Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk cuping kembar dan di antara keduanya dapat daerah yang menggenting. Kelenjar ini terdapat di bawah jakun di depan trakea. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin yang mempengaruhi metabolisme sel tubuh dan pengaturan suhu tubuh. Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan iodium dalam makanan dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme, yaitu kelainan fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot. Kekurangan iodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan menambahkan garam iodium di dalam makanan. Produksi tiroksin yang berlebihan menyebabkan penyakit eksoftalmik tiroid (Morbus Basedowi) dengan gejala sebagai berikut; kecepatan metabolisme meningkat, denyut nadi bertambah, gelisah, gugup, dan merasa demam. Gejala lain yang nampak adalah bola mata menonjol keluar (eksoftalmus) dan kelenjar tiroid membesar. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang hormone tiroid dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi hormone tiroid, selain itu untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hormon Tiroid Tiroid atau kelenjar gondok adalah sebuah organ kecil yang terdiri dari dua bagian yang dihubungkan jembatan, mirip prisai (bahasa yunani thyreos=prisai); letaknya di bagian bawah leher mendampingi batang tenggorok; pada orang dewasa beratnya kira-kira 25 30 gram. Fungsi hormon-hormon tiroid adalah : mempertinggi metabolisme sel; mempertinggi pemakaian oksigen; menstimulir pembentukan protein di dalam sel; mempercepat pertumbuhan sel, mempercepat kerja jantung & peredaran darah memperkuat peristaltik lambung-usus

Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap iodin atau yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin ini akan bergabung dengan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi T3 (triiodotironin) dan T4 (triiodotiroksin). Dalam keadaan normal pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%. Sedangkan yang 5% adalah hormon-hormon lain seperti T2. T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP = adenosin tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu diubah menjadi T3 oleh enzim 5deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di organ-organ lain seperti hipotalamus yang berada di otak tengah. Hormonhormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (tiroid releasing hormon)dan TSH (tiroid stimulating hormon). Hormon-hormon ini

membentuk satu sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)- kelenjar tiroid. TRH dikeluarkan oleh hipotalamus yang kemudian merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan merangasang tiroid

untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh karena itu hal yang mengganggu jalur diatas akan menyebabkan produksi T3 dan T4. 2.2 Hipofungsi Pada hipotirosis atau hipofungsi tiroid aktivitas kelenjar lebih rendah dari normal dan produksi hormon-hormonnya berkurang. Misalnya pada penyakit myxedema yang berciri anemia, rasa lesu, dingin & kantuk, tak mampu memprestasikan sesuatu, muka busung (udem), pucat dan berat badan meningkat, sedangkan denyut nadi diperlambat, begitu pula buang air besar kurang lancar karena peristaltik berkurang. Pada wanita seringkali suaranya menjadi agak serak dan haid lebih deras. Bila hipofungsi dimulai sedari lahir, maka terjadilah penyakit kretinisme, dimana pertumbuhan tubuh dan mental terganggu, mendekati pandir (idiot) dengan tubuh kerdil dan seringkali dengan struma (gondok) di leher karena tiroid membesar. Penyakit-penyakit ini dapat disebabkan oleh tidak adanya iod dalam air atau pangan, juga karena tubuh tidak sanggup membentuk mono- dan di-iodtiroksin atau pula tidak dapat mempersenyawakannya menjadi T3 dan T4. 2.2.1 Pengobatan Hipotirosis Hormon tiroid dalam Penggunaan Klinis, penggunaan satusatunya yang tepat dari hormon-hormon tiroid adalah pada terapisubstitusi dari hipotirosis. Biasanya digunakan serbuk organ atau tiroksin, yang mulai kerjanya lambat, setelah sejumlah hari (masa latensi) dengan efek maksimal baru tercapai setelah lebih kurang 10 hari. T3 kerjanya lebih cepat, tetapi berhubung khasiatnya yang lebih kurang 5 kali lebih kuat dan resiko efek samping yang lebih besar maka hanya digunakan pada keadaan-keadaan genting, seperti koma (pingsan), myxudema.

Pengobatannya dilakukan dengan terapi-substitusi dengan serbuk tiroid atau hormonnya. 1. Serbuk tiroid (thyranon) Serbuk organ diperoleh dari tiroid binatang menyusui, lasimnya domba, karena kadar hormonnya tinggi, yang telah dibebaskan dari lemak dan jaringan-jaringan pengikatnya dan kemudian dikeringkan. Serbuk ini mengandung T3 dan T4 dalam perbandingan tak tertentu, yang aktivitasnya berhubungan erat dengan kadar-iod dari serbuk. Selama resorpsi dari usus yang berlangsung perlahan, T3 & T4 dibebaskan dengan jalan enzimatis. Berhubung adanya masa latensi, maka efeknya baru nyata setelah 3 7 hari. Biasanya dimulai dengan dosis rendah yang berangsur-angsur dinaikkan hingga tercapai efek sampingan seperti takikardi dan kegelisahan, kemudian dosis ini dikurangi dengan 25 mg dan digunakan untuk pemeliharaan. Dosis oral pemula 12,5 50 mg, perlahan-lahan dinaikkan sampai 150 mg/hari. Dosis dapat diberikan sebagai single dosis pada pagi hari, tablet harus di kunyah atau dilarutkan dalam air 2. Tiroksin (T4) Hormon ini dibuat secara sintetis. Penggunaannya tidak ada keuntungan di atas serbuk organ (yg harganya lebih murah & kini paling banyak digunakan), kecuali dapat digunakan sebagai injeksi; resiko over-dose & eso lebih besar. Dosis oral pemula 2 3 kali/hari 5 10 mcg, yang berangsur-angsur dinaikkan sampai 60 100 mcg/hari. Mekanisme/kerja : Menggantikan kadar serum normal T4 dan T3 (T4 dikonversi menjadi T3 oleh deyoinasi di perifer). Indikasi : Obat pilihan untuk hipoiroid.

Efek tak diinginkan : Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek hipertiroid. Farmakokinetik : PO/IV. 70% diabsorpsi, aitan kerja lambat, waktu paruh = 1 minggu. Catatan : Pengobatan lama. Pasien jangan menghentikan terapi penggantian bila hipotiroid hilang. Dosis oral 0,2 0,4 mg/hari, setelah dimulai dengan dosis rendah 0,05 0,1 mg/hari yg berangsur-angsur dinaikkan; ada kalanya dicampur dengan 25% liotironin untuk meniru efek serbuk tiroid. Dosis ekuivalen 0,1 mg tiroksin=50 mg serbuk tiroid=0,02 mg liotironin. 3. Liotironin (Triidtironin T3) Hormon ini juga dibuat secara sintetis, khasiatnya lebih kurang 5 kali lebih kuat daripada tiroksin; mulai kerjanya juga lebih cepat (setelah beberapa jam), tetapi hanya singkat. Bahaya efek sampingnya lebih tinggi, terutama infark jantung, maka hanya digunakan bila dibutuhkan kerja yg pesat dan kuat, misal pada coma myxudem. Mekanisme/kerja : Menggantikan T3. Indikasi : Digunakan pada pasien hipotiroid yang sulit mengabsorpsi levotiroksin. Efek tak diinginkan : Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek hipertiroid.
5

Farmakokinetik : PO/IV. 100% diabsorpsi, awitan kerja cepat, waktu paruh = beberapa jam. Catatan : Karena waktu paruh pendek, kadar serum berbeda-beda sesuai pemberian dosis. 4. Liotriks (T4 & T3) (mis. Euthyroid) Mekanisme kerja : Menggantikan T4 dan T3 Indikasi : Bila konversi T4 dan T3 rendah abnormal (koma miksedema) , liotriks dapat lebih berguna daripada levotiroksin. Efek tak diinginkan : Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek hipertiroid. Efek Samping o Sama dengan hipertirosis, kecuali exoftalmus, terutama denyut-nadi pesat, rasa gelisah & sulit tidur o Pada pentakaran yg terlalu mendadak tinggi, dapat terjadi angina pectoris & infark jantung; guna menghindarkan hal ini dosis harus dimulai rendah sekali & berangsur-angsur dinaikkan o Semakin keras keadaan hipotirosis, semakin besar

kepekaan organisme terhadap hormon-hormon tiroid & semakin rendah pula hendaknya dosis awal.

2.3 Hiperfungsi Pada hipertirosis/hiperfungsi tiroid justru terdapat overproduksi hormon-2 tiroid, sebagaimana halnya penyakit Basedow/Grave, gejalanya takikardi, struma dan eksoftalmus (mata menonjol keluar), meskipun kedua gejala terakhir tidak selalu Nampak. Selanjutnya tremor (tangan gemetaran) dan berkeringat, gelisah, sering buang air besar dan cair karena peristaltik diperkuat. Pada lansia seringkali gejalanya berupa kelemahan jantung : takikardi, udem, banyak berkemih, jantung & hati membesar. Sebab hipertirosis dalam kebanyakan hal adalah stimulasi tiroid oleh suatu globulin darah yang memiliki aktivitas TSH, yakni LATS (long acting thyroid stimulator). Seringkali juga disebabkan adanya banyak benjol-2 kecil dalam kelenjar (noduli) yang secara otonom membentuk hormon-hormon

berkelebihan di luar pengaruh sistem hipotalamus-hipofisis. Dapat pula diakibatkan oleh pemasukan iodida atau iod selama waktu yang lama, misalnya banyak makan terlalu banyak obat batuk yang mengandung kaliumiodida atau garam dapur yang mengandung iodide. 2.3.1 Pengobatan Hipertirosis Terapi ditujukan terhadap mengurangi aktivitas tiroid, yakni dengan mengeluarkan atau merusak sebagian kelenjar (operasi atau iod radio-aktif), atau dengan mengurangi produksi hormon-

hormonnya dengan tiroistatika. Operasi (strumectomi) dilakukan bila struma demikian besar hingga pembuluh nadi leher atau batang tenggorok terancam dengan penyumbatan hanya sebagian tiroid dikeluarkan untuk memudahkan pembedahan, sebelumnya operasi dilakukan terapi dengan tiroistatik dan iod guna mengurangi vaskularisasi (memadatkan) kelenjar. Senyawa-senyawa-iod radio aktif, yakni isotop-isotop iod 125, 131 atau132, setelah diserap oleh tiroid merusak sebagian jaringan dengan penyinaran radioaktif (sinar-sinar beta). Obat-obat lain adakalanya digunakan untuk mengurangi gejala-gejalanya (terutama takikardia dan kegelisahan) adalah beta-bloker propranolol, guanetidin

dan reserpin, yang mengurangi efek tiroksin di jaringan-jaringan perifer dengan jalan blokade susunan saraf simpatis. Antitiroid Antitiroid atau tiroistatik adalah zat yang berkhasiat menekan produksi hormon-hormon tiroid dan digunakan pada keadaan-keadaan hiperfungsi tiroid (hipertirosis) Secara kimia dapat dibagi dalam beberapa kelompok : 1. Derivat-derivat tioamida yang terdiri dari derivat-tiourea (metil& propiltiourasil) serta derivat-tioimidazol

(karbimazol & tiamazol) 2. Iodida (NaI & KI) yg merintangi pembebasan hormon ke dlm da-rah; mulai kerjanya cepat tanpa masa latensi sebagai tioamida, juga tidak mengakibatkan hiperplasia, pertumbuhan berlebihan dari tiroid; berhubung kurang efektif, kini tak banyak digunakan 3. Kalium perkelorat (KClO4) yang merintangi penangkapan iodida dan pemadatannya oleh tiroid; meskipun kerjanya efektif, jarang digunakan berhubung efek sampingnya (agranulositosis) Selain itu dikenal pula sejumlah obat lain yang dapat menyebabkan hipotirosis, antara lain PAS, fenilbutason,

sulfonilurea (tolbutamid) dan garam-garam litium. Derivat tioamida Khasiat tiroistatiknya berdasarkan dirintanginya

pengikatan iod pada tirosin atau pembentukan T3 dan T4 dari mono- dan di-iodtirosin. Kelenjar masih tetap aktif, hanya tidak menghasilkan hormon-hormonnya lagi. Karena itu hipofisis hilang remnya & meningkatkan produksi TSH-nya hingga tiroid distimulir berlebihan & bertambah besar (hiperplasia), juga eksoftalmus yang ada akan memburuk. Guna mencegah

hiperplasia ini, maka terapi biasanya dikombinasi dengan serbuk organ guna merintangi sistem hipotalamus-hipofisis. Efek terapi baru nampak setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan, karena simpanan hormon dalam tiroid harus dihabiskan dahulu (masa latensi). Pengobatan harus dilakukan secara rutin selama - 3 tahun sebelum semua gejala hilang. Akan tetapi sebetulnya penyakitnya tidak disembuhkan.

Sesudahnya beberapa waktu yang singkat atau lama, penyakit akan kambuh kembali atau juga terjadi hipotirosis. Karena itu pasien yang telah sembuh seharusnya diawasi kadar tiroksin darahnya setahun sekali agar hipotirosis dpt diketahui sedini mungkin. Sebaiknya juga waspada untuk penyakit yang sering menyertai hipertirosis (diabetes & anemia pernisiosa). Tiroistatika juga digunakan sebagai premedikasi sebelumnya operasi, biasanya bersama iod-iodida (sol lugol). Efek sampingnya jarang terjadi dan bersifat ringan, antara lain nyeri kepala, gangguan lambung-usus dan reaksi-reaksi kulit. Pada penggunaan lama dosis tinggi bisa terjadi depresi sumsum tulang dengan leukopenia dan agranulositosis yang ditakuti. Maka jika gejala-gejala sakit leher & demam timbul, terapi harus segera dihentikan. Iodida Kaliumiodida adalah obat pertama yang digunakan untuk menyembuhkan struma (penyakit gondok) dan hipertirosis. Khasiat iodida terhadap tiroid adalah kompleks, dalam dosis rendah dibubuhi pada garam dapur (2 : 100.000) guna mencegah dan mengobati penyakit iod-basedow dan kretinisme. Sebaliknya dosis besar yang digunakan untuk waktu lama, misalnya dalam obat batuk pada bronchitis dapat mengakibatkan struma dan hipertirosis. Kerjanya cepat, tanpa masa latensi, tetapi tidak semua gejala dihilangkan dan setelah beberapa waktu kerapkali tidak efektif lagi, malah gejala-gejala memburuk. Maka sekarang tidak banyak digunakan lagi. Kebutuhan tubuh akan iodida 150
9

