal ini
sudah sedari zaman Yunani dan pada zaman dulu agak sulit menemukan perbedaan
quartana ini dengan tertiana.

Penyebab
Selain dari parasit tersebut ada pula serangkaian penyebab lain yang bisa diketahui
dapat menyebabkan malaria quartana ini, seperti:

 Nyamuk Anopheles Betina

Gigitan nyamuk jenis ini merupakan penyebab dari timbulnya malaria quartana.
Gigitan dari nyamuk ini bisa langsung menginfeksi darah penderita dan ketika darah
terkena infeksi, akhirnya infeksi pun menjadi mudah menyebar ke seluruh tubuh.

Dalam hitungan hari, penderita bakal merasakan gejala yang diakibatkan oleh gigitan
nyamuk tersebut. Nyamuk pemicu quartana diketahui memiliki tempat
perkembangbiakkan khusus seperti di tempat berawa yang artinya nyamuk ini ada di
genangan-genangan air. Jadi, orang-orang yang area tempat tinggalnya ada di sekitar
rawa jelas memiliki risiko yang jauh lebih tinggi.

 Transfusi Darah

Selain dari nyamuk anopheles, transfusi darah juga bisa menjadi penyebab seseorang
terjangkit penyakit malaria quartana. Ketika seseorang yang sehat memperoleh transfusi
darah dari orang yang mengidap quartana, maka otomatis penularan bisa dengan mudah
terjadi dan ini akan cepat menyebar.

Itulah mengapa orang-orang yang hendak mendonorkan darah atau menransfusi


darah kepada orang lain, perlu untuk mengecek kesehatan. Lebih baik melakukan
transfusi darah dalam kondisi tubuh yang sehat dan darah yang hendak ditransfusikan
pun perlu dalam kondisi yang bebas dari penyakit apapun, tak terkecuali dari penyakit
malaria quartana yang berbahaya ini.

Gejala
Setelah melihat apa saja kemungkinan penyebab dari malaria jenis quartana, ada
sejumlah gejala dari malaria quartana yang perlu untuk Anda waspadai seperti halnya:

 Berkeringat dingin. Sama seperti pada kasus tertiana, malaria jenis ini juga
memicu keringat dingin pada penderitanya. Hal ini akan membuat penderita juga
menggigil. Keringat dingin biasanya timbul ketika penderita mengalami demam.
 Demam. Pada kasus quartana, rupanya penderita juga mengalami demam di
mana juga ditambah dengan keringat dingin dan tubuh yang terus-terusan menggigil.
Demam ini biasanya bakal muncul sesudah 4 hari sejak digigit oleh nyamuk.
 Sakit kepala. Pada jenis malaria ini, penderita juga akan mengalami sakit
kepala hebat yang terjadi pada saat mengalami demam. Pada umumnya, sakit kepala
serta demam dialami oleh orang-orang dengan tingkat infeksi lebih tinggi.
 Hilang kesadaran. Kehilangan kesadaran juga terjadi pada penderita dari
malaria quartana ini dan hal ini berpotensi terjadi ketika penyakit sudah tergolong
serius. Waspadai malaria jenis ini karena jika sudah sangat parah, bukan lagi pingsan
yang dialami, karena penderita mampu mengalami koma di mana akibatnya adalah
kematian.

3. Malaria Tropika

Jenis malaria ini termasuk yang berat karena gejala yang terjadi pada penderitanya
memang lebih serius. Jenis penyakit satu ini penyebabnya diketahui adalah
parasit Plasmodium falcifarum..

Penyebab
Malaria jenis tropika ini merupakan malaria yang dianggap paling mengerikan dan
paling banyak membawa kematian. Penyebabnya adalah parasit Plasmodium
falciparum seperti yang sudah disebutkan sebelumnya dan parasit ini pada dasarnya
ditularkan lewat nyamuk Anopheles melalui gigitannya seperti biasa.

