Anda di halaman 1dari 110

LOCAL ANESTHESIA IN PEDIATRIC DENTISTRY

MAKALAH SPECIAL CARE DENTISTRY 1

Esti Sunyaruri 160421180001


Priska Angelia Budiono 160421180002
Masayu Sesiliana 160421180003
Three Rejeki Nainggolan 160421180004
Rahastuti 160421180005

Dosen Pembimbing :
drg. Kirana Lina Gunawan, M.Kes

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
DAFTAR ISI

Daftar Isi i
Daftar Tabel iii
Daftar Gambar iv
Bab I Pendahuluan 1
Bab II Tinjauan Pustaka 2
2.1 Persiapan Pasien 2
2.2 Protokol Administrasi 2
2.2.1 Posisikan Pasien di Kursi Gigi 2
2.2.2 Keringkan Jaringan 4
2.2.3 Oleskan Anestesi Topikal 5
2.2.4 Tentukan Suhu Larutan Anestesi 6
2.2.5 Merakit Jarum Suntik 7
2.3 Administrasi Anestesi 9
2.3.1 Stabilisasi 9
2.3.2 Komunikasi 15
2.4 Teknik Injeksi Dasar 16
2.5 Teknik Injeksi Spesifik 29
2.5.1 Blok Nerve Alveolar Spesifik 29
2.5.2 Blok Saraf Long Bukal 44
2.5.3 Injeksi Supraperiosteal 52
2.5.4 Infiltrasi Lokal Untuk Molar Mandibula 58
2.5.5 Infiltrasi Lokal Untuk Insisif Mandibula 60
2.5.6 Teknik Untuk Tambahan Anestesi Blok 60
2.5.7 Teknik Untuk Restorasi Anterior dan Estraksi 61
2.5.8 Infiltrasi Lokal Pada Gigi Insisif dan Caninus Sulung dan Permanen 62
Maksila

i
ii

2.5.9 Anestesi Pada Premolar dan Molar Permanen Maksila 63


2.5.10 Anestesi Blok Saraf Alveolaris Superior Posterior 65
2.5.11 Anestesi Jaringan Palatal 68
2.5.12 Blok Saraf Nasopalatinal 71
2.5.13 Greater Palatine Nerve Blok 81
2.5.14 Infiltrasi Lokal Palatum 85
2.5.15 Teknik Injeksi Supplemental 87
2.5.15.1 Injeksi Ligamen Periodontal 87
2.5.15.2 CCADS 92
2.5.16 Komplikasi Lokal Anestesi 96
Bab III Kesimpulan 103
Daftar Pustaka 104
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Dosis yang direkomendasikan dari phentolamine mesylate didasarkan 102
pada jumlah kartrid anestesi lokal dengan vasokonstriktor

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pasien Duduk di Kursi Gigi 4


Gambar 2.2 Mengeringkan dan menghilangkang kotoran di sekitar lokasi 4
penetrasi jarum
Gambar 2.3 Anestesi Topikal dan Cara Aplikasinya 6
Gambar 2.4 Mempersiapkan Cartridge 7
Gambar 2.5 Pasien Melihat dan Memegang Jarum Suntik 8
Gambar 2.6 Jarum Suntik yang Tidak Tertutup di Belakang Kepala Pasien 9
Gambar 2.7 Posisi Tangan Untuk Injeksi 10
Gambar 2.8 Penggunaan Dada Pasien 12
Gambar 2.9 Stabilisasi Jarum Suntik Blok Saraf Alveolar Superior Posterior 12
Kanan
Gambar 2.10 Posisi dan Arah Tangan Dokter Saat Menyuntik 13
Gambar 2.12 Tangan Anak di Atas Pusar/Perut dan Tangan Asisten 14
Gambar 2.13 Pengamatan Wajah Pasien 15
Gambar 2.14 Aspirasi 19
Gambar 2.15 Ujung Jarum 20
Gambar 2.16 Posisi dan Arah Saat Injeksi 20
Gambar 2.17 Teknik Injeksi Atraumatik 25
Gambar 2.18 Teknik Sendok Untuk Menutup Kembali Jarum setelah 27
digunakan
Gambar 2.19 Dudukan Tutup Jarum Plastik 28
Gambar 2.20 Wadah Bedah Tajam Untuk Jarum 31
Gambar 2.21 Perbedaan Injeksi IANB Anak dengan Orang Dewasa 34
Gambar 2.22 Daerah yang Teranestesi pada Blok Saraf Alveolaris Inferior 34
Gambar 2.25 Osseous Landmark 34
Gambar 2.23 Batas Posterior dari Ramus Mandibula 37
Gambar 2.24 Posisi Blok Saraf Alveolaris Inferior Kanan dan Kiri 38
Gambar 2.25 Penempatan Jarum Untuk Blok Saraf Alveolaris Inferior 38
iv

Gambar 2.26 Blok Nervus Alveolaris Inferior 39


Gambar 2.27 Penempatan Jarum 40
Gambar 2.28 Penempatan Jarum 41
Gambar 2.29 Anestesi IANB pada Anak-anak 42
Gambar 2.30 Daerah Yang Teranestesi Pada Blok Nervus Bukalis 45
Gambar 2.31 Posisi Administrator untuk Blok Nervus Bukalis 46
Gambar 2.32 Penyelarasan Jarum 50
Gambar 2.33 Injeksi Supraperiosteal pada Region Anterior Maksila 53
Gambar 2.34 Jarum Suntik 56
Gambar 2.35 Infiltrasi Lokal Molar Mandibula 59
Gambar 2.36 Infiltrasi Lokal Insisif Mandibula 60
Gambar 2.37 Teknik Infiltrasi Lokal Pada Gigi Insisif Maksila 63
Gambar 2.38 Teknik Anestesi Pada Premolar dan Molar Permanen Maksila 64
Gambar 2.39 Anestesi Pada Saraf Alveolaris Superior Posterior 66
Gambar 2.40 Anestesi Pada Saraf Alveolaris Superior Posterior 67
Gambar 2.41 Infiltrasi dari Jaringan Palatal 69
Gambar 2.42 Stabilisasi Jarum Untuk Blok Saraf Nasopalatinal 70
Gambar 2.43 Area Anestesi Yang Dihasilkan Blok Saraf Nasopalatinal 71
Gambar 2.44 Blok Saraf Nasopalatinal 72
Gambar 2.45 Posisi Dokter Untuk Blok Saraf Nasopalatinal 74
Gambar 2.46 Daerah Palatal 75
Gambar 2.47 Anestesi Topikal 75
Gambar 2.48 Tekanan saat Anestesi 75
Gambar 2.49 Teknik Penetrasi Multiple 79
Gambar 2.50 Iskemia Pada Mukosa Palatal 81
Gambar 2.51 Stabilisasi Jarum Untuk Greater Palatine Blok 82
Gambar 2.52 Target Area Untuk Greater Palatine Nerve Blok 84
Gambar 2.53 Area Yang Teranestesi Greater Palatine Nerve Blok 84
Gambar 2.54 Stabilisasi Jarum Untuk Nasopalatina Nerve Blok 86
Gambar 2.55 Area Insersi Pada Injeksi Ligamen Periodontal 89
Gambar 2.56 Area Yang Teranestesi Dengan Injeksi Ligamen Periodontal 90
Gambar 2.57 Trauma Pada Bibir 98
Gambar 2.58 Peletakkan Cotton Roll 99
Gambar 2.59 Pemberian PIN 100
Gambar 2.60 Management Perawatan 100
BAB I

PENDAHULUAN

Pemberian anestesi lokal tidak perlu, dan tidak boleh menyakitkan. Setiap teknik anestesi

lokal dapat dilakukan secara atraumatik, termasuk pemberian anestesi lokal di langit-langit (daerah

paling sensitif di rongga mulut). Dibutuhkan beberapa keterampilan dan sikap dalam memberi

obat, yang paling penting adalah empati. Jika pemberi obat benar-benar percaya bahwa suntikan

anestesi lokal tidak harus menyakitkan, maka melalui upaya sadar atau bawah sadar, akan

memungkinkan untuk membuat perubahan kecil dalam teknik yang akan menyebabkan prosedur

traumatis menjadi kurang menyakitkan bagi pasien.

Injeksi atraumatik memiliki dua komponen yaitu aspek teknis dan aspek komunikatif.

Selain itu, kemampuan untuk meracik larutan anestesi lokal ke pH yang lebih fisiologis sekitar 7,6

dari pH 3,5 dalam katrid (dari obat yang mengandung vasokonstriktor) akan sangat membantu

dalam proses injeksi atraumatik. Diperlukan komunikasi efektif selama proses injeksi agar pasien

merasa nyaman dan kondisi pasien selalu terpantau.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persiapan Pasien

Setiap pasien yang menerima injeksi anestesi lokal harus dalam posisi yang sehat

secara fisiologis sebelum dan selama injeksi. Persiapan pasien sebelum injeksi terdiri dari dua

komponen yaitu mental dan fisik. Persiapan mental dimulai dengan menjelaskan kepada anak

dalam terminologi yang dapat mereka pahami mengenai proses pemberian anestesi. Penulis telah

berhasil menggunakan narasi berikut selama lebih dari 30 tahun:1

"Hari ini saya akan membuat gigi Anda tertidur, mencuci beberapa kuman dari gigi Anda

dan menempatkan bintang putih. Ketika gigi Anda tertidur, bibir Anda dan lidah akan terasa

gemuk dan lucu untuk sementara waktu. Pertama Anda akan duduk di kursi khusus saya dan

kemudian saya akan menempatkan beberapa jeli (kenyal, ceri, permen karet) di samping gigi

Anda. Lalu aku akan membasuhnya dengan air yang membuat mengantuk. Saya akan

menunjukkan kepada Anda semua yang saya lakukan sehingga Anda dapat melihat betapa

mudahnya ini. "1

2.2 Protokol Administrasi

2.2.1 Posisikan Pasien di Kursi Gigi

Vasodepresor syncope (pingsan umum), merupakan keadaan darurat medis yang

paling umum terlihat dalam kedokteran gigi, paling sering terjadi sebelum, selama, dan, kadang-

kadang, segera setelah pemberian anestesi lokal.

2
3

Komponen patofisiologis utama dari situasi ini adalah iskemia serebral sekunder akibat

ketidakmampuan jantung untuk memasok otak dengan

volume darah yang cukup teroksigenasi. Ketika seorang pasien duduk dalam posisi tegak, efek

gravitasi yang biasa meyebabkan tekanan darah di arteri serebral berkurang 2 mmHg untuk setiap

inci di atas level jantung.2

Saat terdapat kecemasan, aliran darah semakin diarahkan ke otot rangka dengan

mengorbankan sistem organ lain seperti saluran gastrointestinal (respons "melawan-atau-lari").

Dengan tidak adanya gerakan otot ("Aku bisa menghadapinya seperti laki-laki!"), Peningkatan

volume darah tetap ada di otot rangka, mengurangi aliran balik vena ke jantung dan mengurangi

volume darah yang tersedia untuk dipompa oleh jantung (menanjak) ke otak. Penurunan aliran

darah otak dibuktikan oleh munculnya tanda-tanda dan gejala sinkop vasodepresor (mis., kepala

terasa ringan, pusing, takikardia, jantung berdebar). Jika situasi ini berlanjut, aliran darah otak

menurun lebih jauh, dan kesadaran hilang. Untuk mencegah hal ini, direkomendasikan bahwa

selama pemberian anestesi lokal, pasien harus ditempatkan pada posisi terlentang (kepala dan

jantung sejajar dengan lantai) dengan kaki sedikit terangkat. Meskipun posisi ini dapat bervariasi

sesuai dengan preferensi dokter gigi dan pasien, status medis pasien, dan teknik injeksi spesifik,

semua teknik anestesi blok regional dapat dilakukan dengan sukses bersama pasien dalam posisi

fisiologis ini.2

Pasien diposisikan dengan kepala dan jantung sejajar dengan lantai dan kaki sedikit

terangkat. Memposisikan pasien dengan cara ini mengurangi timbulnya sinkop yang dapat terjadi

sebagai akibat dari meningkatnya kecemasan.1


4

Gambar 2.1. Pasien duduk di kursi gigi1

"Naiklah ke kursi dan aku akan memindahkannya kembali sehingga aku bisa melihat gigimu

dengan sangat baik dan kamu akan merasa nyaman."1

2.2.2 Keringkan Jaringan

Gunakan kasa 2 X 2 untuk mengeringkan jaringan dan menghilangkan kotoran di sekitar

lokasi penetrasi jarum. Tarik kembali bibir untuk mendapatkan visibilitas yang memadai selama

injeksi. Usap dan keringkan bibir untuk membuat retraksi lebih mudah.1

"Aku menyeka gigi dan gusi dengan lap kecil untuk memastikan semuanya bersih."1

Gambar 2.2 Mengeringkan dan menghilangkan kotoran di sekitar lokasi penetrasi jarum1
5

Setelah jaringan dikeringkan, antiseptik topikal yang sesuai harus dioleskan di tempat

injeksi. Ini lebih lanjut mengurangi risiko memasukkan bahan septik ke dalam jaringan lunak,

menghasilkan peradangan, atau infeksi. Antiseptik yang digunakan termasuk povidone-iodine

(Betadine) dan thimerosal (Merthiolate). Antiseptik yang mengandung alkohol dapat

menyebabkan pembakaran jaringan lunak dan harus dihindari. (Langkah ini opsional; namun,

langkah sebelumnya dari pengeringan jaringan tidak harus dihilangkan).2

2.2.3 Oleskan Anestesi Topikal

Anestesi topikal diterapkan setelah antiseptik topikal. Anestesi topikal mengurangi

sedikit ketidaknyamanan saat memasukkan jarum. Efektif hingga kedalaman 2-3mm. Ini hanya

diletakkan di lokasi penetrasi jarum. Dokter harus menghindari jumlah berlebihan yang dapat

membius palatum lunak dan faring, menyebabkan rasa yang tidak menyenangkan, dan bahkan

beberapa anestesi topikal ( seperti lidokain) memiliki penyerapan cepat ke dalam sistem

kardiovaskular, mengarah ke tingkat darah anestesi lokal yang lebih tinggi, yang meningkatkan

risiko overdosis. Hanya sejumlah kecil anestesi topikal yang harus diletakkan pada stik aplikator

kapas dan dioleskan langsung di tempat injeksi Anestesi topikal harus tetap berada di jaringan

lunak selama 1-2 menit. 1

Langkah-langkah berikut dapat dilakukan selama aplikasi anestesi topikal. "Sekarang

aku menggosokkan jeli gigi (kenyal, ceri, permen karet) di sebelah gigimu. Jika mulai terasa terlalu

hangat atau kenyal, beri tahu saya dan saya akan mencucinya dengan air. "1
6

Gambar 2.3. Anestesi Topikal dan Cara Aplikasinya1

2.2.4 Tentukan Suhu Larutan Anestesi

Suhu larutan anestesi harus antara suhu kamar dan tubuh.1 Jika kartrid disimpan pada

suhu kamar (sekitar 22 ° C, 72 ° F), tidak ada alasan untuk kartrid anestesi lokal dihangatkan

sebelum injeksi anestesi ke dalam jaringan lunak. Kartrid yang disimpan dalam lemari pendingin

atau area dingin lainnya harus dibawa ke suhu kamar sebelum digunakan. Beberapa orang

menganjurkan sedikit pemanasan jarum suntik logam sebelum digunakan. Alasannya adalah

bahwa benda logam dingin secara psikologis lebih mengganggu pasien daripada benda yang sama

pada suhu kamar. Sebagian besar keluhan tentang kartrid anestesi lokal yang terlalu hangat

berkaitan dengan yang disimpan dalam penghangat kartrid yang dipanaskan oleh bohlam (jenis

pohon Natal). Suhu di dalam kartrid ini sering menjadi berlebihan, menyebabkan

ketidaknyamanan pasien dan efek buruk pada isi kartrid.2

Oleh karenanya direkomendasikan bahwa kedua kartrid anestesi lokal dan jarum

suntik logam sedekat mungkin dengan suhu kamar, lebih baik tanpa menggunakan perangkat

mekanis apa pun untuk mencapai suhu ini. Menggenggam jarum suntik logam yang dimuat di satu
7

telapak tangan selama 30 detik sebelum injeksi dapat menghangatkan logam.2 Teknik lain adalah

menggunakan air hangat selama beberapa detik di atas cartridge dengan cara yang mirip dengan

menghangatkan botol bayi. Jika cartridge terasa hangat di tangan administrator yang bersarung

tangan, artinya terlalu hangat.1

Gambar 2.4. Mempersiapkan Cartridge1

2.2.5 Merakit Jarum Suntik

Terdapat perdebatan di antara dokter mengenai apakah jarum suntik dan komponennya

harus dipasang dalam pandangan atau tidak terlihat dari pasien. Pendukung teknik pemasangan

jarum suntik di depan pasien menyatakan bahwa tindakan tersebut merupakan teknik desensitisasi.

Pasien memiliki kesempatan untuk menyentuh dan merasakan komponen yang tidak mengancam

individu yang mengurangi kekhawatiran pasien terkait dengan injeksi sebelumnya. Sedangkan
8

pendukung pemasangan jarum suntik jauh dari pandangan pasien menyatakan bahwa sebagian

besar anak-anak telah mengembangkan rasa takut akan suntikan selama kunjungan sebelumnya ke

dokter anak dan kecurigaan sekecil apa pun bahwa mereka mendapatkan suntikan akan membuat

mereka pergi. Hal ini terutama jika diceritakan oleh kakak dan teman yang lebih tua.1

Gambar 2.5. Pasien melihat dan memegang jarum suntik1

Penulis adalah pendukung merakit jarum suntik dalam pandangan pasien dan

menggunakan narasi berikut selama perakitan jarum suntik. "Aku akan mencuci jeli gigi dari

gigimu dalam satu atau dua menit dengan air gendut dan lucuku. Air yang gendut dan lucu

disimpan di botol kaca kecil ini (biarkan anak memegang cartridge). Kami menempatkan tabung

dalam penyemprot air khusus (biarkan anak memegang jarum suntik) dan kami menempatkan

sedotan plastik di ujung penyemprot air (biarkan anak memegang jarum yang tertutup). ”1
9

2.3 Administrasi Anestesi

Ada dua tujuan penting yang harus dicapai seseorang selama pemberian anestesi; kontrol

dan batasi pergerakan kepala dan tubuh pasien dan berkomunikasi dengan pasien untuk

mengalihkan perhatian mereka dari ketidaknyamanan kecil yang mungkin dirasakan selama proses

injeksi.1

Sebagian besar dokter lebih suka menjauhkan jarum yang tidak tertutup dari garis

pandang pasien. Jangan meminta anak untuk menutup matanya karena itu biasanya merupakan

pertanda bagi anak bahwa sesuatu itu buruk atau menyakitkan akan segera terjadi. Sebagai

gantinya, asisten melewati jarum suntik yang tidak tertutup di belakang kepala pasien.1

Gambar 2.6. Jarum suntik yang tidak tertutup di belakang kepala pasien1

2.3.1 Stabilisasi

Setelah selesai aplikasi anestesi topikal, jarum suntik anestesi lokal yang sudah

disiapkan harus diambil. Sangat penting untuk mempertahankan kontrol penuh terhadapnya setiap

saat. Untuk melakukannya diperlukan tangan yang stabil agar penetrasi jaringan dapat dilakukan

dengan mudah, akurat, dan tanpa pengikisan jaringan yang tidak disengaja. Istirahat tangan yang
10

tegas diperlukan. Jenis-jenis istirahat tangan berbeda sesuai dengan kesukaan, ketidaksukaan, dan

kemampuan fisik praktisi. Orang dengan jari panjang dapat menggunakan sandaran jari di wajah

pasien untuk banyak suntikan sedangkan mereka yang jari-jarinya lebih pendek mungkin

memerlukan sandaran siku. Gambar 2.7 mengilustrasikan berbagai sandaran tangan dan jari yang

dapat digunakan untuk menstabilkan jarum suntik anestesi lokal.2

Gambar 2.7. Posisi tangan untuk injeksi. (A) Telapak ke bawah: kontrol yang buruk terhadap
jarum suntik; tidak direkomendasikan. (B) Telapak ke atas: kontrol yang lebih baik atas jarum
suntik karena didukung oleh pergelangan tangan; direkomendasikan. (C) Dukungan telapak tangan
dan jari: stabilisasi terbesar; sangat dianjurkan.2
11

Setiap jari atau tempat istirahat tangan yang memungkinkan jarum suntik distabilkan

tanpa meningkatkan risiko bagi pasien dapat diterima. Dua teknik yang harus dihindari adalah (1)

tidak menggunakan stabilisasi jarum suntik apa pun dan (2) menempatkan lengan memegang

jarum suntik langsung ke lengan atau bahu pasien. Dalam situasi pertama, sangat tidak mungkin

jarum dapat distabilkan secara memadai tanpa menggunakan beberapa bentuk istirahat.

Administrator kurang memiliki kendali atas jarum suntik, sehingga meningkatkan kemungkinan

gerakan dan cedera jarum yang tidak disengaja. Beristirahat di lengan atau bahu pasien juga

berbahaya dan dapat menyebabkan cedera pada pasien atau administrator. Jika pasien bergerak

selama injeksi, kerusakan dapat terjadi ketika ujung jarum bergerak di dalam mulut. Pasien yang

khawatir, terutama anak-anak, sering menggerakkan lengan mereka selama pemberian anestesi

lokal.2
12

Gambar 2.8. (A) Penggunaan dada pasien untuk menstabilkan jarum suntik selama blok saraf
alveolar kanan bawah (lingkaran). Jangan pernah menggunakan lengan pasien untuk menstabilkan
jarum suntik. (B) Penggunaan dagu (1) sebagai sandaran jari, dengan syringe barrel distabilkan
oleh bibir pasien (2). (C) Bila perlu, stabilisasi dapat ditingkatkan dengan administrator menarik
lengannya ke dada (3).2

Gambar 2.9. (A) Stabilisasi jarum suntik untuk blok saraf alveolar superior posterior kanan: laras
jarum suntik di bibir pasien, satu jari diletakkan di dagu dan satu di jarum suntik (panah), lengan
atas tetap dekat dengan dada administrator untuk memaksimalkan stabilitas. (B) Stabilisasi jarum
suntik untuk blok saraf nasopalatine: jari telunjuk digunakan untuk menstabilkan jarum, laras
jarum suntik beristirahat di sudut mulut pasien.2
13

Sebelum penempatan jarum suntik di mulut, kepala, tangan, dan tubuh pasien harus

distabilkan. Ada dua posisi dasar untuk menstabilkan kepala pasien. Di belakang posisi pasien

diasumsikan untuk menyuntikkan kuadran kontralateral ke tangan yang disukai dokter dan daerah

anterior, yaitu tangan kanan menyuntikkan sisi kiri, tangan kiri menyuntikkan sisi kanan.1

Dokter menstabilkan kepala pasien dengan mendukung kepala terhadap tubuh dokter

dengan tangan dan lengan. Dokter menstabilkan rahang dengan mengistirahatkan jari-jari pada

mandibula untuk penopang dan retraksi bibir dan pipi.1

Gambar 2.10. Posisi dan arah tangan dokter saat menyuntik1


14

Untuk injeksi di sisi yang sama dengan tangan dokter yang disukai, yaitu, sisi kanan

untuk dokter tangan kanan, sisi kiri untuk dokter kidal, dokter mengambil posisi lebih maju, jam

8 untuk dokter tangan kanan, jam 4 untuk dokter kidal.1

Dokter menstabilkan kepala pasien dan menarik kembali jaringan lunak dengan jari-jari

lain yang bertumpu pada tulang rahang atas dan rahang bawah. Untuk mencegah gerakan tangan

anak yang tidak terduga selama injeksi, asisten menahan tangan dengan meminta anak untuk

meletakkannya di pusar mereka dan meletakkan tangannya di atas tangan mereka.1

Gambar 2.11. Tangan anak di atas pusar atau perut, dan tangan asisten berada di atas tangan
anak1
15

Gambar 2.12. Wajah pasien harus diamati selama pemberian anestesi lokal; setiap mata yang
menyipit atau mengerutkan alis, menunjukkan ketidaknyamanan, harus diperhatikan.2

2.3.2 Komunikasi

Dokter memulai komunikasi dengan pasien dengan berbicara dengan cara yang

meyakinkan selama pemberian anestesi. Komunikasi dapat berkisar dari menggambarkan proses,

ramah tamah dengan anak, memuji, bercerita, bernyanyi, atau, jika dokter benar-benar tidak

kreatif, berhitung. Hindari kata-kata seperti tembakan, rasa sakit, luka dan suntikan dan gantikan

kata-kata seperti dingin, hangat, aneh, gemuk dan lucu.1

Pernyataan seperti "Ini tidak akan sakit" juga harus dihindari. Pasien hanya mendengar kata

sakit, mengabaikan pernyataan lainnya. Hal yang sama berlaku untuk kata sakit. Alternatif untuk

ini adalah kata ketidaknyamanan. Meskipun maknanya mirip, ketidaknyamanan jauh lebih sedikit

mengancam dan menghasilkan lebih sedikit rasa takut.2


16

“Apakah jeli itu mulai terasa hangat dan aneh? Jika ya, maka saya harus mencucinya

dengan lemak dan air lucu. Ketika saya menyemprotkan air di sebelah gigi Anda, rasanya dingin

sekali. Jadi yang akan saya lakukan adalah menghitung dan pada saat hitungan lima air akan

memanas."1

2.4 Teknik Injeksi Dasar

Jaringan lunak di depan jarum dapat dibius dengan beberapa tetes larutan anestesi

lokal. Setelah 2 atau 3 detik dibiarkan untuk anestesi bekerja, jarum harus dimasukkan ke dalam

area ini dan sedikit lebih banyak anestesi. Jarum kemudian harus maju lagi. Prosedur ini dapat

diulangi sampai jarum mencapai area target yang diinginkan. Penggunaan anestesi lokal buffered

akan meningkatkan kenyamanan pasien selama injeksi sebagai akibat dari (1) peningkatan pH

larutan anestesi (7,35-7,5) dan (2) keberadaan CO2 dalam larutan buffered. CO2 memiliki properti

anestesi. 2

Pasien yang khawatir tentang suntikan anestesi lokal cenderung bereaksi terhadap

sensasi apa pun seolah-olah itu menyakitkan. Pasien-pasien ini dikatakan memiliki ambang reaksi

nyeri yang lebih rendah. Pasien yang khawatir harus diberi tahu, "Untuk membuat Anda lebih

nyaman, saya akan menyimpan sedikit anestesi saat saya maju (jarum) ke target." Jumlah minimal

anestesi lokal harus disuntikkan saat proses berlanjut. Dalam injeksi seperti blok saraf alveolar

inferior, yang kedalaman rata-rata insersi jarum adalah 20 sampai 25 mm, tidak lebih dari sepertiga

dari kartrid anestesi lokal harus disimpan ketika jaringan lunak ditembus. Aspirasi tidak perlu
17

dilakukan pada tahap ini karena sejumlah kecil larutan anestesi yang terus-menerus disimpan di

tempat suntikan yang berubah. Jika pembuluh darah harus ditembus selama prosedur ini, hanya

satu atau dua tetes (<1 mg) anestesi yang akan disimpan secara intravaskular — volume yang tidak

berbahaya. Namun, aspirasi harus selalu dilakukan sebelum volume larutan yang signifikan

disimpan.2

Ketika pasien yang lebih sensitif sedang dirawat, atau ketika anestesi lokal disuntikkan

ke jaringan yang lebih sensitif, penggunaan larutan anestesi lokal buffer akan sangat bermanfaat

dalam membuat penetrasi jaringan lunak lebih nyaman bagi pasien.2 Injeksi anestesi dimulai

dengan meregangkan jaringan di tempat insersi jarum. Masukkan jarum 1-2 mm ke dalam mukosa

dengan bevel yang berorientasi pada tulang. Suntikkan beberapa tetes obat bius sebelum

memajukan jarum. Arahkan jarum secara lambat ke arah target sambil menyuntikkan ¼ cartridge

anestesi untuk menganastesi jaringan lunak di depan jarum yang bergerak maju. Aspirasi.1

Aspirasi harus selalu dilakukan sebelum volume anestesi lokal disimpan di situs mana pun.

Aspirasi secara dramatis meminimalkan kemungkinan injeksi intravaskular. Tujuan aspirasi

adalah untuk menentukan di mana ujung jarum berada (di dalam pembuluh darah atau tanpa).

Untuk aspirasi, seseorang harus menciptakan tekanan negatif di dalam kartrid gigi. Jarum suntik

yang menyedot sendiri melakukan hal ini setiap kali operator berhenti memberikan tekanan positif

pada cincin ibu jari (plunger). Dengan jarum suntik penyedot tombak tradisional, administrator

harus melakukan upaya sadar untuk menciptakan tekanan negatif ini di dalam kartrid.2
18

Aspirasi yang memadai mensyaratkan bahwa ujung jarum tetap tidak bergerak, tidak

mendorong lebih jauh ke dalam atau menarik keluar jaringan, selama tes aspirasi. Stabilisasi yang

memadai adalah wajib. Neophytes memiliki kecenderungan untuk menarik jarum suntik keluar

dari jaringan ketika berusaha untuk melakukan aspirasi. 2

Ketika jarum suntik aspirasi tombak digunakan, cincin ibu jari harus ditarik kembali

dengan lembut. Gerakan hanya 1 atau 2 mm diperlukan. Ini menghasilkan tekanan negatif di dalam

kartrid yang kemudian diterjemahkan ke ujung jarum. Apa pun yang tergeletak di jaringan lunak

di sekitar ujung jarum (mis., Darah, jaringan [atau udara, jika diuji dari mulut]) akan ditarik

kembali ke dalam kartrid anestesi. Dengan mengamati ujung jarum yang terlihat dalam kartrid

untuk tanda-tanda darah kembali, administrator dapat menentukan apakah aspirasi positif telah

terjadi. Setiap tanda darah menunjukkan aspirasi positif, dan larutan anestesi lokal tidak boleh

disimpan di situs tersebut (Gbr. 2.13). Tidak ada pengembalian sama sekali, atau gelembung udara

kecil, menunjukkan aspirasi negatif. Aspirasi harus dilakukan setidaknya dua kali sebelum volume

yang lebih besar dari anestesi lokal diberikan (seperti yang disyaratkan oleh teknik injeksi yang

digunakan), dengan orientasi bevel berubah (putar sekitar 45 derajat untuk tes aspirasi kedua)

untuk memastikan bahwa bevel of jarum tidak di dalam pembuluh darah berbatasan dengan

dinding pembuluh darah, memberikan aspirasi negatif palsu (Gbr. 2.14). Beberapa tes aspirasi

tambahan disarankan selama pemberian obat bius. Ini melayani dua fungsi: (1) untuk

memperlambat laju pemberian anestesi dan (2) untuk mencegah pengendapan volume besar

anestesi ke dalam sistem kardiovaskular. 2


19

Faktor utama yang menentukan apakah aspirasi dapat dilakukan dengan andal adalah

ukuran jarum. Jarum pengukur lebih besar (mis., 25 gauge) direkomendasikan lebih sering

daripada jarum pengukur lebih kecil (mis. 27 dan 30 gauge) bila ada risiko aspirasi positif yang

lebih besar.2

Gambar 2.13. (A) Aspirasi negatif (Tidak ada darah). Dengan jarum pada posisi di tempat
injeksi, administrator menarik cincin ibu jari dari jarum suntik aspirasi 1 atau 2 mm. Ujung jarum
seharusnya tidak bergerak. Periksa kartrid di situs tempat jarum menembus diafragma (panah)
untuk mencari gelembung atau darah. (B) Aspirasi positif. Perubahan warna sedikit kemerahan
pada ujung diafragma (panah) pada aspirasi biasanya menunjukkan penetrasi vena. Atur ulang
posisi jarum, tarik kembali, dan, jika negatif, masukkan larutan. (C) Aspirasi positif. Darah merah
cerah dengan cepat mengisi kartrid biasanya menunjukkan penetrasi arteri. Keluarkan jarum
suntik dari mulut, ganti kartrid, dan ulangi prosedur.2
20

Gambar 2.14. (A) Ujung jarum di dalam pembuluh darah tetapi bevel berbatasan dengan dinding
vena. (B) Pada aspirasi, dinding vena disedot ke ujung jarum, menghasilkan hasil tes aspirasi
negatif palsu. (C) Memutar jarum suntik 45 derajat dan membukanya kembali akan memberikan
aspirasi “positif” sejati dalam skenario ini.2

Gambar 2.15. Posisi dan arah saat injeksi1


21

Kedalaman insersi bervariasi tergantung jenis injeksi; Namun, seseorang tidak boleh

memasukkan jarum secara keseluruhan ke hub. Meski jarang terjadi, mengambil jarum yang patah

sepenuhnya tertanam dalam jaringan lunak sangat sulit.1

Setelah mengkonfirmasi aspirasi negatif, proses injeksi berkisar antara 1-2 menit. Dokter

harus berhati-hati untuk tidak menyuntikkan anestesi dalam jumlah yang lebih besar dari yang

direkomendasikan untuk berat pasien.1

Dengan jarum pada posisi di area target dan setelah (dua) aspirasi negatif,

administrator harus mulai menekan plunger dengan lembut untuk mulai memberikan volume

anestesi yang telah ditentukan sebelumnya (untuk teknik injeksi). Injeksi lambat sangat penting

karena dua alasan: (1) yang paling penting adalah faktor keamanan (dibahas lebih rinci dalam Bab

18) dan (2) injeksi lambat mencegah solusi merobek jaringan yang menjadi tempat

penyimpanannya. Kanaa et al menunjukkan bahwa injeksi "lambat" pada blok saraf alveolar

inferior menghasilkan onset yang lebih cepat dan kemanjuran anestesi yang lebih besar. Injeksi

cepat menghasilkan ketidaknyamanan langsung (untuk beberapa detik) diikuti oleh rasa sakit yang

berkepanjangan (hari) ketika mati rasa yang diberikan oleh anestesi lokal menghilang kemudian.2

Injeksi lambat didefinisikan secara ideal sebagai pengendapan 1 mL larutan anestesi

lokal dalam waktu tidak kurang dari 60 detik. Oleh karena itu, kartrid 1,8-mL penuh membutuhkan

waktu sekitar 2 menit untuk disimpan. Melalui pengendapan lambat, larutan akan berdifusi di

sepanjang bidang jaringan normal tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman selama atau setelah

injeksi.2
22

Sebagian besar administrator anestesi lokal cenderung menyuntikkan anestesi lokal ini

terlalu cepat. Dalam sebuah survei terhadap 209 dokter gigi, 84% menyatakan bahwa waktu rata-

rata yang dihabiskan untuk mendepositkan 1,8 mL larutan anestesi lokal kurang dari 20 detik.2

Dalam praktik klinis yang sebenarnya, oleh karena itu sangat tidak mungkin

mengharapkan dokter untuk mengubah tingkat injeksi dari kurang dari 20 detik hingga aman,

nyaman, dan lebih efektif 2 menit per kartrid. Rentang waktu yang lebih realistis dalam situasi

klinis adalah 60 detik untuk kartrid 1,8 mL sukses. 2

Tingkat pengendapan larutan ini tidak menghasilkan kerusakan jaringan selama atau

setelah anestesi dan, jika terjadi injeksi intravaskular yang tidak disengaja, tidak menghasilkan

reaksi yang sangat serius. Beberapa teknik injeksi memerlukan pemberian 1,8 mL agar berhasil.

Selama bertahun-tahun, penulis telah menggunakan satu metode khusus untuk memperlambat laju

injeksi. Setelah dua aspirasi negatif, ia menyetor volume solusi (kira-kira seperempat dari total

yang akan disimpan) dan kemudian menyedot kembali. Jika aspirasi negatif, ia menyimpan satu

per empat solusi, melanjutkan, dan melanjutkan proses ini sampai volume larutan yang tepat untuk

injeksi yang diberikan disimpan. Hal ini memungkinkan dia untuk melakukan dua hal positif

selama injeksi: (1) untuk menegaskan kembali melalui berbagai aspirasi negatif bahwa solusi

tersebut sebenarnya disimpan secara ekstravaskuler dan (2) untuk menghentikan injeksi untuk

aspirasi; ini secara otomatis memperlambat laju administrasi sehingga meminimalkan

ketidaknyamanan pasien. Dalam situasi pertama, jika aspirasi positif terjadi setelah deposisi
23

seperempat kartrid, hanya 9 mg larutan 2%, atau 13,5 mg dari larutan 3%, atau 18 mg larutan 4%

akan telah disimpan secara intravaskular — dosis yang tidak mungkin memicu reaksi merugikan

terkait obat. Ujung jarum harus direposisi, aspirasi negatif (dua kali) tercapai, dan injeksi

dilanjutkan. Risiko reaksi merugikan sekunder akibat injeksi intravaskular sangat diminimalkan

dengan cara ini.2

Terus berbicara kepada pasien selama proses injeksi. Observasi yang ketat dari mata dan

tangan pasien bersamaan dengan tangisan akan mengingatkan dokter akan ketidaknyamanan

pasien.1

"Sekarang aku akan menyemprotkan air yang membuat ngantuk gigimu. Buka mulut

Anda sangat lebar seperti buaya dan letakkan tangan Anda di pusar Anda agar tidak basah. Saya

menyemprotkan air dan mungkin terasa dingin jadi saya menghitung sampai lima untuk

menghangatkannya. Mari kita hitung 1, 2, 3, 4, 5. Saya pikir dinginnya hilang sehingga kita bisa

menyemprotkan sisa air untuk membuat gigi Anda gemuk dan lucu. Anda duduk dengan sangat

baik dengan mulut terbuka lebar dan kedua tangan Anda memegang pusar.1

Jangan biarkan pasien tanpa pengawasan sambil menunggu gejala anestesi

berkembang. Amati terus-menerus pasien jika kulitnya memucat, tanda-tanda reaksi alergi atau

reaksi vasopresor. Setelah injeksi selesai, dokter, ahli kesehatan, atau asisten harus tetap bersama

pasien sementara anestesi mulai berlaku (dan level darahnya meningkat). Sebagian besar reaksi

obat yang merugikan, terutama yang berkaitan dengan anestesi lokal yang diberikan secara

intraoral, berkembang selama injeksi atau dalam 5 hingga 10 menit setelah selesai. Terlalu sering,
24

dilaporkan situasi di mana anestesi lokal diberikan dan dokter meninggalkan pasien sendirian

selama beberapa menit hanya untuk kembali untuk menemukan pasien tidak sadar atau mengalami

kejang tidak sadar. Matsuura2 melaporkan bahwa 54,9% dari semua keadaan darurat medis yang

timbul di kantor gigi Jepang berkembang baik selama injeksi anestesi lokal atau dalam 5 menit

segera setelah pemberian. Pasien tidak boleh dibiarkan tanpa pengawasan setelah pemberian

anestesi lokal.2

Catat nama anestesi topikal, jumlah anestesi yang disuntikkan, dosis vasokonstriktor,

jenis jarum yang digunakan dan reaksi pasien. Entri harus dibuat dari obat anestesi lokal yang

digunakan, vasokonstriktor yang digunakan (jika ada), dosis (dalam miligram) dari larutan yang

digunakan, jarum ) digunakan, injeksi diberikan, dan reaksi pasien. Misalnya, dalam catatan

perkembangan gigi pasien, berikut ini mungkin ditulis: R-IANB, 25-panjang, 2% lido + 1: 100.000

epi, 36 mg. Prosedur ditoleransi dengan baik.2

Administrator anestesi lokal yang mengikuti langkah-langkah ini mengembangkan

reputasi di antara pasien sebagai "dokter gigi yang tidak sakit." Tidak mungkin untuk memastikan

bahwa setiap injeksi akan benar-benar atraumatic karena reaksi dari kedua pasien dan dokter

terlalu bervariasi. Namun, bahkan ketika mereka merasakan beberapa ketidaknyamanan, pasien

selalu menyatakan bahwa injeksi lebih baik daripada yang lain yang pernah mereka alami. Ini

harus menjadi tujuan yang dicari dengan setiap injeksi anestesi lokal. 2
25

Teknik injeksi atraumatic dikembangkan selama bertahun-tahun oleh Dr. Nathan Friedman

dan Departemen Perilaku Manusia di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Southern California.

Prinsip-prinsip ini dimasukkan ke dalam bagian ini.2

Gambar 2.16 Teknik Injeksi Atraumatik.2

Saya perlu memberi Anda hadiah khusus. Bagaimana dengan stiker? Nah, Anda baik-

baik saja, Anda harus mendapatkan dua stiker dan kami memiliki seluruh pilihan stiker. Apakah
26

Anda suka stiker Spiderman? Saya juga. Bagaimana dengan stiker anak anjing? Oke. Bagaimana

dengan stiker Putri? Oke, kita sudah selesai. Kamu hebat! Anda dapat memilih dua stiker

sementara kami menunggu gigi Anda tertidur dan bibir Anda terasa gemuk dan lucu. ”1

Sebagai dokter gigi anak, saya memberi hadiah kepada pasien segera setelah berhasil

menyelesaikan segmen perawatan daripada menunggu sampai seluruh sesi perawatan selesai. Hal

tersebut untuk memperkuat perilaku positif di seluruh prosedur.1

Setelah injeksi selesai, jarum suntik harus perlahan ditarik dari jaringan lunak dan

jarum dibuat aman dengan segera menutupnya dengan selubung plastik melalui teknik sendok

(Gbr. 2.17) atau alat pengaman lainnya. perangkat (Gbr. 2.18). 2

Kekhawatiran tentang kemungkinan cedera jarum suntik dan penyebaran infeksi yang

disebabkan oleh tidak sengaja menempel dengan jarum yang terkontaminasi telah menyebabkan

perumusan pedoman untuk pengetatan ulang jarum untuk penyedia layanan kesehatan. Telah

terbukti bahwa waktu yang paling mungkin dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional. terluka

dengan jarum adalah ketika mereka memasang kembali jarum setelah pemberian injeksi. Setelah

injeksi, jarum terkontaminasi dengan darah, jaringan, dan air liur. Perangkat telah dipasarkan

untuk membantu profesional kesehatan dalam memasang kembali jarum dengan aman. Pelindung

jarum, yang ditempatkan di atas tutup jarum sebelum injeksi, mencegah jari-jari macet selama

pengemasan ulang. Meskipun pedoman belum berlaku, berikut ini yang paling sering disebutkan

untuk mencegah jarum suntik tidak disengaja: (1) jarum tidak boleh digunakan kembali; (2) setelah

digunakan, jarum harus segera dibuang ke wadah benda tajam. Kebijakan ini, meskipun berlaku
27

di hampir semua situasi rumah sakit nondental di mana hanya satu injeksi diberikan, dalam banyak

situasi klinis, tidak praktis dalam kedokteran gigi, di mana banyak injeksi adalah hal biasa.2

Teknik "sendok" (lihat Gbr. 2.19) —di mana tutup jarum telah ditempatkan pada baki

instrumen, dan setelah injeksi, administrator hanya memasukkan ujung jarum ke dalam tutupnya

(tanpa secara fisik menyentuh tutupnya), mengambil jarum tutup — dapat digunakan untuk

berbagai injeksi tanpa risiko yang meningkat. Jarum yang tertutup lalu dibuang dalam wadah

benda tajam (Gbr. 2.20).

Gambar 2.17. Teknik "sendok" untuk menutup kembali jarum setelah digunakan.2
28

Gambar 2.18. Dudukan tutup jarum plastik. (Perkenanan Septodont, Inc,

Lancaster, PA)2

Gambar 2.19. Wadah benda tajam untuk jarum.2


29

Setelah menyelesaikan perawatan dan pemberhentian pasien, dokter mengatakan kepada

pasien dengan didampingi orang tua pasien yang hadir:“Kamu adalah penolong yang hebat. Anda

dapat memilih 3 stiker lagi dan saya memberi Anda stiker istimewa yang bertuliskan 'Hati-hati,

gigi, lidah, bibir tertidur.' Meskipun kami sudah selesai dengan perawatan hari ini, gigi Anda akan

tertidur dan bibir dan lidah Anda akan terasa gemuk dan lucu selama satu jam lagi. Saya juga ingin

Anda menggigit bantal gigi ini (cotton roll). Jangan makan atau minum sampai bibir dan lidah

Anda tidak lagi terasa gemuk dan lucu. "1

2.5 Teknik Injeksi Spesifik

Merupakan teknik injeksi yang paling umum digunakan dalam kedokteran gigi anak antara

lain :1

2.5.1 Blok Nerve Alveolar Inferior

Blok nerve alveolar inferior (IANB) pada umumnya disebut sebagai blok saraf mandibula

adalah yang paling sering digunakan setelah infiltrasi dan teknik injeksi yang paling penting dalam

kedokteran gigi. Ini adalah teknik yang berguna untuk kuadran dalam kedokteran gigi2

Blok tambahan pada nervus bukalis diperlukan untuk menganestesi jaringan lunak di

daerah bukal posterior. Jarang dilakukan injeksi infiltrasi supraperiosteal untuk menganestesi

daerah gigi seri bawah untuk memperbaiki anestesi parsial yang disebabkan oleh overlap fiber

sensorik dari sisi kontalateral. Injeksi PDL mungkin diperlukan ketika bagian yang terisolasi pada

gigi mandibula (biasanya akar mesial dari molar pertama mandibula tetap senstif walaupun sudah
30

dilakukan injeksi. Anestesi Intraoseus adalah teknik tambahan yang digunakan, yang biasanya

pada molar, ketika IANB terbukti tidak efektif, terutama ketika adanya keterlibatan pulpa.2

Administrasi IANB bilateral jarang diindikasikan dalam perawatan gigi selain prosedur

bedah bilateral mandibula. IANB untuk menganestesi jaringan lunak yang biasanya bertahan

selama beberapa jam setelah injeksi (durasinya tergantung pada anestesi lokal yang digunakan dan

jenis injeksi yang diberikan). Pasien tidak bisa merasakan menelan dan hilangnya semua sensasi,

lebih mungkin menyebabkan cedera diri pada jaringan lunak yang dianestesi. Pasien lebih

menyukai untuk dilakukan perawatan pada sisi kanan atau kiri dari mulut pasien (rahang atas dan

rahang bawah) daripada IANB bilateral.2 Pasien lebih banyak mampu mengatasi rasa tidak nyaman

pasca perawatan anestesi terkait dengan anestesi rahang atas bilateral dibandingkan dengan

anestesi mandibula bilateral. 2

IANB diindikasikan pada saat melakukan operasi dalam atau prosedur bedah yang

dilakukan pada rahang bawah gigi sulung dan permanen. Ketika injeksi supraperiosteal (infiltrasi)

dapat memberikan anestesi yang memadai untuk gigi seri dan geraham sulung tetapi tidak efektif

untuk anestesi molar permanen rahang bawah.1

Pertimbangan utama untuk IANB pada pasien anak-anak adalah foramen mandibula

terletak di level yang lebih rendah (di bawah oklusal plane) daripada pada orang dewasa. Jadi

injeksinya dibuat sedikit lebih rendah dan lebih posterior dari pada orang dewasa.1
31

Gambar 2.20 Perbedaan injeksi IANB anak-anak dengan orang dewasa 1

Saraf yang teranestesi adalah :2

a. Saraf alveolaris inferior cabang dari divisi posterior dari divisi mandibula dari saraf

trigeminal (v)

b. Saraf Insisif

c. Saraf Mental

d. Saraf lingual (umumnya)

Area yang teranestesi adalah :1

a. Gigi mandibula ke midline

b. Badan mandibula, bagian inferior dari ramus

c. Mucoperiosteum bukal, mukosa membran anterior ke molar pertama mandibula


32

d. Dua pertiga bagian anterior lidah dan dasar mulut (saraf lingual)

e. Jaringan lunak lingual dan periosteum (saraf lingual)

Indikasi untuk IANB adalah :1

a. Prosedur pada banyak gigi mandibula pada satu kuadran

b. Ketika anestesi jaringan lunak bukal anterior ke molar pertama diperlukan

c. Ketika anestesi jaringan lunak lingual diperlukan

Kontraindikasi adalah :1

a. Infeksi pada area injeksi

b. Pasien yang cenderung menggigit bibir atau lidah (anak kecil atau dewasa yang

cacat mental atau fisik)

Keuntungannya adalah :2

Sekali injeksi memberikan area anestesi yang luas (berguna untuk kuadran kedokteran

gigi).

Kerugiannya adalah :2

a. Anestesi area luas (tidak diindikasikan untuk prosedur yang terlokalisasi)

b. Tingkat anestesi yang tidak adekuate (31%-81%)


33

c. Aspirasi positif (10% hingga 15% tertinggi dari semua teknik injeksi intraoral)

d. Anestesi lingual dan bibir bawah tidak menyenangkan bagi banyak orang dan mungkin

berbahaya (trauma jaringan lunak)

Alternatif :2

a. Blok saraf mental, untuk anestesi jaringan lunak bukal anterior ke molar pertama

b. Blok insisif saraf untuk anestesi jaringan lunak bukal dan pulpa dan bukal gigi anterior ke

foramen mental (biasanya premolar kedua sampai ke insisif sentral).

c. Suntikan supraperiosteal, untuk anestesi pulpa pada gigi seri sentral dan lateral, dan

kadang-kadang gigi premolar dan molar.

d. Gow-Gates blok saraf mandibula

e. Blok saraf mandibula Vazirani-Akinosi

f. Injeksi PDL untuk anestesi pulpa dari gigi mandibula.

g. Injeksi intraoseus untuk anestesi pulpa dan jaringan lunak tiap gigi mandibula, terutama

gigi molar

h. Injeksi intraseptal untuk anestesi pulpa dan jaringan lunak dari setiap gigi mandibula
34

Gambar 2.21 Daerah yang teranestesi pada blok saraf alveolaris inferior2

Gambar 2.22 Osseous Landmark untuk blok saraf alveolaris inferior. 1. Lingual, 2 distal border
of ramus, 3. Coroid notch, 4. Coronoid process, 5. Sigmoid (mandibular) notch, 6. Neck of
condyle, 7. Head of condyle.2
35

Teknik:2

a. Jarum gigi panjang direkomendasikan untuk pasien dewasa atau pasien anak di mana

kedalaman jaringan lunak di daerah injeksi kira-kira 20 mm. Panjang jarum 25 atau 27

lebih disukai.

b. Area insersi : membran mukosa pada medial (lingual) pada sisi ramus mandibula, di

persimpangan dua garis — satu horisontal, mewakili ketinggian insersi jarum, yang lainnya

vertikal, mewakili injeksi bidang anteroposterior.

c. Area target: saraf alveolar inferior saat melewati ke bawah menuju foramen mandibula

tetapi sebelum masuk ke foramen.

d. Landmark : coronoid notch, pterygomandibular raphe, dan bidang oklusal pada gigi

posterior mandibula.

e. Prosedur :

1. Posisi yang benar : Untuk IANB kanan, duduk posisi jam 8 depan pasien, untuk IANB

kiri duduk posisi jam 10 depan pasien.

2. Posisi pasien supine (direkomendasikan) atau semisupine (jika perlu). Mulut

seharusnya dibuka lebar agar tampak lebih baik untuk akses injeksi.

3. Persiapan injeksi jaringan : keringkan dengan kasa steril, oleskan antiseptic topical,

oleskan anestesi topical 1 hingga 2 menit, tempatkan laras jarum suntik di sudut mulut

di sisi kontralateral

4. Temukan daerah penetrasi (injeksi) jarum


36

Tiga parameter yang harus dipertimbangkan selama injeksi IANB :2

1. Ketinggian injeksi

Letakkan jari telunjuk atau ibu jari dari tangan kiri anda di coronoid notch.

1) Garis imajiner memanjang ke posterior dari ujung jari pada coronoid

notch ke bagian terdalam dari pterygomandibula raphe (karena berubah

secara vertical ke atas menuju rahang atas), menentukan ketinggian

injeksi. Garis imajiner harus sejajar dengan bidang oklusal gigi molar

mandibula. Pada kebanyakan pasien garis ini terletak 6-10 mm diatas

bidang oklusal.

2) Jari pada coronoid notch digunakan untuk menarik jaringan secara lateral,

meregangkan di atas daerah injeksi, dan memungkinkan insersi jarum

untuk mengurangi traumatis. Jika memungkinkan gunakan kaca mulut

untuk meminimalkan resiko cedera jarum suntik yang tidak disengaja.

3) Titik insersi jarum terletak tiga perempat dari jarak anteroposterior

coronoid notch kemudian kembali ke bagian terdalam dari

pterygomandibular raphe : Garis harus dimulai di titik tengah notch dan

berakhir di paling dalam (paling posterior) bagian dati pterygomandibular

raphe, raphe melengkung keatas terhadap palatum.


37

4) Batas posterior dari ramus mandibula dapat diperkirakan dengan

menggunakan pterygomandibular raphe karena melengkung vertical ke

atas terhadap rahang atas.

5) Metode alternative untuk memperkirakan panjang ramus adalah

menempatkan ibu jari kita pada coronoid notch dan jari telunjuk di

ekstraoral pada posterior berbatasan dari ramus dan memperkirakan jarak

antara titik ini. Namun, banyak praktisi mengalami kesulitan

membayangkan lebar ramus dengan cara ini.

Gambar 2.23 Batas posterior dari ramus mandibula dapat diperkirakan dengan
menggunakan pterygomandibular raphe seperti berbalik superior menuju rahang
atas.2
38

Gambar 2.24 Posisi blok saraf alveolaris inferior kanan (A) dan Posisi blok saraf
alveolaris inferior kiri (B)2

Gambar 2.25 Penempatan jarum untuk blok saraf alveolaris inferior2

2. Penempatan jarum anteroposterior (yang membantu untuk menemukan tempat

tepatnya masuknya jarum)

3. Kedalaman penetrasi : Ketiga parameter dari IANB, seharusnya kontak dengan tulang.

Penetrasi jarum secara perlahan sampai bisa merasakan menyentuh dengan tulang.

a) Bagi sebagian besar pasien, tidak perlu menyuntikkan larutan anestesi lokal apapun

saat jaringan lunak ditembus.


39

b) Untuk pasien yang gelisah atau sensitif, mungkin disarankan untuk memasukkan

volume kecil saat jarum dimasukkan. Dianjurkan cairan anestesi lokal yang buffer

karena mereka mengurangi sensitivitas pasien selama jarum dimasukkan.

c) Kedalaman penetrasi rata-rata untuk kontak dengan tulang, pada orang dewasa,

adalah 20 sampai 25 mm, sekitar dua pertiga sampai tiga perempat panjang jarum.

Gambar 2.26 Blok Nervus Alveolaris Inferior. Kedalaman penetrasi rata-rata 20-
25 mm sekitar dua per tiga sampai tiga perempat panjang jarum.2

d) Ujung jarum sekarang harus berada sedikit lebih superior ke foramen mandibula

(di mana IAN masuk [menghilang ke] tulang). Foramen tidak bisa terlihat atau

teraba secara klinis.

e) Jika kontak dengan tulang terlalu cepat (kurang dari setengah panjangnya) dari

panjang jarum pada orang dewasa), ujung jarum biasanya terletak terlalu jauh di

anterior (lateral) pada ramus. Untuk memperbaikinya :

1) Tarik sedikit jarum tetapi jangan melepasnya dari jaringan.

2) Bawa laras jarum suntik lebih ke arah depan mulut, di atas gigi taring atau gigi

seri lateral pada sisi kontralateral.


40

3) Arahkan ulang jarum sampai kedalaman insersi yang diperoleh lebih tepat.

Ujung jarumnya sekarang terletak lebih posterior di sulkus mandibula.

Gambar 2.27 A) Jarum terletak terlalu jauh di bagian anterior (lateral) pada
ramus. (B) Untuk memperbaikinya, tarik sedikit dari jaringan (1) dan
bawa laras jarum suntik ke arah anterior menuju gigi seri lateral atau kaninus
(2);masukkan kembali jarum ke kedalaman yang tepat2

f) Jika tulang tidak kontak, ujung jarum biasanya terletak terlalu jauh arah posterior

(medial). Untuk memperbaiki ini:

1. Tarik sedikit ke dalam jaringan (sisakan sekitar satu perempat panjangnya di

jaringan) dan reposisi jarum suntik lebih posterior (lebih geraham rahang

bawah).

2. Lanjutkan insersi jarum sampai kontak dengan tulang dibuat pada kedalaman

yang sesuai (20 hingga 25 mm).


41

Gambar 2.28 (A) Overinsertion tanpa kontak tulang. Jarumnya biasanya


posterior (medial) ke ramus. (B) Untuk memperbaikinya, tarik itu sedikit dari
jaringan (1) dan posisikan laras jarum suntik di atas geraham (2); masukkan
kembali jarum Suntikkan sejumlah kecil solution pada jaringan. Tunggu 5 detik.2

g) Masukkan jarum. Ketika tulang terkontak, tarik kira-kira jarum 1 mm untuk

mencegah injeksi subperiosteal

h) Aspirasi. Jika negatif, masukkan perlahan anestesi 1,5 mL selama minimal 60 detik.

(Karena tingginya insiden aspirasi positif dan kecenderungan masuknya cairan

terlalu cepat, pelan-pelan injeksi, reaspirasi, pelan-pelan injeksi dan reaspirasi.

i) Perlahan tarik jarum suntik, dan kira-kira separuh panjangnya tetap berada di dalam

jaringan, aspirasi lagi. Jika negatif, masukkan sebagian dari cairan yang tersisa (0,2

mL) untuk menganestesi saraf lingual.

j) Tarik jarum suntik perlahan.


42

k) Setelah sekitar 20 detik, kembalikan pasien ke posisi tegak yang nyaman atau semi

upright.

l) Tunggu 3 hingga 5 menit sebelum menguji anestesi pulpa.

m) Setelah menyelesaikan IANB, penulis sangat merekomendasikan infiltrasi

sebanyak 0,6 hingga 0,9 mL articaine hydrochloride pada bukal fold di apeks pada

masing-masing gigi mandibula yang akan dirawat.

dalam lipatan bukal di apeks

Tanda dan gejala blok alveolar inferior adalah:2

a. Subjektif : Kesemutan dan mati rasa pada bibir bawah mengindikasikan anestesi

nervus mentalis, cabang terminal nervus alveolaris inferiror. Namun itu bukan

indikasi kedalaman anestesi. Anestesi jaringan lunak tidak pernah menjadi jaminan

anestesi pulpa.

b. Kesemutan dan mati rasa pada lidah mengindikasikan anestesi nervus lingualis,

cabang dari divisi posterior V.

c. Tidak ada rasa sakit yang dirasakan selama perawatan gigi.

Gambar 2.29 Anestesi IANB pada anak-anak1


43

Komplikasi :2

1. Hematoma (jarang):

a. Pembengkakan jaringan di sisi medial ramus mandibular ramus setelah

pengendapan anestesi.

b. Manajemen: berikan tekanan ke area untuk minimum 3 sampai 5 menit.

2. Trismus

a. Nyeri otot atau pembukaan mandibula terbatas:

a) Sedikit rasa sakit saat membuka mandibula sangat umum setelah

IANB (setelah anestesi hilang).

b) Nyeri yang lebih parah yang terkait dengan pembukaan mandibula

terbatas

b. Penyebab dan manajemen pembukaan mandibula terbatas setelah injeksi.

3. Kelumpuhan Wajah Transien (anestesi saraf fasial) :

a. Pengendapan anestesi lokal ke dalam kelenjar parotis, menghalangi saraf

kranial VII (saraf wajah), saraf motorik ke otot-otot ekspresi wajah. Tanda dan

gejala termasuk ketidakmampuan untuk menutup kelopak mata bawah dan

bibir atas terkulai pada sisi yang sakit.

b. Manajemen kelumpuhan saraf wajah sementara.


44

Blok Saraf Lingual

Anestesi saraf alveolar inferior akan berhasil menghasilkan anestesi saraf lingual dengan

suntikan sejumlah kecil solusi saat jarum ditarik. Anestesi menjadi tidak efektif jika pasien hanya

menunjukkan gejala yang teranesti pada lidah. Pasien juga harus teranestesi pada bibir dan

mukosa.1

2.5.2 Blok Saraf Long Bukal

Saraf bukal adalah cabang dari divisi anterior V3 dan tidak teranestesi selama IANB.

Anestesi dari saraf bukal diperlukan untuk sebagian besar prosedur restorasi gigi. Saraf bukal

memberikan indera persarafan ke jaringan lunak bukal yang berdekatan dengan molar mandibula.

Satu-satunya indikasi untuk administrasi dari blok saraf bukal (mis. scaling atau kuretase,

pemasangan klamp rubber dam pada jaringan lunak, menghilangkan karies subgingiva, preparasi

subgingiva gigi, pemasangan retraksi cord gingiva, atau pemasangan matriks bands).2

Umumnya anestesi blok saraf bukal untuk diadministrasikan setelah IANB, bahkan ketika

anestesi jaringan lunak bukal di daerah molar tidak diperlukan. Sama sekali tidak ada indikasi

untuk injeksi ini dalam situasi seperti itu.2

Blok saraf bukal, umumnya — tetapi digabungkan sebagai blok saraf bukal yang panjang,

telah mendekati 100%. Alasan untuk ini adalah bahwa nervus bukal mudah diakses oleh anestesi

lokal karena terletak langsung di bawah membran mukosa, tidak di dalam tulang.2
45

Saraf long bukal memberikan persarafan ke jaringan lunak bukal dan periosteum

berdekatan dengan molar mandibula. Untuk pencabutan pada molar permanen rahang bawah atau

untuk penempatan clamp rubber dam diperlukan untuk menganestesi saraf long bukal. Ini

merupakan kontraindikasi pada area infeksi akut.1 Nama lainnya blok nervus long bukalis, blok

nervus buccinatoris. Saraf yang teranestesi nervus bukalis (cabang dari divisi anterior V3).2

Gambar 2.30. Daerah yang teranestesi pada blok nervus bukalis2


46

Gambar 2.31. Posisi administrator untuk blok nervus bukalis kanan (A) dan blok nervus bukalis
kiri (B). 2

Indikasi : 2

Ketika anestesi jaringan lunak bukal diperlukan untuk prosedur gigi di daerah molar

mandibula.

Kontraindikasi :2

Infeksi atau peradangan akut di area injeksi.

Keuntungan :2

1. Tingkat keberhasilan yang tinggi

2. Secara teknis mudah


47

Kekurangan :2

Berpotensi untuk rasa sakit jika jarum menyentuh periosteum selama injeksi.

Aspirasi Positif :2 0,7%.

Alternatif :2

1. infiltrasi bukal

2. Gow-Gates blok saraf mandibula

3. Blok saraf mandibula Vazirani-Akinosi

4. Injeksi PDL

5. Injeksi intraosseous

6. Injeksi intraseptal

Teknik:2

1. Jarum panjang ukuran 25 atau 27 direkomendasikan. Ini paling sering digunakan karena

blok saraf bukal biasanya diberikan segera setelah IANB. Jarum panjang

direkomendasikan karena tempat deposisi posterior, bukan kedalaman penyisipan jaringan

(yang minimal).

2. Area insersi: membrane mukosa distal dan bukal gigi molar paling distal di lengkung.

3. Area target: saraf bukal saat melewati perbatasan anterior pada ramus.
48

4. Landmark : molar rahang bawah, mukobuccal fold.

5. Orientasi bevel: ke arah tulang selama injeksi.

6. Prosedur:

a. Asumsikan posisi yang benar. Untuk blok saraf bukal kanan, tangan kanan

administrator harus duduk di posisi jam 8 langsung menghadap pasien (Gbr. 31A).

Untuk blok saraf bukal kiri, tangan kanan administrator harus duduk pada jam 10

menghadap ke dalam arah yang sama dengan pasien (lihat Gambar 31B).

b. Posisikan pasien terlentang (disarankan) atau semisupine.

c. Siapkan jaringan untuk penetrasi ke distal dan bukal molar paling posterior.

1. Keringkan dengan kasa steril.

2. Oleskan antiseptik topikal (opsional).

3. Oleskan anestesi topikal selama 1 hingga 2 menit.

d. Dengan jari telunjuk kiri Anda (jika tangan kanan), tarik jaringan lunak bukal di daerah

injeksi lateral, visibilitas akan ditingkatkan. Kencangkan jaringan, penetrasi jarum

atraumatic. Jika mungkin, menggunakan kaca mulut untuk meminimalkan risiko

kecelakaan jarum suntik cedera ke administrator.

e. Arahkan jarum suntik ke tempat injeksi dengan bevel menghadap ke bawah ke arah

tulang dan jarum suntik sejajar dengan bidang oklusal di sisi injeksi tetapi bukal ke

gigi (Gambar 34A).


49

f. Penetrasi membrane mukosa di tempat injeksi, distal dan bukal ke molar terakhir

(Gambar 34B).

g. Masukkan jarum perlahan-lahan sampai mucoperiosteum kontak dengan lembut.

Untuk mencegah rasa sakit ketika jarum kontak mucoperiosteum, masukkan beberapa

tetes anestesi lokal hanya sebelum kontak.

h. Kedalaman penetrasi jarang lebih dari 2 sampai 4 mm, dan biasanya hanya 1 atau 2

mm.

i. Aspirasi.

j. Jika negatif, masukkan perlahan 0,3 mL (kurang-lebih seperdelapan dari kartrid) lebih

dari 10 detik.

k. Jika cairan di tempat suntikan keluar (ke dalam mulut pasien):

1. Hentikan injeksi.

2. Majukan ujung jarum lebih dalam ke jaringan.

3. Reaspirasi.

4. Lanjutkan injeksi.

l. Tarik jarum suntik perlahan.

m. Tunggu sekitar 3 hingga 5 menit sebelum memulai prosedur perawatan gigi yang

direncanakan.
50

Gambar 2.32 Penyelarasan jarum suntik. (A) Paralel dengan bidang oklusal pada
sisi injeksi tetapi bukal untuk itu. (B) Distal dan bukal ke molar terakhir.2

Tanda dan gejala :2

1. Karena lokasi dan ukuran kecil daerah yang teranestesi, pasien jarang mengalami gejala

subjektif.

2. Tujuan: instrumentasi di daerah yang dianestesi tanpa nyeri mengindikasikan kontrol nyeri

yang memuaskan.
51

Fitur keamanan:2

1. Jarum kontak tulang, di dalamnya mencegah insersi berlebihan

2. Aspirasi positif minimum

Tindakan pencegahan :2

1. Nyeri pada saat insersi dari kontak periosteum yang tidak teranestesi. Ini bisa dicegah dengan

memasukkan beberapa tetes dari anestesi lokal sebelum menyentuh periosteum.

2. Larutan anestesi lokal keluar saat injeksi. Ini umumnya berarti bahwa penetrasi jarum tidak

cukup dalam, bevel dari jarum hanya sebagian dalam jaringan dan cairan keluar selama

injeksi. Untuk memperbaiki ini dengan cara antara lain hentikan injeksi, masukkan jarum ke

kedalaman yang lebih besar, reaspirate, lanjutkan injeksi.

Kegagalan Anestesi :2

Jarang pada blok saraf bukal: volume anestesi tidak cukup dipertahankan dalam jaringan.

Komplikasi :2

1. Beberapa konsekuensi.

2. Hematoma (perubahan warna kebiruan dan pembengkakan jaringan pada daerah injeksi).

Darah dapat keluar dari arah tusukkan jarum ke vestibulum bukal. Untuk mengatasi ini,

berikan tekanan dengan kain kasa langsung ke daerah perdarahan selama minimum 3 menit.
52

2.5.3 Injeksi Supraperiosteal (Infiltrasi Lokal)

Suntikan supraperiosteal, lebih umum (tetapi tidak benar) disebut infiltrasi lokal, adalah

teknik yang paling sering menganestesi pulpa di rahang atas. Meskipun ini prosedur sederhana

dengan keberhasilan tinggi, ada beberapa alasan untuk menggunakan teknik lain (misalnya., blok

saraf regional) lebih dari dua atau tiga gigi terlibat dalam perawatan.2

Beberapa suntikan supraperiosteal membutuhkan banyak penetrasi jarum, masing-masing

dengan potensi menghasilkan sakit, baik selama prosedur atau setelah efek anestesi hilang, baik

permanen atau sementara melibatkan jaringan (pembuluh darah, saraf). Selain itu, kemungkinan

yang lebih penting, menggunakan injeksi supraperiosteal untuk anestesi pulpa pada banyaknya

gigi membutuhkan administrasi volume yang lebih besar dari anestesi lokal, dengan membantu

meningkatkan (meskipun hanya sedikit pada orang dewasa) dalam risiko sistemik dan komplikasi

lokal. Suntikan supraperiosteal diindikasikan setiap kali prosedur gigi terbatas di rahang atas atau

daerah gigi seri rahang bawah.2

Nama Umum Lainnya infiltrasi lokal, injeksi paraperiosteal. Saraf yang teranestesi cabang-

cabang terminal besar dari plexsus gigi. Area yang teranestesi adalah seluruh wilayah dipersarafi

oleh cabang-cabang terminal besar pleksus ini: daerah pulpa dan akar gigi, bukal periosteum,

jaringan ikat, dan membrane mukosa.2


53

Gambar 2.33 Injeksi Supraperiosteal pada region anterior maksila2

Injeksi supraperiosteal (umumnya dikenal sebagai infiltrasi lokal) diindikasikan prosedur

gigi terbatas lokal baik di rahang atas atau rahang bawah. Ujung terminal saraf menginervasi

wilayah tersebut dianestesi. Indikasinya adalah anestesi pulpa dari semua gigi rahang atas

(permanen dan primer), gigi anterior mandibula (primer dan permanen) dan molar primer

mandibula saat perawatan terbatas pada satu atau dua gigi. Ini juga menganestesi jaringan lunak

blok regional. Kontraindikasi adalah infeksi atau peradangan akut di daerah injeksi dan di daerah

di mana tulang menutupi apeks dari gigi, yaitu molar pertama permanen pada anak-anak. Tidak

disarankan untuk area yang luas karena membutuhkan insersi multiple needle dan kebutuhan untuk

mengelola volume anestesi lokal dalam jumlah yang lebih besar yang dapat menyebabkan

toksisitas.1
54

Indikasi :2

1. Anestesi pulpa pada gigi rahang atas saat perawatan hanya terbatas pada satu atau dua gigi

2. Anestesi jaringan lunak diindikasikan untuk prosedur bedah hanya terbatas daerah

Kontraindikasi :2

1. Infeksi atau peradangan akut di area injeksi.

2. Tulang padat yang menutupi apeks gigi (dapat ditentukan dengan coba-coba; kemungkinan

besar pada molar permanen rahang atas pada anak-anak, apeks terletak di bawah tulang

zygomatik, yang relatif padat). Apeks pada gigi insisif sentral pada orang dewasa mungkin

juga terletak di bawah tulang yang lebih padat (misal dari hidung), dengan demikian perkiraan

kesalahan meningkat (meskipun tidak signifikan).

Keuntungan :2

1. Tingkat keberhasilan tinggi (> 95%)

2. Teknik injeksi mudah

3. Biasanya sepenuhnya atraumatik


55

Kekurangan :2

Tidak direkomendasikan untuk area yang luas karena membutuhkan insersi jarum dan

perlunya pemberian total volume anestesi lokal yang lebih besar. Aspirasi Positif dapat diabaikan,

kemungkinan (<1%)

Teknik :2

1. Jarum pendek 27-gauge direkomendasikan.

2. Area insersi: ketinggian mukobukal fold di atas apeks gigi dianestesi.

3. Area target: daerah apikal gigi yang akan dianestesi.

4. Landmark : mukobukal fold, mahkota gigi, kontur akar gigi

5. Orientasi bevel : ke arah tulang

6. Prosedur:

a. Siapkan jaringan di tempat injeksi: bersihkan dengan kain kering steril, oleskan

antiseptik topikal (opsional), oleskan anestesi topikal selama minimal 1 menit.

b. Arahkan jarum dengan bevel menghadap tulang.

c. Angkat bibir, tarik kencang jaringan, jika mungkin menggunakan kaca mulut (untuk

meminimalkan risiko tidak sengaja terkena jarum suntik tidak disengaja ke

administrator).

d. Pegang jarum suntik sejajar dengan sumbu panjang gigi (Gbr. 36).

e. Masukkan jarum ke ketinggian lipatan mukobukal di atas gigi target.


56

f. Masukkan jarum sampai bevelnya berada di atau di atas apikal wilayah gigi. Dalam

kebanyakan kasus kedalaman penetrasi hanya beberapa milimeter. Karena jarum ada

di jaringan lunak (tidak menyentuh tulang), di sana seharusnya tidak ada perlawanan

terhadap masuknya, juga tidak seharusnya ada pasien yang merasa tidak nyaman

dengan suntikan ini.

g. Aspirasi dua kali, rotasi 90 ° di antara aspirasi.

h. Jika negatif, masukkan sekitar 0,6 mL (sepertiga dari cartridge) secara perlahan lebih

dari 20 detik.

i. Tarik jarum suntik perlahan.

j. Amankan jarum.

k. Tunggu 3 hingga 5 menit sebelum memulai perawatan gigi

Gambar 2.34 Jarum suntik harus dipegang sejajar dengan sumbu panjang
gigi dan dimasukkan pada ketinggian mukobukal fold di atas gigi.
57

Tanda dan gejala :2

1. Subjektif: perasaan mati rasa di daerah anestesi

2. Tujuan: penggunaan "semprotan pembekuan" (mis., Endo-Ice) atau penguji pulp listrik (EPT)

tanpa tanggapan dari gigi dengan output EPT maksimal (80/80)

3. Tidak adanya rasa sakit selama perawatan

Gambar keamanan :2

1. Risiko minimal pemberian intravaskular

2. Injeksi anestesi secara perlahan; aspirasi (x2)

Tindakan pencegahan :2

Injeksi supraperiosteal tidak dianjurkan untuk daerah perawatan yang lebih besar. Semakin

banyak jumlah penetrasi jaringan meningkatkan kemungkinan rasa sakit selama dan setelah

injeksi, dan volume yang lebih besar cairan yang diberikan meningkatkan kemungkinan overdosis

dari anestesi lokal (lebih ringan-berat pasien) dan nyeri pasca injeksi. Selain itu, tusukan jarum

jaringan dapat menyebabkan kerusakan permanen atau sementara pada struktur di area tersebut,

seperti darah pembuluh darah (hematoma) dan saraf (paresthesia).2


58

Kegagalan Anestesi :2

1. Ujung jarum terletak di bawah apeks (sepanjang akar) dari gigi (lihat Tabel 1). Masukkan

cairan anestesi di bawah apeks gigi rahang atas pada anestesi jaringan lunak yang sangat baik

tetapi anestesi pada pulpa buruk atau tidak ada.

2. Ujung jarum terletak terlalu jauh dari tulang (cairan mengendap dalam jaringan lunak bukal).

Untuk memperbaikinya, arahkan kembali jarum lebih dekat ke periosteum

Komplikasi :2

Nyeri pada insersi jarum dengan ujung jarum terhadap periosteum. Untuk

memperbaikinya, tarik jarum dan masukkan kembali lebih jauh dari periosteum.

2.5.4 Infiltrasi Lokal untuk Molar Mandibula

Sejumlah penelitian telah melaporkan pada efektivitas injeksi solusi anestesi lokal pada

mukobukal fold antara akar molar mandibula primer. Dalam membandingkan efektivitas infiltrasi

mandibula dengan anestesi blok mandibula, secara umum disepakati bahwa dua teknik sama

efektifnya untuk prosedur restoratif, tetapi blok mandibula lebih efektif untuk pulpotomi dan

ekstraksi dari pada infiltrasi mandibula. Infiltrasi mandibula harus dipertimbangkan dalam situasi

di mana prosedur restoratif bilateral tanpa menganestesi lidah. Anestesi bilateral lidah tidak

nyaman untuk keduanya anak-anak dan orang dewasa.2


59

Teknik:

a. Tarik pipi sampai terlihat jaringan mukobukal fold.

b. Oleskan anestesi topikal.

c. Arahkan jarum bevel ke arah tulang.

d. Penetrasi membran mukosa mesial ke molar primer untuk dianestesi dengan

mengarahkan jarum ke posisi di antara akar gigi. Suntikkan secara perlahan

disuntikkan jumlah anestesi dalam jumlah yang kecil sambil memasukkan jarum

ke posisi yang dinginkan dan menyuntikkan anestesi sekitar ½ katrid.

e. Jika diperlukan anestesi jaringan lingual (penempatan clamp rubber dam), lalu

dapat menyuntikkan larutan anestesi langsung ke dalam jaringan lingual pada free

margin gingiva atau dapat memasukkan jarum interproksimal dari bukal dan

deposit anestesi pada lingual.

f. Jarum ditarik dan ditutup kembali.

g. Tunggu 3-5 menit sebelum memulai perawatan.

