Diajukan oleh
ANDRE JAYA UTOMO
NIM 1980621006
Diajukan oleh
ANDRE JAYA UTOMO
NIM 1980621006
ii
Lembar Persetujuan Pembimbing
Usulan penelitian ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing pada ……………….
Pembimbing Tesis,
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
iii
Penetapan Panitia Penilai Usulan Penelitian Tesis
1. ……………………………………………………………..
2. ……………………………………………………………..
3. ……………………………………………………………..
4. ……………………………………………………………..
5. ……………………………………………………………..
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ....................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
v
3.3.6 Peran Kepuasan Memediasi Pengaruh Brand Image
Terhadap Niat Beli Ulang....................................................... 26
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Perkembangan Data Top Brand Index Kasur Busa Tahun 2020 -
2022................................................................... 2
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
viii
BAB I
PENDAHULUAN
pengusaha untuk masuk dalam persaingan yang sangat ketat. Strategi pemasaran dan
media yang tepat digunakan untuk bisa meraih pasar yang dituju sehingga volume
yang diproduksi dengan teknologi Sanitized®. Dengan pengawasan dan lisensi para
ahli mikroba dari Swiss, kasur busa Royal Foam memberi jaminan bahwa produk ini
higienis, anti bakteri, anti jamur dan bebas dari tungau. Teknologi Sanitized® ini juga
menjaga kasur busa Royal Foam bebas dari bau apek (www.kasurbusaroyal.co.id).
Beragam merek kini telah hadir meramaikan indusri Kasur busa sehingga
konsumen dihadapkan pada berbagai macam pilihan, Disinilah tantangan bagi para
pemasar untuk memenangkan pangsa pasar. Terdapat sejumlah merek Kasur busa yang
Royal Foam, Inoac, Olympic, Bigfoam, Swallow. Berbagai keunggulan atau jenis
produk yang ditawarkan oleh setiap merek tentunya menjadi suatu daya saing agar
pasaran dengan berbagai merek tentunya membuat konsumen dihadapkan pada banyak
alternatif pilihan sebelum membuat keputusan pembelian. Top Brand Award (TBA)
oleh Frontier Consulting Group menjadi acuan bagi konsumen dalam memilih merek.
1
Berikut data Top Brand Index (TBI) dalam industri Kasur busa selama kurun waktu
tiga tahun :
Tabel 1.
Sumber : www.topbrand-award.com
Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa Royal Foam mendapatkan
peringkat TOP Brand selama tiga tahun berturut-turut secara konsisten. Jika dilihat
dari persentase yang diperoleh setiap tahunnya, merek Royal Foam terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2020, Royal Foam mendapat persentase TBI sebesar 14,7%.
Kemudian pada tahun 2021, Royal Foam mengalami peningkatan menjadi 17,6%.
Royal Foam mengalami peningkatan kembali pada tahun 2022 sebanyak 1,8%.
Menjadi 19,4%. Dapat diambil simpulan dari tabel tersebut bahwa merek Kasur Busa
Royal Foam terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Secara kenaikan
presentase lebih unggul diantara merek lainnya. Hal ini menimbulkan ketertarikan
untuk menganalisis pengaruh kesadaran merek, citra merek, dan pemasaran digital
terhadap keputusan konsumen untuk membeli Kasur busa merek Royal Foam.
Persaingan bisnis yang ketat menuntut Royal Foam untuk terus menerus
pelanggan. Hal ini didukung oleh Seber (2018), yang menyatakan bahwa suatu
perusahaan seharusnya memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan, dan ini bisa
diperoleh apabila pelanggan dari bisnis tersebut mempunyai niat beli ulang atas produk
2
bisnisnya. niat beli ulang adalah niat untuk melakukan pembelian ulang terhadap suatu
produk dan jasa sebelumnya Arumsari dan Ariyanti (2017). Prabandani dan Yasa
(2019) menyatakan niat membeli kembali adalah niat dari seorang pelanggan untuk
melakukan pembelian atau penggunaan kembali terhadap sebuah produk atau jasa
tersebut. Menurut Varga et al. (2014) niat beli ulang dapat diperoleh dengan cara
membangun serta menjalin hubungan dengan baik serta selalu menyajikan nilai dan
juga meningkatkan rasa puas pada pelanggan. Menurut Choi dan Kim (2013), tingkat
kepuasan membuat pelanggan mempunyai niat yang semakin kuat untuk mengulang
suatu pembelian. Wijaya dan Nurcaya (2017) berpendapat bahwa kepuasan pelanggan
diberikan dari suatu perusahan. Pelanggan yang puas dengan hasil yang diperoleh dari
suatu produk baik barang ataupun jasa, kemungkinan besar akan melakukan pembelian
ulang.
Faktor yang membuat pelanggan berniat untuk membeli ulang salah satunya
adalah citra merek, karena suatu produk yang memiliki positioning yang baik di benak
pelanggan lewat citra merek yang juga baik tentunya cenderung akan diingat dan di
konsumsi kembali oleh pelanggan Sanjaya dan Ardani (2018). Citra merek adalah
persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam
asosiasi yang terjadi dalam memori pelanggan Kotler dan Keller (2016 : 315). Citra
merek adalah tanggapan pelanggan akan suatu merek yang didasarkan atas baik dan
buruknya merek yang diingat pelanggan. Citra merek merupakan keyakinan yang
terbentuk dalam benak pelanggan tentang objek produk yang telah dirasakan. Citra
Merek menggambarkan sifat ekstrinsik dari produk atau jasa, termasuk cara-cara di
mana merek berusaha untuk memenuhi kebutuhan psikologis atau sosial pelanggan
3
Niat beli ulang dipengaruhi oleh faktor citra merek yang positif, karena
dengan citra merek yang kuat dapat menyebabkan pelanggan menjadi loyal Sanjaya
dan Ardani (2018). Brand yang dikenal luas, suatu produk dapat menjadi penghalang
atas masuknya pesaing. Brand menjadi instrumen yang penting dalam pemasaran.
Kekuatan sebuah merek ditandai dengan kemampuannya untuk bertahan di masa yang
sulit sekalipun. Ketahanan yang tinggi tidak akan berpengaruh banyak dalam masa
seperti apapun.
Niat beli ulang yang tinggi dapat diciptakan dengan cara menghasilkan
suatu produk yang berkualitas Apriliani (2019). Kualitas Produk menurut Kotler dan
Keller (2016:17) adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan
dipergunakan dan diperbaiki serta atribut bernilai lainya Kotler dan Keller (2016 :
142). Menurut Schroeder (2008 : 155), kualitas produk dikaitkan dengan nilai,
kegunaan ataupun harga dari barang atau jasa tersebut. Jill (2013:11) menyatakan
pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh
pelanggan untuk membedakan produk yang dijual perusahaan dengan produk pesaing.
Kualitas produk berperan penting dalam membentuk niat beli pelanggan, produk harus
memiliki tingkat kualitas tertentu karena produk dibuat untuk memenuhi selera
pelanggan. Strategi pemasaran yang tepat dan terencana dalam perusahaan yaitu
dengan cara citra merek yang baik dibenak pelanggan dan kualitas produk yang
4
Penelitian ini juga di latarbelakangi oleh beberapa temuan dari penelitian
sebelumnya tentang pengaruh citra merek, kepuasan, kualitas produk, dan niat beli
ulang dengan hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Santika dan Mandala
(2019), Hidayah dan Apriliani (2019) mengatakan bahwa citra merek berpengaruh
positif signifikan terhadap niat beli ulang. Penelitian yang dilakukan oleh Thomas
(2012) serta Rizaldi dan Wijaksana (2019) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu citra
merek tidak berpengaruh terhadap niat beli ualng. Beberapa penelitian mengenai
pengaruh variabel kualitas produk terhadap niat beli ulang, menunjukkan ketidak
konsistenan hasil penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya dan Ardani
(2018), Hidayah dan Apriliani (2019) mengatakan bahwa kualitas produk berpengaruh
positif terhadap niat beli ulang. Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan dan Santosa
(2017) mengemukakan hasil yang berbeda yaitu kualitas produk berpengaruh negatif
Penelitian yang dilakukan oleh Herliza dan Saputri (2016), Damayanti & Wahyono
(2015) mengemukakan bahwa citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan. Penelitian yang dilakukan oleh Saidani (2012) dan Hermawan (2011)
ketidakkonsistenan hasil (research gap) terkait pengaruh citra merek dan kualitas
produk terhadap niat beli ulang, sehingga diindikasikan adanya variabel lain yang
variabel mediasi dikarenakan citra merek dan kualitas produk memiliki pengaruh
langsung terhadap kepuasan dan kepuasan memiliki pengaruh langsung terhadap niat
beli ulang. Menurut kajian empiris sebelumnya, variabel yang dapat memediasi
pengaruh Citra Merek dan Kualitas Produk terhadap Niat Beli Ulang adalah Kepuasan.
5
Alasan dipilahnya kepuasan didasarkan atas the expectancy disconfirmation model
yang menyatakan bahwa niat pelanggan untuk membeli Kembali produk atau
penggunaan dari produk atau layanan (Saunders dan Petzer., 2010; Andini., 2021; dan
Pebriana., 2016).
Berdasarkan research gap dan fenomena yang diuraikan pada latar belakang
permasalahan dan penelitian pra survei sebelumnya maka dapat ditarik rumusan
1) Bagaimana pengaruh citra merek terhadap kepuasan pelanggan pada Kasur Busa
3) Bagaimana pengaruh citra merek terhadap niat beli ulang pada Kasur Busa Merek
Royal Foam?
4) Bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap niat beli ulang pada Kasur Busa
5) Bagaimana pengaruh kepuasan pelanggan terhadap niat beli ulang pada Kasur
terhadap niat beli ulang pada Kasur Busa Merek Royal Foam?
6
1.3 Tujuan Penelitian
terhadap niat beli ulang pada Kasur Busa Merek Royal Foam.
terhadap niat beli ulang pada Kasur Busa Merek Royal Foam.
memediasi citra merek terhadap niat beli ulang pada Kasur Busa Merek
Royal Foam.
memediasi kualitas produk terhadap niat beli ulang pada Kasur Busa
1) Manfaat Teoretis
7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman berkaitan dengan, citra
merek, kualitas produk, kepuasan pelanggan dan niat beli ulang.Kasur busa merek
Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi pada penelitian di
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan mampu memberikan informasi bagi
perusahaan Kasur busa merek Royal Foam sebagai bahan dalam merumuskan
kebijakan berkaitan dengan, citra merek, kualitas produk, kepuasan pelanggan dan niat
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Ada dua jenis teori yang relevan dengan topik yang dibahas. Pertama yaitu
kepuasan pelanggan dan Teori kedua adalah teori sikap (Theory of Reasoned
Action)yang mengulas tentang niat beli atau niat beli ulang pelanggan.
pelanggan sebelum pembelian dengan kinerja produk dan atau jasa yang
sesungguhnya. Ketika membeli produk dan atau jasa tersebut, para pelanggan
memiliki harapan tentang bagaimana kinerja produk dan atau jasa tersebut
a. Produk dan atau jasa berkinerja lebih dari yang diharapkan. Inilah yang
b. Produk dan atau jasa berkinerja seperti yang diharapkan. Inilah yang
c. Produk dan atau jasa berkinerja lebih buruk dari yang diharapkan. Inilah
9
atau jasa yang berkinerja buruk, tidak sesuai dengan harapan para
yang berubah berdasarkan hasil dari niat perilaku, dan niat perilaku
dipengaruhi oleh norma sosial dan sikap individu terhadap perilaku. Norma
normal dan dapat diterima dalam masyarakat, sedangkan untuk sikap individu
suatu proses pengambilan keputusan yang cermat dan memiliki alasan dan
1. Sikap yang dijalankan terhadap perilaku, didasari oleh perhatian atas hasil
2. Perilaku yang dilakukan oleh seorang individu, tidak saja didasari oleh
3. Sikap yang muncul didasari oleh pandangan dan persepsi individu, dan
198).
planned behaviour). Inti dari teori perilaku terencana mencakup 3 hal yaitu,
tentang suatu faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan
praktik atau perilaku menurut Theory of Reasoned Action akan dipengaruhi oleh
niat individu, dan niat individu tersebut terbentuk dari sikap dan norma
subyektif. Salah satu variabel yang mempengaruhi, yaitu sikap, dipengaruhi oleh
hasil tindakan yang sudah dilakukan pada masa yang lalu. Sedangkan Norma
subyektif, akan dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta
positif dari pengalaman yang sudah ada dan tindakan tersbut didukung oleh
pelanggan melakukan pembelian ulang. Niat beli ulang merupakan bagian dari
11
atau jasa yang ditawarkan perusahaan menghasilkan minat konsumen untuk
satunya adalah citra merek, karena suatu produk yang memiliki positioning yang
baik di benak pelanggan lewat citra merek yang juga baik tentunya cenderung
akan diingat dan di pelanggan kembali oleh pelanggan Sanjaya dan Ardani
(2018).Ain dan Ratnasari (2015) menyatakan bahwa niat beli ulang merupakan
dirasakan pelanggan atas kualitas produk yang telah dibeli atau dikonsumsi
Kualitas produk berperan penting dalam membentuk niat beli pelanggan, produk
harus memiliki tingkat kualitas tertentu karena produk dibuat untuk memenuhi
selera pelanggan. Strategi pemasaran yang tepat dan terencana dalam perusahaan
yaitu dengan cara citra merek yang baik dibenak pelanggan dan kualitas produk
dan kemudian timbul rasa suka atau tidak suka terhadap produk. Menurut Hellier
et al. (2003) dalam Yaqian (2011) niat beli ulang didefinisikan sebagai penilaian
individu tentang membeli lagi layanan yang ditunjuk di perusahaan yang sama,
memungkinkan.
12
dilakukan, tahapan pertama adalah pengakuan adanya kebutuhan (konsumen
Suryani(2018).
b) Pembelian produk
c) Rekomendasi produk
d) Antisipasi produk
sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Kotler dan Amstrong (2012:27)
mendefinisikan produk sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk
dan kebutuhan pelanggan.Kualitas produk adalah suatu usaha untuk memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan, dimana produk tersebut memiliki kualitas yang sesuai
aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk
yang dijual perusahaan dengan produk pesaing. Semakin tinggi kualitas produk, maka
semakin tinggi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian Idris (2013). Ehsani
menjalankan fungsinya.
Menurut Kusuma (2016) citra merek adalah suatu totalitas kesan yang
berada dalam memori pelanggan tentang persepsi kualitas dari suatu produk barang dan
jasa.Image atau citra sendiri adalah suatu gambaran, penyerupaan kesan utama atau
garis besar bahkan bayangan yang dimiliki oleh seseorang tentang suatu.Oleh karena itu
mengacu pada memori skematik dari sebuah merek. Ini mengandung interpretasi target
pasar terhadap atribut produk, manfaat, situasi penggunaan, pengguna, dan karakteristik
pembuatan pasar. Rizan et al. (2012) mengemukakan bahwa citra merek adalah
14
anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang berpegang pada ingatan
pelanggan.
merek dari produk yang dimaksudkan melibatkan banyak perencanaan dan pelaksanaan
kampanye iklan yang akan membantu pelanggan dalam mengenali merek dan
Indikator yang digunakan untuk mengukur citra merek adalah indikator yang
disebutkan oleh Sanjaya dan Ardani (2018) yang mana penjelasan masing- masing
a) Recognition (pengakuan)
Tingkat dikenalnya sebuah merek oleh pelanggan. Jika sebuah merek tidak dikenal,
maka produk dengan merek tersebut harus dijual dengan mengandalkan harga yang
murah.
b) Reputation (reputasi)
Tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena lebih terbukti memiliki
c) Affinity (afinitas)
Suatu emosional relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya.
Produk dengan merek yang disukai oleh pelanggan akan lebih mudah dijual dan produk
dengan memiliki persepsi kualitas yang tinggi akan memiliki reputasi yang baik.
dengan pengakuan, reputasi dan afinitas dari pelanggan maka, produk dengan merek
yang disukai oleh konsumen akan lebih mudah dijual dan produk dengan memiliki
15
2.5 Kepuasan Pelanggan
setelah membandingkan kesan terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-
harapan terhadap suatu produk tersebut. Kepuasan merupakan suatu fungsi dari
seseorang tentang kinerja produk anggapannya (atau hasil) dalam kaitannya dengan
ekspektasi. Hal ini dapat dibuktikan dalam keputusan pelanggan untuk membeli lagi
produk terkait di tempat yang sama atau akan mencari produk baru yang lebih mampu
memuaskan kebutuhan konsumen atau pelanggan. Menurut Kotler dan Keller (2016 :
196). Menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang
dengan harapan yang dimiliki pelanggan setelah mengkonsumsi suatu produk dimana
apabila hasil yang didapatkan sudah sesuai ataupun melebihi harapannya maka
pelanggan akan merasa puas, sedangkan apabila hasil yang didapatkannya tidak sesuai
harapan, maka pelanggan tidak akan merasa puas Cengiz (2010). Wijaya dan Nurcaya
pelanggan merasakan hal terbaik yang diberikan dari suatu perusahan. Pelanggan
yang puas dengan hasil yang diperoleh dari suatu produk baik barang ataupun jasa,
kemungkinan besar akan menjadi pelanggan setia Darmawan dan Ekawati (2017).
penelitian Herliza dan Saputri (2016) pada Terdapat beberapa indikator yang mampu
1. Kepuasan terhadap Kualitas Produk suatu produk dengan kualitas produk yang baik
akan memberikan kepuasan kepada pelanggan, Ketika pelanggan merasa produk yang
2. Harga Biasanya suatu produk dengan harga yang murah merupakan sumber
kepuasan yang penting karena akan memberikan value for money yang tinggi terhadap
pelanggan.
3. Service Quality Pelanggan akan merasa puas jika mendapatkan pelayanan yang baik
4. Emotional Factor Pelanggan akan merasa puas karena adanya emotional value yang
17
18
BAB III
HIPOTESIS PENELITIAN
yang diproduksi dengan teknologi Sanitized®. Dengan pengawasan dan lisensi para
ahli mikroba dari Swiss, kasur busa Royal Foam memberi jaminan bahwa produk ini
higienis, anti bakteri, anti jamur dan bebas dari tungau. Teknologi Sanitized® ini juga
menjaga kasur busa Royal Foam bebas dari bau apek (www.kasurbusaroyal.co.id).
persaingan bisnis. Salah satunya adalah persaingan pasar Kasur busa di Indonesia.
baru. Tentu saja karena hal yang demikian persaingan akan semakin kian ketat dalam
strategi untuk menciptakan berbagai pilihan produk (merek) kepada konsumen, seperti
Adanya persaingan bisnis yang ketat menuntut Royal Foam untuk terus
di hati konsumen. Dengan adanya ini perusahaan tentu harus melihat faktor apa yang
berpengaruh di dalam bisnis nya agar tetap mampu menjadi top leader di antara para
pesaing bisnisnya. Seber (2018), yang menyatakan bahwa suatu perusahaan tentunya
memiliki tujuan memperoleh keuntungan, dan ini dapat di peroleh jika konsumen
dari bisnis tersebut mempunyai niat beli ulang atas produk bisnisnya.