Gejala

 Anemia
 Demam setiap 24-48 jam.r
 Parasitemia

Malaria tropika ini dapat melakukan serangan pada semua bentuk eritrosit dengan
masa inkubasi antara 9-14 hari lamanya. Bahkan dalam masa munculnya gejala,
penderita juga bakal berpotensi mengalami komplikasi yang sering. Karena jenis parasit
yang menyebabkan malaria tropika memang memengaruhi tubuh sehingga terjadi
banyak komplikasi dengan proses yang ganas.

Disebut ganas karena memang komplikasi gejala yang berlangsung bisa dengan
mudah resisten terhadap pengobatan. Gejala tersebut jelas dapat terjadi akibat adanya
penularan dari orang yang sudah terkena infeksi dan kemudian menyebarkannya ke
orang yang sehat. Gigitan nyamuk adalah sarananya dan sebelum menjadi terlalu serius
dan mengakibatkan kematian, pengobatan harus dilakukan secara tepat.

4. Malaria Ovale

Malaria jenis ini juga disebut dengan istilah malaria pernisiosa di mana memang
infeksi terjadi akibat serangan parasit Plasmodium ovale.Sama seperti rata-rata jenis
malaria lainnya, jenis malaria ini penyebarannya ada di wilayah tropis.
B. Etiologi Malaria
Etiologi malaria melibatkan 5 spesies plasmodium, disebarkan oleh vektor
nyamuk dari kebanyakan host manusia.
1. Agen
Plasmodium penyebab malaria terdiri dari 5 spesies berikut:

1) Plasmodium falciparum
2) plasmodium vivax
3) Plasmodium ovale
4) Plasmodium malariae
5) Plasmodium knowlesi: parasit malaria pada monyet yang telah
dilaporkan mampu menginfeksi manusia dan menyebabkan kematian di
Asia Tenggara

2. Vektor

Terdapat sekitar 430 Anopheles sp tetapi hanya 30-40 spesies merupakan vektor


penularan malaria. Nyamuk-nyamuk malaria tersebut menggigit sejak waktu matahari
terbenam hingga waktu matahari terbit. Hanya nyamuk malaria betina yang mampu
menularkan penyakit ini pada manusia. Nyamuk yang paling sering menggigit manusia,
secara berurutan adalah spesies Anopheles sundaicus, Anopheles gambiae, Anopheles
freeborni, Anopheles dirus.

3. Inang (Host)

Host malaria adalah terutama manusia tetapi hewan peliharaan dan ternak seperti
babi, sapi, dan anjing juga dapat menjadi host malaria. Plasmodium knowlesi memiliki
host spesifik monyet dan di Indonesia terdapat di Kalimantan. Walau demikian, terdapat
penyebaran dari monyet ke manusia sehingga menyebabkan kematian.

4. Faktor Risiko
Faktor risiko terkena malaria adalah sebagai berikut:

 Bayi
 Anak-anak di bawah usia 5 tahun
 Wanita hamil
 Penderita HIV/AIDS
 Seseorang yang bermigrasi ke daerah endemik malaria dan tidak memiliki
kekebalan tubuh atau mendapat profilaksis malaria
 Mobilisasi penduduk
 Para pelancong
 Transmisi parasit malaria melalui:
 Transfusi darah
 Transplantasi organ

C. Epidemiologi Malaria

Malaria secara epidemiologi adalah penyakit endemik di daerah tropis dunia. Di


Indonesia, malaria terutama ditemukan di daerah Indonesia timur.

a) Global

Malaria terjadi terutama di daerah tropis, tergolong sebagai penyakit berbahaya


yang dapat menimbulkan kematian bila tidak tertangani baik.  

Malaria menjadi endemik di 97 negara-negara dunia, terutama di sub-Saharan


Afrika, Amerika Selatan dan Sentral, sebagian Karibia, Asia, Eropa Timur dan Pasifik
Selatan. Sekitar 214 juta kasus malaria terjadi secara global pada tahun 2015, kematian
terjadi pada 438.000 pengidap, yang terbanyak adalah anak-anak Afrika.  

Nyamuk Anopheles sp dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali Antartika.


Spesies Anopheles yang menularkan penyakit ini berbeda di tiap negara endemik,
bahkan berbeda-beda pada tiap daerah endemik di suatu negara. Hal ini kemungkinan
berhubungan dengan perbedaan preferensi habitat akuatik pada setiap spesies nyamuk
tersebut

b) Indonesia

Daerah malaria meliputi hampir lima provinsi, yaitu Nusa Tenggara Timur,
Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Sedangkan, di provinsi lainnya, risiko
malaria berada dalam beberapa daerah kabupaten kecuali di Jakarta, kota-kota besar,
perkotaan, dan daerah turisme.

Pada tahun 2015, angka kejadian malaria (annual parasite incidence) adalah
0,85 per 1000 populasi yang berisiko, dengan total 209.413 kasus positif malaria.

Telah dilaporkan resistensi Plasmodium vivax terhadap chloroquine. Infeksi


Plasmodium knowlesi pernah dilaporkan terjadi di Kalimantan.

D. Siklus Hidup Parasit Malaria

Parasit malaria yaitu, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium


ovale, dan Plasmodium malariae mengalami 2 siklus hidup yaitu aseksual yang terjadi
dalam tubuh manusia, dan seksual yang terjadi dalam tubuh nyamuk.
1. Siklus aseksual ( dalam tubuh manusia)

Pada tubuh manusia Parasit malaria ini terbagai menjadi dua stadium dilihat
dari tempat yang diinvasi oleh parasite malaria ini.

A. Stadium Hati (Exo-erytrocytic schizogony)


Stadium ini dimulai ketika nyamuk anopheles betina menggigit manusia
dan memasukkan sporozoit yang terdapat pada air liurnya kedalam darah
manusia sewaktu menghisap darah. Sporozoit yang dilepaskan biasanya kurang
dari 1000, dalam bebrapa menit kemudian (± ½-1 jam) sporozoit sudah sampai
dihati melalui pengikatan reseptor hepatosit untuk protein trombospondin dan
serum properdin yang terletak pada permukaan basoleteral hepatosit.
Pengikatan ini terjadi karena terdapat protein permukaan sporozit yang
mengandung suatu rana homolog terhadap rana pengikat dari trombospondin.
Sprozoit dapat ditangkap oleh sel Kupffer dan tinggal beberapa waktu
sebelum secara aktif meninggalkan sel tersebut daan mengivasi hepatosit. Jalan
lain, sporozit menginvasi sel kupffer dan masuk ke sel hati secara langsung.
Juga terdapat kemungkinan mengivasi hepatosit secara aktif melalui sel
endotel. Sebagian sprozit dihancurkan oleh fagosit. Twtapi banyak darinya
masuk sel parenkim hati, dimana mereka memperbanyak diri secara aseksual
(5-16 hari tergantung spesies), dapat sebanyak 30.000 merozoit bentuk haploid
darah. Disini mereka mengalami pembelahan berulang-ulang, menghasilkan
ribuan merozoit berinti satu dengan diameter 0,7 – 1,8 µ. Inti sel hati
terdorong, tetapi tidak ada reaksi peradangan pada jaringan hati atau
sekitarnya.
Dalam 40-48 jam parasite berdiameter 3 µ, terdiri dari suatu inti tunggal
dan sedikit sitoplasma dapat ditemukan dalan hepatosit. Tiga hari kemudian
setelah infeksi bentuk intraheptik ini dapat atau tidak berdeferensiasi ke dalam
bentuk skizon atau hipnozoit ( bentuk laten dari stadium jaringan), tergantung
pada spesies parasite malaria yang akan menyebabkan relaps atau tidak. Pada
infeksi yang disebabkan oleh P. falciparum dan P. malariae, skizon jaringan
semua pecah pada kira-kira waktu yang sama dan tidak menetap dalam hati.
Sedang P. vivax dan P. ovale mempunyai dua jenis eksoeritrosit, yaitu tipe
primer skizon berkembang dan pecahdalam 6-9 hari, dan tipe sekunder,
hipnozoit, yang tetap dorman dalam hati selama berminggu-minggu, berbulan-
bulan, atau mencapai lima tahun dalam sel hati sebelum mengembangkan dan
menghasilkan relaps infeksi eritrositik.
Setelah 5 sampai 16 hari sejak waktu infeksi, sel hati mengandung
sikizon jaringan pecah dan merozit akan dikeluarkan dari sel hati dan masuk ke
sirkulasi selanjutnya menginfeksi eritrosit.

B. Stadium Darah (Erytrocytic Schizogony)


Siklus di darah dimulai dengan keluarnya merozoit dari skizon matang
dihari kedalam sirkulasi. Parasit menginvasi eritrosit melalui empat tahap yaitu
: perlekatan merozoit dengan eritrosit, Perubahan bentuk mendadak eritrosit
terinfeksi, invanginasi membrane eritrosit dimana parasite melekat dan
selanjutnya pembentukkan kantong merozoit, dan terakhir penutupan kembali
membrane eritrosit disekeliling parasite. Proses menembus eritrosit dimulai
dengan merozoit berputar mengarahkan ujung apikalnya menghadap
membrane, kemudian badan rhoptri mengeluarkan suatu protein yaitu rhoptry-
associated protein yang akan melubangi membrane sel eritrosit. Proses ini juga
melibatkan pula beberapa enzim protease spesifik seperti endopeptidase,
chymotrypsin-like enzyme, proteasae inhibitors. Selanjutnya merozit masuk
melalui proses endositosis, kemudian dinding eritrosit akan menutup kembali.
Kesluruhan proses berlangsung 30 detik. Reseptor pada eritrosit untuk
perlekatan parasite dengan membran eritrosit berbeda-beda pada masing-
masing spesies; untuk P. vivax menggunakan antigen Duffy yaitu suatu
reseptor untuk kemokin pada permukaan eritrosit, sedangkan untyk P.
falciparum menggunakan glycophorin A.
Setelah masuk dalam eritrosit, merozoit bentuknya membulat dan semua
organelnya hilang. Parasit berada dalam vcakuola parasitophorous, dan tampak
berebentuk cincin. Paarsit terus tumbuh membesar dan bergerak secara
ameboid. Setelah 12-24 jam gerakkan lambat, vakuola menghilang dan tampak
pigmen hematin yang merupakan sisa penguraian Hb dari eritrosit pada
sitoplasma. Parasit kemudian berbentuk sebagai sel tunggal dinamakan
tropozit. Berikutnya terjadi pembelahan nucleus beberapa kali dan terus
berlangsung sampai parasite menjadi matur. Selanjutnya terjadi proses
skizogoni dan pembentukkan beberapa merozoit. Kesuluruhan siklus ini
disebut periodisitas skizogoni yang lamanya berbeda-beda pada masing-masing
spesies yaitu 48 jam untuk P. vivax, P. ovale, P. falciparum, dan 72 jam untuk
P. malariae. Di dalam eritrosit parasite mensintesis bermaxcam-macam asam
nukleat, protein, lipid, mitokondria, dan ribosom untuk membantuk merozoit
baru.
Perkembangan parasit didalam eritrosit menyebabkan perubahan-
perubahan pada eritrosit meliputi tiga hal utama yaitu: pembesaran, perubahan
warna menjadi lebih pucat. (decolorization), dan stipling ( timbulnya bintik-
bintik pada pewarnaan tertentu, missal titik-titik Schuffner, Maurier, cleft, titik-
titik Zieman); perubahan-perubahan ini diduga akibat transport protein-protein
malaria melalui membrane eritrosit menuju permukaan eritrosit, dan ini khas
untuk masing-masing spesies plasmodium.
Setelah pembentukkan merozoit selesai, eritrosit akan ruptur dan
melepaskan merozoit ke dalam plasma dan selanjutnya akan menyerang
eritrosit lain dan memulai proses baru.

Tabel periode pada siklus eksoeritrositer dan eritrositer dari spesies


plasmodium manusia

Spesies
P. vivax P. ovale P. malariae P.
falciparum
Stadium 6-8 hari 9 hari 14-16 hari 5-7 hari
preeritrositik
Periode 11-13 hari 10-14 hari 15-16 hari 9-10 hari
prepaten
Periode 12-17 hari; 16-18 hari, 18-40 hari, 9-14 hari
inkubasi 6-12 bulan dapat lebih dapat lebih
lama lama
Stadium 48 jam 50 jam 72 jam 48 jam
eritrositer

Selain berjalan melalui siklus skizogoni eritrositik, merozoit tertentu


berdeferensiasi ke dalam bentuk seksual atau gamet yaitu gametosit dalam
waktu 2-10 hari tergantung spesies. Ada dua jenis gametosis yaitu
makrogametosit(betina), dan mikrogametosit (jantan). Faktor-faktor yang
menentukkan jenis kelamin ini belum diketahui; prnrlitian pada plasmodium
binatang menunjukkan bahwa mungkin jenis kelamin sudah ditentukkan pada
masa merozoit sebelum skizon matur pecah, jadi ada skizon yang didalamnya
hanya mengandung merozoit betina, da nada skizon yang mengandung
campuran gametosit betina dan jantan. Rasio gamet jantan bervariasi umumnya
betina lebih banyak denhan perbandingan 5-10 : 1> Umumnya bentuk seksual
baru ditemukan setelah 2 siklus skizogoni, kecuali P. falciparum yang
memerlukan waktu 8-10 hari.
Selanjutnya, gametosit akan berkembang terutama di malam hari, hal ini
untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan nyamuk anopheles yang menggigit/
makan pada malam hari. Masa hidup gametosit matur untuk P. vivax kurang
dari 2-3 hari, untuk P. falciparum dapat sampai berminggu-minggu dengan
waktu paruh 2-3 hari. Meskipun demikian ada yang melaporkan bahwa masa
hidup gametosit hanya satu hari saja. Gametosit akan tertelan bersama darah
yang dihisap nyamuk dan menggigit penderita, selanutnya dimulai siklus
sporogoni pada nyamuk.