Gambar 2.35 Infiltrasi Lokal Molar Mandibula2


60

2.5.5 Infiltrasi Lokal untuk Insisivus Mandibula

Indikasi untuk infiltrasi gigi seri mandibula adalah:2

1. Untuk menganestesi blok alveolar inferior.

2. Ekskavasi karies superfisialis pada gigi seri rahang bawah atau ekstraksi pada exfoliasi

parsial gigi seri primer.

Jika perawatan kuadran direncanakan melibatkan gigi posterior dan anterior, infiltrasi

mandibula diperlukan untuk menganestesi ujung terminal saraf alveolar inferior yang melintasi

midline dari kuadran kontralateral.2

Gambar 2.36 Infiltrasi Lokal Insisivus Mandibula 2

2.5.6 Teknik Untuk Tambahan Anestesi Blok1

a. Tarik pipi sehingga jaringan mucobuccal fold menjadi kencang

b. Oleskan anestesi topical

c. Arahkan jarum bevel kearah tulang


61

d. Penetrasi pada mukosa di sisi yang sama dengan block dekat dengan midline di margin

mucogingival dan masukkan jarum 2 mm mendekati lokasi puncak akar. Jarum

dimasukkan dalam arah diagonal dan larutan dimasukan ke sisi berlawanan dari midline.

Setengah larutan cartridge seharusnya cukup.

e. Tarik jarum dan tutup kembali

f. Tunggu 3-5 menit sebelum memulai tindakan.

2.5.7 Teknik Untuk Restorasi Anterior Dan Ekstraksi1

a. Tarik pipi sehingga jaringan mucobuccal fold menjadi kencang

b. Oleskan anestesi topical

c. Arahkan jarum bevel kearah tulang

d. Penetrasi di mukosa labial gigi yang akan dirawat dekat dengan tulang pada margin

mucogingival. Dorong jarum 2 mm mendekati ujung akar. Injeksikan ¼ - ½ cartridge

anestesi.

e. Jika perlu untuk menganestesi gigi yang berdekatan, Tarik sebagian jarum dan putar

jarum kearah gigi yang dituju serta dorong jarum sampai mendekati apeks.

f. Jika diperlukan anestesi di bagian lingual (untuk ekstraksi) maka anestesi dapat

disuntikkan langsung ke jaringan di margin free gingival atau masukkan jarum secara

interproksimal dari bukal dan deposit anestesi dengan mendorong jarum secara lingual.

g. Tarik jarum dan tutup kembali


62

h. Tunggu 3-5 menit sebelum memulai tindakan.

2.5.8 Infiltrasi Lokal Pada Gigi Insisif Dan Caninus Sulung Dan Permanen Maksila2

a. Tarik pipi sehingga jaringan mucobuccal fold menjadi kencang

b. Oleskan anestesi topical

c. Arahkan jarum bevel kearah tulang

d. Penetrasi di mukosa labial gigi yang akan dirawat dekat dengan tulang pada margin

gingival dengan syringe sejajar dengan sumbu panjang gigi. Dorong jarum 2 mm medekati

ujung akar.

e. Aspirasi

f. Suntikkan ¼-1/2 cartridge anestesi.

g. Jika diperlukan anestesi gigi yang berdekatan, Tarik sebagian jarum dan putar jarum

kearah gigi gigi yang dituju dan masukkan jarum sampai mendekati apeks

h. Aspirasi

i. Suntikkan ¼-1/2 cartdridge anestesi

j. Jika diperlukan anestesi jaringan palatal (untuk ekstraksi atau anestesi yang tidak lengkap

karena persarafan aksesori dari saraf palatal), dapat diinjeksikan larutan anestesi langsung

ke jaringan lingual pada margin free gingival atau masukkan jarum secara interproksimal

dari buccal dan deposit anestesi dengan mendorong jarum secara lingual.

k. Tarik jarum dan tutup kembali


63

l. Tunggu 3-5 menit sebelum memulai tindakan. Pasien harus merasa kebas di daerah

administrasi dan tidak adanya rasa sakit selama perawatan.

Gambar 2.37 Teknik infiltrasi local pada gigi insisif maksila1

2.5.9 Anestesi Pada Premolar Dan Molar Permanen Maksila

Area yang teranestesi adalah pulpa dari molar pertama permanen maksila (periode gigi

permanen dan gigi campuran awal) dan premolar pertama dan kedua serta akar mesiobukal molar

permanen pertama pada gigi permanen, serta jaringan periodontal bukal dan tulang diatas gigi-gigi

tersebut. Injeksi merupakan kontraindikasi jika terjadi infeksi atau inflamasi terdapat pada area

administrasi.1
64

Gambar 2.38 Teknik anestesi pada premolar dan molar permanen maksila1

Teknik :1

a. Jarum pendek ukuran 25 atau 27 dapat diterima

b. Area insersi untuk molar pertama sulung adalah diantara apeks akar dari gigi pada ketinggian

mucobuccal fold. Area insersi untuk premolar berada di antara dua gigi.

c. Tarik pipi sehingga jaringan mucobuccal fold menjadi kencang

d. Oleskan anestesi topical

e. Arahkan jarum bevel kearah tulang

f. Penetrasi membran mukosa dan perlahan masukkan jarum sampai ujungnya berada diatas area

antara apeks molar pertama atau diatas apeks premolar kedua.

g. Aspirasi

h. Perlahan masukann ½-1/3 cartdridge dari larutan


65

i. Tarik jarum dan tutup kembali

j. Tunggu 3-5 menit sebelum melakukan perawatan gigi. Jika pasien masih mengeluh sakit ,

mungkin diperlukan untuk menambahkan anestesi blok pada saraf alveolaris superior

posterior.

k. Komplikasi yang jarang terjadi adalah terbentuknya hematom di tempat injeksi. Jika ini terjadi

berikan tekanan dengan kain kasa diatas pembengkakan selama minimal 60 deitik.

2.5.10 Anestesi Blok Saraf Alveolaris Superior Posterior

Untuk alasan yang sudah dijelaskan sebelumnya, blok saraf alveolaris superior posterior

digunakan untuk membius molar kedua sulung, gigi campuran dan molar permanen pada periode

gigi campuran dan permanen. Akar mesiobukal dari molar permanen pertama tidak konsisten

dipersarafi oleh alveolaris superior posterior. Anestesi total gigi mungkin perlu ditambahkan

dengan injeksi infiltrasi lokal.1


66

Gambar 2.39 Anestesi Pada Saraf Alveolaris Superior Posterior1

Injeksi ditunjukkan ketika injeksi supraperiosteal dikontraindikasikan (terjadi infeksi atau

peradangan akut) atau ketika injeksi supraperiosteal tidak efektif. Ini merupakan kontraindikasi

pada pasien dengan masalah pembekuan darah (hemofili) karena peningkatan resiko perdarahan

dalam kasus yang direkomendasikan adalah injeksi supraperiosteal atau PDL.1


67

Gambar 2.40 Anestesi Pada Saraf Alveolaris Superior Posterior1

Teknik :

a. Jarum pendek ukuran 25 atau 27 dapat diterima

b. Area insersi adalah diatas ketinggian mucobuccal fold dan distal ke akar distobuccal dari

molar terakhir yang ada di lengkung rahang.

c. Tarik pipi sehingga jaringan mucobuccal fold menjadi kencang

d. Oleskan anestesi topical

e. Arahkan jarum bevel kearah tulang

f. Masukkan jarum sampai pada ketinggian mucobuccal fold di atas molar terakhir.

g. Dorong jarum secara perlahan di:

a) Ke atas (superior pada sudut 45 derajat ke bidang oklusal)


68

b) Ke dalam (medial menuju garis tengah pada sudut 45 derajat ke bidang

oklusal)

c) Mundur (posterior pada sudut 45 derajat ke sumbu Panjang molar) hingga

kedalaman 10-14mm

h. Aspirasi

i. Perlahan masukkan ½ -1 cartridge larutan (aspirasi beberapa kali ketika injeksi)

j. Tarik jarum dan tutup kembali

k. Tunggu 3-5 menit sebelum melakukan tindakan. Jika anestesi tidak lengkap, berikan

tambahan dengan injeksi supraperiosteal atau PDL.

2.5.11 Anestesi Jaringan Palatal

Anestesi jaringan palatal diperlukan untuk prosedur yang melibatkan manipulasi jaringan

palatal, misalnya, ekstraksi, gingivektomi dan frenektomi labial. Anestesi tersebut merupakan satu

prosedur yang paling traumatis dan menyakitkan yang dialami oleh pasien selama perawatan gigi.

Teknik-teknik yang dijelaskan di makalah ini dapat membantu dalam mengurangi dan

menghilangkannya sama sekali ketidaknyamanan pasien. Malamed merekomendasikan agar

dokter gigi memperingatkan pasien bahwa mungkin terdapat ketidaknyamanan selama prosedur

sehingga mental pasien dapat dipersiapkan. Jika pengalaman itu atraumatik, maka pasien pasien

memberikan penghargaan "tangan emas" pada dokter gigi. Jika rasa sakit dialami oleh pasien,
69

maka dokter dapat menghibur pasien dengan “Saya minta maaf. Saya bilang mungkin terdapat rasa

tidak nyaman "(hindari kata" sakit ").1

Langkah-langkah dalam administrasi atraumatik anestesi di semua area palatal sebagai

berikut:1

a. Berikan anestesi topikal yang memadai (minimal 2 menit) di area injeksi. Aplikator harus

ditahan oleh dokter sambil memberikan tekanan yang cukup untuk menyebabkan pucat.

b. Gunakan anestesi bertekanan di tempat injeksi sebelum dan selama penetrasi jarum dan

deposisi larutan. Tekanan dipertahankan oleh aplikator kapas dengan tekanan yang cukup

untuk menyebabkan pucat.

Tujuannya adalah untuk menghasilkan anestesi jaringan lunak melalui penggunaan

teori kontrol gerbang rasa sakit. Tongkat aplikator harus ditekan cukup kuat untuk

menghasilkan iskemia (pucat) dari jaringan yang biasanya berwarna merah muda di lokasi

penetrasi dan perasaan tekanan kuat dapat ditoleransi, tidak tajam dan menyakitkan.

Anestesi tekanan harus dipertahankan selama penetrasi jaringan lunak dengan jarum dan

harus dipertahankan sepanjang waktu jarum tetap berada di jaringan lunak palatal. 2

Gambar 2.41 Iskemia (tanda panah) dari jaringan palatal yang dihasilkan oleh
tekanan dari tongkat aplikator.2
70

c. Pertahankan kontrol terhadap jarum. Penggunaan jarum ultra-pendek akan menghasilkan

lebih sedikit defleksi dan kontrol yang lebih besar. Tahanan jari akan membantu

menstabilkan jarum.1

Jarum pendek 27-gauge direkomendasikan untuk teknik injeksi palatal karena pasien tidak

dapat membedakan "rasa" antara jarum 27- dan 30-gauge.2

Gambar 2.42 Stabilisasi jarum untuk blok saraf nasopalatinal, syringe harus
bersandar pada bibir bawah pasien 2

d. Suntikkan larutan anestesi secara perlahan. Terdapat sedikit ruang untuk menyebarkan

selama deposisi larutan, karena kepadatan jaringan lunak palatal dan ikatannya yang kuat

pada palatum keras. Injeksi lambat mengurangi tekanan jaringan dan menghasilkan

pengalaman yang tidak terlalu traumatis.1

e. Percaya pada diri sendiri, bahwa kita dapat menyeesaikan presedur anastesi secara

atraumatik 2
71

2.5.12 Blok saraf nasopalatinal

Saraf nasopalatinal menginervasi jaringan palatal dari enam gigi anterior. Jika jarum

dimasukkan ke dalam foramen nasopalatinal, maka memungkinkan untuk sepenuhnya

menganestesi enam gigi anterior. Namun, teknik ini menyakitkan dan tidak digunakan secara rutin.

Indikasi untuk injeksi nasopalatinal adalah ketika anestesi jaringan lunak palatal diperlukan untuk

perawatan restoratif pada lebih dari dua gigi (penempatan pita matriks subgingiva) dan untuk

prosedur periodontal dan bedah yang melibatkan palatum durum. Infiltrasi lokal diindikasikan

untuk perawatan satu atau dua gigi. Hal ini merupakan kontraindikasi ketika ada infeksi atau

inflamasi di area tempat suntikan.1

Gambar 2.43 Area anestesi yang dihasilkan oleh blok saraf nasopalatinal2

Terdapat dua teknik, yaiu penetrasi tunggal dan penetrasi multipel. Penetrasi tunggal terdiri

dari satu penetrasi pada mukosa langsung ke foramen insisif bergantung pada tekanan anestesi dan

deposisi lambat larutan anestesi untuk manajemen nyeri. Beberapa dokter merasa teknik ini masih

menyebabkan traumatis, terutama untuk pasien anak-anak dan menyarankan teknik penetrasi
72

multipel untuk meminimalkan rasa sakit. Teknik yang disarankan adalah setelah anestesi bukal

dicapai dengan infiltrasi lokal, larutan anestesi diinjeksikan ke dalam papila interdental yang

dipenetrasikan dari labial dan larutan difus ke palatal. Jaringan palatal cukup dianestesi dengan

blok nasopalatinal atraumatik.1

Gambar 2.44 Blok saraf nasopalatinal1

Keuntungan Blok Saraf Nasopalatinal2

1. Meminimalkan penetrasi jarum dan volume larutan

2. Ketidaknyamanan pasien minimal dari berbagai penetrasi jarum


73

Kerugian Blok Saraf Nasopalatinal2

1. Tidak ada hemostasis kecuali di daerah injeksi segera

2. Berpotensi menyebabkan injeksi intraoral yang paling traumatis; Namun, protokol untuk

injeksi atraumatik atau penggunaan sistem C-CLAD atau larutan anestesi lokal buffer dapat

meminimalkan atau sepenuhnya menghilangkan ketidaknyamanan.

Alternatif Anestesi 2

1. Infiltrasi lokal ke daerah-daerah tertentu

2. Blok saraf maksila (hanya unilateral)

3. Blok saraf AMSA (hanya unilateral)

4. Anestesi lokal intranasal

I. Teknik (Penetrasi Tunggal)1

 Menggunakan jarum pendek atau ultra pendek 25 atau 27.

 Area insersi adalah mukosa palatal yaitu lateral dari papila insisif (terletak di garis tengah di

belakang insisif sentral).

 Jalur insersi mendekati papila insisif pada sudut 45 derajat dengan orientasi bevel menuju

jaringan palatal.

 Bersihkan dan keringkan jaringan dengan kasa steril.


74

 Procedur 2

1. Duduklah pada posisi jam 9 atau 10 menghadap ke arah yang sama dengan pasien.

2. Meminta pasien untuk : membuka mulut, memanjangkan leher dan Putar kepala ke

kiri atau kanan, sesuai kebutuhan, untuk meningkatkan visibilitas

Gambar 2.45 Posisi dokter untuk blok saraf nasopalatinal2

 Oleskan anestesi topikal di lateral dari papila insisif selama dua menit.