19
Niat membeli kembali adalah niat untuk melakukan pembelian ulang
terhadap suatu produk, dimana hal ini terjadi karena pelanggan telah membeli
barang atau jasa sebelumnya Arumsari dan Ariyanti (2017). Niat membeli kembali
adalah sebuah niat dari pelanggan untuk melakukan pembelian terhadap sebuah
produk atau jasa yang diakibatkan adanya rasa puas yang didapat setelah
pilihannya dengan tidak mencari alternatif merek lain pada pembelian berikutnya
dengan harapan yang dimiliki pelanggan setelah mengonsumsi suatu produk dimana
apabila hasil yang didapatkan sudah sesuai ataupun melebihi harapannya maka
pelanggan akan merasa puas, sedangkan apabila hasil yang didapatkannya tidak sesuai
harapan, maka pelanggan tidak akan merasa puas Cengiz (2010). Wijaya dan
pelanggan dimana pelanggan merasakan hal terbaik yang diberikan dari suatu
perusahan. Pelanggan yang puas dengan hasil yang diperoleh dari suatu produk baik
barang ataupun jasa, kemungkinan besar akan menjadi pelanggan setia Darmawan dan
Ekawati (2017).
Faktor yang membuat pelanggan berniat untuk membeli ulang salah satunya
juga adalah citra merek, karena citra merek mencerminkan tentang suatu produk.
Semakin baik dan positif sebuah brand image maka akan berdampak pada minat beli
ulang oleh pelanggan. Image yang kuat serta positif memberikan dampak yang
signifikan dalam merebut hati pelanggan. Sangadji dan Sopiah (2013) yaitu “Citra
20
merek (brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak
konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Citra Merek menggambarkan sifat
ekstrinsik dari produk atau jasa, termasuk cara-cara di mana merek berusaha untuk
memenuhi kebutuhan psikologis atau sosial pelanggan (Kotler dan Keller, 2016:330)
Niat beli ulang yang tinggi dapat diciptakan dengan cara menghasilkan suatu
produk yang berkualitas. Kualitas produk menurut Kotler (2016:17) adalah keseluruhan
ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya
untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Jill ( 2013:11) menyatakan
pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh
konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan dengan produk pesaing.
Selain berpengaruh terhadap brand image kualitas produk juga berpengaruh langsung
terhadap niat beli ulang. Kualitas produk berperan penting dalam membentuk niat beli
konsumen, produk harus memiliki tingkat kualitas tertentu karena produk dibuat untuk
memenuhi selera konsumen. Strategi pemasaran yang tepat dan terencana dalam
perusahaan yaitu dengan cara citra merek yang baik dibenak konsumen dan kualitas
dalam memediasi pengaruh citra merek dan kualitas produk terhadap niat beli
ulang pada kasur busa merek Royal Foam di Kota Denpasar. dengan
berpedoman pada konsep dan teori dari seluruh variabel yang digunakan serta
fakta empiris yang ada sehingga dapat dirumuskan menjadi hipotesis. Teknik
21
ini adalah analisis Structural Equation Modelling (SEM) berbasis Partial
Least Square (PLS). Setelah data dianalisis, maka hasil dapat dibahas dan
peran kepuasan dalam memediasi pengaruh citra merek dan kualitas produk
terhadap niat beli ulang, maka dapat dibangun sebuah model konseptual
Gambar 3.1
Kerangka Konseptual
sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Kotler dan Amstrong ( 2012:27)
mendefinisikan produk sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk
dan kebutuhan.Kualitas produk adalah suatu usaha untuk memenuhi atau melebihi
22
harapan pelanggan, dimana produk tersebut memiliki kualitas yang sesuai dengan
Hasil penelitian yan dilakukan oleh Afnina dan Astuti (2018) yang berjudul
menemukan hasil bahwa kualitas produk berpengaruh postitif dan signifikan terhadap
kepuasan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh , Razak (2019)
serta Ibrahim dan Thawil (2019) mengatakan bahwa kualitas produk berpengaruh
positif terhadap kepuasan pelanggan. Berdasarkan kajian peneliti terdahulu maka dapat
kepuasanpelanggan
hasil bahwa Brand Image berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Herliza dan Saputri (2016), Kuraesin dan Muniroh
(2019), menunjukan bahwa Citra Merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa citra merek memiliki pengaruh yang
besar terhadap kepuasan, Citra Merek yang baik akan memberikan kepuasan terhadap
suatu produk atau jasa yang di beli oleh konsumen. Berdasarkan telaah dan kajian
pelanggan
23
menilai suatu produk berkualitas tinggi apabila memiliki elemen–elemen ini dan
sesuai dengan ekspektasi mereka terhadap produk. Kualitas suatu produk dapat
mempengaruhi pelanggan dalam pembentukan niat beli ulang. Apabila kualitas produk
yang dijual tinggi, maka pelanggan akan mengasosiasikan kualitas produk yang tinggi
pada produk tersebut, yang menimbulkan niat beli ulang pada pelanggan.
kualitas produk terhadap niat beli ulang. Penelitian lain juga dilakukan oleh Basrah dan
Arifin (2012) serta Wicaksono dan Nurseto (2018) yang menunjukkan bahwa kualitas
produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang. Hasil penelitian
bahwa bahwa kualitas produk memiliki pengaruh yang paling besar, kualitas produk
semakin terjaga dan ditingkatkan maka akan terciptanya minat beli ulang yang
tinggi.Berdasarkan telaah dan kajian penelitian terdahulu, maka dapat disusun hipotesis
sebagai berikut.
H3 : Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli ulang
Citra Merek adalah suatu totalitas kesan yang berada dalam memori
pelanggan tentang persepsi kualitas dari suatu produk barang dan jasa Kusuma (2016).
Image atau citra sendiri adalah suatu gambaran, penyerupaan kesan utama atau garis
besar bahkan bayangan yang dimiliki oleh seseorang tentang suatu.Oleh karena itu citra
atau image dapat dipertahankan. Hawkins dan Mothersbaugh (2013) menyatakan citra
merek adalah mengacu pada memori skematik dari sebuah merek. Ini mengandung
pengguna, dan karakteristik pembuatan pasar. Citra merek yang positif juga akan
24
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pupuani dan Sulistyawati
(2013), Azmi dan Dewi (2020), Savitri dan Wardana (2018) serta Kusuma dan Suryani
berpengaruh secara positif yang juga signifikan terhdap niat beli ulang.
H4 : Citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli ulang
Tariq et al, (2013) kepuasan adalah aspek yang sangat penting terhadap niat
pembelian. Ini membantu konsumen untuk memutuskan apakah produk yang dipilih
adalah pilihan yang lebih baik bagi mereka dan mereka dipaksa untuk membuat niat
pembelian beberapa kali. Kepuasan yang baik membantu untuk menciptakan hubungan
Sukawati (2019) serta Febrini, dkk (2019) juga menunjukkan bahwa sikap positif
konsumen terhadap suatu merek dapat meningkatkan niat beli ulang konsumen atau
produk tersebut. Hal ini terjadi ketika konsumen merasa puas terhadap produk/jasa
yang di terima dari suatu perusahaan penyedia barang/jasa tersebut maka sangat besar
dan kajian penelitian terdahulu, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut.
ulang
bahwa kualitas produk memiliki pengaruh positif langsung dengan niat beli ulang baik
25
Thakur dan Singh (2012) serta Andini (2021) juga menyatakan bahwa diantara variabel
yang digunakan untuk mengukur adanya pengaruh terhadap niat beli ulang pada suatu
membuktikan terdapat hubungan positif antara kepuasan dengan niat beli ulang.
Berdasarkan telaah dan kajian penelitian terdahulu, maka dapat disusun hipotesis
sebagai berikut.
bahwa diantara variabel yang digunakan untuk mengukur adanya pengaruh terhadap
niat beli ulang pada suatu produk, salah satunya menggunakan variabel kepuasan.
Penelitian tersebut membuktikan terdapat hubungan positif antara kepuasan dengan niat
beli ulang.
pembelian ulang. Hal tersebut serupa dengan hasil uji penelitian yang dilakukan oleh
Andriadi dan Untarini (2013) bahwa citra merek pada salah satu dimensinya adalah
kepuasan memiliki pengaruh yang signifikan yang dapat membentuk niat beli ulang
konsumen. Pebriana (2016) dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa citra merek
melalui kepuasan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat beli ulang.
Berdasarkan telaah dan kajian penelitian terdahulu, maka dapat disusun hipotesis
sebagai berikut.
beli ulang
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dari dua variabel atau lebih
(Sugiyono, 2017:5).
abstraksi yang lebih tinggi dari konsep dan diciptakan untuk tujuan teoritis tertentu.
Konsep dihasilkan oleh ilmuwan secara sadar untuk kepentingan ilmiah. Konstruk
dapat diartikan sebagai konsep yang telah dibatasi pengetiannya (unsur, ciri, dan
sifatnya) sehingga dapat diamati dan diukur dan variabel dapat didefinisikan
sebagai konstruk yang memiliki variasi nilai atau konstruk yang sifatnya telah
1. Konstruk Eksogen
Konstruk Eksogen dalam penelitian ini adalah citra merek dan kualitas
produk
2. Konstruk Endogen
niat beliulang
27
1) Citra Merek
Citra Merek adalah suatu totalitas kesan yang berada dalam memori
pelanggan tentang persepsi kualitas dari kasur busa Royal Foam .Image atau
citra sendiri adalah suatu gambaran, penyerupaan kesan utama atau garis besar
bahkan bayangan yang dimiliki oleh seseorang tentang suatu. Oleh karena itu
mengukur citra merek adalah indikator yang disebutkan oleh Sanjaya dan
sebagai berikut:
b. Reputasi yang baik. Royal Foam memiliki reputasi yang unggul dari pada
2) Kualitas Produk
Kualitas Produk adalah keseluruhan ciri serta sifat dari kasur Busa Royal
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Apriliani (2019) kualitas produk memiliki
a. Reliability. Royal Foam memiliki fungsi sebagai Kasur busa yang sangat
nyaman
28
c. Confermance. Royal Foam memiliki standar yang tepat untuk digunakan
d. Design. Royal Foam memiliki design yang mudah diingat oleh konsumen.
e. Performance. Royal Foam merupakan merek Kasur busa yang berkinerja lebih
3) Kepuasan Pelanggan
setelah membandingkan kesan terhadap kinerja (atau hasil) terhadap kasur busa
Royal Foam dan harapan-harapan terhadap kasur busa Royal Foam tersebut.
Mengacu penelitian Herliza dan Saputri (2016) pada Terdapat beberapa indikator
yang mampu mengukur adanya perasaan puas bagi pelanggan antara lain adalah
b. Harga. Pelanggan merasa puas dengan harga Kasur busa Royal Foam
c. Service Quality. Pelanggan akan merasa puas jika dapat menemukan kasur busa
Royal Foam
Niat beli ulang merupakan kenginan dan tindakan konsumen untuk membeli
ulang kasur busa Royal Foam, karena adanya kepuasan yang diterima sesuai yang
dinginkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prabandani dan Yasa (2019) yang
29
Pelanggan yang sudah membeli kasur busa Royal Foam, setiap membutuhkan kasur
busa, merek Royal Foam selalu berada pada ingatan pertama untuk dibeli.
b) Pembelian produk
Pelanggan ketika membutuhkan kasur busa, maka Saya selalu memilih kasur busa
c) Rekomendasi produk
Saat ada teman atau orang lain membutuhkan Kasur busa, pelanggan selalu
d) Antisipasi produk
Berdasarkan uraian identifikasi dan definisi operasional variabel di atas maka dapat
30
Niat Beli Y2 a) Penggunaan ulang Prabandani
Ulang produk (Y2.1) dan Yasa
b) Pembelian produk (2019)
(Y2.2)
c) Rekomendasi produk
(Y2.3)
d) Antisipasi produk
(Y2.4)
4.3 Pengumpulan Data
kuantitatif. Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka atau bilangan
seperti jumlah produk, dan hasil kuesioner dari responden yang dikuantitatifkan.
data yang diproleh secara langsung oleh pengumpulan data dari objek risetnya
(Sugiyono, 2019) metode yang dipergunkan untuk memperoleh data primer yaitu
Populasi adalah para konsumen di Kota Denpasar. yang sudah pernah membeli
atau menggunakan produk kasur busa Royal Foam. Teknik pengambilan sampel
Royal Foam
jumlah sampel responden yang diambil dan ditentukan paling sedikinya 5-10 kali
31
jumlah indikator. Penelitian ini menggunakan 16 indikator sehingga dengan
sebesar 80 sampai 160 responden jumlah responden yang diambil sebagai sampel
Survey yang dilakukan kepada pelanggan yang pernah membeli kasur busa Royal
Foam di Kota Denpasar dalam kurun waktu satu minggu sebelum survey dilakukan.
variabel.
digunakan dalam penelitian ini akan diukur dalam skala likert. Skala likert
danskala pengukuran yang telah diadaptasi dari tinjauan literatur sebelumnya yang
untuk meneliti konstruk penelitian ini. Masing – masing konstruk dapat dilihat
1. Uji Validitas
mampu menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin
mengkorelasikan skor faktor dan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut
positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan konstruk
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan (Rahyuda, 2019: 219). Uji reliabilitas dilakukan dengan uji
33
statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel
apabila memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Ghozali, 2018: 46).
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang
berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Statistik deskriptif digunakan untuk
Equation Model (SEM) dengan pendekatan Partial Least Square (PLS). PLS
merupakan metode analisis yang dapat diterapkan pada semua skala data, tidak
membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampel tidak harus besar (Ghozali,
2013:18). PLS adalah analisis Persamaan struktural berbasis varian, secara simultan
Penelitian ini menggunakan PLS, karena PLS merupakan teknik statistika multivariat
permasalahan spesifik pada data yaitu ketika data tidak berdistribusi normal.
34
ini adalah sebagai berikut:
3) Mengonstruksi diagram jalur. Konstuk yang dibagun dalam diagram jalur dapat
variabel atau independent variabel yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam
model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung
panah.
diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi
satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk eksogen hanya dapat
untuk menghitung data variabel laten. Metode pendugaan parameter di dalam PLS
adalah metode kuadrat terkecil (least square methods). Proses perhitungan dilakukan
dengan cara iterasi, di mana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi
convergent.
