Anda di halaman 1dari 29

BAB 6

ANTIGEN DAN ANTIBODI

Paramitha Puspasari Harman


C015202018
Antigen
- Secara spesifik imunogen adalah bahan yang dapat
merangsang sel B atau sel T atau keduanya.
- Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan
produk respons imun yang dirangsang oleh
immunogen spesifik seperti antibodi dan atau TCR.
- Antigen lengkap adalah antigen yang menginduksi
baik respons imun maupun bereaksi dengan
produknya. Yang disebut
- Antigen inkomplit atau hapten, tidak dapat dengan
sendiri menginduksi respons imun, tetapi dapat
bereaksi dengan produknya seperti antibody
A. Imunogenesitas dan antigenesitas

 Imunogenesitas adalah kemampuan untuk


menginduksi respons imun humoral atau selular
 Semua molekul dengan sifat imunogenesitas juga
memiliki sifat antigenesitas, namun tidak demikian
sebaliknya
B. Determinan antigen - Epitop dan paratop
 Epitop atau determinan antigen adalah bagian dari antigen yang dapat membuat kontak fisik
dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan antibodi yang dapat diikat dengan
spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibody\
 Paratop ialah bagian dari antibodi yang mengikat epitop atau TCR yang mengikat epitop pada
antigen.
 Respons imun dapat terjadi terhadap semua golongan bahan kimia seperti hidrat arang,
protein dan asam nukleat
 Epitop dapat juga bereaksi dengan TCR yang spesifik
 Epitop berinteraksi dengan regio yang mengikat antibody atau TCR. Regio antigen yang
berikatan dengan MHC II disebut agretop
C. Antibodi D. Mitogen – Petanda Fungsional
◦ Antibodi berfungsi sebagai protein - Mitogen dan lektin merupakan bahan
imunogen yang baik, dapat memacu alamiah yang mempunyai kemampuan
produksi antibodi pada spesies lainnya mengikat dan merangsang banyak klon limfoid
atau autoantibodi pada pejamu sendiri. untuk proliferasi dan diferensiasi
◦ Autoantibodi terutama diproduksi - Glikoprotein (lektin) asal tanaman yaitu
terhadap IgM misalnya yang ditemukan konkanavalin A (con-A) dan PHA merupakan
pada AR dan disebut FR (faktor mitogen poten untuk sel T.
reumatoid)
Pembagian Antigen
◦ 1. Pembagian antigen menurut epitope
◦ a. Unideterminan, univalent  hanya satu jenis
determinan/epitope pada satu molekul.
◦ b. Unideterminan, multivalent  hanya satu jenis
determinan tetapi dua atau lebih determinan
tersebut ditemukan pada satu molekul.
◦ c. Multideterminan, univalent  Banyak epitop
yang bermacam macam tetapi hanya satu dari
setiap macamnya (kebanyakan protein)
◦ d. Multideterminan, multivalent  Banyak
macam determinan dan banyak dari setiap
macam pada satu molekul (antigen dengan berat
molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi)
2. Pembagian antigen menurut spesifisitas 3. Pembagian antigen menurut ketergantungan
a. Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak terhadap sel T
spesies a. T dependen, yang memerlukan pengenalan oleh
b. Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies sel T terlebih dahulu untuk dapat menimbulkan
tertentu respon antibodi. Kebanyakan antigen protein
termasuk dalam golongan ini.
c. Aloantigen (isoantigen ), yang spesifik
untuk individu dalam satu spesies b. T independen, yang dapat merangsang sel B
tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibodi.
d. Antigen organ spesifik, yang hanya Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul
dimiliki organ tertentu besar polimerik yang dipecah di dalam tubuh
e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida,
sendiri ficoll, dekstran, levan dan flagelin polimerik
bakteri
4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi
a. Hidrat arang (polisakarida)
Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang merupakan bagian permukaan sel
banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respons imun terutama pembentukan antibodi.
Contoh lain adalah respons imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan
spesifitas imunnya berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah
b. Lipid
Lipid biasanya tidak imunogenik,tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein pembawa. Lipid
dianggap sebagai hapten, contohnya adalah sfingolipid
c. Asam nukleat
Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat protein molekul
pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA
terjadi pada penderita dengan LES
d. Protein
Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminan dan univalen
Superantigen
◦ Superantigen adalah molekul protein kecil, biasanya 22-30 kd
yang diproduksi berbagai patogen untuk manusia seperti
Stafilokok aureus (enterotoksin dan toksin eksofoliatit),
Stafilokok piogenes (eksotoksin), patogen Gram negatif (toksin
Yersinia enterokolitika, Yersinia pseudotuberkulosis), virus (EBV,
CMV, HIV, rabies) dan parasit (Toksoplasma gondi).
◦ Superantigen dapat merangsang sel T yang multipel terutama
sel CD4 yang menimbulkan penglepasan sejumlah besar
sitokin. Superantigen dapat merangsang 10% sel CD4 + melalui
ikatan dengan TCR dan timus dependen sehingga tidak
memerlukan proses oleh fagosit. Superantigen tidak diikat
melalui lekuk internal tempat antigen biasanya diikat untuk
diproses, tetapi diikat oleh regio ekstemal TCRap yang secara
simultan berhubungan dengan molekul DP, DQ dan DR (MHC)
pada APC.
◦ Superantigen telah digunakan sebagai ajuvan untuk
meningkatkan respons imun terhadap antigen dalam imunisasi.
Melalui MHC-I dan TCR, superantigen mengarahkan sel Th
untuk memberikan sinyal ke sel B, makrofag, sel dendritic dan
sel sasaran lain
H. Toksin
◦ G. Aloantigen Toksin  racun yang biasanya berupa immunogen dan
Aloantigen adalah antigen yang di temukan merangsang pembentukan antibodi yang disebut
pada beberapa spesies tertentu antara lain antitoksin, dengan kemampuan untuk menetralkan efek
bahan golongan darah pada eritrosit dan merugikan dari toksin dengan mengganggu sintesanya.
antigen histokompatibel dalam jaringan Toksin dapat dibagi sebagai berikut :
tandur yang merangsang respons imun
pada resipien yang tidak memilikinya. 1. Toksin bakteri, diproduksi oleh mikroorganisme
penyebab tetanus, difteri, botulism dan gas gangren,
termasuk stafilokok
2. Fitotoksin, foksin asal tumbuhan seperti risin dari
minyak jarak, korotein dan abrin yang merupakan
turunan bij i likoris in di an, Gerukia
3. Zootoksin, bisa yang berasal dari ular, laba-laba,
kalajengking, lebahdan tawon.
ANTIBODI
◦ Imunoglobulin (lg) dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari
proliferasi sel B yang terjadi setelah kontak dengan antigen.
◦ Enzim papain memecah molekul antibodi (dengan berat
molekul 150.000 dalton) dalam fragmen masing-masing dari 4
5. 000 dalton.
◦ Dua fragmen tetap memiliki sifat antibodi yang dapat mengikat
antigen secara spesifik, bereaksi dengan determinan antigen
serta hapten disebut Fab (fragmen antigen binding) dan
dianggap univalen.
◦ Fragmen ke 3 dapat dikristalkan dari larutan dan disebut Fe
dan tidak dapat mengikat antigen. Fc menunjukkan fungsi
biologis sesudah antigen diikat oleh Fab. Semua molekul
imunoglobulin mempunyai 4 rantai poli peptida dasar yang
terdiri atas 2 rantai berat (heavy chain) dan 2 rantai ringan
(light chain) yang identik
• Ada 2 jenis rantai ringan (kappa dan lambda) yang terdiri atas 230 asam amino serta 5 jenis rantai berat yang
tergantung pada kelima jenis imunoglobulin, yaitu IgM, IgG, IgE, IgA dan IgD
• Rantai berat terdiri atas 450-600 asam amino
• Molekul imunoglobulin mempunyai rumus bangun yang heterogen, meskipun hanya terdiri atas 4 unit
polipeptida dasar.
◦ Imunoglobulin A
◦ IgA dengan berat molekul 165.000 Dalton ditemukan dalam serum dengan jumlah sedikit.
◦ Kadamya terbanyak ditemukan dalam cairan sekresi saluran napas, cema dan kemih, air mata, keringat,
ludah dan dalam air susu ibu yang lebih berupa IgA sekretori (slgA) yang merupakan bagian terbanyak
◦ Fungsi Ig A :
 slgA melindungi tubuh dari pathogen oleh karena dapat bereaksi dengan molekul adhesi dari patogen
potensial sehingga mencegah adherens dankolonisasi patogen tersebut dalam sel pejamu
 IgA dapat bekerja sebagai opsonin, oleh karenaneutrofil,monosit danmakrofag memiliki reseptor
untuk Fca (Fca-R) sehingga dapat meningkatkan efek bakteriolitik komplemen dan menetralisasi toksin.
IgA diduga juga berperan pada imunitas cacing pita.
IgA dalam serum maupun dalam sekresi dapat menetralkan toksin atau virus dan mencegah terjadinya
kontak antara toksin atau virus dengan sel alat sasaran
IgA dalam serum dapat mengaglutinasikan kuman, mengganggu motilitasnya sehingga memudahkan
fagositosis (opsonisasi) oleh sel polimorfonuklear
IgA sendiri dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur altematif, tidak seperti halnya dengan IgG dan
IgM yang dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik. IgA sekretori (sigA) dalam bentuk
polimerik menjadi stabil oleh ikatan polipeptida rantai J
◦ Imunoglobulin dalam cairan lambung terdiri
atas 80% lgA, 13% lgM dan 7% IgG, yang
semuanya berperan pada imunitas setempat
◦ Di dalam air susu ibu ditemukan slgA, di
samping laktoferin, transferin, lisozim, lipid,
lactobacillus promoting/actor, fagosit dan
limfosit yang berperan pada imunitas
neonatus.
◦ Reseptor dengan afinitas tinggi untuk kelas lgA
ditemukan pada makrofag dan sel PMN yang
berperan dalam fagositosis.
Imunoglobulin M
◦ Nama M berasal dari makro-globulin dan berat molekul
lgM adalah 900.000 dalton.
◦ lgM merupakan lg paling efisien dalam aktivasi
komplemen (jalur klasik)
◦ lgM juga merupakan lg yang predominan diproduksi
janin. Kadar lgM yang tinggi dalam darah umbilikus
merupakan petunjuk adanya infeksi intrauterine
◦ Bayi yang baru dilahirkan hanya mengandung IgM 10%
dari kadar lgM dewasa, karena lgM ibu tidak dapat
menembus plasenta. Janin umur 12 minggu sudah
mulai membentuk IgM bila sel B-nya dirangsang oleh
infeksi intrauterin, seperti sifilis kongenital, rubela,
toksoplasmosis dan virus sitomegalo. Kadar lgM anak
akan mencapai kadar IgM dewasa pada usia satu tahun
Imunoglobulin D

◦ IgD ditemukan dalam serum dengan kadar yang sangat rendah  disebabkan oleh karena IgD
tidak dilepas sel plasma dan sangat rentan terhadap degradasi oleh proses proteolitik.
◦ lgD merupakan komponen permukaan utama sel B dan petanda dari diferensiasi sel B yang
lebih matang.
◦ IgD merupakan 1% dari total imunoglobulin dan ditemukan banyak pada membran sel B
bersama IgM yang dapat berfungsi sebagai reseptor antigen pada aktivasi sel B.
◦ lgD tidak mengikat komplemen, mempunyai aktivitas antibodi terhadap antigen berbagai
makanan dan autoantigen seperti komponen nukleus.
Imunoglobulin E

◦ IgE mudah diikat sel mast, basofil dan eosinofil yang


memiliki reseptor untuk fraksi Fe dari lgE (FcE-R). lgE
dibentuk setempat oleh sel plasma dalam selaput
lendir saluran napas dan cema.
◦ Alergen yang diikat silang (cross-linking) oleh dua
molekul lgE pada permukaan sel mast akan
menimbulkan influks ion kalsium ke dalam sel. Hal itu
menurunkan kadar adenosin monofosfat siklik (cAMP)
intraselular yang menimbulkan degranulasi sel mast
◦ Selain pada alergi, kadar lgE yang tinggi ditemukan
pada infeksi cacing, skistosomiasis, penyakit hidatid,
trikinosis dan diduga berperan pada imunitas parasit.
Fungsi Efektor antibody-transitosis

