Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH IMMUNOSEROLOGI

Teknik Deteksi Antigen Antibodi dengan Prinsip Flokulasi

Disusun Oleh :

Kelompok 9 IIA TLM

Radika Milenia

Supriadi

Tarika Trisna Devia

Try Juniarti Nur Intan

Windi Widyawati

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ABDURRAB

2019/2020
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan apa yang di
harapkan. Adapun dalam pembahasan materi makalah yang akan kami bahas adalah mengenai
”Teknik Deteksi Antigen Antibodi dengan Prinsip Flokulasi”.Pembuatan makalah ini kami
buat dengan tujuan untuk menambah pemahaman tentang teknik deteksi antigen antibodi
prinsip folukalasi pada pemeriksaan. Dalam proses penyusunan makalah ini tentunya kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya, oleh
karena itu kami meminta bimbingan, koreksi dan saran dari dosen pembimbing serta teman-
teman yang lain.Semoga kekurangan dalam makalah ini dapat dimaklumi, karena kami sadar
bahwa sepenuhnya kami masih dalam proses pembelajaran dan sesungguhnya kesempurnaan
hanya milik Allah SWT semata. Demikianlah makalah ini kami buat semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala upaya yang baik.

Pekanbaru, 21 April 2020


Penulis

(Kelompok 9 II A)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................i

BAB I PEMBAHASAN............................................................................................................1

2.1 Pengertian Antigen ...................................................................................................1

2.2 Pengertian Antibodi..................................................................................................2

2.3 Metode pemeriksaan antibodi...................................................................................3

BAB III PENUTUP................................................................................................................

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................

3.2 Saran.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PEMBAHASAN

2.1 Antigen
a. Pengertian Antigen
Antigen merupakan molekul yang biasanya dimiliki oleh virus,
bakteri, fungi, protozoa dan juga cacing parasit. Molekul antigenik
biasanya bisa ditemukan pada bagian permukaan dari suatu zat asing
yakni seperti halnya pada serbuk sari dan bisa juga jaringan hasil dari
proses pencangkokkan.
Antigen dapat dikatakan sebagai sebuah zat yang bisa melakukan
stimulasi terhadap tanggapan atau respon imun, terutama pada saat proses
produksi antibodi. Berikut bagian-bagian dari antigen secara fungsional yakni
seperti, antigen lengkap atau sering disebut sebagai molekul besar (molekul
pembawa) dan juga antigen tidak lengkap yang terdiri dari molekul kecil.
b. Struktur Antigen
Antigen sendiri mempunyai bagian yang terstruktur yang terdiri dari
komponen-komponen penyusunnya yakni epitop dan juga paratop.epitop
atau sering disebut dengan deteminan merupakan bagian dari antigen
yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi (mengenal) dan melakukan
proses induksi terhadap pembentukan antibodi. Sedangkan paratop
merupakan bagian antibodi yang digunakan untuk membantu dalam
proses pengikatan epitop.
c. Bagian-bagian antigen
Antigen memiliki 2 bagian yang harus kamu ketahui. Kedua bagian
tersebut adalah epitop dan hapten.
1. Determinan antigen (epitop)
Epitop merupakan bagian antigen yang dapat membangkitkan
respons imunitas, atau dengan kata lain, dapat menginduksi
pembentukan antibodi. Satu antigen tersusun dari 2 atau lebih
molekul epitop.
2. Hapten
Hapten adalah molekul kecil yang hanya bisa menginduksi
produksi antibodi jika bergabung dengan carrier yang bermolekul
besar. Oleh karena itu, hapten memiliki sifat imunogenik. Hapten
dapat berupa obat,antibiotik, dan kosmetik.

2.2 Antibodi
a. Pengertian Antibodi
Antibodi merupakan suatu senyawa glikoprotein yang mempunyai
struktur tertentu dan disekresikan oleh sel B yang sudah teraktivasi
menjadi sel plasman, berupa respon dari antigen tertentu dan reaktip atas
antigen itu sendiri.
Sistem kekebalan tubuh (imunitas) manusia diatur oleh kemampuan
tubuh dalam menghasilkan antibodi dalam melawan antigen. Antibodi
dapat dijumpai di area darah atau kelenjar tubuh vertebrata lain. Selain
itu juga dipakai oleh sistem kekebalan tubuh dalam melakukan
identifikasi dan penetralan benda asing contohnya bakteri dan virus.
Molekul antibodi beredar pada pembuluh dara dan masuk di jaringan
tubuh dengan melakukan proses peradangan. Antibodi tersusun atas
struktur dasar yang dinamakan dengan rantai, masing-masing antibodi
mempunyai dua rantai besar dan dua rantai ringan. Antibodi sering juga
disebut dengan immunoglobulin.
b. Struktur Dasar Antibodi
Struktur dasar antibodi adalah molekul protein yang bentuknya huruf
Y yang mempunyai dua rantai polipeptida berat dan dua rantai
polipeptida ringan. Masing- masing antibodi mempunyai rantai atas yang
fungsinya untuk mengikat daripada antigen.

4
Dengan rantai tersebut, antibodi bisa mengikatkan diri sendiri ke
tubuh antigen. Sedangkan rantai bawah antibodi fungsinya untuk
menentukan bagaimana antibodi bisa berhubungan dengan antigen.
Rantai ini menjadikan antibodi dapat mengatur dan memberi rangsangan
respon imun yang tepat.

2.3 Metode pemeriksaan antibodi


a. Tes flokulasi
Berbeda dengan pembentukan agregat ketika partikel antigen
berikatan dengan antibodi spesifik, interaksi antara antigen terlarut dengan
antibodi akan membentuk presipitat, pemadatan partikel halus, biasanya
terlihat hanya jika prespitat tetap stabilberada pada matrik.
Prinsip : Prinsip pemeriksaan VDRL adalah antigen VDRL (kardiolipin,
lesitin dan kolesterol) akan bereakasi dengan antibodi yang diduga
mengandung T. Pallidum membentuk flokulasi.
Cara kerja:
1. Test kualitatif
Pemeriksaan sampel pada test kualitatif dilakukan di atas slide VDRL
dengan cara: dipipet 50uL sampel diletakkan di atas slide VDRL
ditambah 20uL reagen, dihomogenkan, kemudian di rotasi
menggunakan rotator dengan kecepatan 100rpm selama 5 menit, dan
diamati flokulan yang terbentuk menggunakan mikroskop dengan
lensa obyektif 10x. Dinyatakan hasil dalam Reaktif(+1) s/d (+4).
2. Test kuantitatif
Pengenceran sampel dilakukan dengan cara: dipipet 50uL sampel
ditambah 50uL NaCl fisiologis (titer ½) dihomogenkan. Diambil 50uL
pengenceran titer ½ ditambahkan 20uL reagin, dilakukan seperti cara
test kualitatif. Apabila pada serum liter ½ diperoleh hasil reaktif (+),
dibuat pengenceran serum ¼ dengan cara dipipet 50uL pengenceran
serum titer ½ + 50uL NaCl fisiologis (1/4), kemudian dilakukan seperti
test kualitatif sampai didapatkan hasil negatif.
Interprestasi hasil:

5
Positif(+) terbentuk flokulan (Reaktif 1,2,3,4 disesuaikan besar
flokulan)
Negatif(-) tidak terbentuk flokulan dan partikelnya tetap homogen.
Derajat disesuaikan pada titer tertinggi yang masih menunjukkan adanya
flokulan.

1. Flokulan
Flokulan adalah hasil dari proses flokulasi, dimana proses flokulasi
yaitu proses pembentukan flok yang pada dasarnya pengelompokkan
atau aglomerasi antara partikel menggunakan proses pengadukkan
lambat atau slow mixing. Pada flokulasi terjadi proses penggabungan
beberapa partikel menjadi flok yang berukuran besar. Partikel yang
berukuran besar akan mudah diendapkan (Dian R, 2007).
Pada pemeriksaan VDRL flokulasi terbentuk karena adanya reaksi
antara antigen dengan antibodi yang terdapat dalam serum penderita.
Antigen (reagen) merupakan kombinasi dari kardiolipid, kolesterol,
dan lesitin. Antibodi yang terbentuk setelah infeksi dengan T.
Pallidum disebut reagin. Reagin ini dapat bersatu dengan suspensi
ekstrak lipid dan menggumpal membentuk massa, yang dapat dilihat
pada tes flokulasi. Jumlah antibodi pada serum dapat mempengaruhi
hasil flokulasi yang terbentuk saar bereaksi dengan antigen (Djuanda,
2010).
Pada interprestasi hail test kualitatif pemeriksaan VDRL, hasil
dinyatakan positif apabila terbentuk flokulan pada sampel. Besar
flokulan dibedakan menjadi 4 sesuai dengan derajat reaktif pada hasil
test kualitatif. Reaktif 1 apabila terbentuk flokulan halus seperti pasir,
reaktif 2 apabila terbentuk flokulan sedang dan merata, reaktif 3
apabila terbentuk flokulan berkeping-keping, serta reaktif 4 apabila
terbentuk flokulan bergumpal. Pada test kuantitatif, hasil dinyatakan
sebagai besar titer tetinggi yang masih menunjukkan hasil reaktif.
Hasil reaktif test kualitatif dan besar titer yang didapatkan pada test
kuantitatif didasarkan pada besar flokulan yang di dapatkan.

6
Pemahaman yang berkembang sampai saat ini, hasil reaktif yang
dilihat dari besar flokulan yang terbentuk dapat menunjukkan besar
titer yang akan diperoleh pada test kuantitatif tanpa dilakukannya test
kuantitatif. Adanya kesesuaian besar flokulan pada test kualitatif
terhadap test kuantitatif dapat memudahkan penentuan hasil sehingga
dapat mempercepat skrining dan dapat menghemat penggunaan reagen
pemeriksaan VDRL.
a. Penanganan sampel serum
Serum harus diletakkan pada wadah yang bersih, kering dan
berlabel. Jika sampel serum harus dikirimkan ke tempat penelitian,
wadah sampel harus anti bocor dan ditempaktkan dalam kantong
plastik tahan bocor, form permintaan pemeriksaan laboratorium
diletakkan dalam kantong plastik terpisah (Marjorie, 2015).
b. Hal – hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
yaitu kecepatan rotator yang digunakan, perbandingan sampel dan
reagin tidak sesuai prosedur, menggunakan serum yang lipemik dan
keruh, kesalahan dalam pembacaan hasil, prosedur penanganan dan
penyimpanan sampel yang kurang sesuai.
c. Sumber kesalahan hasil pemeriksaan
Sumber kesalahan yang perlu diperhatikan pada hasil pemeriksaan
antara lain menggunakan plasma sebagai sampel pemeriksaan,
menggunakan serum yang sangat keruh, prosedur persiapan antigen
yang akan digunakan tidak sesuai standar, serum dan antigen diputar
tidak sesuai prosedur, jumlah antigen yang digunakan tidak sesuai
prosedur atau antigen sudah usang/kadaluarsa.

7
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Antigen merupakan molekul yang biasanya dimiliki oleh virus, bakteri,


fungi, protozoa dan juga cacing parasit. Molekul antigenik biasanya bisa
ditemukan pada bagian permukaan dari suatu zat asing yakni seperti halnya pada
serbuk sari dan bisa juga jaringan hasil dari proses pencangkokkan

Antibodi merupakan suatu senyawa glikoprotein yang mempunyai struktur


tertentu dan disekresikan oleh sel B yang sudah teraktivasi menjadi sel plasma,
berupa respon dari antigen tertentu dan reaktip atas antigen itu sendiri.

Tes flokulasi

Berbeda dengan pembentukan agregat ketika partikel antigen berikatan dengan


antibodi spesifik, interaksi antara antigen terlarut dengan antibodi akan
membentuk presipitat, pemadatan partikel halus, biasanya terlihat hanya jika
presipitat tetap stabil berada pada matrik.

3.2 Saran

Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan adanya


kritik dan saran yang bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran
dan kesempurnaan makalah ini.% dan pasca analitik 23%.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dian R., 2007. Optimasi Proses Koagulasi Flokulasi Untuk


Pengolahan Air Limbah Industri Jamu (Studi Kasus PT. Sido
Muncul). Tesis Magister Teknik Kima. Universitas Diponegoro.
Semarang.

Djuanda A &Natahusada EC., 2010. Sifilis. Dalam Djuanda A,


Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
Edisi keenam. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. p.392-412.

Marjorie., 2015. Subsequentpregnancies in women with previous


gestational syphilis. Departamen to de Pediatria, Faculdade de
Medicina, Pontifícia Universidade Católica do Rio Grandedo Sul.

Anda mungkin juga menyukai