Outer model terbagi menjadi dua yaitu reflektif dan formatif. Outer
indikatornya dan composite reliability untuk blok indikator. Outer model formatif
35
dievaluasi berdasarkan substantive content yaitu dengan melihat tingkat signifikansi
dari weight
variabel laten dengan mengukur nilai item skor indikator dengan skor variabelnya
yang dihitung dengan PLS. Ukuran refleksi individual dapat dilihat dari nilai
korelasi antara setiap item pengukuran atau indikator dengan konstruknya. Nilai
loading factor > 0,7 dikatakan ideal yang artinya indikator tersebut dikatakan valid
pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup.
dibandingkan nilai average variance extracted (AVE) dengan kuadrat dari nilai
korelasi antar konstruk atau dengan membandingkan akar kuadrat AVE dengan
indikator dengan konstruknya dan konstruk dari blok lainnya. Metode lain untuk
average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan konstruk lainnya dalam
model, sehingga dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Model
memiliki discriminant yang baik apabila kuadrat AVE untuk setiap konstruk lebih
besar daripada korelasi antar konstruk dan konstruk lain dalam satu model atau
yaitu cronbach’s alpha dan composite reliability dengan nilai yang dapat diterima
5.2) Inner Model Inner model diukur dengan menggunakan beberapa kriteria yaitu
R2 untuk variabel laten endogen, estimasi koefisien jalur yang merupakan nilai
estimasi untuk hubungan jalur dalam model struktural yang diperoleh dengan
prosedur bootsrapping dengan nilai yang harus signifikan, f 2 untuk effect size, dan
relevansi prediksi (Q 2 ). Apabila diperoleh nilai Q 2 lebih dari nol maka hal
apabila diperoleh nilai Q 2 di bawah nol maka terbukti bahwa model tidak memiliki
predictive relevance.
dan p value dengan tingkat signifikan 5 persen. Jika tstatistik lebih tinggi
perhitungan secara langsung dapat dilihat path coefficient dan total effect.
produk dan kualitas layanan terhadap niat berkunjung kembali melalui citra merek
al. (2013:35). Pendekatan tersebut dalam model mediasi SEM-PLS adalah pengaruh
langsung variabel eksogen terhadap endogen harus signifikan saat variabel pemediasi
Setiap jalur harus signifikan untuk memenuhi kondisi ini. Jika ternyata
pengaruh tidak langsung signifikan maka hal ini menunjukkan bahwa variabel
37
pemediasi mampu menyerap atau mengurangi pengaruh langsung pada pengujuan
ukuran seberapa besar variabel pemediasi mampu menyerap pengaruh langsung yang
dimasukkan ke dalam model. Jika nilai VAF di atas 80 persen maka menunjukkan
peran variabel mediasi sebagai pemediasi penuh (full mediation). Jika VAF bernilai
parsial (partial mediation), sedangkan jika kurang dari 20 persen maka dapat
38
DAFTAR RUJUKAN
Choi, E. J., & Kim, S. (2013). The Study of the Impact of Perceived
Quality and Value of Social Enterprises on Customer Satisfaction
and RePurchase Intention, 7(1), 239–252.
Liao, Chechen, Chuang-Chun Liu, Yu-Ping Liu, Pui-Lai To, and Hong-
Nan Lin. 2011. Applying the Expectancy Disconfirmation and
Regret Theories to Online customer Behavior. Cyberpsychology,
Behavior, And Social Networking. Volume 14, Number 4, 2011
Rizaldi, Tri Indra Wijaksana, S.Sos., M.Si. 2019. Pengaruh Brand Image
Terhadap Minat Beli Ulang Produk Ikan Sarden PT Heinz ABC
Indonesia
Rossanty, Y., Purba. R., Ario, F., Nasution, M.D.P., & Siregar, I.
(2019). Impact of Experiential Marketing on Customers Repurchase
Intention in Gempita Café. Proceeding ICASI. Banda Aceh.
Saidani, B., & Arifin, S. 2012. Pengaruh kualitas produk dan kualitas
layanan terhadap kepuasan konsumen dan minat beli pada ranch
market. JRMSI- Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 3(1), 1-
22.
Seber. (2018). The Effect Of Interaction Via Social Media And Past
Inline Shopping Experience On Repurchase Intention Through
Trust In Tokopedia Application Users In Surabaya.
Setyorini, R., & Nugraha, R.P. (2016). The Effect of Trust Towards
Online Repurchase Intention with Perceived Usefulness as An
Intervening Variable: A Study on KASKUS Marketplace
Customers. The Asian Journal of Technology Management, 9(1), 1-
7.
Wulandari, D., & Nudin, I.A. (2019). The Effects of Customer Value,
Customer Experience and Utilitarian Value Towards Repurchase
Interest. Advances in Economics, Business and Management
Research, 100, 494-499.