PROPOSAL TESIS
Pengaruh Brand Awarness dan Brand Image Terhadap Keputusan
Pembelian Melalui Layanan Konsultasi Kesehatan Pasien yang
berdampak pada pembelian ulang di Apotek Halodoc Medika Prima
Jagakarsa Jakarta Selatan
Oleh :
NUR AFNI SYARIAH NASAR
5420221084
NPM : 5420221084
DISETUJUI OLEH
Pembimbing Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
iii
D. Jenis Penelitian................................................................................. 29
E. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 29
F. Populasi dan Sampel.......................................................................... 29
G. Instrumen Penelitian ........................................................................ 30
H. Rancangan Analisis Data.................................................................. 32
BAB IV : Bahan, Alat Penelitian dan Prosedur ......................................... 33
A. Bahan dan alat yang digunakan........................................................ 33
B. Prosedur Penelitian........................................................................... 33
C. Cara Pengolahan dan analisis data.................................................... 33
D. Jadwal Penelitian ............................................................................. 34
E. Izin Penelitian.................................................................................... 34
F. Etika Penelitian ................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 35
LAMPIRAN ................................................................................................... 37
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Penjualan Halodoc................................................................ 5
Gambar II.1 Logo Halodoc............................................................................... 13
Gambar II.2 Tampilan Fitur Chat Dengan Dokter........................................... 13
Gambar II.3. Tampilan Fitur Toko Kesehatan................................................. 14
Gambar II.4 Tampilan Fitur Buat Janji RS...................................................... 15
Gambar II.5 Tampilan Fitur Tes Laba............................................................. 15
Gambar II. Tampilan Fitur Artikel.................................................................. 17
Gambar II.7 Piramida Brand Awarness............................................................ 21
Gambar III.1 Karangka Konsep Penelitian....................................................... 29
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi memunculkan berbagai jenis kegiatan dan
layanan, salah satunya dalam memudahkan akses terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan. Kemajuan dalam teknologi pendukung seperti perangkat keras atau
hardware dan perangkat lunak atau software komputer telah mendorong
berbagai pengembangan sistem telemedika untuk berbagai jenis aplikasi
menurut Soegijoko (dalam Simarmata et al., 2020). Salah satu inovasi dari
perkembangan teknologi adalah telemedicine yang membantu akses kesehatan
dalam keterbatasan jarak antara pasien dan dokter (Ho et al., 2012). Di
Indonesia, telah terdapat berbagai aplikasi yang mendukung akses fasilitas
pelayanan kesehatan, diluncurkan oleh berbagai pihak dari perusahaan rintisan
atau yang biasa dikenal sebagai startup (Wiryana, 2019). Salah satu startup
yang menjadi pilihan masyarakat adalah aplikasi kesehatan halodoc, yang
menyediakan beberapa fasilitas untuk para penggunanya secara online, yaitu
fasilitas konsultasi dengan dokter, pembelian obat, buat janji dengan rumah
sakit tujuan pengguna, serta beberapa fasilitas pendukung kesehatan lainnya
(Halodoc, n.d)
Menurut World Health Organization dalam hasil rapat paripurna
“Sixtieth World Health Assembly” yang kesebelas, mengartikan health
technology (health tech) sebagai implementasi pengetahuan dan kemampuan
yang terorganisir. Perangkat, obat, vaksin, prosedur, maupun sistem yang
dikembangkan guna menuntaskan permasalahan kesehatan, serta meningkatkan
kualitas hidup, dan dengan adanya health tech ini dapat memudahkan,
mempercepat, memberi ketepatan, dan kenyamanan pelayanan kesehatan
bagi konsumen. Pada umumnya health tech saat ini sudah terkoneksi dengan
jaringan internet atau online, hal ini untuk memudahkan pelayanan kesehatan
bagi konsumennya tanpa perlu melakukan tatap muka. Oleh karena itu,
perusahaan health tech yang ada di Indonesia saat ini bersaing secara ketat
6
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi penggunanya.
Banyaknya perusahaan yang terlibat dalam pasar industri kesehatan membuat
konsumen dihadapkan dengan banyaknya pilihan, sehingga konsumen harus
cermat dalam mengambil keputusan dan memilih satu dari beberapa layanan
kesehatan yang ada.Kesadaran merek ialah kemampuan seseorang dalam
mengenali ataupun mengingat bahwa suatu merek adalah bagian dari kategori
produk/jasa tertentu. Brand awareness atau kesadaran merek memiliki empat
tingkatan, yaitu tidak sadar terhadap merek (unaware of brand) yang
merupakan tingkatan terendah ketika pembeli tidak atau belum sadar terhadap
keberadaan merek tertentu. Kedua adalah pengenalan merek (brand
recognition) yang berarti kemampuan minimal konsumen dalam mengenali
suatu merek ketika mereka melihat produk atau jasa tersebut. Ketiga adalah
mengingat kembali merek (brand recall) yang berarti kemampuan konsumen
dalam mengingat kembali suatu merek tanpa adanya bantuan dan ke empat top
of mine. American Marketing Association (dalam Durianto, 2010) yang
mendefinisikan merek sebagai “nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau
kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari
salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari
parapesaing”. Sehingga merek suatu produk atau jasa yang mudah dikenali dan
diingat oleh konsumen akan mendorong pula terjadinya keputusan pembelian.
Kesadaran merek bisa diciptakan dan ditingkatkan melalui peningkatan
hubungan merek dalam menciptakan keakraban melalui paparan secara
berulang -ulang agar pembeli bisa mengenali merek dengan baik. Dalam
memberikan paparan secara berulang-ulang tersebut kepada masyarakat
melalui media promosi, perusahaan juga dapat menciptakan kesan positif
apabila pesan yang disampaikan jelas, sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
dapat meyakinkan masyarakat dengan memberikan bukti nyata, dan selalu
menjaga reputasi perusahaannya secara baik. Dengan kata lain, menciptakan
kesan positif tersebut dapat membentuk citra merek (brand image) akan suatu
produk atau jasa dari perusahaan yang menaunginya dan dapat membantu
perusahaan dalam meningkatkan pangsa pasar. Brand image dibangun karena
7
brand merupakan janji perusahaan dalam memberikan manfaat dan pelayanan
bagi para konsumen bila brand image berhubungan dengan informasi di benak
konsumen terhadap sesuatu yang berkaitan dengan suatu produk/jasa. Brand
image ialah segala sesuatu yang konsumen rasa dan pikirkan saat
mendengarkan atau mencermati nama merek tertentu. Brand yang baik dapat
dijadikan landasan dalam pembangunan citra perusahaan yang positif dan bila
brand dengan image yang lebih baik dapat meminimalkan risiko dan
meningkatkan feedback yang baik dari konsumen. Terciptanya kesan positif di
benak konsumen juga dapat meningkatkan keputusan penggunaan suatu produk
atau jasa, Rao dan Monroe (2008).