• Imunitas humoral diperankan antibody yang dilepas sel plasma di organ limfoid dan
sumsum tulang, dan fungsi fisiologisnya adalah pertahanan terhadap mikroba
ekstraselular dan toksinnya.
• Antibodi berperan dalam sejumlah aktivitas biologis lain yang berakhir dalam
eliminasi antigen dan kematian patogen.
• 4 fungsi efektor utama yaitu opsonisasi, aktivasi komplemen, ADCC dan proses
transitosis atau menghantarkan melalui lapisan epitel
• Transitosis  Penghantaran antibodi ke permukaan mukosa saluran napas, cema,
kemih dan asi memerlukan gerakan yang menembus lapisan epitel.
Efektor ADCC
◦ ADCC pertama kali digambarkan pada sel NK yang
memiliki Fey-R, Fey RIII atau molekul CD 16 untuk
mengikat sel yang dilapisi antibodi. IgG dalam plasma
tidak mengaktifkan sel NK . Ikatan Fey-RIII dengan sel
sasaran yang dilapisi antibodi, mengaktifkan sel NK
untuk mensintesis dan melepas granulnya dan sitokin
seperti IFN-y yang semuanya berperan dalam
pembunuhan sel.
◦ Sel NK merupakan efektor dari ADCC yang tidak
hanya merusak sel tunggal, tetapi juga
mikroorganisme multiselular seperti telur
skistosoma. Peranan efektor ADCC ini juga penting
pada penghaneuran kanker, penolakan transplan dan
penyakit autoimun, sedang ADCC melalui neutrofil
dan eosinofil, berperan terhadap infestasi parasit.
Kadar
◦ IgG meningkat pada infeksi kronis dan penyakit
autoimun
◦ Melalui Fey-R yang dimilikinya, leukosit
dapat mengikat antibodi yang melapisi sel
dan menghaneurkan sel tersebut melalui
ADCC. Eosinofil berperan dalam ADCC
terhadap cacing
◦ Cacing terlalu besar untuk dimakan oleh
fagosit dan eaeing relatif resisten terhadap
produk mikrobisidal neutrofil dan makrofag.
Eosinofil dapat membunuhnya dengan MBP
yang ada dalam granulnya. IgE melapisi
cacing selanjutnya eosinophil mengikat IgE
melalui Fc-RI , diaktifkan oleh induksi sinyal
dari Fec-RI , dan melepas granulnya yang
membunuh cacing
Pengalihan Kelas
- IgM merupakan imunoglobulin yang pertama kali
diproduksi sebagai respons imun terhadap antigen yang
di ikuti pengalihan ke produksi IgG atau antibody kelas
lain.
- Tergantung dari sinyal sel Th yang memerlukan ikatan
dengan ligan CD40 (CD154) di permukaan sel T, dan
dengan CD40 di sel B.
- Sitokin yang diproduksi sel T berpengaruh terhadap gen
regio konstan yang menimbulkan pengalihan kelas lg
- Sel Th2 memproduksi lL-4 yang menginduksi sel B untuk
pengalihan ke produksi lgE. IL-5 yang juga diproduksi sel
T menginduksi sel B untuk pengalihan ke produksi lgA.
lFN-y yang diproduksi sel Thl menginduksi pengalihan ke
produksi kelas lgG 1 dan lgG3
◦ Sel B yang dirangsang antigen akan
berdiferensiasi menjadi sel yang mensekresi
lgM atau atas pengaruh CD40L dan sitokin,
beberapa sel B akan berdiferensiasi menjadi
sel yang memproduksi berbagai kelas rantai
berat lg.
◦ Fungsi efektor utama dari beberapa kelas lg
terlihat dalam gambar; semua kelas dapat
berfungsi untuk menetralisasi mikroba dan
toksin
Interaksi antigen-antibodi
◦ Pengenalan antigen oleh antibodi melibatkan
ikatan nonkovalen dan reversibel.
◦ Berbagai jenis interaksi nonkovalen dapat
berperan pada ikatan antigen seperti factor
elektrostatik, ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik
dan lainnya.
◦ Kekuatan ikatan antara satu antibodi dan epitop
disebut afinitas antibodi.
◦ Antigen polivalen mempunyai lebih dari satu
determinan. Kekuatan ikatan antibodi dengan
epitop antigen keseluruhan disebut afiditas
◦ Interaksi antara antigen dan antibodi dapat
menimbulkan presipitasi
◦ Untuk menentukan titer antibodi, dibuat pengenceran
serial serum dan selanjutnya ditambahkan sejumlah
antigen yang konstan dan campuran larutan tersebut
diinkubasikan dan di periksa untuk aglutinasi/ presipitasi
◦ Cross/inking atau reaksi silang antigen tidak terjadi
akibat banyaknya antibodi. Setiap antigen dapat diikat
satu antibodi.
◦ Fenomena post zona  bila serum sangat diencerkan,
juga hanya sedikit atau tidak menunjukkan
aglutinasi/presipitasi
◦ Zoan ekuivalen  antara fenomen prozon dan pos-zona,
setiap molekul antibodi bereaksi dengan antigen yang
membentuk kompleks besar.
◦ Kadar antigen dan antibodi dalam zona ini merupakan
kadar relatif molekul-molekul yang dapat membentuk
kompleks
Antibodi Monoklonal ◦ M. Teori seleksi klon
◦ - Teori seleksi klon mernpakan teori seleksi
- Antibodi monoclonal adalah antibodi yang diproduksi dalam pembentukan antibodi
oleh sel-sel yang berasal dari satu klon sel.
◦ - Setelah sel dipilih oleh antigen paling sesuai,
- Kloning dapat dilakukan dengan mengencerkan larutan
sel demikian rupa sehingga dalam biakan sel diperoleh
akan berproliferasi dan memproduksi klon sel
sumur yang hanya mengandung satu sel. yang akan terus menerus memproduksi antibody
yang sama
- Protein mieloma adalah protein/ imunoglobulin yang
diproduksi neoplasma sel plasma.
- Sel plasma yang diambil dari darah tidak akan tumbuh ◦ N-sel B hybridoma
dalam biakan j aringan dan akan mati dalam beberapa
hari. Sebaliknya sel mieloma akan tumbuh terus - Sel hibrid diproduksi melalui fusi sel limpa yang
menerns dalam biakan jaringan. Satu sel plasma dan melepas antibodi yang di imunisasi terhadap
satu sel mieloma dapat difusikan menjadi satu sel yang antigen tertentu dengan mutan sel mieloma dari
disebut hibridoma yang mempunyai sifat dari ke 2 sel spesies tertentu yang tidak lagi melepas produk
asalnya dan akan membentuk antibodi monoklonal. proteinnya sendiri.
Dalam antibody monoklonal semua molekulnya adalah
identik
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai