Anda di halaman 1dari 28

ANTIGEN

MESA SUKMADANI RUSDI, M.SC., APT


FAKULTAS FARMASI UNIVERISTAS DHARMA ANDALAS
ANTIGEN
I. Definisi :

 Imunogen : substansi yang menginduksi


respon imun spesifik, humoral, seluler atau
keduanya.
 Imunogenisitas : kemampuan suatu substansi
untuk menginduksi terjadinya respon imun.
 Alergen : beberapa imunogen yang
mengakibatkan respon alergik

2
 Antigen (Ag) : Substansi yang dapat bereaksi
dengan produk respon imun spesifik

Antigen = Antibody generating

Not all antigens produce an immunogenic response, but


all immunogens are antigens .

 Epitop atau determinan antigenik : bagian dari


antigen yang dapat mengikat produk respon imun

3
Klasifikasi Antigen
• Antigen lengkap adalah antigen yang dapat menginduksi baik respons
imun maupun bereaksi dengan produknya, ex: BAKTERI, VIRUS,
JAMUR
• antigen tidak lengkap adalah tidak dapat menginduksi respons imun
namun dapat bereaksi dengan produksi respon imun seperti antibodi, ex:
HAPTEN

• Sebenarnya penamaan antigen kurang tepat, yang lebih tepat adalah


imunogen. Antigen belum tentu imunogen, tetapi imunogen pasti antigen.

• Sifat antigen:
• Merupakan makromolekul, dapat berupa polipeptida, polisakarida
atau glikoprotein.
• Tidak mudah hancur atau terurai oleh cairan tubuh (darah, limfa,
dsb).
• Tidak setiap bagian dari antigen dapat berinteraksi dengan molekul
sistem imun. Bagian dari antigen yang secara langsung berikatan
dengan molekul reseptor (seperti antibodi) dikenal dengan epitop.
Hal ini menandakan, bahwa antigen mempunyai beberapa epitop.

4
 Hapten : Substansi non-imunogenik tetapi dapat
bereaksi dengan produk respon imun.

 Hapten adalah molekul kecil, yang tidak dapat


menginduksi respon imun apabila diberikan sendiri,
tetapi dapat menginduksi respon imun apabila
dengan pembawa.

 Hapten mempunyai sifat antigenik, tetapi tidak


imunogenik.

5
6
Molekul Antigen, Antibodi dan epitop

Permukaan sel bakteria mempunyai antigen yang berbeda-beda. Antigen


tersebut mungkin spesifik untuk bakteria tertentu dan mungkin juga terdapat
antigen yang dipunyai oleh berbagai bakteria.

7
KELOMPOK ANTIGEN :
Antigen H: antigen yang berhubungan dengan flagela,
yang digunakan untuk bergerak, sehingga antigen H hanya
ditemui pada bakteria yang dapat bergerak (misalkan
Salmonella typhi). Komposisi kimia dari flagela sangat
bervariasi antar bakteria.
Antigen O: antigen yang berhubungan dengan antigen
permukaan, disebut pula sebagai antigen somatik. Antigen
O dihubungkan dengan bakteria yang tidak bergerak
(misalkan E.coli).
Antigen Vi: antigen permukaan yang bertanggung jawab
pada sifat virulensi suatu bakteria, misalkan berupa
lapisan kapsul yang terdiri dari polisakarida, pada bakteria
tertentu (misalkan S.aureus).

8
Pada umumnya BM imunogen, lebih dari 10.000,
dimana sebagian kecil dari senyawa tsb. dapat
bergabung dengan antibodi (epitop).

Timbul pemikiran bahwa suatu imunogen paling sedikit


mempunyai dua epitop per molekul untuk
menstimulasi terjadinya respon antibodi.

9
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi
imunogenisitas :

a. Kontribusi imunogen

• Keterasingan : sistem imun secara normal dapat


membedakan self dari non-self. Hanya molekul asing
yang imunogenik

• Ukuran : tidak ada ukuran tertentu suatu substansi


imunogenik, akan tetapi, pada umumnya, makin
besar molekul, makin imunogenik

10
• Komposisi kimiawi : pada umumnya , makin
kompleks suatu substansi makin imunogenik

• Sifat fisika : partikel lebih imunogenik daripada


larut dan antigen terdenaturasi lebih
imunogenik daripada bentuk nativenya.

• Degradasi : pada umumnya antigen yang


mudah didegradasi lebih imunogenik.

11
b. Kontribusi sistem biologik

• Faktor genetik : beberapa senyawa,


imunogenik spesies yang lainnya.

• Umur : makin muda atau makin tua, respon


imunnya berkurang.

12
c. Cara pemberian

• Dosis : ada dosis tertentu, jika dibawah atau


diatasnya, respon imun yang terjadi tidak optimal

• Umur : makin muda atau makin tua, respon


imunnya berkurang.

• Adjuvan : substansi yang dapat meningkatkan


respon imun.

13
III. Kimiawi imunogen

• Protein : paling utama protein. Protein murni,


glikoprotein, atau lipoprotein. Pada umumnya
protein merupakan imunogen yang baik.
• Polisakarida : polisakarida murni atau lipo-
polisakarida, adalah imunogen yang baik
• Asam nukleat : imunogen yang tidak baik, tetapi
dapat menjadi imunogenik apabila dengan
stranded tunggal atau kompleks dengan protein
• Lipid : pada umumnya non-imunogenik, meskipun
hapten
14
IV. Macam-macam antigen

• Antigen T-independen : antigen yang langsung dapat


menstimulasi sel B untuk memproduksi antibodi.
Pada umumnya polisakarida adalah antigen T-
independen

Sifat-sifatnya : 1. struktur polimerik (Gambar 1)


2. mengaktivasi sel B poliklonal
3. resisten terhadap degradasi

15
Gambar 1
16
• Antigen T-dependen : tidak dapat menstimulasi
produksi antibodi tanpa bantuan sel T. Antigen ini
dikarakterisasi oleh beberapa kopi determinan
antigenik yang berbeda (Gambar 2)

17
Gambar 2
18
V. Konjugat pembawa hapten

• Definisi : konjugat pembawa hapten adalah


molekul imunogenik dimana hapten dilekatkan
secara kovalen. Molekul tersebut dinamakan
molekul pembawa

• Struktur : struktur konjugat ini dikarakterisasi


dengan adanya determinan antigenik yang native
(Gambar 3)

19
III. Kimiawi imunogen

Gambar 3
20
Ada tiga macam antibodi yang diproduksi, yaitu :
1) dapat bergabung hanya dengan hapten,
2) dapat bergabung hanya dengan pembawa, dan
3) dapat bergabung dengan kompleks hapten-pembawa.
Setiap antibodi, spesifik untuk hapten, protein pembawa,
dan gabungan hapten-protein, dan tidak ada reaksi silang
terhadap ketiganya.

21
VI. Determinan antigenik (epitop)
a. Determinan yang dikenal sel B

• Komposisi : determinan antigenik yang dikenal sel B dan


antibodi yang disekresi sel B, disusun oleh struktur primer
residu dalam polimernya dan/atau oleh struktur sekunder,
tersier, atau kuarterner molekul tersebut.
• Ukuran : pada umumnya determinan antigenik adalah kecil
dan terbatas 4-8 residu (asam amino dan atau gula) yang
tersusun memanjang
• Jumlah : walaupun dalam teori, 4-8 residu dapat menyusun
determinan antigenik yang terpisah, tetapi pada kenyataannya,
jumlahnya lebih sedikit. (Gambar 4)

22
23
Keterasingan

Suatu imunogen harus sesuatu yang asing atau bukan


dirinya sendiri bagi hospes bersangkutan.

Syarat ini penting untuk mendorong suatu respon imun


terhadap senyawa yang berpotensi merusak dibanding
yang secara normal ada dalam individu tersebut.

24
Sebagai contoh, apabila komponen komplemen C3
diambil dari suatu hospes, dan disuntikkan kembali ke
hospes yang sama, tidak akan terjadi respon, sebab
protein tersebut dikenal sebagai dirinya sendiri.
Tetapi apabila protein C3 tersebut disuntikkan ke kelinci,
kelinci akan merespon C3 manusia tersebut, sebab
dikenal sebagai sesuatu yang asing baginya.

Pada umumnya, makin besar perbedaan


filogenetiknya, makin besar respon imun yang
terjadi.
25
26
Adjuvan
Agen yang memperbesar suatu respon imun,
bersifat non imunogenik dan tidak dapat
menimbulkan respon apabila disuntikkan tanpa
imunogen.

27
Secara teori, aktivitas ini merupakan kerja yang
baik, oleh adanya :
1. peningkatan jumlah sel yang terlibat dalam
respon imun
2. proses yang lebih efisien dari imunogen
3. memperpanjang adanya imunogen
4. meningkatkan kecepatan sintesis dan
pelepasan antibodi

28

Anda mungkin juga menyukai