Brand image menjadi salah satu faktor dalam menentukan tinggi
rendahnya tingkat keputusan pembelian. Brand yang baik serta bermutu bisa
memunculkan minat beli pada suatu jasa atau produk. Sehingga bisa disebut
tingkat brand awareness dan brand image yang tinggi bisa mempengaruhi
minat pembeli akan suatu teknologi kesehatan yang bersifat online. Banyaknya
perusahaan jasa yang memiliki pelayanan serupa pada industri teknologi
kesehatan, membuat konsumen kesulitan untuk memilih jasa yang akan mereka
beli Rao dan Monroe (2008). Oleh karena itu perusahaan memiliki kewajiban
untuk menunjukkan kualitas pelayanan dari brand yang mereka ciptakan dan
memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan layanannya dari layanan
serupa. Salah satu perusahaan health tech yang ada di Indonesia ialah halodoc.
Penelitian ini menggunakan layanan halodoc dan apotek halodoc sebagai objek
penelitian. Halodoc sebagai satu dari sekian banyak perusahaan asal Indonesia
yang mengandalkan teknologi industri dan berfokus ke pelayanan di bidang
telekonsultasi kesehatan, Aaker dalam Vranesevic (2003). Dikutip dari website
resminya, halodoc didirikan oleh Jonathan Sudharta di Jakarta pada tahun 2016.
Fitur yang ditawarkan halodoc adalah pengguna atau konsumen dapat
berkonsultasi dengan dokter spesialis, melakukan pemeriksaan laboratorium,
dan juga membeli obat dengan menggunakan smartphone. Halodoc memiliki
tujuan yaitu simplifying healthcare, yang bermakna memudahkan akses
kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Untuk berkonsultasi mengenai
8
permasalahan kesehatan yang dialami, konsumen dapat mencari dokter secara
online melalui halodoc. Setelah itu dokter memberikan diagnosa gejala
penyakit yang diderita konsumen, berikutnya konsumen mendapat resep obat
yang sesuai untuk mengobati gejala penyakitnya. Kemudian konsumen bisa
membeli obat secara langsung berdasarkan resep yang mereka peroleh melalui
apotek terdekat. Akan tetapi, aplikasi kesehatan yang kerap digunakan oleh
masyarakat tidak hanya halodoc, karena saat ini semakin banyak pesaing-
pesaing halodoc yang menawarkan layanan serupa dan tidak kalah populernya.
Aplikasi kesehatan tersebut seperti Alodokter, Klik Dokter, dan Good Doctor.
Apotek merupakan bagian yang dibebani untuk melaksanakan
kewajiban standar pelayanan kefarmasian sesuai dengan Peraturan Mentri
Kesehatan, baik tingkat kabupaten kota dan provinsi dengan kata lain apotek
harus memberikan jaminan kepastian akan hasil yang didapatkan oleh pasien
sehingga pelayanan kefarmasian tersebut harus dilaksanakan secara efektif
Artinya bila pelayanan yang diterima sesuai dengan yang diharapkan maka
kualitas pelayanan tersebut akan dipresepsikan baik dan memuasakan. Saat ini
halodoc sudah membuka pelayanan telekonsultasi dan pembelian obat secara
daring di lima puluh kota di Indonesia, beberapa contoh di antaranya seperti
Jakarta, Bandung, Semarang, Malang, Jogja, Medan dan Bali. Pada tahun 2021
halodoc membuka apotek milik sendiri di beberapa tempat yaitu Halomedika
Tebet, Halomedika Bintaro, Medika Prima Cipinang, Medika Prima Jagakarsa
di khususkan pembelian obat online tidak melayani pembelian offline. Apotek
medika Prima Jagakarsa sendiri di buka pada tahun 2021 bulan maret dan
beroperasi pada bulan april. Pada tahun 2022 halodoc membuka apotek baru di
berbagai provinsi. Untuk orderan perhari di apotek halodoc dan apotek yang
bermitra berbeda di setiap apotek halodoc orderan perhari di mulai dari 220 -
500 orderan omset mancapai 40- 90 juta/hari, omset yang dihasilkan setiap
apotek halodc sendiri berbeda-beda sedangkan apotek yang bermitra kurang
dari 50 orderan/hari. . Halodoc pun berusaha melakukan berbagai strategi,
salah satunya ialah meningkatkan brand awareness. Apabila merek halodoc
lebih disadari konsumen, maka terdapat peluang untuk konsumen memutuskan
9
membeli melalui penggunaan layanan halodoc.Untuk meningkatkan keputusan
membeli melalui penggunaan layanan halodoc juga terdapat aspek lainnya yang
digunakan oleh halodoc, yaitu meningkatkan brand image. Jika image yang
dimiliki halodoc sudah sangat baik, konsumen dapat langsung memutuskan
untuk membeli tanpa mencari informasi lebih detail lagi dan berdampak pada
pembelian ulang di apotek halodoc. Pembelian ulang juga dilakukan oleh
costumer halodoc diliat dari alamat dan nama costumer yang sama kemudian
pelayanan staf Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (TTK) sesuai standar
operasional prosedur ( SOP) halodoc pada apotek medika prima jagakarsa
(Halodoc, n.d)
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Brand Awareness mempengaruhi keputusan pembelian
melalui layanan konsultasi kesehatan pasien yang berdampak pada
pembelian ulang di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta
Selatan.
10
2. Bagaimana Brand Image mempengaruhi keputusan pembelian melalui
layanan konsultasi kesehatan pasien yang berdampak pada pembelian
ulang di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan.
