Anda di halaman 1dari 12

IMUNOLOGI

RANGKUMAN ANTIGEN

OLEH KELOMPOK 4:

KOMANG AYU DARMAYANTI (20089016002)

I MADE SURYA WIDYA NEGARA (20089016014)

NI PUTU WIDYA ARISTINA (20089016018)

IDA AYU KADE EVA CHANDRA (20089016022)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

TAHUN 2022
RANGKUMAN ANTIGEN

A. Definisi Antigen

Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan yang dapat
bereaksi dengan antibodi yang sudah ada tanpa memperhatikan kemampuannya untuk
merangsang produksi antibodi (Sudoyo, 2007). Atigen adalah zat yang dapat bereaksi dengan
produk respon imun spesifik ( IDAI, 2008). Substansi yang dikenal sebagai antigen golongan
darah merupakan produk gen yang spesifik dan juga bersifat imunogenik. Individu memiliki
suatu pola genetik spesifik (genotip) dan antigen ini biasanya mengekspresikan diri pada
eritrosit (Mutiawati, 2013). Antigen terdapat pada permukaan sel darah merah, yang terdiri
atas bilipid membrane suatu molekul yang besar. Komposisi bilipid membrane adalah
molekul yang dinamakan phospolid yang terdiri dari hydrophilic dan hydrophobic. Umumnya
molekul protein bilipid membrane memiliki oligosakarida, beberapa diantaranya diketahui
menjadi antigen golongan darah, lainya berfungsi untuk metabolisme sel darah merah (Toha,
2004). Antigen antigen yang terdapat pada eritrosit bersifat herediter. Menurut Ganong
(2003), antigen A dan antigen B ini diturunkan secara dominan menurut hukum Mendel.
Selain di sel darah, antigen ini juga dapat terdistribusi secara luas di berbagai jaringan tubuh
lain yaitu kelenjar liur, pankreas, saliva, testis, ginjal, hati, semen dan cairan amnion. Antigen
AB bukan merupakan produk gen primer tetapi mereka adalah produk reaksi ezimatik enzim
glikosiltransferase yang diekspresikan pada permukaan eritrosit atau hadir dalam sekresi
sebagai unit glikan dari mucin glikoprotein (NCBI, 2014). Produk dari alel A dan B adalah
enzim glikosiltransferase. Variasi dalam gen ini (polimorfise) menentukan apakah enzim
glikosiltransferase menempelkan N- asetilgalaktosamine (antigen A), galaktosa (antigen B)
atau tidak ada gula (tipe O). Susunan gula ini adalah bagian dari antigen yang mampu
merespon kekebalan tubuh sehingga menghasilkan antibodi untuk menghancurkan antigen
(Criswell, 2008).

Antigen adalah suatu substansi yang dapat dikenali (berikatan) oleh permukaan antibodi
(reseptor sel B/BCR) atau oleh reseptor sel T (TCR) melalui perantara MHC. Kemampuan
antigen untuk berikatan dengan BCR atau TCR melalui MHC dikenal dengan istilah
antigenicity. Antigen dapat berikatan dengan BCR maupun TCR, namun tidak semua antigen
dapat mengaktivasi limfosit (sel B/sel T). Molekul yang dapat mengaktivkan respon imun
disebut dengan imunogen, sedangkan kemampuan sebuah molekul untuk mengaktivkan
respon imun disebut dengan immunogenicity. Berdasarkan respon imunnya, antigen dapat
dibedakan menjadi incomplete antigen (hapten) dan complete antigen (imunogen). Hapten
adalah molekul kecil (<20 kDa/~200 asam amino) pada umumnya merupakan molekul non
protein. Hapten dapat menginduksi respon imun spesifik apabila berikatan dengan molekul
pembawa (carrier molecule: albumin atau globulin), tanpa molekul pembawa hapten tidak
dapat menginduksi respon imun (gambar 1.). immunogen memiliki ukuran lebih besar dan
dapat berupa protein atau polisakarida, disebut complete antigen karena dapat substansi
tersebut dapat menginduksi respon imun tanpa bantuan molekul pembawa. Keseluruhan
antigen tidak dapat membangkitkan respon imun dan hanya sebagian kecil saja dapat
menginduksi respon sel B maupun sel T. Bagian aktif antigen yang berikatan dengan reseptor
sel B maupun sel T disebut dengan epitope atau antigenic determinant.
Antigen biasanya adalah suatu zat asing terhadap inang yang mula-mula
dihadapi oleh faktor-faktor alamiah diikuti oleh pengaktifan HI atau CMI. Zat ini
terikat pada reseptor permukaan antigen spesifik koloni sel-sel-T atau sel-sel-B. (Julius,
2011).
Antigen adalah bahan, yang asing untuk badan, yang di dalam manusia atau
organisme multiseluler lain dapat menimbulkan pembentukan antibodi terhadapnya dan
dengan antibodi itu antigen dapat bereaksi secara khas. Antigen merupakan zat yang
merangsang respons imunitas, terutama dalam menghasilkan antibodi. Antibodi yang
dihasilkan berupa zat molekul besar seperti protein dan polisakarida, contohnya permukaan
bakteri. Antigen dapat berupa bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker, atau racun.
Antigen adalah suatu substansi yang mampu merangsang terbentuknya respon imun
yang dapat dideteksi, baik respon imun seluler, respon imun humoral atau kedua-duanya.
Karena sifatnya itu antigen disebut juga sebagai imunogen. Imunogen yang paling poten
umumnya merupakan makromolekul protein, polisakarida atau polimer sintetik yang lain
seperti polivinilpirolidon (PVP).
Antigen ditemukan dipermukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal,
sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap sel-selnya sendiri. Sehingga dapat
dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama
dalam produksi antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga
berupa molekul lainnya. Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan
polisakarida yang bersifat antigen, sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus,
protein, karbohidrat, sel-sel kanker, dan racun.
B. Karakteristik Antigen

Karakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran, rigiditas, lokasi determinan dan


struktur tersier.
1. Ukuran, antigen lengkap (imunogen) biasanya mempunyai berat molekul
yang besar. Tetapi molekul kecil dapat bergabung dengan protein inang
sehingga dapat bersifat imunogen dengan membentuk kompleks kecil
(hapten) dan protein inang (carrier).
2. Bentuk, bentuk determinan sangat penting sebagai komponen utama,
seperti DNP dalam DNP-L-lisin yang memberi bentuk molekul yang tidak
dapat ditemukan dalam homolog primer.
3. Rigiditas, Gelatin yang mempunyai berat molekul yang sangat besar,
hampir semuanya non imunogenik. Kespesifitasnya dari produksi antigen
secara langsung diangkut ke gelatin.
4. Lokasi determinan, bagian protein yang terdenaturasi mengindikasikan
determinan antigen yang penting yang dapat dimasukkan oleh molekul
besar.
5. Struktur tersier, struktur tersier dari protein penting dalam mendeterminasi
kespesifikasn dari respon suatu antibodi. Produksi antibodi rantai A dari
insulin tidak bereaksi dengan molekul alami. Reduksi dan reoksidasi dari
ribonuklease di bawah kondisi kontrol diproduksi dari campuran molekul
protein yang berbeda hanya dalam struktur tiga dimensi. Jika katabolisme
terjadi, struktur tersier dari imunogen akan dihancurkan.
C. Sifat Antigen
Antigen memiliki beberapa sifat-sifat yang khas sebagai berikut :
1. Keasingan
Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi syarat
sebagai imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap
hospes.
2. Sifat-sifat Fisik
Agar suatu zat dapat menjadi imunogen, ia harus mempunyai ukuran
minimum tertentu, yaitu mempunyai berat molekul >40.000 dalton, respon
terhadap hospes minimal, umumnya berupa protein asing, alergen bersifat
stabil (tahan bila dipanaskan, sukar dipecahkan), mampu merangsang
terbentuknya AB serta antigen poten alamiahnya berupa makromolekul
dan kompleks polisakarida, serta fungsi zat tersebut sebagai hapten
sesudah bergabung dengan protein-protein jaringan.
Hapten dapat merangsang terjadinya respon imun yang kuat jika
bergabung proten pembawa dengan ukuran sesuai.
3. Kompleksitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen meliputi sifat
fisik dan kimia molekul.
4. Bentuk-bentuk (Conformation)
Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid
linear atau bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta protein
globular, semuanya mampu merangsang terjadinya respon imun.
5. Muatan (Charge)
Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu, zat-zat yang
bermuatan positif, negatif, dan netral dapat imunogen. Namun demikian
imunogen tanpa muatan akan memunculkan antibodi yang tanpa kekuatan.
6. Kemampuan Masuk
Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan
akan menentukan hasil respon imun.

D. Contoh Antigen
1. Bakteri
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih
tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki
ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-
tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada juga
yang meerugikan. Bakteri adalah organisme uniseluler dan prokariot serta
umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik.

2. Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel
organisme biologis. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel
yang menginfeksi sel-sel eukariota. Virus bersifat parasit obligat, hal
tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam
material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup
karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi
sendiri.
3. Sel darah yang asing
Sel darah yang asing dapat diperoleh dari pendonoran darah. Transfusi
darah merupakan jenis transplantasi yang paling sering dilakukan. Dan
apabila darah yang masuk ke dalam tubuh resipien tidak kompatibel
maka tubuh akan mengenalinya sebagai antigen.
4. Sel-sel dari transplantasi organ
Transplantasi adalah pemindahan sel, jaringan maupun organ hidup dari
seseorang kepada orang lain dengan tujuan mengembalikan fungsi yang
telah hilang. Namun sel-sel tersebut dapat menjadi antigen ketika sel
tidak cocok dengan tubuh resipien.
5. Toksin
Toksin adalah segala bentuk zat yang memiliki efek destruktif bagi
fungsi sel dan struktur sel tubuh. Beberapa jenis toksin bersifat fatal, dan
beberapa jenis lain bersifat lebih ringan.

E. Bagian-Bagian Antigen

Antigen memiliki 2 bagian yang harus diketahui. Kedua bagian tersebut adalah epitop dan
hapten.

1. Determinan antigen (epitop)

Epitop merupakan bagian antigen yang dapat membangkitkan respons imunitas, atau dengan
kata lain, dapat menginduksi pembentukan antibodi. Satu antigen tersusun dari 2 atau lebih
molekul epitop.

2. Hapten

Hapten adalah molekul kecil yang hanya bisa menginduksi produksi antibodi jika bergabung
dengan carrier yang bermolekul besar. Oleh karena itu, hapten memiliki sifat imunogenik.
Hapten dapat berupa obat, antibiotik, dan kosmetik.
F. Klasifikasi Antigen

1. Pembagian antigen menurut fungsional:


a. Imunogen, yaitu molekul besar (disebut molekul pembawa).
b. Hapten, yaitu kompleks yang terdiri atas molekul kecil.

2. Pembagian antigen menurut epitop :


a. Unideterminan, univalen : hanya satu jenis determinan/epitop pada satu
molekul.
b. Unideterminan, multivalen : hanya satu jenis determinan tetapi dua atau
lebih determinan tersebut pada satu molekul.
c. Multideterminan, univalen : banyak epitop yang bermacam-macam
tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein).
d. Multideterminan, multivalen : banyak macam determinan dan banyak
dari setiap macam pada satu molekul.
3. Pembagian antigen menurut spesitisitas :
a. Heteroantinogen, yang dimiliki oleh jaringan dari spesies yang berbeda.
b. Xenoantinogen, yang hanya dimiliki oleh banyak spesies tertentu.
c. Aloantinogen, yang spesifik untuk individu dalam satu spesies
d. Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ yang sama dari
spesies yang berbeda.
e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri
4. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T :
a. T dependen, yang memerlukan pengenalan sel T dan sel B untuk dapat
menimbulkan respons antibodi. Sebagai contoh adalah antigen protein.
b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T
untuk membentuk antibodi. Antigen tersebut berupa molekul besar
polimerik yang dipecah di dalam badan secara perlahan-lahan, misalnya
lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan, dan flagelin polimerik bakteri.

5. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi :

a. Hidrat arang (polisakarida)


Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein dapat menimbulkan respon
imun terutama pembentukan antibodi. Respon imun yang ditimbulkan golongan
darah ABO, mempunyai sifat antigen dan spesifisitas imun yang berasal dari
polisakarida pada permukaan sel darah merah.
b. Lipid
Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat oleh
protein carrier. Lipid dianggap sebagai hapten, sebagai contoh adalah sphingolipid.
c. Asam nukleat
Asam nukleat tdak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat oleh
protein carrier. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respon
imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan SLE.
d. Protein
Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umunya multideterminan
univalent.

G. Mekanisme Masuknya Antigen dalam Tubuh


Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil
yang bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila
dia melekat pada protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi
antigen tersebut dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos
dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian substansi
tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis
pembentukan antibodi. Contoh hapten diantaranya adalah toksin poison ivy,
berbagai macam obat (seperti penisilin), dan zat kimia lainya yang dapat membawa
efek alergik.
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel
limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi
sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibodi yang mampu berikatan
dengan antigen yang merangsang pembentukan antibodi itu sendiri. Tempat
melekatnya antibodi pada antigen disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya
antigen pada antibodi disebut variabel.
Secara garis besar, interaksi antigen-antibodi adalah seperti berikut:
 Antigen/hapten masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, udara,
injeksi, atau kontak langsung.
 Antigen berikatan dengan antibody.
 Histamine keluar dari sel mast dan basofil
 Timbul manifestasi alergi
Terdapat berbagai kategori Interaksi antigen-antibodi, kategori tersebut antara lain:
1. Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan
antibodi pada situs identik yang kecil, bernama epitop.
2. Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:
a. Netralisasi
Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen
menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat
toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang
rentan.
b. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi darah
yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan
c. Presipitasi
Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar,
sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya
mengendap.
d. Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu
mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis
korban yang mengandung antigen tersebut.
e. Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel
pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell
kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibodi sebelum
dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.

3. Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologik dari interaksi
antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh
menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas
mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi
sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

H. Aplikasi Pengetahuan Mengenai Antigen Dalam Bidang Kesehatan

Pengetahuan tentang antigen, imunogenitas, imunogen, dan epitop sangat


penting dalam aplikasi klinik, khususnya untuk imunisasi dengan tujuan
pencegahan terhadap penyakit-penyakit infeksi tertentu.
Pengetahuan mengenai antigen juga dimanfaatkan untuk membuat vaksin.
1. Vaksin Bakteri
a. Diphteria, Pertussis dan Tetanus (DPT)
DPT merupakan vaksin polivalen yang mengandung toksoid dari
Corynebacterium diphteriae dan Closteridium tetani dengan dibubuhi
bakteri Bordetella pertussis (penyebab batuk rejang) yang telah dimatikan.
Toksoid adalah toksin yang telah dihilangkan toksisitasnya, tetapi masih
bersifat sebagai imunogen.
b. Haemophilus influenzae tibe b (Hib)
Vaksin ini terdiri atas polisakarida berasal dari Haemophilus influenzae
tipe b yang dikonjugasikan dengan toksoid atau protein membran luar
dari meningocococcus yang digunakan untuk mencegah meningitis (radang
selaput otak) oleh Haemophilus influenzae. Tetapi karbohidrat yang
dimurnikan tersebut kurang imunogenik pada anak-anak berumur dibawah
2 tahun. Polisakarida tersebut hanya akan memiliki imunogenisitas jika
secara kimiawi dikaitkan dengan molekul protein sebagai carrier.
c. Neiseria meniitis
Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit meningitis. Vaksin ini terdiri
atas karbohidrat yang berasal dari kapsul meningococcus dari galur A, C, Y dan
W-135.
d. Polisakharida pneumococcus
Vaksin ini dipersiapkan dari kapsul polisakharida dari 23 tipe antigenik
Streptococcus pmeumoniae. Vaksin ini akan dilindungi terhadap 90 % galur
pneumococcus yang menyerang manusia.
e. Baccili Calmette-Guerin (BCG)
Vaksin ini mengandung bakteri hidup yang telah dilemahkan dari galur
Mycobacterium bovis yang digunakan untuk melindungi terhadap infeksi tbc
manusia.

2. Vaksin virus
a. Rubella
Vaksin rubella mengandung virus hidup yang telah dilemahkan yang dibiakkan
dalam jaringan hewan atau sel-sel diploid manusia.

b. Virus influenza
Mengandung virus influenza tipe A dan B secara utuh yang dibiakkan dalam
embrio ayam dan dinonaktifkan dengan formalin.
c. Poliomyelitis
Vaksin terhadap poliomyelitis tersedia dalam 2 bentuk.
 Vaksin salk (inactivated polio vaccine = IPV) diperoleh dari virus yang
dibiakkan dalam jaringan (ginjal kera) kemudian dinonaktifkan dengan
formalin atau sinar UVIOL. Pemberian vaksin melalui suntikan.
 Vaksin Sabin atau OPV (Oral polio vaccine) dipersiapkan dari virus
yang ditumbuhkan dalam jaringan (ginjal kera). Pemberian vaksin
dengan cara tetesan melalui mulut.
d. Hepatitis B
Vaksin hepatitis B terdiri dari partikel antigen permukaan virus hepatitis B
(HbsAg) yang diperoleh dari plasma manusia penyandang carrier.
e. Varicella
Vaksin varicella digunakan untuk mencegah terhadap infeksi cacar air.
f. Hepatitis A
Vaksin yang mengandung virus hepatitis A yang dinonaktifkan.
g. Rabies
Vaksin rabies tersedia dalam dua bentuk :
a) Virus rabies yang telah dimatikan untuk vaksinisasi manusia
 Virus yang dibiakkan dalam sel embrio itik
 Virus yang ditumbuhkan dalam sel-sel diploid manusia, lebih
aman daripada vaksin pertama.
b) Virus rabies hidup yang dilemahkan untuk vaksinisasi hewan piaraan.

Sumber :
Irma Jayanti Sarampang. (2022). Antigen. Academia.edu.
https://www.academia.edu/8741424/Antigen

ANTIGEN. (2010, January 29). RETEENA; RETEENA.


https://biologicallytested.wordpress.com/2010/01/29/antigen/

Embun Bening Diniari. (2018). Pengertian atau Bagian Antigen dan Antibodi Pada Tubuh|
Biologi Kelas 11. Ruangguru.com. https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-
antigen-dan-antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Darah. (n.d.).


http://repository.unimus.ac.id/2273/2/BAB%20II.pdf

Fatmawati, D. (n.d.). Handout Kuliah Antigen Penyusun.


http://research.unissula.ac.id/file/hki/210109143/7998Bukti_kinerja_hak_cipta.pdf

Anda mungkin juga menyukai