2. Siklus Seksual / sporogoni (Pada nyamuk)


Setelah darah masuk ke usus nyamuk, maka protein eritrosit akan dicerna
pertama oleh enzim tripsin, kemudian oleh enzim aminopeptidase d an selanjutnya
karboksipepttidase. Gametosit matang dalam darah penderita yang terhisap oleh
nyamuk pada saat meminum darah akan segera keluar dari eritrosit, selanjutnya
mengalami proses pematangan didalam usus nyamuk untuk menjadi gamet
(gametogenesis).
Makrogametosit segera membentuk makrogamet. Sedangkan pembentukkan
mikrogamet mencapai puncaknya 25 menit setelah nyamuk menghisap darah,
dimulai dengan pembelahan inti sel mikrogametosit menjadi 8, dilanjutkan dengan
pengelompokkan keelapan aksonema (filament seperti cambuk) didalam sitpoplasma
yang masing-masing panjangnya 22 µm hingga terbentuklah mikrogamet berflagella
(proses pematangan ini disebut eksflagellasi) dengan panjang 20 µm dan aktif
bergerak.
Selanjutnya dalam beberapa menit mikrogamet akan membuahi makrogamet,
kedua inti sel bersatu/berfusi untuk menghasilkan fertilisasi yang umumnya terjadi
dalam 3 jam setelah nyamuk menghisap darah. Setelah fertilisasi terbentuk zigot
diploid, dan selanjutnya memanjang dan mengalami proses meiosis 2 tahap selama 5
jam menghasilkan sel tunggal dengan nucleus yang mengandung 4 genom haploid.
Selanjutnya dalam 18-24 jam terbentuk ookinet matang yang motil dari masing-
masing zigot. Ookine t matang harus menembus matriks peritropik chitinous sebelum
menembus eptel usus, proses ini membutuhkan enzim prochitinase yang dihasilkan
oleh ookinet dan diaktifkan oleh enzim tripsin dari nyamuk untuk menjadi chitinase
aktif. Ookinet berpindah dari dinding usus tengah (midgut) nyamuk, menembus
epiteldan sampai dipermukaan luar usus. Kurang lebih hanya 1 dari 50 ookinet yang
berhasil menembus dinding usus, dan kemudian ookinet berada di lamina basilis
merupakan lapisan matriuks ekstraselular yang memisahkan homosel dari usus. Ada
hubungan erat antara lamina basalis dengan ookinet, dimana komponen dari lamina
basalis merupakan pencetus pembentukkan oosit. Di lamina basalis ini beberapa hari
terjadi pematangan ookinet untuk menjedi oosit.
Sesudah beberapa kali mengalami mitosis, oosit mengandung sampai 10.000
sporozoit motil. Proses ini terutama membutuhkan gen-gen yang menghasilkan
sirkumsporozoit protein yaitu protein utama permukaan sel sporozoit. Sporozoit yang
berada dalam oosit/ookista daya nfeksinya bagi vertebrata rendah. Selanjutnya
oosit/ookista akan rupur dan melepaskan sporozoit ke dalam sirkulasi nyamuk, dan
bergerak menuju kelenjar ludah nyamuk. Di kelenjar ludah sporozoit akan menempel
pada suatu glikoprotein di lamina basilis yang mengelilingi kelenjar ludah, dan kelak
akan dilepaskan kedalam darah manusia sewaktu nyamuk menghisap darah manusia.
Sporozoit didalam kelenjar ludah sangat infeksius bagi vertebrata, kemampuan
menginfeksi manusia mencapai puncaknya kira-kira 1 hari sporozoit berda di
kelenjar ludah dan selanjutnya makin lama semakin menurun daya infeksiusnya.
Sporozoit kemudian ditulari oleh nyamuk anopheles betinda dengan cara
menggigit manusia. Hanya nyamuk betina yang bisa menginfeksi parasite malaria
pada manusia, karena pada nyamuk betina bagian mulut memanjang ke depan
membentuk probiosis, dan struktur mulut dapat berkembang baik sehingga
membantu untuk menghisap darah dan melukai kulit hospesnya, sedangkan nyamuk
jantan probosis hanya berfungsi untuk menhsap bahan-bahan cair seperti cairan dari
tumbuh-tumbuhan, buah-buahan serta keringat.

E. Patofisiologi Malaria
Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Demam
mulai timbul bersamaan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan macam-macam
antigen. Antigen ini akan merangsang makrofag, monosit atau limfosit yang
mengeluarkan berbagai macam sitokin, diantaranya Tumor Necrosis Factor (TNF). TNF
akan dibawa aliran darah ke hipothalamus, yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh
manusia. Sebagai akibat demam terjadi vasodilasi perifer yang mungkin disebabkan
oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasit.
Limpa merupakan organ retikuloendotelial. Pembesaran limpa disebabkan oleh
terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit, teraktifasinya sistem
retikuloendotelial untuk memfagositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrsit
akibat hemolisis.
Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan fagositosis oleh sistem
retikuloendotetial. Hebatnya hemolisis tergantung pada jenis plasmodium dan status
imunitas penjamu. Anemia juga disebabkan oleh hemolisis autoimun, sekuentrasi oleh
limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yang normal dan gangguan eritropoisis.
Hiperglikemi dan hiperbilirubinemia sering terjadi. Hemoglobinuria dan
Hemoglobinemia dijumpai bila hemolisis berat. Kelainan patologik pembuluh darah
kapiler pada malaria tropika, disebabkan kartena sel darah merah terinfeksi menjadi
kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga melekat pada
endotel kapiler karena terdapat penonjolan membran eritrosit. Setelah terjadi
penumpukan sel dan bahan-bahan pecahan sel maka aliran kapiler terhambat dan timbul
hipoksia jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan dapat terjadi perembesan
cairan bukan perdarahan kejaringan sekitarnya dan dapat menimbulkan malaria
cerebral, edema paru, gagal ginjal dan malobsorsi usus.
E. Pemeriksaan Laboratorium