3. Bagaimana Brand Awareness dan Brand Image mempengaruhi keputusan
pembelian melalui layanan konsultasi kesehatan pasien yang berdampak
pada pembelian ulang di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta
Selatan.
C. Pertanyaan Penelitian
Merujuk latar belakang di atas, pertanyaan penelitian adalah:
1. Apakah Brand Awareness dan Brand Image mempengaruhi keputusan
pembelian melalui layanan konsultasi kesehatan pasien yang berdampak
pada pembelian ulang di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta
Selatan?
2. Apakah keputusan pembelian melalui layanan konsultasi kesehatan pasien
mempengaruhi pembelian ulang ulang di Apotek Halodoc Medika Prima
Jagakarsa Jakarta Selatan?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini sebagai strategi yang hendak digunakan
dalam mencapai hal-hal yang sudah dibahas pada latar belakang. Dan tujuan
penelitiannya agar dapat:
1. Menganalisis apakah Brand Awareness mempengaruhi keputusan
pembelian melalui layanan konsultasi kesehatan pasien di Apotek Halodoc
Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan.
2. Menganalisis apakah Brand Image mempengaruhi keputusan
pembelian melalui layanan konsultasi kesehatan pasien di Apotek Halodoc
Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan.
3. Menganalisis apakah Brand Awareness mempengaruhi pembelian ulang
di Apotek halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan.
4. Menganalisis apakah Brand Image mempengaruhi pembelian ulang di
Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan.
11
5. Menganalisis apakah keputusan pembelian melalui layanan konsultasi
kesehatan pasien mempengaruhi pembelian ulang di Apotek Halodoc
Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan.
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini bisa berperan sebagai saran bagi Halodoc dalam
upaya mengembangkan, serta penyempurnaan kebijakan perusahaan
sehingga dapat menjadi evaluasi sesuai subjek yang dianalisis pada penelitian
ini agarlebih baik sehingga menciptakan volume pembelian melalui layanan
halodoc.
2. Bagi peneliti
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Apotek
Sesuai PMK 73 Tahun 2016 tentang Apotek pasal 1, yang dimaksud
dengan apotek adalah saranan pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh apoteker. Berdasarkan PPMK 73 Tahun 2016,
tujuan apotek adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh
pelayanan
3. kefarmasian di apotek.
4. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan
pelayanan
5. kefarmasian di apotek.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No No. 51 Tahun 2021, tugas dan fungsi
apotek adalah:
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan
sediaan farmasi, antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan
kosmetik.
Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan
sediaan farmasi, antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan
kosmetik. Apotek harus mampu menjamin ketersediaan obat yang aman,
bermutu dan berkhasiat dan sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan
Peraturan Kementrian Kesehatan No. 73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Pengelolaan sediaan farmasi dimulai dari
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
13
pendistribusian, pemusnahan, penarikan, pengendalian, dan administrasi.
Pelayanan farmasi klinik mulai dari pengkajian dan pelayanan resep,
dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), pelayanan kefarmasian di rumah
(home pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Monitoring Efek
Samping Obat (MESO). Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di
Apotek sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas,
manfaat dan keamanannya. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir
dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan
kendali biaya.
14
terdekat. Terdapat dua bentuk konsultasi yang biasa dilaksanakan pengguna
sebagai pasien melalui Halodoc. Pertama merupakan konsultasi yang bersifat
emergensi, 68% kasus ini dapat diselesaikan dengan tindakan medis digital
atau disebut anamneses. Contoh dari kasus ini adalah mata bengkak dan kulit
merah, hanya dengan mencermati kondisi pasien, dokter akan mudah
mengetahui gejala penyakit yang diderita. Lalu yang kedua ialah pasien yang
sudah pernah berkonsultasi sebelumnya dengan dokter yang berkaitan,
sehingga pasien hanya perlu melalukan follow up dari permasalahan yang
pernah ditangani.
1. Visi dan Misi Perusahaan
1) Visi
Visi Halodoc ialah “simplifying healthcare”, upaya mempermudah akses
kesehatan untuk masyarakat Indonesia.
2) Misi
Misi halodoc ialah merancang akses yang mudah terkait kesehatan agar
bisa membantu pasien yang memerlukan.
2. Company Value Halodoc
Company value atau nilai perusahaan yang sangat dipegang oleh halodoc
adalah :
1) Terpercaya
Dokter, apotek dan asuransi kesehatan yang dapat di akses secara
mudah dalam aplikasi Halodoc.
2) Mudah, Aman, dan Nyaman
Berkat adanya pilihan dokter dan apotek, beragam kebutuhan konsumen
bisa tercukupi tanpa memedulikan waktu maupun tempat.
3) Dimana Saja dan Kapan Saja
Halodoc selalu siap untuk menyediakan fasilitas kesehatan untuk
masyarakat, dimana pun dan kapan pun.
3. Logo Perusahaan
Logo merupakan suatu bentuk gambar yang memiliki arti tertentu,
merepresentasikan pesan atau kesan yang hendak tersampaikan dari suatu
15
kelompok atau perusahaan. Fungsi dari logo sendiri adalah sebagai tanda
kepemilikan, identitas diri, mencegah adanya peniruan atau pembajakan, dan
juga bentuk jaminan kualitas sehingga melalui kepemilikan sebuah logo maka
perusahaan bisa memosisikan diri mereka berbeda dengan konsumen.
16
Pada fitur ini, pengguna cukup memilih dokter yang diinginkan,
kemudian melakukan pembayaran biaya konsultasi terlebih dahulu, setelah
melakukan pembayaran pengguna bisa melakukan konsultasi dengan dokter
pilihan melalui chat. Biaya untuk konsultasi pada setiap dokter yang ada di
Halodoc sangat beragam dan umumnya dimulai dari harga Rp25.000 hingga
lebih dari Rp 100.000.
5. Toko Kesehatan
Pada fitur Toko Kesehatan pengguna dapat membeli obat tanpa perlu
datang ke apotek langsung. Obat yang dipesan juga akan diantarkan ke alamat
pengguna dengan menggunakan layanan Go-Send milik Gojek. Harga dari
layanan ini bergantung pada jenis dan kuantitas obat yang dibeli oleh
pengguna serta akan ditambahkan ongkos kirim yang disesuaikan dengan
jarak dari apotek ke alamat pengguna.
6. Buat Janji RS
Buat Janji RS adalah fitur dari Halodoc yang memudahkan
penggunanya untuk melakukan reservasi dengan dokter di rumah sakit atau
klinik tanpa harus mengantre. Fitur ini cocok untuk pengguna yang
memerlukan penanganan dokter secara langsung. Untuk melakukan reservasi,
17
pengguna perlu memilih rumah sakit atau klinik yang ingin dikunjungi serta
menentukan jenis pendaftaran, kemudian pengguna perlu memilih jenis
perawatan berdasarkan poliklinik. Setelah menentukan poliklinik yang
diinginkan, pengguna harus memilih dokter serta menentukan tanggal dan
waktu konsultasi. Kemudian pengguna hanya perlu mengisi data yang
diminta.
18
7. Tes Lab
19
8. Artikel
C. Brand Awareness
Shimp (2003) menuturkan brand awareness sebagai kompetensi
merek agar bisa hadir di benak pembeli saat mereka tengah memikirkan
kategori produk tertentu serta mudah atau sulitnya merek tersebut
20
dihadirkan. Brand awareness memiliki empat tingkatan seperti yang
dikemukakan oleh Durianto et al. (2004), empat tingkatan itu digambarkan
dalam sebuah piramida dengan urutan yaitu:
1. Unware of Brand (tidak sadar terhadap merek), merupakan tingkatan
terendah: pembeli belum atau tidak sadar dengan suatu merek.
2. Brand Recognition (mengenali merek), ialah tingkatan minimal yang
berartikompetensi pembeli dalam mengenali suatu produk saat mereka
melihat produk tersebut.
3. Brand Recall (mengingat ulang merek), sebagai kemampuan
konsumen untuk mengingat kembali suatu merek tanpa adanya
bantuan.
4. Top of Mind (puncak pikiran), merupakan tahap dimana pembeli akan
merepresentasikan merek yang diingat pertama kali, atau merek itu
sebagaimerek utama dari bermacam merek di pikiran pembeli.
21
satukategori.
c. Purchase
Sejauh mana pembeli mencantumkan salah satu merek ke pilihan
saat mereka hendak membeli produk/jasa.
d. Consumption
Sejauh mana pembeli mengingat merek saat mempergunakan
produk/jasamilik kompetitor.
Kesadaran merek (brand awareness) ialah kemampuan suatu merek
dari produk yang bisa pembeli ingat kembali dari promosi ataupun dari merek
yang telah terkenal, serta sebagai pioneer di telinga pembeli. Kesadaran
merek merepresentasikan eksistensi merek dari suatu produk di benak
pembeli, sehingga bisa dijadikan kunci guna menunjang keputusan
penggunaan jasa/produk.
D. Brand Image
Secara harfiah, merek ialah kata benda dan kerap terkait dengan
produk/jasa. Kotler dan Keller (2007) memaparkan bila merek sebagai
istilah, nama, tanda, susunan, ataupun rancangan dari semuanya guna
mengenali produk/jasa dari penjual, serta agar bisa membedakan diri dari
produk pesaing lainnya. Dengan begitu, merek mengenali produsen atau
penjual melalui produk/jasa. Wheeler (2006) menuturkan bila merek
merupakan nukleus (pusat) dari penjualan maupun aktivitas pemasaran,
menciptakan, pengoptimalan kesadaran, serta kesetiaan konsumen jika
terkelola secara terstruktur. Kartajaya (2010) menuturkan bila merek
sebagai aset yang menghasilkan nilai untuk konsumen melalui peningkatan
rasa puas dan penghargaan kepada mutu dari produk atau jasa yang
diciptakan. Namun, merek pun terkait dengan kriteria visual, kredibilitas,
persepsi, logo, citra, karakter, serta asumsi pembeli terkait produk atau jasa
itu. Merek yang baik bisa berbeda dengan merek milik pesaingnya. Kotler
(2005) menuturkan bila pemaknaan merek terbagi atas empat tingkat,
meliputi:
22
1. Atribut
Merek bisa memicu orang untuk mengingat atribut tertentu. Penggambaran
terkait sifat produk/jasa melalui merek tersebut.
2. Manfaat
Bahwa merek bukan sekadar rangkaian atribut. Para konsumen tanpa bisa
membeli atribut, namun mereka membeli manfaat, serta atribut perlu
diartikan sebagai manfaat yang emosional maupun fungsional.
3. Nilai
Merek merepresentasikan terkait nilai konsumen. Para produsen sepatutnya
perlu mengenali secara mendetail kelompok pembeli dengan nilainya yang
manfaatnya diperoleh dari merek itu. Nilai perusahaan turut berperan
membedakan satu perusahaan dengan lain perusahaan.
4. Budaya
Merek sebagai perwakilan atas kebudayaan, cerminan dari susunan
tanda, nilai, maupun perilaku perusahaan. Secara internal, budaya merek
berperan sebagai pengarah keseluruhan perilaku dan tindakan pegawai
(mitra internal), sehingga perusahaan perlu menyesuaikan kebudayaan
merek yang dipresentasikan dari merek tersebut. Secara eksternal,
budaya merek bisa dijadikan pertimbangan utama bagi konsumen guna
membeli merek produk yang bersimbol, bernilai, maupun berperilaku
sama seperti kebudayaan, nilai, atau perilaku mereka.
5. Kepribadian
Merek bisa memiliki daya tarik bagi seseorang yang mempunyai
kesesuaian antara penggambaran diri dengan citra merek. Merek
meramalkankepribadian tertentu, sehingga para pembeli bisa menangkap
atau menelaahsebuah mobil dengan harga mahal dimiliki oleh seseorang
yang kaya. Merek bisa menarik orang-orang yang dikehendaki
berdasarkan pada citra merek.
6. Pengguna
Merek pun bisa memperlihatkan kesan terkait varian pelanggan yang
hendak membeli ataupun mempergunakan produk itu. Ketika seseorang
23
membayangkan suatu produk, tentu hendak menebak jenis pembeli yang
mungkin dapat dijadikan pembeli produk atau jasa itu.
Schiffman dan Kanuk (2007) menuturkan bila citra merek sebagai
asosiasi yang terkumpul terkait merek yang tersimpan di ingatan pembeli.
Faktor yang membentuk citra merek, seperti:
a. Mutu terkait dengan seberapa baik produk yang ditawarkan produsen
ke merek tertentu.
b. Terpercaya, terkait perspektif ataupun perjanjian yang terbentuk oleh
masyarakat perihal suatu produk yang pembeli konsumsi.
c. Manfaat terkait peranan suatu produk yang digunakan pembeli.
d. Harga, terkait tinggi atau rendah dan banyak atau sedikitnya nominal
uang yang digunakan pembeli untuk mempengaruhi produk, termasuk
mempengaruhi citra berjangka waktu panjang.
e. Citra pada merek tersebut, yakni perspektif, perjanjian, maupun
informasi terkait merek dari produk tertentu.
Kotler dan Keller (2013) menuturkan bila citra merek
merepresentasikan bila sifat ekstrinsik produk atau layanan, termasuk
metode merek berupaya memenuhi kebutuhan sosial ataupun psikologis
konsumen. Pembentukan citra merek memiliki indikator, sesuai penuturan
Aaker dan Biel (2009), yaitu:
a. Corporate image (citra perusahaan) 23 Citra perusahaan merupakan
kumpulan asosiasi yang diasumsikan pembeli atas perusahaan yang
memicu suatu barang/jasa, seperti kepercayaan, jaringan perusahaan,
ataupun pengguna.
b. Product image (citra produk) Citra produk merupakan kumpulan
asosiasi yang diasumsikan pembeli atas suatu barang/jasa, seperti atribut
produk atau jasa, manfaat untuk pembeli, dan jaminan.
c. User image (citra pengguna) Citra pengguna merupakan kumpulan
asosiasi yang diasumsikan pembeli terkait pengguna produk/jasa, seperti
pengguna dan status sosial. Brand image memiliki keterkaitan dan
pengaruh terhadap keputusan penggunaan, hal ini dikarenakan dengan
24
brand image atau pemikiran, persepsi dan anggapan mengenai suatu
produk atau jasa yang memberikan kesan baik dan positif akan suatu
merek dan dapat tertanam di benak konsumen maka dapat mendorong rasa
percaya untuk melakukan keputusan penggunaan suatu produk atau jasa,
karena merek yang melekat di benak konsumen memiliki citra yang baik.
Begitu pula sebaliknya, jika brand image atau merek memberikan kesan
negatif maka konsumen juga akan mengalami kesulitan untuk percaya dan
melakukan keputusan penggunaan suatu produk atau jasa.
F. Keputusan Pembelian
Kotler dan Keller (2008) menuturkan bila konsumen merupakan
suatu penelitian terkait cara seseorang sekelompok atau organisasi membeli,
memilih, maupun mempergunakan barang/jasa guna memberi rasa puas
bagi keinginan ataupun kebutuhan konsumen. Kotler menyebut bila faktor
penting yang memberi pengaruh bagi perilaku pembelian konsumen ialah
25
kebudayaan, sosial, personal, maupun psikologi, yaitu
1. Kebudayaan
Faktor budaya mempengaruhi dengan cakupan luas dan mendalam.
Sepatutnya pemasar perlu paham dengan peranan yang kebudayaan, sub-
budaya, maupun kelas sosial pembeli.
2. Sosial
Perilaku pada diri seorang pembeli yang terpengaruh oleh faktor sosial,
meliputi perilaku kelompok acuan (kelompok rujukan), fungsi, keluarga,
maupun status sosial pembeli.
3. Personal
Keputusan pada diri konsumen pun terpengaruh oleh kriteria personal,
seperti umur dan siklus kehidupan konsumen, situasi perekonomian, mata
pencarian, gaya hidup, kepribadian, maupun konsep diri.
4. Psikologis
Pilihan konsumen terpengaruh oleh lima faktor psikologis, seperti sudut
pandang, dorongan, pengetahuan, sikap, dan keyakinan. Keputusan
Penggunaan
Peter dan Olson (2013) memaparkan terkait keputusan untuk
menggunakan sebagai tahap mengintegrasikan pengetahuan dan
pengevaluasian dua atau banyak alternatif, serta menentukan salah satu.
Hasil dari pengintegrasian itu sebagai pilihan kognitif yang
memperlihatkan maksud perilaku. Intensi/maksud perilaku sebagai
perencanaan guna berperilaku, bisa satu ataupun lebih. Kotler dan Keller
(2009) memaparkan bila terdapat lima tahapan dalam memutuskan untuk
menggunakan.
1. Pengenalan Masalah
Menentukan keputusan untuk menggunakan berawal dari proses
mengenali permasalahan. Blackwell, et al. (2012) memaparkan bila
mengenali permasalahan hadir sebagai dampak dari seseorang yang
merasa ada perbedaan dari keinginan mereka dengan kondisi sebenarnya.
Dengan mengenali permasalahan, pembeli perlu menemukan solusi
26
paling baik terkait jasa/produk yang mereka perlukan.
2. Pencarian Informasi
Sesudah mengenali permasalahan, pembeli memulainya dengan
memperoleh informasi dan solusi guna memberi kepuasan bagi
kebutuhan yang belum mereka dapatkan. Blackwell, et al. (2012)
memaparkan bila dalam mencari informasi bisa terlaksana secara
internal maupun eksternal. Pencarian internal bisa berwujud
pengambilan informasi dari dalam memori. Lalu, pencarian eksternal
bisa berwujud pengumpulan informasi terkait produk dari keluarga
ataupun pasar.
3. Evaluasi alternatif.
Kotler dan Keller (2009) memaparkan bila terdapat beragam
konsep dasar untuk bisa memberi bantuan bagi pembeli dalam
memahami proses pengevaluasian. (1) Pembeli berupaya memuaskan
kebutuhan; (2) Berupaya memperoleh manfaat atribut dari solusi
produk; (3) Pembeli mencermati tiap produk sebagai atribut dengan
bermacam kompetensi untuk mengirimkan manfaat agar bisa
memberikan kepuasan terkait kebutuhan. Para pembeli bisa
memperhatikan ke atribut yang memberikan manfaat maupun bisa
mencukupi kebutuhannya.
a. Keputusan Pembelian
Terpengaruh oleh dua faktor umum, seperti kondisi yang
tidak terantisipasidan sikap lain orang. Sikap lain orang bisa berperan
untuk mempengaruhi seseorang selama menetapkan keputusan
pembelian. Pembeli hendak menimbang intensitas sikap buruk lain
orang dengan alternatif yang merekasukai. Makin intens sikap buruk
pada diri lain orang, tentu hubungan orang itu makin dekat dengan
pembeli, berarti makin besar juga pembeli untuk menyesuaikan minat
membelinya.
Faktor kondisi yang tidak terantisipasi bisa berwujud risiko pada
pilihan lain pembeli. Perihal ini bisa memicu pembeli
27
mempertimbangkan kembali pilihan yang mereka putuskan (Kotler
dan Keller, 2009)
b. Perilaku Pasca-Pembeli
Blackwell, et al (2012) memaparkan bila perilaku sesudah
menggunakan memberi peluang bagi pembeli merasa puas atau
ketidakpuasan terhadap produk yang mereka dapat/beli. Rasa puas bisa
muncul saat ekspektasi pembeli sesuai dengan kinerja yang mereka
rasakan. Jika pengalaman maupun kinerja yang pembeli rasakan tidak
sesuai ekspektasi, maka mereka akan merasa tidak puas. Pembeli yang
berpuas diri berpotensi besar melakukan pembelian ulang suatu
produk. Komunikasi pemasaran amat dibutuhkan agar bisa mencari
tahu pengevaluasian dan keyakinan yang bisa menguatkan pilihan
pembeli, serta membantunya untuk merasakan kenyamanan jika
menggunakan produk itu.
G. Pembelian Ulang
Pembelian ulang merupakan salah satu perilaku setelah pembelian yang
sebelumnya didasari dengan kepuasan. Jika pelanggan merasa puas untuk
selanjutnya dia akan memperlihatkan peluang membeli yang lebih tinggi dalam
kesempatan berikutnya. Konsumen yang melakukan pembelian ulang atau
konsumen yang loyal merupakan asset berharga bagi perusahaan, karena
banyak keuntungan yang diperoleh dari adanya konsumen yang melakukan
pembelian ulang. Dapat dikatakan jika nilai dari konsumen yang loyal sangat
penting bagi perusahaan, maka dari itu penting bagi perusahaan untuk
membuat konsumen yang melakukan pembelian kemudian bisa membeli lagi.
Perusahaan yang mampu bersaing dalam hal ini adalah perusahaan yang dapat
tetap menjaga keberlangsungan usaha, salah satunya dengan cara
mempertahankan pelanggannya. Perusahaan yang dapat bertahan dan
berkembang perlu memahami perilaku konsumennya, sehingga pada akhirnya
perusahaan mampu mempertahankan dan meningkatkan pelanggan agar tetap
melakukan pembelian produk di perusahaan (Kusdyah, 2012). Hal itu
merupakan tantangan bagi perusahaan yang harus diupayakan untuk
28
kelangsungan hidup perusahaan. Karena tanpa adanya pelanggan yang
melakukan pembelian ulang (repurchase), maka sebuah perusahaan tidak akan
bisa menjaga keberlangsungannya. Disamping itu akan dibutuhkan biaya yang
2 lebih besar untuk mencari pelanggan baru, sehingga akan lebih efektif dan
lebih mudah apabila perusahaan mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
Minat pembelian ulang (online repurchase intention) adalah perilaku yang
muncul sebagai respon terhadap objek. Minat pembelian ulang menunjukkan
keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang untuk waktu yang
akan datang. Perilaku pembelian ulang seringkali dihubungkan dengan
loyalitas merek. Akan tetapi, ada perbedaan di antara keduanya. Bila loyalitas
untuk mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, maka
perilaku pembelian ulang semata-mata menyangkut pembelian merek tertentu
yang sama secara berulang kali.
H. HIPOTESIS
Hipotesis ialah hubungan yang diperkirakan secara logis dari dua atau
lebih variabelyang diungkapkan ke dalam bentuk pernyataan yang bisa teruji
(Uma Sekaran, 2009). Hubungan itu diperkirakan berdasarkan jaringan
asosiasi yang dirumuskan bagi studi penelitian. Melalui pengujian hipotesis
dan memberi penegasan atas prediksi keterkaitan, diharapkan bisa
memperoleh solusi guna mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi.
Pengembangan hipotesis berdasarkan rumusan masalah maupun kerangka
teori yang telah diuraikan, sehingga penelitian ini mengajukan hipotesis,
seperti:
H1. Terdapat Pengaruh Brand Awareness terhadap keputusan p e m b e l i a n
m e l a l u i layanan Halodoc sebagai layanan konsultasi kesehatan
pasein di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan.
H2. Terdapat Pengaruh Brand Image terhadap keputusan p e m b e l i a n
m e l a l u i layanan Halodoc sabagai layanan konsultasi kesehatan pasien
di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan.
H3. Terdapat Pengaruh Brand Awareness terhadap pembelian ulang di
29
Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan.
H4. Terdapat Pengaruh Brand Image terhadap pembelian ulang di Apotek
Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan.
H5. Terdapat Pengaruh keputusan p e m b e l i a n m e l a l u i layanan halodoc
sebagai layanan konsultasi pasien terhadap pembelian ulang di Apotek
Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Kerangka Konsep
31
1. Kemampuan Pembelian kembali dengan prodak
mengingat merek yang sama di masa mendatang
dalam level Jumlah pembelian
2. Kemampuan
mengenali merek BRAND AWARNESS
3. Kemampuan (X1)
konsumen dalam H3
mengingat kembali
merek
4. Memiliki ciri khas
H1
H2
H4
BRAND IMAGE
(X2)
32
C. Defenisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan terkait makna dari variabel
penelitian yang dijadikan sebagai batasan dan diukur menggunakan indikator.
