ANTIGEN
1. Definisi dan peran
antigen.
2. Interaksi antara antigen
dan antibodi.
3. Molekul reseptor antigen.
4. Struktur molekul MHC
(Major Histocompatibility
Complex) kelas I dan II.
PRODI
FARMASI STIKES BTH TASIKMALAYA
ANTIGEN
Secara spesifik imunogen adalah bahan yang dapat
merangsang sel B atau sel T atau keduanya.
Imunogen : substan yang mampu menginduksi respon
imun humoral atau seluler Imunogenik
Antigen (imunogen) adalah bahan yang dapat
merangsang respon imun atau bahan yang dapat
bereaksi dengan antibodi yang sudah ada..
Antigen adalah bahan / substan yang berinteraksi
dengan produk respon imun yang dirangsang oleh
imunogen spesifik seperti antibodi dan atau (T cell
Receptor) / TCR. Sebagai target dari respon imun
Antigenik
Epitop atau determinan antigen adalah bagian dari
antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan
reseptor antibodi, menginduksi pembentukan
antibodi yang dapat diikat dengan spesifik oleh
bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi.
Epitop atau determinan antigen adalah bagian
antigen yang dapat merangsang sistem imun dengan
sangat kuat. Satu antigen dapat memiliki satu atau
lebih determinan antigen.
Hapten adalah antigen yang molekulnya berukuran
kecil yang tidak dapat menginduksi respon imun
jika sendirian, tetapi menjadi imunogenik jika
bersatu dengan carrier.
Secara fungsional antigen dibagi menjadi
imunogen dan hapten. Contoh hapten adalah
dinitrofenol, berbagai antibiotik dan obat lainnya
dengan berat molekul kecil. Hapten biasanya
dikenal oleh sel B, sedangkan protein pembawa
oleh sel T.
Antigen dapat dibagi menurut epitop, spesifisitas,
ketergantungan terhadap sel T dan sifat kimiawi :
HAPTEN-CARRIER KOMPLEK
RESEPTOR ANTIGEN
3 Elemen yg dapat mengenal dan mengikat antigen :
1. Antibodi
2. TCR
3. MHC
ANTIBODI
Bila darah dibiarkan membeku akan meninggalkan
serum yang mengandung berbagai bahan larut
tanpa sel. Bahan tersebut mengandung molekul
antibodi yang digolongkan dalam protein yang
disebut globulin/imunoglobulin.
Dua cirinya yang penting ialah spesfitas dan
aktivitas biologik. Fungsi utamanya adalah
mengikat antigen dan mengantarkannya ke sistem
efektor pemusnahan.
Antibodi (imunoglobulin) merupakan kelas
molekul yang dihasilkan oleh sel plasma
(proliferasi dari limfosit B) dan dibantu oleh
limfosit T dan makrofag yang dirangsang oleh
antigen asing
Imunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang
berasal dari proliferasi sel B yang terjadi setelah
kontak dengan antigen.
Antibodi yang terbentuk secara spesifik akan
mengikat antigen baru lainnya yang sejenis.
Bila serum protein tersebut dipisahkan dengan cara
elektroforesis, maka imunoglobulin ditemukan
terbanyak dalam fraksi globulin gama, meskipun
ada beberapa imunoglobulin yag juga ditemukan
dalam fraksi globulin alfa dan beta.
Semua molekul imunoglobulin mempunyai 4 rantai
polipeptida dasar yang terdiri atas 2 rantai berat
(heavy chain) dan 2 rantai ringan (light chain) yang
identik. Serta 2 regio : variabel (V) dan constant
(C)
Ada 2 jenis rantai ringan (kappa dan lambda) yang
terdiri atas 230 asam amino serta 5 jenis rantai
berat yang tergantung pada kelima jenis
imunoglobulin IgM, IgG, IgE, IgA dan IgD.
Rantai berat terdiri atas 450-600 asam amino, sehingga
berat dan panjang rantai berat tersebut adalah dua kali
rantai ringan.
Molekul imunoglobulin mempunyai rumus molekul
yang heterogen, meskipun hanya terdiri dari 4 unit
polipeptida dasar.
Enzim papain memecah molekul antibodi dalam
fragmen masing-masing.
Fab : Fragmen Antigen Binding .
Fc : Fragmen crystallizable
Rumus Bangun Dasar
Imunoglobulin
Imunoglobulin G (IgG)
1. Fiksasi komplemen :
Ab mengikat komplemen diaktivasi melalui “jalur
klasik” :
Opsonisasi : Ag diselubungi Ab/komplemen fagositosis
Sitolisis : ruptur membran plasma isi seluler keluar
Inflamasi : produk komplemen melalui aktivasi sel mast,
basofil, dan trombosit
2. Netralisasi
Ab menutup sisi toksik antigen no danger
3. Aglutinasi (penggumpalan)
Terjadi jika antigen adalah materi partikulat, seperti
bakteri.
4. Presipitasi
Terjadi jika antigen dapat larut
Reaksi Ag - Ab
Fungsi Antibodi
Antibodi merupakan komponen imunitas didapat
yang melindungi tubuh terhadap infeksi
mikroorganisme dan produknya yang toksik. Oleh
karena itu interaksi antara antigen dan antibodi
sangat penting dan banyak digunakan in vitro untuk
tujuan diagnostik. Penggunaan reaksi invitro antara
antigen-antibodi disebut serologi.
Interaksi antara antigen dan antibodi dapat
menimbulkan berbagai akibat antara lain presipitasi
(bila antigen merupakan bahan larut dalam cairan
garam fisiologik), aglutinasi (bila antigen
merupakan bahan tidak larut/partikel-partikel
kecil), netralisasi (toksin) dan aktivasi komplemen.
Kebanyakan reaksi tersebut terjadi oleh adanya
interaksi antara antigen multivalen dan antibodi
yang sedikitnya memiliki 2 tempat ikatan per
molekul.
Titer antibodi adalah pengenceran tertinggi yang
menunjukkan aglutinasi atau presipitasi. Untuk
menentukan titer antibodi, dibuat pengenceran
serial serum dan selanjutnya ditambahkan sejumlah
antigen yang konstan dan campuran larutan
tersebut diinkubasi dan diperiksa untuk
aglutinasi/presipitasi.
Aktivitas Sel B dalam reaksi antigen-antibody
Interaksi Antibodi - Antigen
Satu cara sistem imun membentuk antibodi yang
mempunyai spesifikasi yang berbeda dengan cara
membuat kombinasi yang berbeda pada rantai
ringan dan berat pada bagian V.
Cara menghasilkan keragaman ini dikenal dengan
istilah combinatorial diversity
Suatu antigen ekstraseluler secara
konvensional akan mengalami endositosis
dan internalisasi melalui vesikel yang
dilapisi clathrin dan selanjutnya mengalami
degradasi menjadi peptida melalui early
endosome, late endosome dan akhirnya ke
lisosom. Enzim yang berperan antara lain
cathepsin B dan D yang keduanya terdapat
pada endosom maupun lisosom.
Antigens must be processed in order
to be recognised by T cells
T
Y
Cell surface peptides of Ag
presented by cells that express
MHC antigens
Soluble
Soluble
native Ag
peptides
of Ag Cell surface
Cell surface
native Ag peptides
of Ag
ANTIGEN
PROCESSING
Farmasi
STIKES BTH
Imunogenetika adalah suatu konsep pendekatan
genetik yang mengendalikan perbedaan
reaktivitas/respon imun dan kerentanan (susceptibility)
tubuh terhadap suatu kejadian sakit.
Konsep ilmu tersebut berkembang sangat cepat pada
abad ke 20, diawali dengan ditemukannya sistem ABO
pada penggolongan darah pada tahun 1900 oleh
Landsteiner, dkk berdasarkan adanya antigen pada
permukaan sel darah merah serta antibodi pada
serumnya, yang menggunakan metode imunologik
untuk membedakan pewarisan genetik antar individu.
Konsep imunogenetika yang merupakan
perpaduan antara ilmu genetik dan imunologi
menghasilkan penemuan konsep golongan darah
selain sistem ABO, misalnya golongan darah
sistem Rhesus, sistem MNs dsb, ternyata
memberikan manfaat klinis terutama untuk
mendapatkan kompatibilitas/kesesuaian golongan
darah khususnya menghindari reaksi penolakan
pada transfusi darah atau transfusi komponen
darah.
Tahap selanjutnya, transplantasi organ/jaringan
memerlukan suatu konsep pendekatan yang dapat
menjelaskan kontrol genetik terhadap perbedaan
antigenik/ yang ekspresinya tidak pada membran sel
darah merah (erythrocyte membrane) namun pada sel
yang mempunyai kompetensi imunologik.
Konsep tersebut berdasar pada kesesuaian
(compatibility) jaringan antara donor dan resipien
pada proses transplantasi, oleh karena itu fenomena
tersebut diatas dinamai histocompatibility.
Konsep histocompatibility tersebut lazim
dikenal sebagai major histocompatibility
complex (MHC) yang merupakan istilah umum
(general concepts).
MHC pada tikus (mice) disebut sebagai sistem