Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM IMUN DAN SISTEM HEMATOLOGI

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah, semester 4)

Dosen Ampu : Agus Sudiana Nurmansyah S.Kep., Ners., M.Kep.

Disusun Oleh :

Dian Tri Wahjuni 1118013

Dean Damas 1118015

Hesti Yulia Anggraeni 1118023

Ayu Siti Yuninda 1118026

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN II - A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Anatomi Fisiologis Sistem Imun dan Sistem Hematologi”. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi besar alam,
Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini disusun untuk melengkapi salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
Dengan harapan makalah “Anatomi Fisiologis Sistem Imun dan Sistem
Hematologi” ini bisa menambah pengetuahuan, menambah wawasan dan
mendatangkan manfaat.
Kami menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
khususnya dari dosen mata kuliah yang bersangkutan guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Aamiin.

Bandung, 17 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah.............................................................................................2
1.4 Manfaat Makalah………………………………………………………… 2

BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................3

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun..............................................................3


2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi...................................................10
2.3 Gangguan Sistem Imun dan Hematologi......................................................14

BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................16

3.1 Kesimpulan......................................................................................................16
3.2 Saran................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem imun pada manusia berperan penting untuk mempertahankan


kondisi tubuh karena tubuh manusia secara terus – menerus terpapar oleh
agen penginfeksi yang dapat menyebabkan penyakit. Sistem imun adalah
suatu sistem kompleks yang meemberikan respon imun (humoral dan seluler)
untuk memghadapi agen asing spesifik seperti, bakteri, virus , tokssin, zat
lain- lainnya, yang oleh tubuh di anggap “bukan bagian diri”.

Sistem ini membentuk antibodi yang bersirkulasi yaitu molekul globulin


yang mampu menyerang agen penginfeksi dalam darah. Antibodi adalah
molekul protein yang dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi
sel B sebagai respon terhadap stimulasi antigen yang bersifat antigenik.
Antibodi bersifat sangat spesifik dalam mengenali determinan antigenik dari
suatu antigen sehingga apabila suatu organisme mempunyai beberapa
determinan antigenik, maka tubuh akan memproduksi beberapa antibodi
sesuai dengan jenis epitop yang dimiliki oleh setiap mikroorganisme. Antigen
yang telah diinduksikan ke dalam tubuh hewan akan dikenal oleh sistem imun
spesifik dengan membentuk sel B memori. Antibodi pertama yang terbentuk
adalah Imunoglubulin M (IgM). Pada hari keenam dan hari ketujuh dalam
serum mulai dapat dideteksi antibodi IgG.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari sistem imun?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari sistem hematologi?
3. Apa saja gangguan dari sistem imun dan hematologi?

1
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem imun
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem hematologi
3. Untuk mengetahui apa saja gangguan dari sistem imun dan hematologi
1.4 Manfaat Makalah
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem imun
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem hematologi
3. Mengetahui apa saja gangguan dari sistem imun dan hematologi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun


Sistem imun adalah suatu sistem kompleks yang memberikan respons
imun (humoral dan selular) untuk menghadapi agens asing spesifik seperti
bakteri, virus, toksin, atau zat lain yang oleh tubuh dianggap “bukan bagian
diri.”

2.1.1 Komponen respons imun

2.1.1.1 Antigen, adalah suatu zat yang menyebabkan respons imun


spesifik. Antigen biasanya berupa zat dengan berat molekul besar dan juga
kompleks zat kimia seperti protein dan polisakarida.

 Determinan antigenic (epitop) adalah kelompok kimia terkecil dari


suatu antigen yang dapat membangkitkan respons imun. Suatu
antigen dapat memiliki dua atau lebih molekul determinan
antigenic, satu molekulpun dalam keadaan yang sesuai dapat
menstimulasi respons yang jelas.
 Hapten, adalah senyawa kecil yang jika sendirian tidak dapat
menginduksi respon imun, tetapi senyawa ini menjadi
immunogenic jika bersatu dengan carrier yang berat molekulnya
besar, seperti protein serum.
 Hapten dapat berupa obat, antibiotic, zat tambahan makanan, atau
kosmetik. Ada banyak senyawa dengan berat molekul kecil yang
jika berkonjugasi dengan carrier dalam tubuh dapat membentuk
imunogenisitas. Misalnya, pada beberapa orang, penisilin tidak
bersifat antigenic sampai penisilin tersebut bergabung dengan
protein serum dan mampu memicu respons imun.