Untuk menegakkan diagnosis malaria dapat dilakukan beberapa pemeriksaan,


antara lain:

1.Pemeriksaan mikroskopis :

 Darah
Terdapat dua sediaan untuk pemeriksaan mikroskopis darah, yaitu
sediaan darah hapus tebal dan sediaan darah hapus tipis. Pada
pemeriksaan ini bisa melihat jenis plasmodium dan stadium-stadiumnya. Pemeriksaan
ini banyak dan sering dilakukan karena dapat dilakukan puskesmas, lapangan maupun
rumah sakit.
Untuk melihat kepadatan parasit, ada dua metode yang digunakan yaitu semi-
kuantitatif dan kuantitatif. Metode yang biasa digunakan adalah metode semi-kuantitatif
dengan rincian sebagai berikut :
(-) : SDr negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++++): SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

Sedangkan untuk metode kuantitatif, pada SDr tebal menghitung


jumlah parasit/200 leukosit dan SDr tipis penghitungannya adalah jumlah parasit/1000
eritrosit.

 Pulasan Intradermal ( Intradermal Smears )


Penelitian di Cina belum lama ini, memperlihatkan bahwa pulasan dari darah
intradermal lebih banyak mengandung stadium matur/matang dari Plasmodium
falciparumdaripada pulasan darah perifer. Penemuan ini bisa menjadi pertimbangan
untuk mendiagnosis malaria berat dengan lebih baik dan akurat. Pulasan ini hasilnya
dapat positif atau dapat juga terlihat pigmen yang mengandung leukosit setelah
dinyatakan negatif pada pulasan darah perifer. Untuk uji kesensitifitasannya, pulasan
intradermal sebanding dengan pulasan darah dari sumsum tulang yang lebih sensitif dari
pulasan darah perifer.

2.Tes Diagnostik Cepat ( Rapid Diagnostic Test )

Metode ini untuk mendeteksi adanya antigen malaria dengan cara


imunokromatografi. Tes ini dapat dengan cepat didapatkan hasilnya, namun lemah
dalam hal spesifitas dan sensitifitas. Tes ini biasanya digunakan pada KLB (Kejadian
Luar Biasa) yang membutuhkan hasil yang cepat di lapangan supaya cepat untuk
ditanggulangi.

Selain pemeriksaan-pemeriksaan diatas juga terdapat pemeriksaan penunjang


lainnya. Pada malaria berat/malaria falciparum, terdapat beberapa indikator
laboratorium, antara lain :

 Biokimia
Hipoglokemia : < 2.2 mmol/L
Hiperlaktasemia : > 5 mmol/L
Asidosis : pH arteri < 7.3
Vena plasma HCO < 15 mmol/L
Serum kreatinin : > 265 μmol/L
Total bilirubin : > 50 μmol/L
Enzim hati : SGOT > 3 diatas normal
SGPT > 3 diatas normal-Nukleotidase ↑
Enzim otot : CPK ↑
Myoglobin ↑
Asam urat : > 600 μmol/L

 Hematologi
Leukosit : > 12000 /μL
Koagulopati : platelet < 50000/μL
Fibrinogen < 200 mg/dL

 Parasitologi
Hiperparasitemia : > 100000/μL –peningkatan mortalitas
> 500000/μL –mortalitas tinggi
> 20% parasit yang mengandung tropozoit dan skizon.
Daftar Pustaka

Harjianto. 1999. Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi klinis, dan


Penanganan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
WHO. Malaria. December 2016 [cited 2017 09 February]; Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs094/en/.
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/malaria/etiologi
http://www.alodokter.com/malaria
https://meetdoctor.com/mobile/question/pertanyaan -15
http://eprints.undip.ac.id/44857/3/BAB_2.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/malaria/epidemologi

Anda mungkin juga menyukai