MAKALAH
Disusun oleh :
Rahastuti 160421180005
Heidy Stefanie Yonathan 160421180006
Pembimbing :
1
BAB I
PENDAHULUAN
Mikroba patogen seperti virus, bakteri, atau parasit yang berhasil menjebol
pertahanan pertama, akan masuk tubuh dan berhadapan dengan sistem pertahanan
terhadap patogen dengan makrofag sebagai agen yang terdepan. Kerja imunitas
innate ini pada umumnya berhasil menghalangi terjadinya infeksi. Bila tidak
berhasil mengeliminasi agen penginfeksi, maka makrofag dan sel lain yang telah
teraktivasi pada respon innate akan segera membantu menginisiasi respon imun
adaptif.
kekebalan tubuh. Hal ini disebut imunogen atau antigen. Antigen merupakan
istilah yang dipakai untuk semua molekul yang merangsang sel B untuk
memproduksi antibodi spesifik. Istilah antigen saat ini digunakan secara lebih luas
untuk mengindikasikan segala bentuk molekul yang secara spesifik dikenali oleh
Respon imun adaptif ini dikelola oleh sel limfosit B dan T. Berbeda
dengan sistem imun innate, respon imun ini memiliki memori terhadap antigen
spesifik dimana yang terlibat pertama kali dalam pengenalan terhadap antigen
merupakan suatu atibodi yang dihasilkan oleh sel plasma yaitu sel B yang
teraktivasi, dan berfungsi sebagai reseptor sel untuk suatu antigen (B-cell
receptor/BCR). Makalah ini akan membahas interaksi antara antigen dan antibodi
2
BAB II
ANTIGEN
Antigen adalah zat yang dalam kondisi yang tepat mampu menginduksi
dihasilkan. Antigen akan bereaksi dengan kedua T-cell recognition receptors dan
antigenik yang disebut epitop, dan masing-masing epitop dapat mengikat antibodi
spesifik. Dengan demikian, antigen tunggal dapat mengikat banyak antibodi yang
dapat membangkitkan respon imun tetapi dapat bereaksi dengan antibodi yang
ke molekul carrier. Molekul carrier dapat merupakan protein host. Struktur tersier
molekul yang sama baiknya seperti sequence asam amino penting dalam
menentukan antigenisitas.
Struktur tertentu seperti lipid dan DNA yang secara umum miskin akan
cell. Sebagian besar protein dan sel darah merah asing adalah contoh dari
3
T-sel untuk produksi antibodi. Sebaliknya, mereka langsung merangsang limfosit
tidak merangsang sel-sel memori yang tahan lama. Kebanyakan dari polisakarida
bakteri (yang ditemukan pada dinding sel bakteri) termasuk dalam kategori ini.
menginduksi aktivasi sel B spesifik, tetapi juga dapat bertindak sebagai stimulan-
sel B poliklonal.
sebagai nonself.
2. Ukuran molekul
besar. Molekul dengan berat molekul kurang dari 10.000 kurang bersifat
imunogenik dan yang berukuran sangat kecil seperti asam amino tidak
bersifat imunogenik.
4
3. Kompleksitas kimiawi dan struktural
dengan heteropolimer yang mengandung dua atau tiga asam amino yang
berbeda.
Unit terkecil dari antigen kompleks yang dapat dikat antibody disebut
Dua strain binatang dari spesies yang sama dapat merespon secara berbeda
terhadap antigen yang sama karena perbedaan komposisi gen respon imun.
antigen dengan cermat (termasuk jumlah dosis), cara pemberian dan waktu
5
a. Unideterminan, univalen yaitu hanya satu jenis determinan atau epitop
b. Unideterminan, multivalen yaitu hanya satu determinan tetapi dua atau
banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat
a. Heteroantigen, yaitu antigen yang terdapat pada jaringan dari spesies yang
berbeda.
c. Alloantigen (isoantigen) yaitu antigen yang spesifik untuk individu dalam
satu spesies.
d. Antigen organ spesifik, yaitu antigen yang dimilki oleh organ yang sama
e. Autoantigen, yaitu antigen yang dimiliki oleh alat tubuh sendiri
6
3. Pembagian menurut ketergantungan terhadap sel T Menurut
a. T dependent yaitu antigen yang memerlukan pengenalan oleh sel T dan
polimerik bakteri.
dan spesifisitas imun yang berasal dari polisakarida pada permukaan sel
darah merah.
7
b. Lipid
adalah sphingolipid.
c. Asam nukleat
dengan SLE.
d. Protein
multideterminan univalent.
a. Exogenous antigen
histocompatibility molecules.
8
b. Endogenous antigen
sebagai hasil dari metabolisma normal dari sel, atau disebabkan karena
c. Autoantigen
normal, bukan merupakan target dari sistem imun, tetapi karena faktor
d. Tumor antigen
melalui molekul MHC I atau MHC II pada permukaan dari sel tumor.
Antigen ini dihasilkan oleh sel tumor , tidak pernah dihasilkan dari sel
yang normal.
e. Native antigen
bagian yang lebih kecil. Sel T tidak dapat mengikat native antigen,
Antigen juga dibagi menjadi antigen lengkap dan antigen tidak lengkap.
Antigen lengkap merupakan salah satu dari antigen yang dapat menginduksi
respon imun dan bereaksi dengan produknya sebagai respo tersebut. Antigen
9
lengkap meliputi imunogen dan antigen. Antigen tidak lengkap (hapten) adalah
substansi kimia aktif yang mempunyai berat molekul kecil yang tidak dapat
menginduksi respon imun oleh dirinya sendiri tetapi dapat bergabung dengan
molekul yang lebih besar (carrier atau Schlepper) menjadi bersifat imunogenik
Dalam bentuk momomer, suatu protein dapat ditoleransi oleh host, tetapi
dalam bentuk polimer, protein tadi menjadi sangat imunogen. Protein merupakan
nukleoprotein.
1. Keasingan
sebagai imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap
hospes.
2. Sifat-sifat Fisik
respon terhadap hospes minimal, dan fungsi zat tersebut sebagai hapten
10
3. Kompleksitas
4. Bentuk-bentuk (Conformation)
5. Muatan (charge)
6. Kemampuan masuk
11
BAB III
ANTIBODI
serum dan cairan jaringan, yang memberikan respon terhadap struktur asing yang
disebut antigen.
Antibodi terdapat dalam dua bentuk yaitu antibodi yang terikat membran
pada permukaan limfosit B berperan sebagai reseptor antigen. Bentuk lain adalah
antibodi yang disekresi yang masuk ke sirkulasi, jaringan, dan mukosa yang
mengikat antigen, menetralisir toksin, dan mencegah mikroba patogen masuk dan
cara :
toksin tetanus dan difteri dapat mencegah penyakit pada tikus yang terinfeksi
dengan patogen yang sama. Substansi yang tidak diketahui yang terdapat pada
serum dan meyediakan perlindungan pada transfer disebut antitoksin oleh Tizzoni
12
dan Cattani pada 1891. Kemudian penelitian Paul Ehrlich dan Jules Bordet
(eritrosit). Istilah antibodi yang dirasa lebih inklusif kemudian digunakan untuk
dengan berat molekul yang besar maka disarankan karakterisasi antibodi yang
lebih lanjut dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil dan lebih mudah dipelajari.
dengan enzim proteolitik papain. Hal tersebut menghasilkan dua fragmen yaitu :
Fragmen kedua yaitu fragmen yang menahan fungsi efektor antibodi disebut
globulin myeloma menjadi dua komponen yang disebut rantai berat (heavy chain/
H) dan rantai ringan (light chain/ L). Pada tahun 1964 WHO mengumumkan
imunoglobulin D (IgD).
13
3.1 Struktur Imunoglobulin
yang terdiri dari dua rantai berat (masing-masing 55 kDA) dan dua rantai
3. Istilah berat dan ringan menunjukkan berat molekul pada rantai. Rantai berat
berat molekul 25.000 Da. Rantai berat memiliki rantai yang lebih panjang
sedangkan rantai ringan memiliki rantai yang lebih pendek (Gambar 1).
Rantai Berat
terbuat dari 420-440 asam amino. Kedua rantai berat diikat dengan ikatan
disulfida satu-lima (S-S). Setiap rantai berat terikat ke rantai ringan dengan ikatan
disulfida dan ikatan non kovalen seperti ikatan garam, ikatan hidrogen, dan ikatan
14
dan jembatan disulfida membuat dua rantai berat dan ringan (H-L) yang identik
yang berikatan satu sama lain membentuk empat rantai H-L yang menjadi
struktur antibodi.
Sebagai contoh: IgM mengandung rantai berat mu (μ), IgG mengandung rantai
berat gamma (γ), IgA mengandung rantai berat alfa (α), IgD mengandung rantai
berat delta (δ) dan IgE mengandung rantai berat epsilon (ε) (Tabel 1). Rantai
berat tersebut membedakan secara struktur dan antigen dari masing-masing kelas
Tabel 1. Kelas imunoglobulin dan rantai berat serta subkelas yang ada pada kelas
Rantai Ringan
oleh 220-240 asam amino. Rantai ringan berikatan dengan rantai berat melalui
struktur dan susunan kimia yang sama, yaitu terdiri dari dua tipe : kappa (κ) dan
lambda (λ). Keduanya berbeda pada asam amino yang terdapat pada regio yang
tetap. Masing-masing imunoglobulin memiliki dua rantai κ atau dua rantai λ tapi
15
tidak pernah memiliki keduanya bersamaan. Rantai κ dan λ terdapat pada serum
mengandung bagian amino dan bagian karboksi. Bagian amino disebut regio
karboksi disebut regio konstan atau (C region). C region pada rantai berat akan
Keduanya rantai berat dan rantai ringan mengandung regio variabel dan
regio konstan. Regio-regio tersebut terdiri dari struktur tiga dimensi dengan
segmen yang berulang disebut domain. Pada rantai berat, regio variabel disusun
oleh satu domain imunoglobulin dan regio konstan disusun oleh tiga atau empat
domain imunoglobulin pada regio variabel dan satu domain imunoglobulin pada
regio konstan.
Regio Variabel
Bagian amino dari rantai ringan atau berat terdiri dari 100-110 asam
amino, yang dikenal sebagai regio variabel atau V region (VL pada rantai ringan
dan VH pada rantai berat). Regio V dari rantai berat (VH) akan bersanding
dengan regio V dari rantai ringan (VL) dan membentuk antigen binding site
16
(Gambar 2). Karena struktur utama dari molekul antibodi memiliki dua rantai
berat dan dua rantai ringan maka antibodi memili dua antigen binding site.
Regio variabel pada rantai berat maupun ringan terdiri dari tiga regio
antigen binding (Fab) molekul antibodi yang terdiri dari 5-10 asam amino
terdapat pada regio hipervariabel pada rantai berat dan rantai ringan. Bagian
hipervariabel tersebut.
Regio Konstan
regions). Terdiri dari dua rangkaian asam amino dasar. Fragmen Fc yang
ditemukan terkristalisasi dibawah kondisi rendah ion, terdapat pada regio konstan
rantai berat. Regio konstan ini terpisah dari antigen binding site sehingga tidak
Regio konstan dari rantai berat berinteraksi dengan molekul efektor dan
sel pada sistem imun lainnya sehingga membantu mediasi fungsi biologis
antibodi. Regio konstan pada rantai ringan tidak berperan pada fungsi efektor dan
Molekul antibodi tunggal memiliki dua rantai ringan yang identik dan dua
rantai berat yang identik, atau (H2L2)n multipel dari suatu struktur empat rantai
17
dasar. Subisotipe terdapat pada rantai α dan rantai γ, dan menentukan subkelas
dari imunoglobulin.
Gambar 2. Struktur Antibodi. A. Diagram skematik dari molekul IgG yang disekresi. Antigen
binding site dibentuk oleh domain VL dan VH. Regio konstan (c region) rantai berat terdapat pada
ujung seperti ekor. B. Diagram skematik pada molekul IgM membran pada permukaan limfosit B,
molekul IgM memiliki CH lebih daripada IgG.(Abbas, 2007)
1. Isotipe
Isotipe dari suatu imunoglobulin mengacu pada regio konstan dari rantai
berdasarkan variasi isotipe rantai berat menjadi lima kelas yaitu sperti
yang sudah disebutkan di awal bagian antibodi : IgA, Ig,D, IgE, IgG, IgM.
18
IgE, sesuai urutan. Rantai ringan juga ditandai dengan marker isotipe
2. Alotipe
Alotipe mengacu pada perbedaan alel pada kedua regio variabel dan regio
berat dan rantai ringan, yaitu berupa Am pada α rantai berat, Gm pada γ
rantai berat, dan Km pada κ rantai ringan. Marker alotipe tidak ditemukan
pada μ, δ, dan ε rantai berat dan λ rantai ringan. Lebih dari 25 tipe Gm, 3
pada beberapa (tidak semua) jenis spesies dan menunjukkan pola Mendell
pada pewarisannya.
3. Idiotipe
19
3.3 Biosintesis dan Metabolisme Imunoglobulin
permukaan pada beberapa tipe sel yang jumlahnya terbatas. Limfosit B satu-
satunya sel yang menyintesis molekul antibodi. Sel tersebut menginisiasi molekul
antibodi pada permukaan yang berfungsi sebagai reseptor antigen sel B. Setelah
limfoid, seperti spleen, limfa nodes, jaringan mukosa limfoid. Antibodi yang
diskeresi akan terakumulasi pada plasma, sekresi mukosa, dan cairan interstisial
jaringan. Antibodi tersekresi sering berikatan dengan sel imun lainnya seperti
Secara normal, rantai berat dan ringan disintesis pada poliribosom yang
terpisah dari suatu sel plasma. Jumlah rantai berat dan rantai ringan yang
H-L dari satu rantai berat dan rantai ringan kemudian menggabungkan dua
hemimolekul H-L menjadi satu molekul lengkap imunoglobulin (H2L2). Cara lain
Ketika rantai ringan bebas disekresikan oleh sel plasma, rantai berat tidak
dan akan mengalami glikosilasi, tapi sekresinya akan memerlukan rantai ringan
20
untuk membentuk satu molekul imunoglobulin lengkap. Hubungan antara rantai
berat dan rantai ringan distabilisasi dengan ikatan disulfida terjadi di retikulum
aparatus golgi, kemudian dikirim ke membran plasma untuk disekresi keluar sel.
Jika rantai ringan tidak disekresi atau rantai berat diskresi berlebih, rantai
berat yang bebas bergabung dengan protein pengikat rantai bebas melalui domain
intrasitoplasmik.
memiliki masa hidup rata-rata 7 hari, IgA memiliki masa hidup 5-6 hari,
Ada 2 jenis rantai ringan yaitu kappa dan lambda yang terdiri atas 230
asam amino serta 5 jenis rantai berat yang tergantung pada kelima jenis
imunoglobulin, yaitu IgM, IgG, IgE, IgA, dan IgD. Rantai berat terdiri atas 450-
600 asam amino, sehingga berat dan panjang rantai berat tersebut adalah dua kali
21
Gambar 4. Lima jenis imunoglobulin
I. Imunoglobulin G (IgG)
permukaan fagosit.
22
Gambar 5. Skema desain Imunoglobulin G
peritoneal. IgG pada manusia terdiri atas 4 subkelas yaitu IgG1, IgG2,
IgG3, dan IgG4 yang berbeda dalam sifat dan aktivitas biologis.
sekresi saluran nafas, cerna dan kemih, air mata, keringat, saliva dan
dalam air susu ibu yang lebih berupa IgA sekretori (sIgA) yang merupakan
23
bagian terbanyak. Komponen sekretori melindungi IgA dari protease
mamalia.
Gambar 7. Imunoglobulin A
pejamu.
toksin atau virus dan mencegah terjadnya kontak antara toksin atau
sel polimorfonuklear.
alternatif, tidak seperti halnya dengan IgG dan IgM yang dapat
24
mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik. IgA sekretori
polipeptida rantai J.
dalam sel epitel lamina propia selaput lendir (tidak oleh sel B). Pada saat
IgA tersebut dilepas ke dalam lumen saluran cerna, sel epitel juga melepas
atas 80% IgA, 13% IgM, dan 7% IgG, yang semuanya berperan pada
berat molekul 70.000 dalton sehingga dapat berfungsi bila ada defisiensi
sIgA.
antigen makanan dan inhalan pada alergi. Di dalam air susu ibu ditemukan
neonatus.
Kadar IgA yang tinggi dalam serum ditemukan pada infeksi kronis
coeliac, kolitis ulseratif, dan penyakit Crohn. Fungsi IgA serum dalam
yaitu IgA1 (93%) dan IgA2 (7%). Bila produksi IgA pada permukaan
25
mukosa diperhitungkan, maka IgA merupakan Ig terbanyak. Reseptor
dengan afinitas tinggi untuk kelas IgA ditemukan pada makrofag dan sel
sebagai reseptor antigen. IgM dibentuk paling dahulu pada respon imun
Gambar 8. Imunoglobulin M
janin. Kadar IgM yang tinggi dalam darah umbilikus merupakan petunjuk
26
adanya infeksi intrauterin. Bayi yang baru dilahirkan hanya mengandung
IgM 10% dari kadar IgM dewasa, karena IgM ibu tidak dapat menembus
plasenta. Janin umur 12 minggu sudah mulai membentuk IgM bila sel B-
ditemukan dalam darah. Dalam dua sampai tiga hari setelah suntikan
toksoid kedua kali, kadar antibodi dalam darah meningkat tajam dan
primer. Respon sekunder ditandai oleh respon yang lebih cepat serta lebih
imunoglobulin berlangsung lebih cepat dan untuk waktu yang lebih lama,
imunoglobulin mencapai titer tinggi yang terutama terdiri atas IgG. Pada
27
Gambar 9. Imunoglobulin M yang belum diaktivasi dan yang telah diaktivasi
IgD ditemukan dalam serum dengan kadar yang sangat rendah. Hal
tersebut mungkin disebabkan oleh karena IgD tidak dilepas sel plasma dan
ditemukan banyak pada membran sel B bersama IgM yang dapat berfungsi
nukleus. IgD juga diduga dapat mencegah terjadinya toleransi imun, tetapi
28
Gambar 10. Imunoglobulin D
V. Imunoglobulin E (IgE)
IgE mudah diikat oleh sel mast, basofil, dan eosinofil yang
setempat oleh sel plasma dalam selaput lendir saluran nafas dan cerna.
permukaan sel mast akan menimbulkan influks ion kalsium ke dalam sel.
yang menimbulkan degranulasi sel mast. Selain pada alergi, kadar IgE
29
Gambar 12. IgE berperan untuk melindungi dari parasit dan hipersensitifitas immediate
mempunyai beberapa struktur sama terutama rantai berat dan ringan yang
pada semua rantai berat dan ringan menunjukkan bahwa gen yang
IgM
30
TCR
Protein aksesori sel T seperti CD2, CD4, CD8, CD28 dan rantai α,
ϑ, Ɛ dari CD3
MHC-I
LFA-3
PDGF.
protein membran.
31
Ada 4 fungsi efektor utama yaitu opsonisasi, aktivasi komplemen,
utama yang terlibat dalam transitosis, tetapi juga IgM dapat dihantarkan ke
imunisasi pasif.
antigen sel melalui interaksi dengan sistem komplemen atau melalui efek
menghancurkan sel tumor, agen infeksi dan sel alogeneik melalui Fc-R,
regio Fc dari IgG yang diikat regio Fab pada permukaan antigen sel
sasaran. Ikatan Fc-R dan regio Fc menimbulkan destruksi sel sasaran oleh
32
Gambar 13. AADC: sel sitotoksik non spesifik diarahkan ke sel target spesifik dengan
binding ke daerah Fc antibodi yang berikatan dengan permukaan antigen pada sel target.
Berbagai substansi / bahan (misalnya enzim litik, TNF, perforin, granzim) disekresikan
oleh sel sitotoksik non spesifik lalu destruksi sel target mediate.
R, Fcγ-RIII atau molekul CD16 untuk mengikat sel yang dilapisi antibodi.
IgG dalam plasma tidak mengaktifkan sel NK. Ikatan Fcγ-RIII dengan sel
33
Melalui Fcγ-R yang dimilikinya, leukosit dapat mengikat antibodi
untuk dimakan oleh fagosit dan cacing relatif resisten terhadap produk
dengan MBP yang ada dalam granulnya. IgE melapisi cacing, selanjutnya
eosinofil mengikat IgE melalui FcƐ-RI, diaktifkan oleh induksi sinyal dari
IgG atau antibodi kelas lain. Hal ini tergantung dari sinyal sel Th yang
34
berpengaruh terhadap gen regio konstan yang menimbulkan pengalihan
kelas imunoglobulin.
yang mensekresi IgM atau atas pengaruh CD40L dan sitokin, beberapa sel
35
X. Antibodi monoklonal
dalam sistem imun hewan percobaan, semua sel B yang mengenal banyak
multipel yang akan bereaksi dengan setiap epitop. Serum tersebut disebut
poliklonal oleh karena mengandung produk yang berasal dari banyak klon
sulit.
Klon adalah segolongan sel yang berasal dari satu sel dan
yang diproduksi oleh sel-sel yang berasal dari satu klon sel. Kloning dapat
dalam biakan sel diperoleh sumur yang hanya mengandung satu sel.
neoplasma sel plasma. Tumor ini tumbuh tanpa kontrol dan imunoglobulin
Sel plasma yang diambil dari darah tidak akan tumbuh dalam
biakan jaringan dan akan mati dalam beberapa hari. Sebaliknya sel
mieloma akan tumbuh terus menerus dalam biakan jaringan. Satu sel
plasma dan satu sel mieloma dapat difusikan menjadi satu sel yang disebut
36
hibridoma yang mempunyai sifat dari kedua sel asalnya dan akan
37
BAB IV
yang bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen
bila dia melekat pada protein tubuh kita yang dikenal dengan istilah hapten.
substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan
Setelah itu, limfosit harus membentuk immunoglobulin untuk antigen yang sama.
Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang sama memicu respon imun sekunder
yang segera terjadi dan meningkatkan antibodi yang beredar lebih banyak dari
38
dengan antibodi disebut antigenisitas. Kesanggupan molekul antigen untuk
Antigen dan antibodi terikat dengan ikatan nonkovalen dengan cara yang
sama seperti ikatan protein dengan reseptor selularnya, atau enzim dengan
adanya perubahan kimia ireversibel dalam salah satu pengikat, yaitu, antigen atau
antibodi. Antigen dan antibodi yang mengikat adalah reversibel dan dapat dicegah
atau dipisahkan oleh kekuatan ion tinggi atau pH yang ekstrim. Berikut ini adalah
Sifat Fisikokimia
Ikatan elektrostatik, ikatan hidrogen, ikatan van der Waals, dan interaksi
hidrofobik adalah gaya antar molekul yang terjadi dalam reaksi antigen-antibodi.
Semua jenis gaya intermolekul tergantung pada kedekatan molekul antigen dan
antibod. Oleh karena itu, "good fit" antara antigen tertentu dan combining site
antigen dan antibodi memastikan bahwa antigen akan terikat erat pada antibodi.
Afinitas
Afinitas adalah Kekuatan total interaksi non kovalen antara ikatan antigen
dan antibodi tersebut. Antibodi dengan afinitas yang rendah mengikat antigen
dengan lemah dan cenderung memisah. Sedangkan antibodi dengan afinitas tinggi
39
Aviditas
yang lebih baik dari kekuatan interaksi dalam sistem biologi yang nyata dari
afinitas. Oleh karena itu, aviditas dari reaksi antigen-antibodi tergantung pada
valensi dari kedua antigen dan antibodi dan lebih besar dari jumlah total afinitas
individu.
Spesifisitas
bereaksi dengan hanya satu antigen tertentu atau kemampuan dari populasi
Reaksi Silang
Reaksi silang (cross reaction) antara antigen dan antibodi dapat terjadi dan
menyebabkan hasil yang palsu dalam tes diagnostik Meskipun reaksi antigen-
antibodi sangat spesifik, dibeberapa kasus antibodi dapat bereaksi silang dari satu
antigen dengan antigen yang tidak terkait. Kebanyakan reaktivitas silang tersebut
terjadi jika dua antigen yang berbeda mempunyai epitop yang identik atau sangat
mirip. Afinitas antibodi dengan epitop reaksi silang biasanya lebih kecil
40
Gambar 17. Afinitas yang tinggi dan affinitas rendah
Gambar 18. (a) Affinitas mengacu pada kekuatan interaksi tunggal antara antigen dan antibodi,
sementara aviditas mengacu pada kekuatan semua interaksi gabungan. (b) Suatu antibodi dapat
silang bereaksi dengan epitop yang berbeda.
Interaksi antigen antibodi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu tingkat
dengan antibodi pada suatu bagian kecil, bernama epitop. Pada tingkat ini, ikatan
41
antibodi yang terjadi merupakan ikatan yang melalui fragmen ikatan antigen ke
(dalam milidetik).
markers. Metode ini meliputi metode kuantitatif dengan menggunakan serum dan
Metode kuantitatif
Fluoroimmunoassay (FIA)
42
cahaya, dan sistem deteksi menggunakan tabung cahaya yang memiliki pengait.
menggunakan dua polarizer pada bidang yang sama dengan bidang cahaya masuk
dan kemudian pada bidang yang telah diatur dalam posisi 90° antar bidang dengan
sampel. Pengujian ini didasarkan pada peningkatan polarisasi cahaya yang terjadi
ketika antigen fluorescent tag mengikat antibodi dan membentuk komplek imun.
Antigen yang diberi label berukuran kecil sehingga dapat berputar cepat. Putaran
negative (Brucella sp dan Salmonella sp) dan virus yang menyebabkan anemia
pada kuda. FIA memiliki sejumlah keunggulan termasuk kepekaan dan kecepatan
tinggi dan sensitif. Selain itu, reagen stabil dan penggunaanya mudah dilakukan.
yang harus kecil (tidak lebih dari 2000 MW) untuk memungkinkan perbedaan
43
lain yang juga penting digarisbawahi dalam penggunaan assay fluoresensi adalah
maupun dalam campuran reaksi. Ini bisa menjadi masalah dimana tidak ada
tahapan pencucian dan komponen sampel yang ada dalam tes. Untuk menghindari
masalah ini, sampel dapat ditambah dengan enzim proteolitik, agen oxida, atau
Radioimmunoassay (RIA)
yang lebih baik dan lebih sensitif yang menggunakan radioaktif antigen atau
44
tahun 1960. Meskipun RIA masih merupakan teknik yang layak, namun sebagian
yang cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann
diperlukan sudah tersedia dan dijual secara komersial dan sangat mudah didapat.
Tes ELISA dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi dalam tubuh manusia
maupun hewan.
spesifik, perbedaannya ada pada substrat ( zat yang digunakan untuk mendeteksi
suatu hasil reaksi ) yang digunakan. Pada ELISA, hasil reaksi akan memunculkan
warna yang bisa diukur dengan alat yang disebut Colorimetri. Pada Fluorescence,
hasil reaksi berupa pendaran cahaya yang terbaca oleh fluoresensi, sedangkan
oleh Chemiluminescent.
45
Gambar 21. Prinsip ELISA
Metode Immunohistokimia
tertentu dengan menggunakan interaksi antara antigen target dan antibodi spesifik
untuk mengukur derajat imunitas atau kadar antibodi atau antigen dalam sediaan
dalam sel suatu jaringan dengan menggunakan prinsip pengikatan antara antibodi
(Ab) dan antigen (Ag) pada jaringan hidup. Pemeriksaan ini membutuhkan
jaringan dengan jumlah dan ketebalan yang bervariasi tergantung dari tujuan
dan karakterisasi suatu antigen tertentu, serta menentukan diagnosis, terapi, dan
46
prognosis kanker. Teknik ini diawali dengan pembuatan irisan jaringan (histologi)
dengan marker yang biasanya dilekatkan pada antibodi dan bisa divisualisasi
kromogen (yaitu substrat yang menghasilkan produk akhir berwarna dan tidak
dan imobilisasi organisme motil. Ikatan antara antigen dan antibodi selama tahap
kelas yang berbeda dari imunoglobulin, yang berbeda dalam sifat biologis mereka.
47
Hasil aglutinasi, presipitasi, netralisasi, dan tes lainnya biasanya
yang memberikan reaksi positif pada pemeriksaan. Titer yang lebih tinggi berarti
tingkat yang lebih besar dari antibodi dalam serum. Misalnya, serum dengan titer
1/128 mengandung antibodi lebih banyak dari serum dengan titer 1/8.
Serum dengan kekuatan tinggi atau tidak diencerkan hanya sedikit atau
disebabkan oleh antibodi berlebihan. Setiap antigen dapat diikat oleh satu
antibodi. Hal yang sama bila serum di encerkan, juga hanya sedikit atau tidak
molekul antibodi bereaksi dengan antigen yang membentuk kompleks besar. Zona
ini disebut zona ekuivalen. Kadar antigen dan antibodi dalam zona ini merupakan
a. Presipitasi
besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan
akhirnya mengendap.
48
Gambar 22. Pembentukan imun kompleks dan presipitasi
b. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi
c. Netralisasi
d. Fagositosis
e. Sitotoksis
sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan
49
natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi
plasmanya.
Tes serologis secara luas digunakan untuk mendeteksi baik serum antibodi
atau antigen untuk diagnosis berbagai penyakit menular (Tabel 2). Tes-tes
serologi juga digunakan untuk diagnosis penyakit autoimun dan typing darah dan
(a) presipitasi, (b) aglutinasi, (c) test complement-dependent serologi, (d) test
immunoelektronmikroscopik.
50
4.3 Interaksi Tingkat Tersier
interaksi antigen - antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya.
mikroba, dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi
51
BAB V
KESIMPULAN
yang merupakan molekul kecil antigen, tetapi tidak dapat menginduksi respon
imun (atau imunogenik). Hapten hanya dapat menginduksi sistem imun jika
Molekul antibodi terdiri atas dua rantai ringan identik dan dua rantai berat
identik. Antibodi yang diproduksi sel plasma, diekspresikan dalam dua bentuk
yaitu yang dilepas dan diikat membran yang berikatan dengan permukaan sel B.
Antibodi terdiri dari lima kelas atau isotope rantai berat yaitu γ, α, µ, ƌ, Ɛ
sesuai dengan rantai berat pada imunoglobulinnya yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, dan
IgE. Antibodi mengenal determinan antigen (epitop); kelas utama antigen adalah
protein atau glikoprotein, asam nukleat, karbohidrat dan lipid. Interaksi antara
antigen dan antibodi terdiri dari interaksi tingkat primer, sekunder, dan tersier.
52
DAFTAR PUSTAKA
53