3
4

2.1.1.2 Antibodi adalah suatu protein dapat larut yang dihasilkan sistem
imun sebagai respons terhadap keberadaan antigen dan akan bereaksi
khususnya dengan antigen tersebut.

Struktur antibodi

1) Sebuah molekul antibodi terdiri dari empat rantai polipeptida; dua


rantai berat identik dan dua rantai ringan identik istilah berat dan
ringan mengacu pada berat molekul relatifnya.
2) Rantai-rantai dihubungkan dengan ikatan disulfida (-S-S-) dan ikatan
lain untuk membentuk molekul berbentuk Y yang memiliki area hinge
(engsel) fleksibel. Ini untuk memungkinkan terjadinya perubahan
bentuk saat bereaksi dengan jumlah antigen maksimum.
3) Regia variabel pada rantai berat dan ringan terletak dibagian ujung
lengan Y. regia ini membentuk dua sisi pengikat antigen. Setiap (4).
Regia Konstan terdiri dari lenganY dan batang molekul, selalu identik
pada semua antibody dari kelas yang sama.

Kelas antibodi

Antibodi adalah sekelompok protein plasma yang disebut immunoglobulin


(ig). Ada 5 kelas (isotipe) imuniglobulin: IgA, IgD, IgE,IgG, dan IgM.

1) Molekul IgA Mencapai 15% dari semua antibody dalam semua serum
darah dan ditemukan dalamsekresi tubuh seperti keringat, saliva, air
mata, pernafasan, genitourinari, dan seksresi usus, serta air susu ibu.
Fungsi utama IgA adalah untuk melawan microorganisme pada setiap
titik masuk potensial kedalam tubuh.
2) Molekul IgD dalam sel darah dan limfe relative sedikit, tetapi banyak
ditemukan dalam limfosit B. hanya sedikit yang diketahui mengenai
fungsinya: molekul ini membantu memicu respons imun.
3) Molekul IgE biasanya ditemukan dalam konsentrasi darah yang sangat
rendah. Kadarnya meningkat selama reaksi alergi dan pada penyakit
5

parasitik tertentu molekul ini terikat pada reseptor sel mast dan basofil
serta menyebabkan pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya.
4) Molekul IgG mencapai 80%-85% dari keseluruhan antibody yang
bersirkulasi dan merupakan satu-satunya antibody yang dapat
menembus plasenta dan memberikan imunitas pada bayi baru lahir.
Molekul ini berfungsi sebagai pelindung terhadap microorganism dan
toksin yang bersirkulasi, mengaktivasi sistem komplemen, dan
meningkatkan keefektifan sel pagositik.
5) Molekul IgM antibodi ini mengaktivasi komplemen dan
memperbanyak pagositosis, tetapi umur molekul ini relative pendek.
Karena ukurannya, maka molekul ini menetap dalam pembulu darah
dan memasuki jaringan sekitar.

2.1.2 Jenis Imunitas

2.1.2.1 imunitas aktif. Didapat akibat kontak langsung dengan


mikroorganisme atau toksin sehingga toksin memproduksi antibodinya
sendiri.

 Imunitas aktif dapat secara alami terjadi jika seseorang terpapar satu
penyakit dan sistem imun memproduksi antibodi serta limfosit khusus.
Imunitas dapat bersifat seumur hidup (campak, cacar).
 Imunitas aktif dapat secara buatan merupakan hasil vaksinasi. Vaksin
dibuat dari patogen yang mati atau dilemahkan atau toksin yang telah
diubah, vaksin dapat merangsang imun tetapi tidak menyebabkan
penyakit.

2.1.2.2 Imunitas pasif. Terjadi jika antibosi dipindah dari satu individu ke
individu lain, terdiri dari :

 Imunitas pasif alami terjadi pada janin saat antibodi IgG ibu masuk
menembus plasenta. Antibodi IgG memberi perlindungan sementara
pada sistem imun yang imatur.
6

 Imunitas pasif buatan adalah imunitas yang diberikan melalui injeksi


antibodi yang diproduksi oleh orang atau hewan yang kebal karena
pernah terpapar suatu antigen.

2.1.3 Karateristik Sistem Imun

2.1.3.1 Spesifisitas. Sistem imun dapat membedakan berbagai zat asing


dan responnya terutama jika dibutuhkan.

2.1.3.2 Memori dan amplifikasi. Respon imun memiliki kemampuan untuk


mengikat kembali kontak sebelumnya dengan suatu agens tertentu,
sehingga pajanan berikutnya akan menimbulkan respon yang lebih cepat
dan lebih besar.

2.1.3.3 Pengenalan bagian diri dan bukan bagian diri (asing). Sistem imun
dapat membedakan agens-agens asing, dan sel-sel tubuh sendiri serta
protein. Walaupun demikian, respon imun terhadap diri sendiri dapat
terjadi dan membentuk suatu kondisi yang disebut autoimunitas.
Autoimunitas dapat menyebabkan efek patologis pada tubuh.

2.1.4 Interaksi antibodi-antigen

Sisi pengikat antigen pada regio variabel pada antigen untuk


membentuk kompleks antigen/antibodi. Pengikat hal ini meungkinkan
inaktivasi antigen melalui proses, diantaranya :

2.1.4.1 Fiksasi Komplemen. Terjadi jika bagian molekul antibodi


mengikat komplemen. Ikatan molekul komplemen diaktivasi melalui jalur
klasik yang memicu efek cascade untuk mencegah terjadinya kerusakan
akibat organisme toksin penyusup. Efek yang paling penting,meliputi :

 Opsonisasi adalah partikel antigen diselubungi antibodi atau


komponen komplemen yang memfasilitasi proses pagositosis partikel.
7

 Sitolisis adalah kombinasi dari faktor-faktor komplemen multipel


mengakibatkan rupturnya membran plasma bakteri atau penyusup lain
dan menyebabkan isi selular keluar.
 Inflamasi adalah produk komplemen berkontribusi dalam inflamasi
akut melalui aktivitas sel mast, basofil, dan trombosit darah.
2.1.4.2 Netrallisasi. Terjadi saat antibodi menutup sisi toksik antigen dan
menjadikannya tidak berbahaya.
2.1.4.3 Aglutinasi (Pengumpulan). Terjadi jika antigen adalah materi
materi partikulat seperti bakteri atau sel-sel merah
2.1.4.4 Fresifitasi. Terjadi jika antigen dapat larut. Komplek imun
menjadi besar akibat hubungan silang molekul antigen sehingga tidak
dapat larut dan berfresifitasi. Reaksi fresifitasi antara anti gen dan antibodi
dapat dipakai secara kllinis untuk mendeteksi dan mengukur salah satu
komponen yaitu diantaranya :
 Imunoelektroforesis. Adalah suatu metode untuk menganalisis
campuran antigen (protein) dan antibodinya.
 Radioimunoasai (RIA) didasarkan pada pengikat kompotitif secara
radioaktif antara antigen berlabel dan antigen tanpa label untuk
sejumlah kecil antibodi.

2.1.5 Sel-sel yang terlibat dalam respon imun

Sel yang terlibat dalam respon imun ada 3, diantaranya : Sel B (Limfosit B),
Sel T (Limfosit T), dan makrofag.

2.1.5.1 Fungsi Sel

2.1.5.1.1 Sel B adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk merespon


antigen tertentu. Sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma non proliferasi
yang menyintesisi dan mensekresi antibodi.

2.1.5.1.2 Sel T menunjukan spesifitas antigen dan akan berproliferasi jika


ada antigen tetapi sel ini tidak dapat memproduksi antibodi.
8

 Sel T mengenali dan berinteraksi dengan antigen melalui reseptor sel


T, yaitu protein permukaan sel yang terikat membran dan analog
dengan antibodi
 Sel T memproduksi zat aktif secara imunologis yang disebut
limfokin. Subtipe limfosit T berfungsi untuk membantu limfosit B
merespon antigen, membunuh sel-sel asing dan mengatur respon
imun.

2.1.5.1.3 Makrofag secara fagositik menelan zat asing dan melalui kerja
enzimatik menguraikan materi yang tertelan untuk diekskresi dan untuk
pemakaian ulang.

 Makrofag memproses antigen terfagositosis melalui denaturasi atau


mencerna sebagian antigen untuk menghasilkan fragmen yang
mengandung determinan antigenik.
 Makrofag akan meletakkan fragmen antigen pada permukaan sel nya
sehingga terpapar untuk limfosit T tertentu. Ini merupakan langkah
penting dalam aktivasi sel T.

2.1.5.2 Respons sel B

2.1.5.2.1 Sel B merupakan nama bursa Fabristus, yaitu jaringan limfoid


yang ditemukan pada ayam. Jaringan sejenis yang ada pada mamalia
yaitu sumsum tulang, jaringan limfe usus, dan limpa.

2.1.5.2.2 Setelah berdieferensiasi dari sel-sel batang prekursor, sel B


matur bermigrasi ke organ-organ limfe perifer seperti limfa, nodus limpe,
bercak peyer pada saluran pencernaan, dan amandel.

2.1.5.2.3 Sel B matur memebawa molekul imunoglobulin permukaan


yang terikat dengan membran selnya. Saat diaktifasi oleh antigen tertentu
dan dengan bantuan limposit T, sel B akan berdiferensiasi melalui dua
cara yaitu: sel plasma dan sel memori B.
9

2.1.5.2.4 Selection clonal teori menegenai pengenalan antibodi adalah


hipotwsisi kerja yang menjelaskan kompleksitas fungsi sistem imun.

 Respons imun primer berlangsung dengan lambat karena pada


awalnya, hanya ada sedikit sel yang memiliki molekul antibodi
permukaan atau resptor sel T untuk merespon antigen.
 Respon sekunder pada pajanan terhadat antigen yang berikutnya
berlangsung lebih cepat dan lebih kuat karena tiruan tambahan dari
sel B memori berkembang dan sel T dapat meresponnya.

2.1.5.3 Respons Sel T

2.1.5.3.1 Sel T, seperti sel B berasal dari sel batang prekursor dalam
sumsum tulang. Pada periode akhir perkembangan janin atau segera
setelah lahir, sel prokursor bermigrasi menuju kelenjar timus, tempatnya
berproliverasi, berdiferensiasi, dan mendapatkan kemampuan utuk
mengenali diri.

2.1.5.3.2 Setelah mengalami diferensiasi dan maturasi. Sel T bermigrasi


menuju organ limfoid seperti, limpa atau nodus limfe. Sel ini
dikhususkan untuk melawan sel yang mengandung organisme intra
selular.

2.1.5.3.3 Sel T efektor

 Sel T sitotoksik ( sel T pembunuh) mengenali dan menghancurkan


sel yang memperlihatkan antigen asing pada permukaannya.
Seperti sel kanker, sel jaringan transflantasi, dan virus serta
beberapa jenis bakteri yang bereproduksi dalam sel pospes.
 Sel T pembantu sel ini mengenali antigen MHC kelas II, yang ada
adalam sel B dan magrofag, dan harus melihat antigen tersebut
teraktifasi.
10

 Sel T supresor, setelah diaktifasi sel T pembantu akan menekan


respons sel B dan T. Dalam sirkuit umpan balik regulator mandiri,
sel T pembantu akan di hambat oleh sel T supresor.
 Limfokin adalah suatu jenis zat yang di produksi sel T yang
berfungsi untuk memodifikasi respons imun. Pelepasannya
memobilisasi sel-sel perantara imunitas untuk melawan benda
asing.

2.1.5.3.4 sel pembunuh alami adalah suatu jenis populasi limposit non T
dan non B yang memiliki sifat sitisoksin.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi

Darah adalah medium transport tubuh. Jumlah totaldarah pada manusia


seberat 70kg adalah 5 liter. Darah merupakan alat transport berbgai zat di
tubuh manusia, darah berperan untuk proses homeostatis dalam
memperthankan stablitas ligkungan dalam tubuh dan untuk mengendalikan
fungsi tubuh dlam keadaan semula dari proses kemostatis ini muncul
perubahan seperti :

 Berkeringat serta menguapnya keringat serta munculnya panas dalam


tubuh untuk menguapkan keringan
 Sirkulasi darah meningkat, peningkatan sirkulasi ini karena kerja
jantung dan penyesuain pembuluh darah
 Pernafasan meningkat dalam usaha memenuhi kebutuhan oksigen.

Darah terdiri atas plasma 55% dan sel 45% sel dalam darah antar lain
trombosit, sel darah putih, sel darah merah.

2.2.1 Komponen Darah

2.2.1.1 Sel Darah Merah (Eritrosit,Korpuskel Merah)

Eritrosit merupakan cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 8,6


mm bikonkafitas memiugkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel
11

dengan cepat dengan adanya kjarak pendek antar membran dan isi sel.
Sel darah merah tidak memiliki nukleus. Eritrosi terdiri dari membrane
luar, hemoglobin, protein yang mengandung besi, karbonik anhidrase,
enzim yang terlibat dalam transpor karbondioksida.
12

2.2.1.2 Sel Darah Putih (Leukosit)

Jenis-jenis leukosit :

 Granulosid memiliki granula kecil didalam protoplasmanya. Ciri


pewarnaan granula ini membagi mereka menjadi tiga kelompok :
neutrofil (granula yang tidak berwarna), eosinofil (granula
berwarna merah dengan pewarnaan asam), basofil (granula
berwarna biru dengan pewarnaan basa). Granulosid memiliki
diameter sekitar 10-12 mm dengan demikian lebih besar dari pada
eritrosit. Granulosid berkembang dalam susmsum tulang dan
dikeluarkan kedalam sirkulasi sesuai kebutuhan.
 Limfosit memiliki nucleus besar bulat atau agak berindetasi,
dengan menempati sebagian besar sel. Limfosit berkembag
didalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7-15 mm.
 Monosit adalah sel besar, berdiameter sampai 20mm, dengan
nucleus oval berbentuk ginjal. Monosit dibentuk didalam sumsum
tulang.
2.2.1.3 Trombosit
Jumlah trombosit anatar 150 dan 400 kali per liter
trombosit adalah cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berini.
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum
tulang, dan hidup sekitar 10 hari. Fungsinya mempertahankan
integritas endotel.
2.2.1.4 Plasma
Plasma adalah cairan bagian dari darah.Plasma membentuk
sekitar 5% berat badan. Plasma merupakan media sirkulasi elemen
darah (eritrosit,leukosit, trombosit) yang terbentuk, pengangkut zat
anorganik dan organic dari satu organ atau jaringan ke organ atau
jaringan lain.
13

Komposisi plasma
Air 91-92%, protein plasma yang meliputi : Albumin untuk
membentuk bagian terbesar kandungan protein plasma dihasilkan
didalam hati, Globulin, α,β, dan γ dihasilkan didalam hati limfosit
dan sel retikulo-endotelial. Imunoglobulin adalah globulin yang
dibentuk sebagai bagian dari reaksi imunitas tubuh, Fibrinogen
yang dihasikan dalam hati, Protombin atau Prekusor trombin,
Kandungan anorganik seperti, natrium, kalium, kalsium,
magnesium, zat besi, iodium dll, dan Kandungan organic seperti,
urea, asam urat, retinin, glukosa, lipid, asam amino, enzim, dan
hormone.

2.2.2 Fungsi Darah

2.2.2.1 Transfortasi. Darah mengangkut oksigen dari paru- paru ke sel


tubuh dan karbon dioksida dari sel-sel tubuh ke paru- paru untuk
pernapasan. Membawa nutrisi dari saluran pencernaan ke sel-sel tubuh
dan hormon dari kelenjar endokrin ke sel-sel tubuh lainnya. Darah juga
mengangkut panas dan limbah produk ke berbagai organ untuk eliminasi
dari tubuh

2.2.2.2 Peraturan. Peredarah darah membantu mempertahankan


komeostasis dari semua cairan tubuh. Darah membantu mengatur pH
melalui penggunaan buper (bahan kimia yang mengubah asam kuat atau
basa menjadi yang lemah). Selain itu, osmotik darah berpengaruh kepada
tekanan kadar air sel, terutama melalui interaksi menghancurkan ion dan
protein.

2.2.2.3 Perlindungan. Darah dapat menggumapal (seperti jel, yang


melindungi terhadap kerugian yang berlebihan dari sistem kardiovaskular
setelah cedera. Sel-sel darah putih melindungi terhdapap penyakit dengan
membawa pagositosis. Beberapa jenis protein darah, termasuk antibodi,
14

interveron, dan pelengkap, membantu melindungi terhadap penyakit


dalam berbgai cara.