Adapun definisioperasional pada variabel-variabel dalam penelitian ini ialah:
Alat
No Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala
Ukur
1 Brand Praktik penggunaan Kemampuan mengingat Kuisoner Skala Likert,
Awareness teknologi untuk merek dalam level top of 1. Tidak setuju
memberikan pelayanan mine 2. kurang setuju
kesehatan secara jarak jauh. Kemampuan mengenali 3. Setuju
merek 4. Sangat Setuju
Kemampuan konsumen 5. Sangat Setuju
dalam mengingat kembali sekali
merek
Memiliki ciri khas
2 Brand image Keunggulan asosiasi merek Kuisoner Skala Likert,
Kekuatan asosiasi merek 1. Tidak setuju
Keunikan asosiasi merek 2. kurang setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
5. Sangat Setuju
sekali
3. Keputusan Keputusan pembelian meru Kemudahan akses Kuisoner Skala Likert,
pembelian bagian dari perilaku Respon tenaga kesehatan 1. Tidak setuju
melalui konsumen perilaku Kemantapan membeli setelah 2. kurang setuju
layanan konsumen yaitu studi mengetahui informasi prodak 3. Setuju
halodoc tentang bagaimana Memutuskan membeli karena 4. Sangat Setuju
(telemedisine individu, kelompok, dan 5. Sangat Setuju
merek yang paling disukai
) organisasi memilih, sekali
membeli, menggunakan, Mebeli karena sesuai dg
dan bagaimana barang, keinginan
jasa, ide atau pengalaman
untuk memuaskan
kebutuhan mereka
4 Dampak Kemampuan dari Pembelian kembali dengan Kuisoner Skala Likert,
pembelian pelanggan potensial untuk prodak yang sama di masa 1. Tidak setuju
ulang mengenali dan mengingat mendatang 2. kurang setuju
suatu merek dalam kategori 3. Setuju
tertentu Jumlah pembelian 4. Sangat Setuju
5. Sangat Setuju
sekali
33
D. Jenis Penelitian
Desain penelitian ini ialah metode kuantitatif eksploratif. Penelitian
kuantitatif ialah untuk menguji teori tertentu dengan cara meneliti hubungan
anatar variabel. Variabel tersebut dapat di ukur dengan instrumen penelitian
sehingga data yang terdiri dari angka dapat di analisis berdasarkan statistik
menggunakan aspek pengukuran perhitungan dan rumus. Penelitian ini di
desain untuk melihat pengaruh variabel bebas (X1: Brand Awareness; X2:
Brand Image) terhadap variable terikat (Y: Keputusan p e m b e l i a n ) Z:
pembelian ulang) dan Konaultasi kesehatan sebagai variabel intervening.
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi di Apotek Medika Primama Jagakarsa Jakarta Selatan dan
waktu Penelitian ini melalui berbagai tahapan kegiatan mulai Februari -
Maret 2023.
F. Populasi dan Sampel.
Menurut Sugiyono (2019) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien halodoc
Sampel ialah bagian dari populasi yang dianalisis. Sugiyono (2010)
menuturkan bila sampel sebagai bagian dari kriteria/jumlah di populasi
tertentu. Pada penelitian ini menggunakan rumus slovin untuk menentukan
�
jumlah sampel : n = ��+1
34
G. Instrumen Penelitian/ Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ilmiah. Hasil instrumen penelitian ini dianalisis sesuai dengan
metode penelitian yang sudah ditetapkan. Penelitian kualitatif dan kuantitatif
memiliki perbedaan pendekatan. Penelitian kualitatif menggunakan
wawancara sedangkan penelitian kuantitatif menggunakan instrumen
penelitian angket, kuesioner.Kuisoner berisikan sejumlah item pernyataan
tertulis, dimana responden diminta untuk memberikan tanggapan sesuai
dengan presepsi mereka tentang iem-item yang berkaitan. Pengukuran
variable dalam penelitian ini akan menggunakan skala linkert yaitu skala
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau
kelompok tentang fenomena social (Sugiyono, 2019).
Pilihan Jawaban Keterangan Skor
SSS Sangat Setujuh Sekali 5
SS Sangat Setujuh 4
S Setujuh 3
KS Kurang setujuh 2
TS Tidak Setujuh 1
35
untuk memudahkan peneliti menganalisis dan pengolahan data.
4. Tabulating
Sebagai aktivitas penyajian data berbentuk tabel. Pemakaian tabel
ini bertujuan agar mempermudah mengkaji data yang didapat dan
mempermudah menyajikan maupun mengolah data itu.
Teknik dalam mengumpulkan data yang digunakan pada penelitian ini, ialah:
1) Kuesioner
Sugiyono (2012) menuturkan bila kuesioner merupakan upaya
pengumpulan informasi melalui pemberian pertanyaan untuk dijawab oleh
responden. Kuesioner yang diajukan kepada responden berupa lembaran
yang diberikan secara langsung serta online yang menggunakan bantuan
internet.
2) Data Sekunder
Ialah data yang berisi informasi maupun teori yang menunjang
penelitian, dan mengenai objek yang dianalisis. Data tersebut didapat
melalui karya ilmiah, internet, buku-buku, dan berbagai sumber lainnya.
Beberapa penyesuaian itu di antaranya seperti kuesioner yang akan dibuat
dan disebarkan secara online.
36
2009). Pengukuran pada penelitian ini mempergunakan perangkat lunak
statistik, yaitu SPSS for windows. Kuesioner dianggap valid apabila
corrected item-total correlation (hitung) lebih dari r tabel, serta tidak valid
bila r hitung kurang dari r tabel.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan instrumen pengukuran kuesioner sebagai indikator
variabel. Suatu kuesioner dianggap reliabel/terpercaya bila jawaban
seseorang atas pernyataan bersifat konstan atau konsisten dari tiap waktu.
Uji reliabilitas ini menggunakan teknik analisis Cronbach Alpha dengan
mempergunakan software SPSS for windows.
Variabel dianggap reliabel bila nilai Cronbach Alpha (α) > 0,60
Variabel dianggap tidaklah reliabel bila nilai Cronbach Alpha (α) < 0,60
37
BAB IV
B. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini skema penelitian dimulai dari: Pertama,
persiapan administrasi berupa ijin penelitian dan peralatan bantu penelitian.
Kedua, pengurusan izin penelitian di Apotek Halodoc Medika Prima
Jagakarsa Jakarta Selatan. Ketiga, pelaksanaan penelitian. Keempat, analisis
deksriptif. Kelima, pembahasan data dan penyusunan laporan. Keenam,
kesimpulan dan saran.
D. Jadwal Penelitian
Penelitian ini melalui berbagai tahapan kegiatan mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, analisis data, penulisan dan publikasi memerlukan waktu
2 bulan.
E. Izin Penelitian
Permintaan izin penelitian dilakukan untuk Apotek Halodoc Medika Prima
Jagakarsa Jakarta Selatan yang merupakan tempat dilakukannya penelitian.
38
Izin penelitian telah diberikan oleh Manager Area Apotek Halodoc Medika
Prima Jagakarsa Jakarta Selatan.
F. Etika Penelitian
Panduan Etik Penelitian Kesehatan merupakan acuan bagi komisi etik atau
pihak yang diberi kewenangan untuk menilai penelitian kesehatan apakah
layak etik atau tidak. Panduan Etik Penelitian Kesehatan umumnya disebut
dengan panduan etik. Peneliti dituntut untuk selalu melakukan pertimbangan
dan keputusan etik. Penelitian ini tidak memerlukan etik penelitian.
39
DAFTAR PUSTAKA
Hardjanti, Adiati. 2011. Peran Brand Image, Trust, dan Awareness Terhadap
Behavioral Intention Melalui Brand Preference, Customer Perceived
Value dan Satisfaction. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No.2,
Agustus 2011 p.81 – 92. Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Jakarta.
Jamil, M., Khairan, A., & Fuad, A. (2015). Implementasi Aplikasi Telemedicine
Berbasis Jejaring Sosial dengan Pemanfaatan Teknologi Cloud
Computing. Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika (JEPIN), 1(1).
40
Vol 15 No 2 Agustus 2015 ( Hal 120-124).
Nusantarapos. (2021, Maret 1). Peluncuran Aplikasi Good Doctor, Raisa dan
Hamish Daud Jadi Brand Ambassador. Diambil kembali dari
Nusantarapos:
https://nusantarapos.co.id/kesehatan/63744/01/03/2021/peluncuranaplika
si-good-doctor-raisa-dan-hamish-daud-jadi-
brandambassador/#:~:text=Di%20kesempatan%20yang%20sama%20dal
am,Bra nd%20Ambassador%20Good%20Doctor%20Indonesia.
Oktavia, Dea Imarotunnisa. Fortuna Zain Hamid & Ni Made Widhi. 2020.
Pengaruh Kredibilitas Perusahaan Terhadap Kepercayaan Konsumen
Pada Penggunaan Aplikasi Kesehatan Halodoc. Seminar Nasional
Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) ke-6 Volume 6 No 2. Hal 239-
245.
Peter, J. P., & Olson, J. C. (2013). Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. (D.
T. Dwiandani, Penerj.) Jakarta: Salemba Empat.
Prama, N. (2019, Oktober 30). Halodoc Jadi Aplikasi Populer Untuk Mencari
Informasi Kesehatan. Diambil kembali dari Nextren:
https://nextren.grid.id/read/011902663/halodoc-jadi-aplikasi-
populeruntuk-mencari-informasi-kesehatan?page=all
Top Brand. (2021). Top Brand Index Aplikasi Kesehatan Online. Diambil kembali
dari Top Brand Award: https://www.topbrand-award.com/top-
brandindex/?tbi_find=halodo
41
Sugeng Pujileksono. 2015. “Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif”.
Malang: Kelompok Intrans Publishing.
Top Brand. (2021, 05 07). Metodologi Survei. Diambil kembali dari Top Brand
Award: https://www.topbrand-award.com/metodologi-survei/
42
LAMPIRAN
43
Usia (23-50 Jenis Pendidikan
Responden Pekerjaan Aplikasi
Tahun) Kelamin Terakhir
Alternatif Jawaban
No Daftar Pertanyaan SSS SS S KS TS
5 4 3 2 1
BRAND AWWARNES
1 Saat mendengar kata “konsultasi online”
atau “aplikasi kesehatan”, Apakah Halodoc
adalah layanan yang pertama kali muncul di
benak anda ?
2 Apakah anda mengetahui aplikasi Halodoc
sebagai teknologi baru di dunia kesehatan ?
3 Apakah Halodoc merupakan layanan
telekonsultasi yang lebih dikenal
dibandingkan layanan serupa lainnya ?
4 Apakah andah lebih memilih
menggunanakan layanan halodoc di
bandingkan layanan serupa lainnya ?
5 Apakah Layanan Halodoc adalah yang
terbaik setelah anda menggunakan layanan
serupa lainnya?
BRAND IMAGE
6 Apakah Halodoc merupakan perusahaan
dengan reputasi yang baik ?
7 Apakah Halodoc memiliki logo perusahaan
yang menarik dan mudah dikenal ?
8 Apakah Harga dari layanan yang tersedia di
44
Halodoc terjangkau?
9 Apakah Pelayanan yang diberikan Halodoc
sangat memuaskan ?
10 Apakah Halodoc sangat bermanfaat untuk
kebutuhan kesehatan anda ?
KEPUTUSAN PEMBELIAN
11 Menurut anda apakah Layanan Halodoc
oleh semua kalangan ?
12 Apakah Layanan yang anda inginkan
seringkali tersedia di Halodoc ?
13 Apakah anda berkeinginan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan melalui
layanan Halodoc ?
14 Apakah anda memutuskan untuk membeli
melalui layanan Halodoc setelah
mengevaluasi beberapa alternatif yang
ada ?
15 Apakah anda yakin dengan kualitas
pelayanan yang diberikan Halodoc ?
PEMBELIAN ULANG
17 Apakah Pelayanan yang diberikan Apotek
medika prima jagakarsa Halodoc sangat
memuaskan ?
18 Apakah obat yang anda inginkan seringkali
tersedia/Lengkap di Apotek medika prima
jagakarsa Halodoc?
19 Apakah Lokasi Apotek mudah di akses ?
20 Apakah Apotek memberikan Promo/diskon
saat melakukan pembelian ?
21 Apakah Pelayanan di apotek medika prima
jagakarsa Cepat/Fast Respon kepada
pasien ?
Layanan konsultasi kesehatan pasien
22 Apakah Pelayanan yang diberikan oleh
layanan Halodoc sangat memuaskan ?
23 Apakah Pelayanan konsultasi dengan
pasien Cepat/Fast Respon kepada pasien ?
45