 Setelah dua menit, pindahkan aplikator kapas langsung ke papila insisif. Berikan tekanan

secukupnya sehingga terdapat pucat.

 Tempatkan bevel jarum pada jaringan lunak yang pucat di tempat injeksi.

 Berikan tekanan yang cukup untuk sedikit menekuk jarum. deposit sedikit obat anestesi.

 Luruskan jarum dan penetrasi jaringan dengan jarum.

 Berikan tekanan dengan aplikator kapas saat injeksi.

 Perlahan jarum dimasukkan ke arah foramen insisif sampai mengenai tulang (sekitar 5mm).

 Tarik jarum 1mm dan aspirasi.

 Jika negatif, pelan-pelan deposit tidak lebih dari ¼ cartridge anestesi.


75

 Jarum ditarik dan ditutup kembali.

 Tunggu 2-3 menit sebelum memulai perawatan.

Gambar 2.46 palatal saat pasien diposisikan dengan benar2

Gambar 2.47 Anestesi topikal diaplikasikan lateral papilla insisi selama 2 menit, dan kemudian
tekanan diterapkan langsung ke papilla insisif. 2

Gambar 2.48 Tekanan dipertahankan sampai deposisi larutan selesai. Penetrasi jarum hanya
lateral dari papilla insisif 2
76

Tanda dan Gejala2

1. Subyektif: mati rasa di bagian anterior palatal

2. Objektif: tidak ada rasa sakit selama perawatan gigi

Fitur keamanan 2

1. Kontak dengan tulang

2. Aspirasi

Tindakan pencegahan 2

1. Mencegah rasa sakit :

a. Jangan memasukkan jarum secara langsung ke dalam papilla insisif (cukup menyakitkan)

b. Jangan deposit larutan terlalu cepat

c. Jangan deposit larutan terlalu banyak

2. Mencegah infeksi :

Jika jarum dimasukkan lebih dari 5 mm ke dalam saluran insisif dan dasar hidung dimasukkan

secara tidak sengaja, infeksi dapat terjadi. Tidak ada alasan bagi jarum untuk memasuki

saluran insisif selama blok saraf nasopalatinal.


77

Komplikasi2

1. Hematoma mungkin tetapi sangat jarang karena kepadatan dan perlekatan yang kuat dari

jaringan lunak palatal ke tulang

2. Nekrosis jaringan lunak mungkin terjadi ketika larutan vasokonstriktor yang sangat pekat

(mis., 1: 50.000 epinefrin) digunakan berulang kali untuk hemostasis selama periode yang

lama.

3. Karena kepadatan jaringan lunak, larutan anestesi dapat "menyemprotkan" kembali situs

jarum tusukan selama administrasi atau setelah penarikan jarum. (Ini tidak memiliki

signifikansi klinis. Namun, jangan biarkan hal itu mengejutkan Anda untuk mengucapkan

pernyataan seperti "Aduh!" Yang mungkin menakuti pasien.)

II. Teknik ( Penetrasi Multipel )1

a) Disarankan menggunakan jarum pendek 25 atau 27 gauge atau ultra-pendek.

b) Ada 3 titik insersi, yaitu:

1. Frenum labialis antara gigi insisif sentral rahang atas.

2. Papilla interdental antara gigi insisif sentral rahang atas.

3. Jaringan lunak palatal lateral ke papila insisif.

 Suntikan pertama: Jika anestesi labial belum tercapai dengan infiltrasi lokal labial pada daerah

tersebut, injeksi berikutnya dilakukan. Jika area sudah teranestesi, lanjutkan ke injeksi kedua.

1. Jalur insersi ke frenum labial dengan orientasi bevel jarum ke arah tulang.
78

2. Bersihkan dan keringkan area dengan kasa steril.

3. Oleskan anestesi topikal selama 1 menit.

4. Tarik bibir atas untuk meningkatkan visibilitas.

5. Masukkan jarum ke dalam frenum dan deposit larutan anestesi 0,3 ml selama 15 detik.

Jaringan mungkin membengkak. Anestesi jaringan harus segera terjadi.

6. Tarik jarumnya.

 Suntikan kedua:

1. Pegang jarum di sudut kanan ke papila. Orientasi bevel tidak relevan.

2. Tarik bibir untuk meningkatkan visibilitas.

3. Masukkan jarum ke dalam papila tepat di atas puncak tulang.

4. Arahkan ke arah papila insisif di sisi palatal papila interdental sambil secara perlahan

menyuntikkan larutan anestesi. Jangan penetrasi melalui jaringan palatal.

5. Ketika pucat terjadi dalam papila insisif, lakukan aspirasi.

6. Jika negatif berikan 0,3 ml larutan anestesi selama 15 detik.

7. Tarik jarum suntik.

 Suntikan ketiga:

1. Lanjutkan seperti injeksi penetrasi tunggal, namun aplikasi anestesi topikal dan anestesi

tekanan tidak diperlukan.


79

2. Anestesi palatal di daerah kaninus mungkin tidak memadai karena tumpang tindih serat

dari saraf palatina yang lebih besar. Untuk memperbaikinya, mungkin perlu untuk

melengkapi anestesi dengan infiltrasi lokal.

Gambar 2.49 Teknik penetrasi multiple1

Tanda dan Gejala2

1. Subyektif: mati rasa di bibir atas (midline) dan bagian anterior palatal

2. Objektif: tidak ada rasa sakit selama perawatan gigi

Fitur keamanan2

1. Kontak dengan tulang


80

2. Aspirasi

Keuntungan2

Sepenuhnya atau relatif atraumatic

Kerugian2

1. Membutuhkan banyak suntikan (tiga)

2. Sulit menstabilkan jarum suntik selama injeksi kedua

3. Syringe biasanya dalam garis pandang pasien selama injeksi kedua

Tindakan pencegahan2

1. Mencegah sakit : Jika setiap injeksi dilakukan sesuai anjuran, seluruh teknik harus atraumatik

2. Mencegah infeksi: Pada injeksi ketiga, jangan lanjutkan jarum ke saluran insisif. Dengan

penetrasi ke dasar hidung yang tidak disengaja, risiko infeksi akan meningkat.

Komplikasi2

1. Nekrosis jaringan lunak mungkin terjadi ketika larutan vasokonstriktor yang sangat pekat

(mis., 1: 50.000) digunakan untuk hemostasis selama periode yang lama.

2. Papilla interdental antara gigi insisif rahang atas terkadang lunak selama beberapa hari setelah

injeksi.
81

2.5.13 Greater Palatine Nerve Block

Greater Palatine Nerve Block berguna untuk menganastesi jaringan lunak palatal distal ke

caninus. Greater Palatine Nerve Block lebih tidak memberikan trauma daripada nasopalatine nerve

block karena jaringan palatal di daerah tempat injeksi tidak sebagai anchorage ke tulang yang

mendasarinya. Greater Palatine Nerve Block diindikasikan ketika anestesi jaringan lunak palatal

diperlukan untuk perawatan restoratif pada lebih dari dua gigi (pemasangan pita matriks

subgingiva) dan pembedahan periodontal dan oral. Kontraindikasi dari greater palatine nerve block

ketika ada infeksi atau peradangan di area tempat insersi.1

- Tempatkan cotton swab di antara palatum durum dan prosesus alveolar rahang atas.

- Mulai di daerah molar pertama rahang atas berikan tekanan dengan cotton bud sambil

bergerak ke belakang

Gambar 2.50 Iskemia pada mukosa palatal yang didapat dari penekanan stik aplikator2
82

- Siapkan jaringan di tempat suntikan, 1–2mm anterior ke foramen Greater Palatine Nerve

- Bersihkan dan keringkan area dengan kain kasa steril

- Oleskan anestesi topikal dengan kapas aplikator selama dua menit

- Pindahkan aplikator kapas ke belakang sehingga secara langsung di atas foramen palatine

yang lebih besar dan memberikan tekanan yang cukup sampai jaringan terlihat pucat

selama 30 detik

- Arahkan needle ke dalam mulut dari sisi berlawanan mulut dari tempat injeksi pada sudut

kanan ke area target dengan orientasi bevel jarum ke arah jaringan lunak palatal

- Tempatkan bevel needle dengan lembut pada jaringan yang pucat dan berikan tekanan yang

cukup untuk sedikit menekuk jarum.

Gambar 2.51 Stabilisasi jarum untuk greater palatine block


83

- Deponirkan sedikit cairan anastesi

- Luruskan jarum dan biarkan jarum untuk menembus mukosa, sambal deponirkan sejumlah

kecil larutan anestesi.

- Perlahan masukan jarum approx. 8mm sampai mengenai tulang palatine

- Tarik jarum 1mm dan aspirasi.

- Jika negatif, suntikkan 1⁄4 kartrid cairan anestesi lebih dari 30 detik.

- Tarik jarum dan rekap

- Tunggu 2-3 menit sebelum memulai tindakan

Anestesi palatal di daerah premolar pertama mungkin tidak memadai karena serat yang overlap

dari saraf nasopalatine. Untuk memperbaikinya, mungkin perlu untuk melengkapi anestesi dengan

infiltrasi lokal.1

Area yang teranastesi adalah bagian posterior palatum keras dan jaringan lunak di atasnya,

anterior sampai ke premolar pertama dan ke arah midline.1

Keuntungan2

1. Meminimalkan penetrasi jarum dan volume larutan

2. Meminimalkan ketidaknyamanan pasien


84

Kekurangan2

1. Tidak ada hemostasis kecuali di daerah injeksi langsung

2. Berpotensi traumatis

Gambar 2.52 Target area untuk greater palatine nerve block2

Gambar 2.53 Area yang teranastesi oleh greater palatine nerve block2
85

2.5.14 Infiltrasi Lokal pada palatum

Infiltrasi lokal pada palatum memberikan anestesi pada cabang terminal nasopalatine dan

saraf palatina yang lebih besar. Jaringan lunak di area langsung dari lokasi injeksi dibius.1

Indikasi untuk infiltrasi lokal adalah untuk mencapai hemostasis selama prosedur bedah

dan ketika diperlukan kontrol nyeri pada area yang terlokalisasi seperti aplikasi rubber dam atau

penempatan pita matriks subgingiva. Ini dapat menambah area anestesi yang tidak adekuat dari

nasopalatine dan greater palatine nerve block. Infiltrasi lokal pada palatum merupakan

kontraindikasi ketika ada infeksi atau peradangan di daerah injeksi. 1

Teknik1

- Jarum pendek ukuran 25 atau 27 dapat digunakan

- Area insersi adalah pada attached gingiva, 5-10mm dari free gingival margin di perkiraan

pusat area perawatan

- Arahkan tempat injeksi pada sudut 45 derajat dengan orientasi bevel jarum ke arah jaringan

lunak palatal
86

Gambar 2.54 Stabilisasi jarum untuk nasopalatine nerve block, posisi barell syring
berada di bibir bawah pasien2

- Bersihkan dan keringkan area injeksi dengan kasa steril

- Oleskan anestesi topikal selama dua menit dengan aplikator kapas

- Pindahkan aplikator kapas yang berdekatan dengan tempat injeksi dan berikan tekanan

yang cukup sampai jaringan memucat selama 30 detik.

- Tempatkan bevel jarum pada jaringan lunak yang pucat dan berikan tekanan yang cukup

untuk sedikit menekuk jarum.

- Suntikkan sedikit anestesi dan biarkan jarum meluruskan dan memungkinkan bevel

menembus mukosa.

- Berikan tekanan pada aplikator kapas sambil menyuntikkan sedikit anestesi.

- Masukan jarum sampai menyentuh tulang (3-5mm) sambil menginjeksikan 0,2-0,3 ml

larutan anestesi

- Tarik dan rekap jarum.

- Jika area yang lebih besar perlu dibius,masukkan kembali jarum di pinggiran jaringan yang

sebelumnya dibius dan ulangi prosedur ini


87

- Perawatan dapat segera dimulai

Teknik multiple penetrasi dapat digunakan dengan mengikuti langkah-langkah seperti

yang dijelaskan sebelumnya, setelah anestesi bukal atau labial tercapai, injeksi interpapilla

dilakukan untuk mendapatkan anestesi jaringan palatal.1

2.5.15 Teknik Injeksi Supplemental

2.5.15.1 Injeksi Ligamen Periodontal (Injeksi Intraligamen)

Injeksi ligamen periodontal telah digunakan selama beberapa tahun sebagai metode untuk

mendapatkan anestesi primer untuk satu atau dua gigi atau sebagai suplemen untuk infiltrasi atau

teknik blok. Keuntungan utama teknik ini adalah memberikan anestesi pulpa selama 30 hingga 45

menit tanpa periode anestesi jaringan lunak yang lama, sehingga menjadi sangat berguna ketika

perawatan bilateral direncanakan. Ini berguna pada pasien anak-anak atau orang disabilitas ketika

ada adalah kekhawatiran trauma jaringan pasca operasi pada bibir atau lidah. Namun,

penggunaannya harus dihindari pada gigi sulung dengan periode bud stage yang berkembang

karena telah ada laporan hipoplasia email gigi permanen setelah penyuntikan PDL. Karena

disuntikkan di daerah dengan sirkulasi darah terbatas, dapat digunakan pada pasien dengan

gangguan perdarahan.2

Teknik PDL sederhana, hanya membutuhkan sedikit anestesi dan menghasilkan anestesi

instan. Jarum sangat pendek ditempatkan di sulkus gingiva pada permukaan mesial dan sepanjang
88

permukaan akar sampai adanya resistensi. Pada gigi dengan akar ganda, injeksi dilakukan pada

bagian mesial dan distal. Jika diperlukan anestesi lingual, prosedur ini diulangi dalam sulkus

lingual. Sekitar 0,2 ml anestesi disuntikkan.2

Tekanan yang cukup diperlukan untuk memasukan solusi anestesi apabila tekanan terlalu

kuat, kartrid anestesi mungkin terjadi kerusakan. Ada jarum suntik yang dirancang khusus untuk

melampirkan kartrid dan memberikan perlindungan dari kerusakan. Karena sangat sedikit solusi

anestesi yang diperlukan, Malamed menyarankan bahwa ketika menggunakan jarum suntik

konvensional, mengeluarkan separuh isi kartrid sebelum injeksi akan mengurangi tekanan yang

diberikan pada dinding kartrid dan mengurangi kemungkinan kerusakan.2

Teknik2

1. Jarum pendek 27-gauge direkomendasikan

2. Area insersi : sumbu panjang gigi yang akan dirawat pada akar mesial atau distal (gigi akar

tunggal) atau pada akar mesial dan distal (gigi multiple akar) secara proksimal.
89

Gambar 2.55 Arah insersi pada Injeksi Ligamen Periodontal2

3. Area target: kedalaman sulkus gingiva. Jarum berada di antara akar gigi dan interproximal 4.

Landmark: satu akar gigi

5. Orientasi bevel: meskipun tidak signifikan terhadap keberhasilan teknik ini, direkomendasikan

bahwa bevel dari jarum menghadap ke arah akar untuk memudahkan pergerakan jarum ke arah

apikal.
90

6. Prosedur:

a. Duduk dengan nyaman, memiliki visibilitas yang memadai dari tempat injeksi, dan

mempertahankan kendali jarum. Mungkin diperlukan penekukan jarum untuk mencapai sudut

yang tepat, terutama pada aspek distal gigi molar kedua dan ketiga

b. Posisikan pasien terlentang atau semisupine, untuk memaksimalkan akses dan visibilitas.

c. Stabilkan jarum suntik dan arahkan sepanjang sumbu panjang akar untuk dibius. Jika

memungkinkan, gunakan cermin mulut untuk meminimalkan risiko cedera jarum suntik yang tidak

disengaja. Bevel menghadap ke akar gigi. Jika kontak interproksimal erat, jarum harus diarahkan

dari permukaan lingual atau bukal gigi tetapi dipertahankan sedekat mungkin dengan sumbu

panjang.

d. Dengan bevel jarum pada akar, lanjutkan jarum apikal sampai resistensi terpenuhi

e. Deposit 0,2 mL larutan anestesi lokal dalam minimal 20 detik.

Gambar 2.56 Area yang teranastesi dengan injeksi periodontal ligamen2


91

Indikasi Injeksi Ligamen Periodontal2

1. Anestesi pulpa dari satu atau dua gigi dalam kuadran

2. Perawatan gigi yang terisolasi pada dua kuadran mandibula

3. Pasien yang tidak ingin jaringan lunak teranastesi

4. Situasi di mana anestesi blok regional merupakan kontraindikasi

5. Sebagai bantuan yang mungkin dalam diagnosis pulpa

6. Sebagai teknik tambahan setelah anestesi blok saraf jika hanya sebagaian yang teranastesi

Kontraindikasi2

1. Infeksi atau peradangan di tempat suntikan

2. Pasien yang membutuhkan sensasi "baal" untuk “psikologis rasa kenyamanan:”

Keuntungan2

1. Tidak ada anestesi pada bibir, lidah, dan jaringan lunak lainnya, sehingga memudahkan

perawatan di beberapa kuadran selama satu pertemuan

2. Dosis minimum anestesi lokal diperlukan untuk mencapai anestesi (∼0,2 mL per akar).

3. Alternatif untuk anestesi blok saraf regional yang berhasil sebagian.

4. Onset cepat anestesi pulpa dan jaringan lunak yang dalam (30 detik).

5. Lebih tidak traumatis daripada injeksi blok konvensional


92

6. Cocok untuk prosedur pada anak-anak, ekstraksi, perawatan endodonti pada satu gigi dan

prosedur pada multiple kuadran

2.5.15.2 Computer-Controlled Anesthetic Delivery System

"The Wand" (Milestone Scientific, Livingston, NJ) adalah sistem pengiriman anestesi lokal

yang dikendalikan komputer. Sistem ini terdiri dari jarum anestesi lokal konvensional yang

dimasukkan ke dalam jarum suntik seperti pena. Mikroprosesor yang dikendalikan oleh kaki

mengontrol pengiriman larutan anestesi melalui jarum suntik pada laju aliran konstan, volume dan

tekanan. Telah dilaporkan bahwa injeksi blok, infiltrasi, palatal, dan periodontal lebih nyaman

dengan Wand daripada dengan teknik injeksi konvensional.1

Teknik1

1. Sebuah handpiece dengan handle STA dengan jarum 30 inci ukuran 0,5 inci.

2. Atur instrumen Wand STA ke mode STA.


93

3. Area insersi:

a. Jarum harus ditempatkan pada sudut 45 derajat ke sumbu panjang gigi dengan bevel jarum

menghadap ke akar gigi.

b. Ketika injeksi PDL dilakukan, direkomendasikan bahwa kedua area distal dan mesial pada gigi

digunakan dengan pengecualian gigi insisif mandibula, di mana hanya area distolingual yang

diperlukan

c. Mulailah dengan aspek distal gigi

d. Injeksi dapat dilakukan di mana saja, dari sudut garis linier hingga kontak interproksimal untuk

setiap akar

4. Jika memungkinkan, gunakan kaca mulut untuk meminimalkan risiko cedera jarum suntik yang

tidak disengaja pada administrator

5. Tempatkan jarum dengan sangat lambat ke dalam sulkus gingiva seperti menggunakan probe

periodontal, sementara secara bersamaan memulai laju aliran ControlFlo (0,005 mL / s). Insersikan

jarum perlahan ke sulkus, Ujung jarum akan menembus perlekatan di dasar sulkus dan ruang PDL

6. Laju aliran ControlFlo dapat dimulai dengan menekan foot control; setelah tiga bunyi bip

terdengar, unit akan mengumumkan "Cruise" Setelah "Cruise" didengar, kaki Anda dapat dilepas

dari kontrol kaki. Sistem Wand STA akan melanjutkan aliran larutan anestesi.

7. Begitu resistensi dirasakan, gerakan jarum harus diminimalkan selama 10 hingga 15 detik ketika

teknologi DPS menganalisis lokasi ujung jarum.


94

8. Saat sistem Wand STA merasakan peningkatan tekanan, Anda akan melihat pencahayaan

berurutan lampu LED di bagian depan unit. Skala tekanan visual terdiri dari serangkaian lampu

LED merah, kuning, dan hijau. Jika setelah 20 hingga 30 detik tekanan tidak terbentuk, jarum

harus dipindahkan. Sistem STA Wand juga memiliki feedback pressure. tekanan yang dapat

didengar, dengan serangkaian tiga nada naik yang menunjukkan bahwa sistem itu mendeteksi

tekanan di ujung jarum.

9. Setelah 20 hingga 30 detik dengan ujung jarum di area yang tepat, sistem STA akan

memberitahukan "PDL, PDL." Ini diikuti oleh serangkaian dua "beep", yang menunjukkan bahwa

tekanan yang tepat sedang dipertahankan, dan bahwa Anda telah mengidentifikasi posisi ujung

jarum yang benar untuk injeksi PDL.

10. Injeksi PDL yang berhasil dapat terjadi ketika lampu LED berada di zona hijau atau kuning

tinggi. Penting untuk mempertahankan indikator lampu LED selama proses injeksi untuk

mencapai kesuksesan. Perhatikan bahwa Anda tidak akan mendengar kata yang diucapkan PDL di

zona kuning.

11. Deposit 0,45-0,90 mL anestesi lokal per area

12. Kekuatan berlebihan pada handpiece dapat menghalangi aliran anestesi lokal, sehingga injeksi

PDL tidak berhasil


95

Keuntungan2

1. The Wand STA C-CLAD dengan teknologi DPS menyediakan sarana obyektif untuk

mengidentifikasi lokasi target yang tepat untuk melakukan injeksi PDL, meningkatkan prediksi

injeksi ini bila dibandingkan dengan teknik dan instrumen sebelumnya

2. The Wand STA C-CLAD menggunakan cairan dinamis tekanan rendah yang terkontrol yang

telah terbukti mengurangi risiko cedera jaringan dan untuk meminimalkan respons nyeri subyektif

3. The Wand STA C-CLAD, melalui penggunaan cairan dinamis tekanan rendah yang terkontrol,

memungkinkan volume yang lebih besar dari larutan anestesi (0,45 hingga 0,90 mL) untuk

diberikan secara aman, sehingga meningkatkan waktu kerja efektif dari injeksi PDL ini (30 hingga

45 menit)

4. Perangkat Wand STA C-CLAD dengan teknologi DPS dapat mendeteksi tekanan yang

berlebihan dan dapat melindungi pasien dan operator dari kerusakan kartrid kaca.

Kekurangan

1. Membutuhkan penggunaan instrumen C-CLAD khusus dan biaya terkait pembelian dan

penggunaan

2. Membutuhkan pelatihan tambahan


96

2.5.16 Komplikasi Lokal Anastesi

1) Toksisitas anestesi (overdosis)

Meskipun jarang terjadi pada orang dewasa, anak-anak kecil lebih cenderung mengalami

reaksi toksik karena berat badannya lebih rendah. Sebagian besar reaksi obat yang merugikan

terjadi dalam 5-10 menit setelah injeksi. Overdosis anestesi lokal disebabkan oleh tingkat anestesi

darah yang tinggi sebagai akibat dari injeksi intravaskular yang tidak disengaja atau injeksi

berulang. Overdosis lokal menghasilkan eksitasi diikuti oleh depresi sistem saraf pusat dan pada

tingkat yang lebih rendah dari sistem kardiovaskular.2

Gejala subyektif awal sistem saraf pusat termasuk pusing, kecemasan dan kebingungan dan

dapat diikuti oleh diplopia, tinitus, kantuk dan mati rasa atau kesemutan. Tanda-tanda obyektif

termasuk muscle twitching, tremor, banyak bicara, bicara lambat dan menggigil diikuti oleh

kejang. Ketidaksadaran dan pernapasan mungkin terjadi.2

Respon sistem kardiovaskular awal pada toksisitas anestesi lokal meningkat dalam detak

jantung dan tekanan darah. Ketika kadar plasma darah dari anestesi meningkat, vasodilatasi terjadi

diikuti oleh depresi miokardium dengan penurunan tekanan darah berikutnya. Bradikardia dan

henti jantung dapat terjadi.2

Toksisitas anestesi lokal dapat dicegah dengan mengikuti teknik injeksi yang tepat, yaitu,

aspirasi selama injeksi lambat. Dokter harus mengetahui dosis maksimum berdasarkan berat

badan. Jika anestesi topikal lidokain digunakan, harus dimasukkan dalam dosis total yang

diberikan karena dapat masuk ke sistem pembuluh darah. Setelah injeksi, pasien harus diamati
97

untuk setiap respon toksik yang mungkin terjadi karena pengenalan dini dan intervensi adalah

kunci untuk hasil yang sukses.2

2) Reaksi alergi

Meskipun reaksi alergi terhadap anestesi lokal amida jarang terjadi, pasien dapat

menunjukkan reaksi terhadap pengawet bisulfit ditambahkan ke anestesi yang mengandung

epinefrin. Pasien dengan alergi sulfa tidak boleh menerima articaine. Pasien juga dapat

menunjukkan reaksi alergi terhadap anestesi topikal benzocaine. Alergi dapat bermanifestasi

dalam berbagai cara termasuk urtikaria, dermatitis, angioedema, demam, fotosensitifitas dan

anafilaksis.2

3)Paresthesia

Paresthesia adalah persistensi gejala anestesi melebihi durasi yang diharapkan. Ini dapat

disebabkan oleh trauma pada saraf oleh jarum selama injeksi. Ini juga bisa disebabkan oleh

pendarahan di dalam dan di sekitar saraf. Laporan paresthesia lebih sering terjadi pada articaine

dan prilocaine sehingga blok saraf harus dihindari pada anak-anak dengan anestesi lokal ini. Lidah

dan bibir adalah area yang paling umum terkena. Sebagian besar kasus sembuh dalam 8 minggu

tanpa pengobatan.
98

4)Cedera jaringan lunak pasca operasi

Menggigit atau mengunyah bibir, lidah, atau pipi secara tidak disengaja adalah masalah

yang terlihat pada pasien anak yang sangat muda yang cacat mental atau fisik. Anestesi jaringan

lunak bertahan lebih lama daripada anestesi pulpa dan dapat terjadi hingga 4 jam setelah pemberian

anestesi lokal. Area trauma yang paling umum adalah bibir bawah dan lidah, diikuti oleh bibir

atas.2

Gambar 2.57 Trauma pada bibir dikarenakan pasien mengigit daerah yang teranastesi2

Beberapa langkah pencegahan dapat diikuti:2

- Pilih anestesi lokal dengan durasi tindakan yang sesuai untuk lamanya prosedur yang

direncanakan.
99

- Beri tahu pasien dan orang dewasa yang menyertainya tentang kemungkinan cedera jika

pasien menggigit, mengisap atau mengunyah bibir, lidah, dan pipi. Mereka harus menunda

makan dan menghindari minuman panas sampai efek anestesi benar-benar hilang.

- Perkuat peringatan dengan stiker pasien dan cotton roll di lipatan mukobukal jika gejala

anestesi tetap ada.

Gambar 2.58 Peletakan cotton roll antara bibir dan gigi untuk meminimalkan trauma
pada jaringan yang teranastesi2
100

Gambar 2.59. Pin di berikan pada pasien untuk meminimalkan trauma yang terjadi23

Gambar 2.60 Management perawatan2


101

Penatalaksanaan pasien dengan cedera jaringan lunak yang disebabkan sendiri yang

sekunder akibat menggigit atau mengunyah bibir atau lidah merupakan gejala:1

2. Analgesik (mis., Dosis ibuprofen yang sesuai usia) untuk rasa sakit

3. Antibiotik, apabila terjadi infeksi

4. Bilasan air salin hangat untuk membantu mengurangi pembengkakan yang mungkin

terjadi

5. Petroleum jelly atau pelumas lain untuk menutupi lesi bibir dan meminimalkan

iritasi.

Pada Mei 2008 FDA menyetujui OraVerse (Novalar Pharmaceuticals, Inc., San

Diego, CA) (phentolamine mesylate) sebagai agen farmasi pertama yang diindikasikan

untuk pembalikan/ reversal anestesi jaringan lunak (anestesi dari bibir dan lidah) yang

dihasilkan dari suntikan anestesi lokal intraoral yang mengandung vasokonstriktor.

Phentolamine mesylate adalah antagonis α-adrenergik yang tidak selektif, kompetitif, yang

membalikkan efek ekstravasasi agonis adrenergik seperti sebagai epinefrin. Suntikan

submukosa phentolamine mesylate setelah injeksi anestesi lokal dengan vasokonstriktor

meningkatkan pembersihan anestesi lokal, dengan meningkatkan aliran darah di daerah

injeksi dan mempercepat pemulihan dari anestesi jaringan lunak.2

Penelitian telah menunjukkan 55,6 pengurangan waktu rata-rata untuk

mengembalikan sensasi bibir normal dan pengurangan 60 persen dalam waktu rata-rata
102

untuk mengembalikan sensasi lidah normal. Penggunaan pada pasien anak-anak kurang

dari 3 tahun atau <15 kg (33 lb) belum ditetapkan dan oleh karena itu penggunaannya tidak

dianjurkan untuk pasien dalam kategori ini. Pada pasien anak dengan berat antara 15 kg

dan 30 kg, dosis maksimum phentolamine mesylate yang direkomendasikan adalah 1⁄2

cartridge (0,2 mg).2

Dosis yang direkomendasikan dari phentolamine mesylate didasarkan pada jumlah

kartrid anestesi lokal dengan vasokonstriktor yang diberikan:2

Tabel 2.1 Dosis yang direkomendasikan dari phentolamine mesylate didasarkan pada
jumlah kartrid anestesi lokal dengan vasokonstriktor2

Phentolamine mesylate harus diberikan mengikuti prosedur dental menggunakan lokasi

dan teknik yang sama (infiltrasi atau injeksi blok) yang digunakan untuk pemberian

anestesi lokal.2
BAB III

KESIMPULAN

Kemampuan seorang dokter untuk memberikan injeksi anestesi lokal yang efektif,

aman dan atraumatic kepada seorang anak (atau orang dewasa) adalah faktor utama dalam

menciptakan seorang pasien dengan penerimaan perawatan gigi seumur hidup. Daripada

menghindari administrasi lokal karena takut trauma pada pasien anak, dokter harus

berusaha untuk belajar dan menggunakan modalitas terbaru dari kontrol nyeri lokal untuk

menciptakan pengalaman anastesi gigi yang menyenangkan dan nyaman bagi pasien.

103
DAFTAR PUSTAKA

1. Schwartz S, 2018. Local Anesthesia in Pediatric Dentistry. Dentalcare.com.


www.dentalcare.com/en-us/professional-education/ce-courses/ce325
2. Malamed, S. Handbook of Local Anesthesia Edition 7th. Elsevier

104

Anda mungkin juga menyukai