2.3 Gangguan Sistem Imun dan Hematologi

2.3.1 Gangguan sistem imuns

2.3.1.1 Hipersensitifitas atau alergi adalah respons imun yang terjadi pada
beberapa orang tertentu terhadap zat yang walaupun asing, tidak
membahayakannya.
2.3.1.2 Penyakit autoimuns terjadi akibat kegagalan toleransi diri
imunologis yang meyebabkan respons sistem imun melawan sel tubuh
sendiri. Contoh penyakit ini meliputi penyaki addison kelenjar adrenal,
tiroiditis, artritis rematoid, slerosisi multipel, dan lain sebagainya.
2.3.1.3 Imunodefesiensi adalah kondisi yang menurunkan keefektifan
sistem imun atau suatu kondisi yang tidak mampu merespon antigen.
2.3.1.4 Defisiensi imun kongenital, yaitu seseorang lahir tanpa memiliki
sel B maupun sel T. Orang seperti ini tidak memiliki perlindungan
terhadap infeksi dan harus hidup dalam lingkungan yang steril.
2.3.1.5 Acquried immune deficiency syndrome (AIDS) adalah pemyakit
virus yang sebabkan oleh human immuno deficiency virus ( HIV). Pada
orang yang terkena infeksi HIV jumlah sel T pembantu berkurang dan
sistem imun melemah. Orang yang terjangkit menjadi rentan terhadap
mikroorganisme yang dalam keadaan normal tidak akan menjadi masalah
bagi orang yang sehat ( infeksi oportunistik) dan terhadap perkembangan
kanker seperti kaposis’s sarcoma.

2.3.2 Gangguan sistem hematologi

2.3.2.1 Anemia

Anemia dapat terjadi karena kekurangan kadar HB, dalam darah,


secara umum anemia dapat disebabkan oleh :
15

 Anemia defisiensi, anemia karena kekuarangan satu organ pembentuk


eritrosit, misalnya, zat besi, asam polat, dan B12.
 Anemia perniosiosa, disebabkan oleh vitamin B12 tidak dapat diserap
oleh usus.
 Anemia hemoliti, disebabkan darah yang ada dalam tubuh kita mudah
hancur atau lisis karena penyakit lain isalnya talasemia.
 Anemia aplastik, terjadi karena proses pembentukan eritrosit
terganggu karena ada gangguan pada sumsum tulang.
 Anemia karena perdarahan akibat dari kehilangan darah yang bersifat
masif.
 Anemia renalis

2.3.2.2 Hemofilia

Hemofilia merupakan salah satu penyakit gangguan darah, apabila


penderita terluka maka akan sukar berhenti. Hal ini disebabkan gangguan
defisiensi faktor VIII dan bersifat kerediter
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem imun pada manusia berperan penting untuk
mempertahankan kondisi tubuh karena tubuh manusia secara terus –
menerus terpapar oleh agen penginfeksi yang dapat menyebabkan
penyakit. Sistem imun adalah suatu sistem kompleks yang
meemberikan respon imun (humoral dan seluler) untuk memghadapi
agen asing spesifik seperti, bakteri, virus , tokssin, zat lain- lainnya,
yang oleh tubuh di anggap “bukan bagian diri”. Kesehatan tubuh
bergantung pada kemampuan sisten inun untuk mengenali dan
menghancurkan serangan ini. Kelainan sistem imun berarti
kemampuan untuk memepertahankan kekebalan tubuh terganggu
sehingga mudah di serang penyakit. Darah merupakan alat transfor
berbagai zat di tubuh maanusia, darah berperan untuk proses
homoestasis dalam mempertahankan stabilitas lingkungan dalam
tubuh dan untuk mengrmbalikan fungsi tubuh dalam keadaan semula,
dari proses hemostasis ini muncul perubahan.

3.2 Saran
Sebagai perawat kita harus mampu dan memahami apa itu sistem
imun pada manusia dan hematologic sehingga pehahaman itu dapat
diinformasikan kepada orang-orang yang awam dan dapat di
aplikasikan untuk diri sendiri dan lingkungan. Selain itu, penulis
mengharapkan saran yang membangun yang dapat menjadikan
motivasi dalam pembuatan makalah berikutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sloane, Ethel. 2014. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Judha, Mohamad, Rizky Erwanto. 2012. Anatomi dan Fisiologi Rangkuman


Sederhana Belajar Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Kesehatan
dan Keperawatan. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Gibson, John. 2015. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai