Anda di halaman 1dari 15

IMUNOLOGI

ANTIGEN

OLEH: AZZAHRA ALGAFARI

NIM: 918311906201011

INSTITUTTEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA


S1 FARMASI
TAHUN 2018/2019
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tubuh manusia memiliki suatu sistem pertahanan untuk melindungi diri dari
benda asing yang mungkin bersifat patogen. Sistem pertahanan tubuh inilah
yang disebut sistem imun. Sistem imun terdiri dari semua sel, jaringan, dan
organ yang membentuk imunitas, yaitu kekebalan tubuh terhadap infeksi atau
suatu penyakit. Sistem imun memiliki beberapa fungsi pada tubuh, yaitu
penangkal “benda” asing yang masuk ke dalam tubuh, menjaga keseimbangan
fungsi tubuh, sebagai pendeteksi adanya sel-sel yang tidak normal, termutasi,
atau ganas dan segera menghancurkannya. Sistem imun merupakan suatu sistem
dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya,
yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing
seperti kuman-kuman penyakit ataupun racun yang masuk ke dalam tubuh yang
disebut antigen. Namun, banyak diantara kita yang kurang memiliki
pengetahuan mengenai antigen, bagian antigen, contoh-contoh antigen,
klasifikasi antigen, karakteristik dan sifat dari antigen, serta mekanisme
masuknya antigen dalam tubuh.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:

1.Apa itu antigen?


2.Apa saja jenis-jenis antigen dan bagaimana pengklasifikasiannya?
3.Bagaimana karakteristik serta sifat-sifat dari antigen?
4.Bagaimana mekanisme masuknya antigen dalam tubuh?
5.Bagaimana pemanfaatan pengetahuan mengenai antigen dalam bidang
kesehatan?

I.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah mengenai antigen ini adalah untuk menambah
pengetahuan pembaca mengenai antigen, jenis-jenisnya dan mekanisme
masuknya antigen dalam tubuh
BAB II PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Antigen

Antigen adalah molekul asing yang dapat menginduksi adanya respons imun
dan bereaksi secara spesifik dengan produk yang dibentuk dari induksi respons
imun yang terjadi. Definisi lama dari antigen agak kurang tepat karena yang
dimaksud sebenarnya adalah imunogen. Definisi antigen yang sebenarnya
adalah senyawa asing yang dapat memicu pembentukan senyawa antibodi dan
bereaksi secara spesifik dengan antibodi yang telah dipicu pembentukannya
(Sell 1975).
Antigen dan imunogen merupakan senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh
dan keduanya akan diproses oleh sistem pertahanan tubuh. Perbedaan utama
dari antigen dan imunogen adalah terdapat pada respons imun yang terjadi di
dalam tubuh. Imunogen yang masuk ke dalam tubuh pasti akan memicu
respons imun di dalam tubuh, sedangkan antigen yang masuk ke dalam tubuh
belum tentu dapat memicu terjadinya respons imun oleh tubuh.
Senyawa immunogen pasti merupakan senyawa antigen karena keduanya
merupakan zat asing yang sama-sama pasti bereaksi dengan antibodi, sedangkan
senyawa antigen belum tentu merupakan immunogen karena tidak semua
antigen dapat memicu terjadinya respons imun spesifik dari tubuh. Sifat dari
antigen berupa kemampuan untuk bereaksi dengan hasil dari antibodi yang telah
diproduksi oleh sistem imun adalah antigenicity. Sifat dari immunogen berupa
kemampuan untuk memicu terjadinya respons imun dari dalam tubuh
dinyatakan dengan istilah immunogenicity.
Berdasarkan sumbernya terdapat 3 (tiga) macam antigen, yaitu autologous
antigen, homologous antigen, dan heterologous antigen. Autologous antigen
berasal dari individu yang sama dengan yang yang terkena antigen.
Homologous antigen adalah antigen yang berasal dari individu lain tetapi masih
dalam satu spesies yang sama. Heterologous antigen adalah antigen yang
berasal dari individu yang berbeda dari spesies yang berbeda juga. Perbedaan
sumber antigen biasanya akan menghasilkan respons imun yang berbeda dari
sumber lainnya (Criep 1962).
Berdasarkan kemampuan berikatannya, antigen cenderung memiliki sifat
multivalent sedangkan antibodi selalu bersifat bivalent. Antigen berisfat
multivalent yang dimaksud adalah bahwa antigen memiliki lebih dari satu
tempat perekatan dengan antibodi. Artinya adalah bahwa antigen dapat dikenali
oleh lebih dari satu antibodi dikarenakan memiliki lebih dari satu macam titik
pengenalan. Antibodi cenderung bersifat bivalen, artinya suatu antibodi bersifat
spesifik pada satu antigen saja. Dari sifat-sifat antigen dan antibodi dapat
diketahui bahwa satu antigen perlu dicoba untuk lebih dari satu antibodi agar
dapat dikenali dengan tepat dan dapat bereaksi dengan antibodi (Criep 1975: 1).
Kemampuan antigen untuk dapat bereaksi dengan suatu antibodi dipengaruhi
oleh struktur dari antigen yang masuk ke dalam tubuh. Berdasarkan analisis dari
struktur protein suatu antigen, diketahui ada beberapa faktor yang
mempengaruhi struktur dari suatu antigen. Faktor-faktor yang menentukan
struktur dari suatu antigen antaralain urutan asam amino dalam rantai
polipeptida penyusun proteinnya, pelipatan rantai polipeptida dalam membentuk
struktur tiga dimensi suatu protein, dan konfigurasi dari molekul protein
penyusun suatu antigen. Konfigurasi protein berperan dalam penyusunan
senyawa sampingan yang khas dengan ikatan disulfide. Senyawa sampingan
yang terdapat dalam antigen akan sangat mempengaruhi keantigenan suatu
antigen.

Daerah pada antigen yang dapat membentuk kompleks dengan antibodi disebut
juga determinan antigen atau istilah lainnya adalah epitope. Antigen
determinan juga dapat diartikan sebagai daerah pada permukaan suatu antigen
yang berperan dalam pembentukan kombinasi yang spesifik dengan antibodi.
Biasanya struktur determinan tersusun oleh peptide yang khas dan terikat
secara kovalen dengan ikatan disulfida. Suatu epitope dari antigen berikatan
dengan bagian spesifik dari antibodi yang disebut dengan paratope. Epitope dan
paratope bergabung dengan ikatan non-kovalen yaitu dengan menggunakan
gaya Van der waals. Kekuatan ikatan yang terbentuk antara antigen-antibodi
dipengaruhi oleh besarnya gaya Van der Waals dan struktur tiga dimensi dari
suatu antigen (Shetty 2005).

Terdapat daerah reaktif pada determinan suatu antigen, selain reaktif daerah
determinan juga bersifat khas sehingga menentukan karakteristik dari antigen
yang dibawanya. Senyawa antigen yang terlarut di dalam air molekul
proteinnya akan menjadi bermuatan listrik. Senyawa antibodi yang datang bisa
tertarik dan berikatan dengan determinan dari suatu antigen yang ada
dikarenakan adanya perbedaan muatan listrik yang dimiliki oleh epitope dan
paratope serta adanya kesesuaian bentuk struktur antara epitope dan paratope
yang ada sehingga membentuk struktur gembok dan kunci (Criep 1962.

Antigen terbagi atas dua macam tipe, yaitu complete antigen dan incomplete
antigen. Perbedaan antara complete antigen dan incomplete antigen adalah
kemampuannya untuk menginduksi respons imun dari tubuh. Complete antigen
adalah antigen yang dapat menginduksi respons imun tubuh sehingga terjadi
pembentukan antibodi dan juga dapat bereaksi dengan antibodi yang telah
dibentuknya. Incomplete antigen adalah antigen yang hanya dapat bereaksi
dengan antibodi tetapi tidak dapat memicu terjadinya respons imun tubuh
berupa pembentukan antibodi. Selain perbedaan kemampuan dalam memicu
respons imun, perbedaan lain dari complete dan incomplete antigen terdapat
pada susunan kimianya dan ukuran molekulnya. Complete antigen biasanya
berupa senyawa yang kompleks seperti protein atau polisakarida. Complete
antigen juga memiliki berat molekul yang relative besar, yaitu lebih dari 10.000
dalton. Incomplete antigen umumnya berupa senyawa-senyawa yang lebih
sederhana tetapi bersifat reaktif dan berukuran molekul kurang dari 10.000
dalton.

Incomplete antigen disebut juga hapten. Hapten berdasarkan struktur kimianya


terbagi menjadi dua jenis, yaitu simple hapten yang berupa molekul kecil dan
complex hapten yang berupa molekul lebih besar seperti lipid atau asam
nukleat. Incomplete antigen sendiri tidak bersifat immunogen, artinya tidak
dapat memicu respons imun tubuh berupa pembentukan antibodi. Hapten perlu
bergabung membentuk kompleks dengan molekul yang lebih besar yang disebut
dengan karier, agar dapat memicu respons imun tubuh. Gabungan antara hapten
dengan protein karier akan membentuk kompleks hapten-karier atau yang
dikenal dengan istilah conjugated antigen.
Hapten sebelum bergabung dengan protein karier, hapten tidak memiliki
determinan yang sesuai sehingga tidak dapat memicu respons sistem imun
tubuh berupa pembentukan antibodi. Peranan karier bagi hapten adalah selain
untuk menambah ukuran molekul , karier juga berperan menyediakan
determinan yang sesuai sehingga dapat memicu respons imunitas dari dalam
tubuh. Contoh hapten adalah arsenilic acid. Arsenilic acid tidak dapat memicu
respons imun berupa pembentukan antibodi, namun dengan berkonjugasi
dengan protein lain seperti BSA dan membentuk kompleks hapten-karier maka
dapat terjadi respons imun dari tubuh berupa pembentukan antibodi yang
bersesuaian.
Hapten merupakan antigen yang bersifat univalent. Antigen univalent
merupakan senyawa kimia yang berukuran kecil namun dapat membentuk
kompleks dengan antibodi. Ketika sebuah senyawa univalent bergabung
dengan antibodi yang bersesuaian, maka kompleks hapten-antibodi akan
terbentuk. Senyawa kompleks antigen-antibodi yang terbentuk bersifat mudah
larut dan tidak terjadi pembentukan endapan ketika pembentukan kompleks
hapten-antibodi karena tidak adanya proses bridging atau proses pembentukan
lattice.
Hapten secara umum dapat berupa simple hapten dan complex hapten. Simple
hapten tersusun atas senyawa kimia sederhana, sedangkan complex hapten
berupa senyawa lebih besar dapat berupa lipid atau asam nukleat. Contoh dari
complex hapten adalah kolestrol atau lesitin.
Terdapat empat macam ikatan yang dapat mengikat antigen dan antibodi, yakni:
Gaya elektrostatik, Ikatan hidrogen, Ikatan hidrofobik, dan Ikatan Van der
Walls. Gaya elektrostatik adalah ikatan tarik-menarik yang terbentuk antara dua
molekul ionic yang memiliki medan magnet berbeda. Ikatan hidrogen adalah
jembatan hidrogen reversibel yang terbentuk antar dua molekul hidrofilik.
Ikatan hidrofobik adalah ikatan yang terbentuk antarmolekul yang hidrofobik.
Gaya Van der Walls adalah interaksi antara electron terluar dari orbit antar dua
makromolekul yang berbeda (Shetty 2005: 22).
Adjuvan adalah bahan yang berbeda dari antigen yang ditambahkan ke dalam
vaksin untuk meningkatkan respon imun, aktivasi sel T melalui peningkatan
akumulasi APC (Antigen Presenting Cell) ditempat paparan antigen dan
ekspresi konstimulator dan sitokin oleh APC. (Baratawijaya & Rengganis 2009:
564).
Adjuvant yang baik harus memiliki sifat-sifat berikut:

1. Membuang depot antigen dan melepas antigen sedikit demi sedikit


sehingga memperpanjang paparan antigen dengan sistem imun.
2. Mempertahankan integritas antigen
3. Mempunyai sasaran APC
4. Menginduksi CTL/Tc
5. Memacu respon imun dengan afinitas tinggi
6. Mempunyai kapasitas untuk mengintervensi sistem imun yang selektif
(Sel B dan Sel T)
7.

Contoh Antigen

1.Bakteri Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan


lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki
ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat
yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada juga yang
meerugikan. Bakteri adalah organisme uniseluler dan prokariot serta umumnya
tidak memiliki klorofil dan berukuran renik
.

Virus Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel


organisme biologis. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel- partikel yang
menginfeksi sel-sel eukariota. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut
disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup
dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.

3.Sel darah yang asing Sel darah yang asing dapat diperoleh dari pendonoran
darah. Transfusi darah merupakan jenis transplantasi yang paling sering
dilakukan. Dan apabila darah yang masuk ke dalam tubuh resipien tidak
kompatibel maka tubuh akan mengenalinya sebagai antigen.

4.Sel-sel dari transplantasi organ Transplantasi adalah pemindahan sel, jaringan


maupun organ hidup dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan
mengembalikan fungsi yang telah hilang. Namun sel-sel tersebut dapat menjadi
antigen ketika sel tidak cocok dengan tubuh resipien.

5.Toksin Toksin adalah segala bentuk zat yang memiliki efek destruktif bagi
fungsi sel dan struktur sel tubuh. Beberapa jenis toksin bersifat fatal, dan
beberapa jenis lain bersifat lebih ringan.
II.3 Karakteristik dan Sifat-sifat Antigen

A.Karakteristik Antigen Karakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran, rigiditas,


lokasi determinan dan struktur tersier

1.U k u r a n
, antigen lengkap (imunogen) biasanya mempunyai berat molekul yang besar.
Tetapi molekul kecil dapat bergabung dengan protein inang sehingga dapat
bersifat imunogen dengan membentuk kompleks kecil (hapten) dan protein
inang (carrier).

2.B e n t u k
, bentuk determinan sangat penting sebagai komponen utama, seperti DNP
dalam DNP-L-lisin yang memberi bentuk molekul yang tidak dapat ditemukan
dalam homolog primer.

3.R i g i d i t a s
, Gelatin yang mempunyai berat molekul yang sangat besar, hampir semuanya
non imunogenik. Kespesifitasnya dari produksi antigen secara langsung
diangkut ke gelatin.

4.L o k a s i d e t e r mi n a n
, bagian protein yang terdenaturasi mengindikasikan determinan antigen yang
penting yang dapat dimasukkan oleh molekul besar.

5.S t r u k t u r t e r s i e r
, struktur tersier dari protein penting dalam mendeterminasi kespesifikasn dari
respon suatu antibodi. Produksi antibodi rantai A dari insulin tidak bereaksi
dengan molekul alami. Reduksi dan reoksidasi dari ribonuklease di bawah
kondisi kontrol diproduksi dari campuran molekul protein yang berbeda hanya
dalam struktur tiga dimensi. Jika katabolisme terjadi, struktur tersier dari
imunogen akan dihancurkan. B.
Sifat- Sifat Antigen Antigen memiliki beberapa sifat-sifat yang khas sebagai
berikut :

1.Keasingan
Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi syarat sebagai
imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap hospes.

2.Sifat-sifat Fisik
Agar suatu zat dapat menjadi imunogen, ia harus mempunyai ukuran minimum
tertentu, yaitu mempunyai berat molekul >40.000 dalton, respon terhadap
hospes minimal, umumnya berupa protein
asing, alergen bersifat stabil (tahan bila dipanaskan, sukar dipecahkan), mampu
merangsang terbentuknya AB serta antigen poten alamiahnya berupa
makromolekul dan kompleks polisakarida, serta fungsi zat tersebut sebagai
hapten sesudah bergabung dengan protein-protein jaringan. Hapten dapat
merangsang terjadinya respon imun yang kuat jika bergabung proten pembawa
dengan ukuran sesuai.

3.Kompleksitas Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen


meliputi sifat fisik dan kimia molekul.

4.Bentuk-bentuk (Conformation)
Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear
atau bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta protein globular,
semuanya mampu merangsang terjadinya respon imun.

5.Muatan (Charge)
Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu, zat-zat yang bermuatan
positif, negatif, dan netral dapat imunogen. Namun demikian imunogen tanpa
muatan akan memunculkan antibodi yang tanpa kekuatan.

6.Kemampuan Masuk
Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan akan
menentukan hasil respon imun.

II.4 Mekanisme Masuknya Antigen dalam Tubuh


Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang
bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila
dia melekat pada protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi
antigen tersebut dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut
lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian
substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan
mensintesis pembentukan antibodi. Contoh hapten diantaranya adalah toksin
poison ivy, berbagai macam obat (seperti penisilin), dan zat kimia lainya yang
dapat membawa efek alergik. Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan
berikatan dengan reseptor sel limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel
limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian akan
membentuk antibodi yang mampu berikatan dengan antigen yang merangsang
pembentukan antibodi itu sendiri. Tempat melekatnya antibodi pada antigen
disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut
variabel. Secara garis besar, interaksi antigen-antibodi adalah seperti berikut:

Antigen/hapten masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, udara, injeksi, atau


kontak

langsung.

Antigen berikatan dengan antibody.

Histamine keluar dari sel mast dan basofil

Timbul manifestasi alergi Terdapat berbagai kategori Interaksi antigen-antibodi,


kategori tersebut antara lain:

1.Primer Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen
dengan antibodi pada situs identik yang kecil, bernama epitop.

2.Sekunder Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di


antaranya:

a.Netralisasi Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian


antigen menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan
mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan
sel yang rentan.

b. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi darah
yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan
c. Presipitasi
Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar,
sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya
mengendap.

d. Fagositosis Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen
mampu mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan
fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut. e.

Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel
pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell
kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibodi sebelum
dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya. 3.

Tersier Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologik dari


interaksi antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya.
Pengaruh menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisi
bakteri, immnunitas mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara
lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan
terhadap infeksi.
II.5 Aplikasi Pengetahuan mengenai Antigen dalam Bidang Kesehatan
Pengetahuan tentang antigen, imunogenitas, imunogen, dan epitop sangat
penting dalam aplikasi klinik, khususnya untuk imunisasi dengan tujuan
pencegahan terhadap penyakit-penyakit infeksi tertentu. Pengetahuan mengenai
antigen juga dimanfaatkan untuk membuat vaksin. 1.

Vaksin Bakteri

a.Diphteria, Pertussis dan Tetanus (DPT) DPT merupakan vaksin polivalen


yang mengandung toksoid dari Corynebacterium diphteriae dan Closteridium
tetani dengan dibubuhi bakteri Bordetella pertussis (penyebab batuk rejang)
yang telah dimatikan. Toksoid adalah toksin yang telah dihilangkan
toksisitasnya, tetapi masih bersifat sebagai imunogen.

b.Haemophilus influenzae tibe b (Hib) Vaksin ini terdiri atas polisakarida


berasal dari Haemophilus influenzae tipe b yang dikonjugasikan dengan toksoid
atau protein membran luar dari meningocococcus yang digunakan untuk

mencegah meningitis (radang selaput otak) oleh Haemophilus influenzae.


Tetapi karbohidrat yang dimurnikan tersebut kurang imunogenik pada anak-
anak berumur dibawah 2 tahun. Polisakarida tersebut hanya akan memiliki
imunogenisitas jika secara kimiawi dikaitkan dengan molekul protein sebagai
carrier.

c. Neiseria meniitis Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit meningitis.


Vaksin ini terdiri atas karbohidrat yang berasal dari kapsul meningococcus dari
galur A, C, Y dan W-135. d.

Polisakharida pneumococcus Vaksin ini dipersiapkan dari kapsul polisakharida


dari 23 tipe antigenik Streptococcus pmeumoniae. Vaksin ini akan dilindungi
terhadap 90 % galur pneumococcus yang menyerang manusia. e.

Baccili Calmette-Guerin (BCG) Vaksin ini mengandung bakteri hidup yang


telah dilemahkan dari galur Mycobacterium bovis yang digunakan untuk
melindungi terhadap infeksi tbc manusia. 2.

Vaksin virus
a.Rubella Vaksin rubella mengandung virus hidup yang telah dilemahkan yang
dibiakkan dalam jaringan hewan atau sel-sel diploid manusia

b. Virus influenza Mengandung virus influenza tipe A dan B secara utuh yang
dibiakkan dalam embrio ayam dan dinonaktifkan dengan formalin. c.

Poliomyelitis Vaksin terhadap poliomyelitis tersedia dalam 2 bentuk.

Vaksin salk (inactivated polio vaccine = IPV) diperoleh dari virus yang
dibiakkan dalam jaringan (ginjal kera) kemudian dinonaktifkan dengan formalin
atau sinar UVIOL. Pemberian vaksin melalui suntikan.

Vaksin Sabin atau OPV (Oral polio vaccine) dipersiapkan dari virus yang
ditumbuhkan dalam jaringan (ginjal kera). Pemberian vaksin dengan cara
tetesan melalui mulut. d.

Hepatitis B Vaksin hepatitis B terdiri dari partikel antigen permukaan virus


hepatitis B (HbsAg) yang diperoleh dari plasma manusia penyandang carrier. e.

Varicella Vaksin varicella digunakan untuk mencegah terhadap infeksi cacar


air. f.

Hepatitis A Vaksin yang mengandung virus hepatitis A yang dinonaktifkan. g.


Rabies Vaksin rabies tersedia dalam dua bentuk : a)

Virus rabies yang telah dimatikan untuk vaksinisasi manusia

Virus yang dibiakkan dalam sel embrio itik

Virus yang ditumbuhkan dalam sel-sel diploid manusia, lebih aman daripada
vaksin pertama. b)

Virus rabies hidup yang dilemahkan untuk vaksinisasi hewan piaraan.


BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Dari pembahasan yang dijabarkan diatas, diperoleh


kesimpulan sebagai berikut: 1.

Antigen adalah bahan, yang asing untuk badan, yang di dalam manusia atau
organisme multiseluler lain dapat menimbulkan pembentukan antibodi
terhadapnya dan dengan antibodi itu antigen dapat bereaksi secara khas. 2.

Antigen dapat diklasifikasikan menurut epitop, spesitisitas, ketergantungan


terhadap sel T, secara kimiawi, cara masuk kedalam tubuh dan menurut produk
bakterinya. 3.

Sifat-sifat antigen adalah keasingan, sifat-sifat fisik, kompleksitas, bentuk-


bentuk, muatan dan kemampuan masuknya. 4.

Pengetahuan mempelajari antigen dapat dimanfaatkan dalam pembuatan vaksin


bakteri dan virus.
DAFTAR PUSTAKA

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI.


Mikrobiologi Kedokteran
. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Baratawidjaja, Karnen
Garna. 2010.
Imunologi Dasar
. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedoketeran Universitas Indonesia Subowo.
2009.
Imunobiologi
. Jakarta : Sagung Seto. Suryawidjaja, Julius. 2011.
Buku Saku Imunologi
. Jakarta : Binarupa Aksara Publisher.

Anda mungkin juga menyukai