mcg/hari. Dosis ; oral 2 kali sehari 60 mg kaliumiodida sebagai larutan jenuhnya atau sebagai larutan lugol Propiltiourasil Turunan dari metiltiourasil dan merupakan senyawa tioamida pertama yang digunakan sebagai tiroistatikum Nama generik Nama dagang di Indonesia Indikasi Kontraindikasi : Propiltiourasil : Propiltiouracil (generik) : hipertiroidisme : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen tidak boleh diberikan menyusui. Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk pada kehamilan dan masa

hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/hari dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006) Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada

kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis. Mekanisme Obat : menghambat sintesis hormon tiroid

dengan memhambatoksidasi dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan

triodothyronin (Lacy, et al, 2006) Resiko khusus : Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa

menyebabkan hipoprotrombinnemia dan


10

pendarahan, penyakit hati.

kehamilan

dan

menyusui,

Khasiatnya lebih kurang sama, tetapi zat ini lebih jarang menyebabkan efek sampingan alergis daripada derivat metilnya; sehingga propiltiourasil banyak

digunakan Karbimazol (neo-mercazol) Turunan tiomidazol lebih kurang 10 kali kuat dari propiltiourasil, kerjanya lebih cepat dan lama Indikasi Kontraindikasi : agent antitiroid : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil. Bentuk sediaan Dosis dan aturan pakai : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari. Untuk dewasa : hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari. Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema. Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan myelosupression, kehamilan Nama generik Nama dagang di Indonesia Indikasi Kontraindikasi Tiamazol (metimazol) : Karbimazole : Neo mecarzole (nicholas). : hipertiroidisme : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan menyusui. Bentuk sediaan : tablet 5 mg
11

pada

kehamilan

dan

masa

Dosis dan aturan pakai

: 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan. Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole

20 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg. Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon. Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada

kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia. Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan,

kehamilan dan menyusui (Lacy, et al, 2006).

12

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Tiroid atau kelenjar gondok adalah sebuah organ kecil yang terdiri dari dua bagian yang dihubungkan jembatan, mirip prisai (bahasa yunani thyreos=prisai); letaknya di bagian bawah leher mendampingi batang tenggorokan. Terdapat 2 kelainan dalam sekresi hormone tiroid yaitu hipofungsi dan hiperfungsi. Pada hipotirosis atau hipofungsi tiroid aktivitas kelenjar lebih rendah dari normal dan produksi hormon-hormonnya berkurang. Hormon tiroid dalam Penggunaan Klinis, penggunaan satusatunya yang tepat dari hormon-hormon tiroid adalah pada terapi-substitusi dari hipotirosis. Pengobatannya dilakukan dengan terapi-substitusi dengan serbuk tiroid atau hormonnya seperti Serbuk tiroid (thyranon), Tiroksin (T4), Liotironin (Triidtironin T3). Obat-obatan tersebut memiliki efek samping dalam tubuh. 3.2 Saran Setelah selesai membuat makalah ini saran saya yaitu : 1. Mahasiswa dapat memahami perlunya mempelajari obat-obat yang digunakan dalam suatu jenis penyakit. 2. Dapat memahami tentang penyakit tiroid agar supaya dapat menjelaskan kepada masyarakat awam tentang bagaimana penyakit itu yang sebanarnya.

13

DAFTAR PUSTAKA

Olson, James M.D., Ph.D. 2003. Belajar mudah farmakologi. Jakarta: EGC Google.www.zzozzh.com/slike/favistan.jpg

14

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... DAFTAR ISI .......................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1.2 Tujuan ........................................................................................ BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Hormon Tiroid ....................................................... 2.2 Hipofungsi .................................................................................. 2.3 Hiperfungsi ................................................................................ BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ................................................................................ 3.2 Saran .......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA

i ii

1 1

2 3 7

13 13

ii 15

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul Hormon Tiroid tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing dan semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, atas kritik dan sarannya, penulis mengucapkan terimakasih.

Pariaman, Desember

2012

Penulis

i 16

Anda mungkin juga menyukai