TESIS
Oleh
Nama : dr Henrikus Chandra Limvantinus
NIM : 206080003
Hal
ii
vi. Kajian Peningkatan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan.........
vii. Kajian Kelayakan Aspek Keuangan............................................
BAB V : PEMBAHASAN ............................................................................................
A. Pembahasan Aspek Regulasi…………………………………………..
B. Pembahasan Aspek Pasar……………………………………………….
C. Pembahasan Aspek Lingkungan………………………………………..
D. Pembahasan Peningkatan Layanan dan Teknologi……………………..
E. Pembahasan Peningkatan Sumber Daya Organisasi……………………
F. Pembahasan Peningkatan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan………
G. Pembahasan Aspek Kelayakan Keuangan……………………………..
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian Analisa Studi Kelayakan Pengembangan Rumah Sakit
Umum Suci Paramita Kelas D menjadi Rumah Sakit Umum Suci Paramita Kelas C...
3.2. Langkah-Langkah Penelitian Analisa Studi Kelayakan Pengembangan Rumah Sakit
Umum Suci Paramita Kelas D menjadi Rumah Sakit Umum Suci Paramita Kelas C...
3.3.Teknik Evaluasi Data………………………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tangerang Dalam Angka
2021, jumlah penduduk Kabupaten Tangerang adalah 3.245.619 (Tiga Juta Dua Ratus
Empat Puluh Lima Ribu Enam Ratus Sembilan belas) jiwa dan Profil Kesehatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2020, jumlah tempat tidur rumah sakit yang telah tersedia
adalah 2.829 (Dua Ribu Delapan Ratus Dua Puluh Sembilan) tempat tidur.
Menurut standar WHO, 1 tempat tidur untuk 700 jiwa sehingga di Kabupaten
Tangerang membutuhkan tempat tidur untuk sebanyak 3.245.619 jiwa adalah 4.637 tempat
tidur. Jadi di Kabupaten Tangerang masih membutuhkan tempat tidur sebanyak 4.637 TT
dikurangi 2.829 TT yaitu 1.808 tempat tidur.
Visi Rumah Sakit Umum Suci Paramita adalah “Menjadikan Sarana Penyembuhan
Yang Dipilih Oleh Masyarakat Dengan Pelayanan Yang Bermutu”. Misi Rumah Sakit
Umum Suci Paramita adalah “Mewujudkan Pelayanan Yang Bermutu Dilandasi Semangat
Cinta Kasih Dalam Mencapai Kesembuhan Jasmani Dan Rohani Serta Tanggap Terhadap
Setiap Kebutuhan Penguna Jasa Rumah Sakit”. Motto Rumah Sakit Umum Suci Paramita
adalah “Melayani Dengan Penuh Cinta Kasih”.
Pada tanggal 15 Desember 2021, Rumah Sakit Umum Suci Paramita telah dinyatakan
lulus Akreditasi Perdana dengan Nomor KARS-SERT/2790/XII/2021 dan berlaku sampai
dengan 21 Mei 2022.
Rumah Sakit Umum Suci Paramita telah mendapatkan Persetujuan Izin Operasional
Rumah Sakit dengan Nomor : 445/T/Kep. 2-DU.IORSU/DPMPTSP/2021 tertanggal 29
Januari 2021 dan berlaku selama 5 (Lima) tahun kedepan.
Dalam rangka mencapai visi dan melaksanakan misi RSU Suci Paramita serta
memenuhi permintaan pelanggan, baik pasien umum maupun pasien kontrak dari
perusahaaan/ Industri pelanggan diperlukan peningkatan Kelas RSU Suci Paramita dari
kelas D menjadi kelas C. Dengan ini RSU Suci Paramita juga membantu Pemerintah
Kabupaten Tangerang dalam memenuhi kekurangan kebutuhan tempat tidur pasien rawat
inap.
Untuk pemenuhan persyaratan peningkatan kelas D ke kelas C dari RSU Suci
Paramita diperlukan kajian studi kelayakan sesuai dengan pedoman yang ada.
1
Sesuai dengan Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, bahwa untuk memenuhi persyaratan
peningkatan Kelas D menjadi Kelas C adalah :
1. Jumlah jenis pelayanan medik dan penunjang medik perlu dikaji lebih mendalam
sesuai dengan kemampuan manajemen dan pemilik Rumah Sakit. (Pasal 8 ayat 1
sampai 5)
2. Jumlah tempat tidur paling sedikit 100 buah (Pasal 17 ayat 3)
3. Jumlah jenis pelayanan keperawatan dan kebidanan perlu dikaji lebih mendalam
sesuai dengan kemampuan manajemen dan pemilik Rumah Sakit. (Pasal 9)
4. Jumlah jenis pelayanan nonmedik perlu dikaji lebih mendalam sesuai dengan
kemampuan manajemen dan pemilik Rumah Sakit. (Pasal 10)
5. Jumlah jenis sumber daya manusia perlu dikaji lebih mendalam sesuai dengan
kemampuan manajemen dan pemilik Rumah Sakit. (Pasal 11)
Berdasarkan permasalahan diatas, saya dr. Henrikus Chandra Limvantinus sebagai
mahasiswa Universitas Respati Indonesia melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Kelayakan Pengembangan Rumah Sakit Umum Suci Paramita Kelas D menjadi Rumah
Sakit Suci Paramita Kelas C”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan kondisi kemampuan sarana dan prasarana serta peralatan, kemampuan
sumber daya manusia dan kemampuan manajemen serta kinerja pelayanan dan keuangan
RSU Suci Paramita sebagai kondisi awal (dengan 50 tempat tidur) perlu di ukur terhadap
kondisi yang diinginkan (100 tempat tidur) adalah sebagai masalah yang perlu dirumuskan
dan dikaji penyelesaian masalahnya guna memenuhi persyaratan peningkatan klasifikasi
rumah sakit umum kelas D menjadi kelas C (izin operasional rumah sakit Kelas C) dan
persyaratan Akreditasi sesuai dengan ketentuan yang ada.
C. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.
Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian yang terdapat
dalam pedoman penyusunan studi kelayakan pembangunan/peningkatan kelas sebuah
rumah sakit. Pertanyaan penelitian dalam tesis ini adalah sebagai berikut :
2
1. Bagaimana kondisi kemampuan dan kinerja RSU Suci Paramita?
2. Bagaimana pemenuhan persyaratan regulasi?
3. Bagaimana pemenuhan dan upaya pengelolaan pasar yang ada?
4. Bagaimana pemenuhan persyaratan lingkungan?
5. Bagaimana pemenuhan peningkatan pelayanan dan teknologi tindak medik serta
teknologi penunjang medik?
6. Bagaimana pemenuhan peningkatan SDM, Organisasi dan Manajemen?
7. Bagaimana pemenuhan persyaratan peningkatan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan?
8. Bagaimana pemenuhan persyaratan kelayakan kinerja keuangan untuk memenuhi
kriteria RSU Kelas C?
D. Pembatasan Masalah
Dalam rangka pelaksanaan penelitian yang tajam dan mendalam serta menghasilkan
kajian yang lebih baik maka peneliti perlu melakukan pembatasan masalah yaitu pada
kajian peningkatan klasifikasi dari RSU Suci Paramita Kelas D menjadi RSU Suci
Paramita Kelas C.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui persyaratan peningkatan klasifikasi rumah sakit dan melaksanakan
metodologi studi kelayakan pendirian dan atau peningkatan kelas Rumah Sakit Umum
Suci Paramita.
2. Tujuan Khusus
a. Mengukur kondisi eksisting kemampuan dan kinerja RSU Suci Paramita
b. Mendalami dan melaksanakan persyaratan peningkatan klasifikasi dari RSU Suci
Paramita Kelas D menjadi RSU Suci Paramita Kelas C
c. Melaksanakan kajian persyaratan regulasi
d. Melaksanakan kajian pemenuhan dan pengelolaan pasar
e. Melaksanakan kajian persyaratan lingkungan
3
f. Melaksanakan kajian peningkatan pelayanan dan teknologi tindak medik serta
teknologi penunjang medik
g. Melaksanakan kajian peningkatan SDM, Organisasi dan Manajemen
h. Melaksanakan kajian persyaratan peningkatan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan
i. Melaksanakan kajian persyaratan kelayakan kinerja keuangan untuk memenuhi
kriteria RS Kelas C.
F. Manfaat Penelitian
4
3. Bagi Peneliti
Kegunaan khusus bagi peneliti adalah menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
selama kuliah dalam realita masalah yang ditemui di lapangan sehingga menghasilkan
karya ilmiah berupa kajian kelayakan RS Kelas C yang bermanfaat bagi Institusi
Pendidikan dan masyarakat kesehatan.
G. Keaslian Penelitian
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit umum merupakan rumah
sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit
sedangkan rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.
Berdasarkan bentuknya, rumah sakit dibedakan menjadi rumah sakit
menetap, rumah sakit bergerak dan rumah sakit lapangan. Rumah sakit menetap
merupakan rumah sakit yang didirikan secara permanen untuk jangka waktu lama
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit
bergerak merupakan rumah sakit yang siap guna dan bersifat sementara dalam
jangka waktu tertentu dan dapat dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain dapat
berbentuk bus, kapal laut, karavan, gerbong kereta api, atau container. Rumah sakit
lapangan merupakan rumah sakit yang didirikan di lokasi tertentu selama kondisi
darurat dalam pelaksanaan kegiatan tertentu yang berpotensi bencana atau selama
masa tanggap darurat bencana. berbentuk tenda di ruang terbuka, kontainer, atau
bangunan permanen yang difungsikan sementara sebagai rumah sakit.
Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit
Umum dan Rumah Sakit Khusus. Menurut Permenkes No. 47 Tahun 2021, Rumah
Sakit Umum diklasifikasikan berdasarkan jumlah tempat tidur menjadi:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A minimal 250 tempat tidur
b. Rumah Sakit Umum Kelas B minimal 200 tempat tidur
c. Rumah Sakit Umum Kelas C minimal 100 tempat tidur
d. Rumah Sakit Umum Kelas D minimal 50 tempat tidur
Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A minimal 100 tempat tidur
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B minimal 75 tempat tidur
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C minimal 25 tempat tidur
9
Izin mendirikan rumah sakit adalah izin usaha yang diterbitkan oleh
lembaga OSS (Online single Submission) untuk dan atas nama menteri, gubernur
atau bupati/walikota setelah pemilik RS melakukan pendaftaran sampai sebelum
pelaksanaan dengan memenuhi persyaratan dan/atau komitmen menurut Permenkes
No. 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Rumah sakit
dapat didirikan dan diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau
swasta. Rumah sakit yang didirikan dan diselenggarakan oleh pemerintah merupakan
unit pelaksana teknis dari instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya di
bidang kesehatan ataupun instansi pemerintah lainnya. Rumah sakit yang didirikan
oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak
di bidang perumahsakitan kecuali bagi rumah sakit publik yang diselenggarakan oleh
badan hukum yang bersifat nirlaba.
Rumah sakit adalah sebuah wadah, dimana berbagai jenis SDM professional
bekerja disana. Untuk menyatukan para SDM professional tersebut, dibentuk
kelompok-kelompok sejenis dalam keahlian, pekerjaan maupun dalam hubungan
organisatoris yang masing-masing berperan penting bagi rumah sakit. Kelompok-
kelompok itu tersebut instalasi/bagian. Kelompok-kelompok ini saling berhubungan
dalam satu sistem organisasi yang tertata dan dituangkan dalam bentuk struktur
organisasi dan di kepalai oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung
kepada direktur RS. Penetapan klasifikasi rumah sakit didasarkan pada pelayanan,
sumber daya manusia, peralatan, bangunan dan prasarana.
Sumber daya manusia dilihat dari tersedianya tenaga medis, dan
keperawatan yang purna waktu, tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan
telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis dan klasifikasinya.
Administrasi dan manajemen terlihat dari organisasi paling sedikit terdiri
atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga
medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. Tenaga
struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan
Indonesia. Pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah sakit.
Peralatan medik dan non medik untuk penyelenggaraan pelayanan yang
memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan layak
10
pakai sesuai dengan jenis dan klasifikasinya. Memiliki izin pemanfaatan dari instansi
berwenang sesuai ketentuan yang berlaku untuk peralatan tertentu, misalnya;
penggunaan peralatan radiologi harus mendapatkan izin dari Bapeten.
Bangunan dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,
operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi,
ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi, ruang
ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit; ruang
menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman, pengolahan
sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis dan
klasifikasinya.
Bangunan dan prasarana rumah sakit harus memenuhi persyaratan tata
bangunan dan lingkungan serta persyaratan keandalan bangunan dan prasarana
rumah sakit. Persyaratan tata bangunan dan lingkungan meliputi :
1. Peruntukan lokasi dan intensitas bangunan sesuai ketentuan peraturan daerah
setempat.
2. Desain bangunan rumah sakit, yang meliputi:
1) Bentuk denah bangunan rumah sakit simetris dan sederhana untuk
mengantisipasi kerusakan apabila terjadi gempa.
2) Massa bangunan harus mempertimbangkan sirkulasi udara dan pencahayaan.
3) Tata letak bangunan-bangunan (siteplan) dan tata ruang dalam bangunan harus
mempertimbangkan zonasi berdasarkan tingkat resiko penularan penyakit,
zonasi berdasarkan privasi, dan zonasi berdasarkan kedekatan hubungan fungsi
antar ruang pelayanan.
4) Tinggi rendah bangunan harus dibuat tetap menjaga keserasian lingkungan dan
peil banjir.
5) Aksesibilitas di luar dan di dalam bangunan harus mempertimbangkan
kemudahan bagi semua orang termasuk penyandang cacat dan lansia.
6) Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan area parkir kendaraan dengan
jumlah area yang proporsional disesuaikan dengan peraturan daerah setempat.
7) Perancangan pemanfaatan tata ruang dalam bangunan harus efektif sesuai
dengan fungsi-fungsi pelayanan.
8) Pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
11
Persyaratan keandalan bangunan dan prasarana rumah sakit harus sesuai
dengan ketentuan karena bangunan rumah sakit selain nyaman tapi aman untuk di
gunakan,berikut beberpaa persyaratan bangunan yang meliputi:
a. Persyaratan keselamatan struktur bangunan, kemampuan bangunan
menanggulangi bahaya kebakaran, bahaya petir, bahaya kelistrikan, persyaratan
instalasi gas medik, instalasi uap dan instalasi bahan bakar gas.
b. Persyaratan sistem ventilasi, pencahayaan, instalasi air, instalasi pengolahan
limbah, dan bahan bangunan.
c. Persyaratan kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kenyamanan
termal, kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan.
Persyaratan tanda arah (signage), koridor, tangga, ram, lift, toilet dan sarana
evakuasi yang aman bagi semua orang termasuk penyandang cacat dan lansia
(Permenkes No.56 tahun 2014).
12
Menyusun rencana operasional rumah sakit yang biasanya dibuat untuk kurun
waktu 5 tahun, yang mencakup peralatan medik dan non medik, SDM, keuangan,
dan strategi pencapaian. Rencana Operasional, dibuat Master Plan fisik dan
Detail Desain dari rumah sakit, oleh Tim Operator, end user dan arsitek serta
ahli teknik lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan fisik rumah
sakit.
4) Pra-Operasional
Pada tahap pembangunan fisik oleh kontraktor dan masa pemeliharaan ini
berkaitan erat dengan kegiatan pra-operasi, dengan system procedure, persiapan
SDM berupa rekrutment, diklat dan lain-lain karena pada waktu selesainya
konstruksi bangunan akan diadakan serah terima bangunan ke pemilik yang
diwakili oleh organisasi/operator untuk digunakan dalam pelaksanaan
kegiatannya.
5) Pembukaan dan Peresmian
Tahap akhir dari keseluruhan proses pembangunan rumah sakit untuk diteruskan
sesuai dengan maksud dan tujuan awal pendirian rumah sakit yang akan
dijalankan oleh organisasi/operator pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah
pengelola rumah sakit (Kemenkes RI, 2012).
13
D. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014
Tentang Rumah Sakit Kelas D Pratama
Rumah Sakit Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang hanya
menyediakan pelayanan perawatan kelas 3 (tiga) untuk peningkatan akses bagi
masyarakat dalam rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan perorangan yang
memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, serta pelayanan
penunjang lainnya.
Jenis pelayanan medik umum yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Kelas
D Pratama paling sedikit adalah :
a. Pelayanan medik umum;
b. Pelayanan gawat darurat;
c. Pelayanan keperawatan;
d. Pelayanan laboratorium pratama;
e. Pelayanan radiologi; dan
f. Pelayanan farmasi.
14
3. Daerah kepulauan atau pulau-pulau kecil terluar, daerah berupa pulau dengan
luas area kurang atau sama dengan 2000 km2 yang memiliki titik dasar koordinat
geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. Daerah tertinggal, daerah kabupaten yang relatif kurang berkembang
dibandingkan daerah lain dalam skala nasional dan berpenduduk relatif
tertinggal; dan
5. Daerah yang belum tersedia rumah sakit atau rumah sakit yang telah ada sulit
dijangkau akibat kondisi geografis;
Dari uraian diatas sudah selayaknya rumah sakit Suci Paramita melakukan
peningkatan kelas menjadi rumah sakit Suci Paramita Kelas C.
17
Adapun uraian bangunan Rumah Sakit Kelas C adalah sebagai berikut :
1. Instalasi Rawat Jalan
Fungsi Instalasi Rawat Jalan adalah sebagai tempat konsultasi,
penyelidikan, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di
bidang masing-masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan
waktu singkat untuk penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan
perawatan. Poliklinik juga berfungsi sebagai tempat untuk penemuan
diagnosa dini, yaitu tempat pemeriksaan pasien pertama dalam rangka
pemeriksaan lebih lanjut di dalam tahap pengobatan penyakit.
Kebutuhan sarana pelayanan Rumah Sakit Kelas C terdiri dari:
1. Poli Umum, terdiri dari 4 Klinik Spesialistik dasar, antara lain :
• Klinik Penyakit Dalam
• Klinik Anak
• Klinik Bedah
• Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
2. Klinik tambahan/pelengkap antara lain:
• Klinik Mata
• Klinik Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT)
• Klinik Gigi dan Mulut
• Klinik Kulit dan Kelamin
• Klinik Syaraf
• Klinik Jiwa
• Klinik Rehabilitasi Medik
• Klinik jantung
• Klinik Paru
• Klinik Bedah Syaraf
• Klinik Ortopedi
• Klinik Kanker
• Klinik Nyeri
• Klinik Geriatri
18
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Perawatan Intensif (ICU)
5. Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan (Obstetri dan Ginekologi)
6. Instalasi Bedah sentral
7. Instalasi Farmasi
8. Instalasi Radiologi
9. Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD)
10. Instalasi Laboratorium
11. Instalasi Rehabilitasi Medik
12. Bagian Administrasi dan Kesekretariatan Rumah Sakit
13. Pemulasaran Jenazah Rumah Sakit
14. Instalasi Gizi/Dapur
15. Instalasi Pencucian Linen/Laundy
16. Bengkel Mekanikal dan Elektrikal (Workshop)
1. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut
manfaat financial) yang berarti apakah proyek itu cukup menguntungkan atau
tidak apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut.
2. Manfaat proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering
disebut manfaat nasional). Yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi
ekonomi makro suatu negara.
3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Banyak
manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan investasi. Diantaranya adalah
penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa
ataupun penambahan devisa dan lain sebagainya. Jika kegiatan investasi
meningkat maka kegiatan ekonomi pun ikut terpacu pula, dan disini kita
19
menggunakan pengertian proyek investasi sebagai suatu rencana untuk
menginvestasikan macam-macam sumber daya yang bisa dinilai secara cukup.
Penentuan manfaat suatu proyek diklasifikasikan menjadi dua kategori
(Kodoatie, 2005) yaitu :
1. Manfaat langsung (tangible benefit) adalah manfaat yang langsung dapat diperoleh
dari pembangunan proyek dan dapat diukur dalam bentuk nilai uang.
2. Manfaat Tidak langsung (Intangible benefit) adalah suatu manfaat yang secara
tidak langsung bisa dinikmati oleh masyarakat, tetapi rupanya sulit untuk dinilai
dalam bentuk uang. Contohnya: adanya perbaikan lingkungan, terciptanya
distribusi pendapatan.
Studi kelayakan proyek merupakan suatu studi untuk menilai proyek yang akan
dikerjakan di masa mendatang. Penilaian disini tidak lain adalah untuk memberikan
rekomendasi apakah sebaiknya proyek yang bersangkutan layak dikerjakan atau
sebaiknya ditunda dulu. Mengingat di masa mendatang penuh dengan ketidakpastian,
maka studi yang dilakukan tentunya akan melibatkan berbagai aspek dan
membutuhkan pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk memutuskannya. Sedangkan
tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
Sifat sebuah RS adalah investasi jangka panjang dengan struktur modal yang
besar dan kompleksitas tersendiri, dalam hal ini perlu dipahami bahwa ada
konsekuensi pergeseran bisnis inti ke arah health service. Hal pertama yang
diperlukan adalah membuat Studi Kelayakan untuk melihat bagaimana prospek
kedepan dari RS yang akan dibangun. Sebagai sebuah Strategic Business Unit (SBU),
20
tentu diharapkan RS menjadi salah satu portofolio yang kuat untuk pengembangan
dengan prospek keuangan yang baik.
Studi kelayakan proyek (dalam hal ini spesifikasi proyek adalah Rumah Sakit)
menurut Umar (2005), merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek
(biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (menganalisis
layak atau tidak layak bisnis dibangun),tetapi juga saat dioperasikan secara rutin
dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak
ditentukan. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda beda.
Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan
dalam artian yang luas. Artinya yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak
swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari
pihak pemerintah, atau lembaga nonprofit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti
yang lebih relatif. Mungkin dipertimbangkan berbagai faktor seperti manfaat bagi
masyarakat luas yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber
daya yang melimpah di tempat tersebut dan sebagainya. Bisa juga dikaitkan dengan,
misalnya penghematan devisa atau pun penambahan devisa yang diperlukan oleh
pemerintah.
Dalam proses melakukan feasibility study, paling tidak ada beberapa aspek yang
harus diperhatikan yakni: aspek hukum, sosial-ekonomi dan budaya, aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, dan aspek keuangan
(Suratman, 2000).
Studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu
gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut
dilaksanakan (Nitisemito dan Burhan, 2004).
Menurut Kunder (2004), untuk melakukan perubahan rumah sakit perlu dilakukan
kajian perencanaan yang dapat membantu lembaga atau badan pengelolanya. Rencana
Induk (jangka panjang) rumah sakit mencakup bidang studi/analisis:
21
3. Studi kebutuhan akan perawatan kesehatan
4. Kekuatan dan kelemahan organisasi dan kompetensi utamanya
5. Rencana organisasional
6. Ukuran dan fasilitas fisik termasuk bangunan dan keterbatasan lahan
7. Kelayakan finansial.
Gambar 2.1
Bagan Proses Penyusunan Studi Kelayakan Rumah Sakit (KEMENKES 2012)
22
G. Teori Kelayakan Finansial Investasi Rumah Sakit
Investasi pada dasarnya merupakan usaha menanamkan sumber daya (modal)
dalam kegiatan usaha/bisnis. Investasi biasanya ditanamkan pada sebuah proyek
baru ataupun pengembangan proyek yang sudah berjalan salah satunya
pembangunan atau pengembangan rumah sakit. Kegiatan investasi ini ditujukan
untuk memperoleh berbagai manfaat yang dapat berupa keuntungan finansil. Untuk
mengevaluasi dan menilai penganggaran modal dan investasi yang ditanamkan pada
suatu proyek pembangunan rumah sakit, dapat digunakan beberapa metode sebagai
pertimbangan proses pengambilan keputusan investasi. Metode-metode tersebut
adalah:
dengan :
CFIn : Nett cash flow tahunan dari tahun ke satu sampai tahun ke-n
r : diskon rate yang digunakan untuk mencari present value
n : Jangka waktu proyek
23
Kriteria keputusan menggunakan NPV jika NPV > 0, maka investasi layak
untuk dilaksanakan dan jika NPV < 0, maka investasi tidak layak untuk
dilaksanakan, dan jika NPV > 0, perusahaan akan menerima pendapatan yang
lebih besar dari cost of capital, sehingga merupakan keuntungan bagi
perusahaan. Dalam praktek sehari-hari discount rate yang dipergunakan adalah
tingkat suku bunga deposito, atau suku bunga kredit yang harus dibayar oleh
investor.
dengan :
CFIn : Net Cash flow tahunan dari tahun ke-1 sampai tahun ke-n
r : IRR proyek
n : jangka waktu peramalan proyek
Kriteria keputusan dengan menggunakan metode IRR ini adalah jika nilai
IRR > bunga modalnya (rate of capital) atau MARR, maka proyek layak untuk
dilaksanakan dan investasi akan mendapatkan surplus setelah pembayaran
kewajiban (mengembalikan modal + bunga). Jika nilai IRR < bunga modalnya
atau MARR, maka proyek tidak dapat dilaksanakan.
24
4) Benefit Cost Ratio (BCR)/ Analisis Biaya Manfaat (Benefit Cost Analysis)
Analisa manfaat biaya (benefit cost analysis) adalah analis yang sangat umum
digunakan untuk mengevaluasi proyek. Analisa ini adalah cara praktis untuk
menaksir kemanfaatan proyek. Suatu proyek dikatakan layak atau bisa
dilaksanakan apabila rasio antara manfaat terhadap biaya yang dibutuhkan
lebih besar dari satu.
Perhitungan rasio biaya manfaat secara normal dinyatakan dengan:
B/C = Ongkos Ekuivalen Manfaat Ekuivalen
dengan :
Manfaat Ekuivalen :Semua manfaat setelah dikurangi dengan dampak
negatif, dinyatakan dengan nilai uang
Ongkos Ekuivalen :Semua ongkos-ongkos setelah dikurangi dengan
besarnya penghematan yang bisa didapatkan oleh sponsor proyek dalam hal
ini pemerintah (Kotler et al, 2010).
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitik yang
menggunakan teknik pengamatan secara langsung dan partisipan (observasi partisipasif)
pada sistem yang sedang berjalan disertai dengan wawancara mendalam pada Manajemen
Rumah Sakit Umum Suci Paramita. Observasi partisipatif adalah teknik pengumpulan
data melalui pengamatan langsung dan merasakan serta berada dalam aktivitas/kegiatan
objek pengamatan (Prastowo, 2010). Sedangkan yang dimaksud Penelitian Deskriptif
adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-
fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia
(Sukmadinata, 2006). Desain penelitian ini dirasa tepat oleh penulis, karena dengan
pendekatan ini penulis dapat memperoleh informasi yang mendalam serta cakupan yang
luas mengenai gambaran Analisa Studi Kelayakan Pengembangan Rumah Sakit Umum
Suci Paramita Kelas D menjadi Rumah Sakit Umum Suci Paramita Kelas C.
1. Kondisi kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan dan kinerja pelayanan serta kinerja
keuangan Rumah Sakit Umum Suci Paramita
2. Persyaratan peningkatan klasifikasi dari Rumah Sakit Umum Suci Paramita Kelas D
menjadi Rumah Sakit Umum Suci Paramita Kelas C
27
3. Persyaratan regulasi
4. Pemenuhan dan pengelolaan pasar
5. Persyaratan lingkungan
6. Peningkatan pelayanan dan teknologi tindak medik serta teknologi penunjang medik
7. Peningkatan SDM, Organisasi dan Manajemen
8. Persyaratan peningkatan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan
9. Persyaratan kelayakan kinerja keuangan untuk memenuhi kriteria RS Kelas C
28
2. Check List atau Pedoman Telaah Data Sekunder
Check List dalam penelitian ini ditujukan untuk membantu pengumpulan data pada
saat observasi dan telaah data sekunder.
29
persyaratan klasifikasi rumah sakit kelas C. Kemudian hasil dari pengamatan ini
dideskripsikan kedalam hasil penelitian.
3. Hasil Telaah Dokumen
Penelitian melakukan telaah dokumen dengan cara mengumpulkan data data sekunder
yang berhubungan dengan variabel yang diteliti. Informasi yang didapat dari tanda
tanda sekunder yang telah dikumpul dan ditelaah tersebut kemudian diolah dengan
cara dilakukan pencatatan kembali dan dihimpun sesuai dengan variabael yang diteliti.
Kemudian dilakukan reduksi terhadap data data sekunder yang telah diolah tersebut
guna mendapatkan informasi yang memiliki keterkaitan dan hubungan langsung
dengan variabel yang diteliti.
G. Penyajian Data
Hasil penelitian ini diperoleh, disajikan dalam bentuk narasi serta kutipan kalimat
langsung dari hasil wawancara mendalam sebagai sumber data primer serta didukung
dengan hasil observasi partisivatif dan telaah data sekunder mengenai pemenuhan
kelayakan persyaratan klasifikasi rumah sakit kelas C Rumah Sakit Umum Suci Paramita
Tahun 2022.
30
H. Kerangka Konsep
Untuk lebih jelasnya kerangka konsep yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah
tinjauan umum pelaksanaan Rumah Sakit Umum Suci Paramita Kelas D dan kajian aspek
kelayakan pemenuhan klasifikasi rumah sakit kelas C sesuai pedoman yang ada. Dengan
berdasarkan standar dan teori sebagai berikut :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan
3. Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020
Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014 Tentang
Rumah Sakit Kelas D Pratama
5. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit kelas C
6. Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit
7. Teori Kelayakan Finansial Investasi Rumah Sakit
Kerangka Konsep penelitian Analisa Studi Kelayakan Pengembangan Rumah Sakit
Umum Suci Paramita Kelas D menjadi Rumah Sakit Umum Suci Paramita Kelas C
ditunjukan pada gambar dibawah ini :
Latar Belakang
& Pertanyaan
Penelitian
Kajian
Kriteria dan Pengumpulan Analisis Simpulan dan
Standar Data Data Saran
Kelayakan
Pengembangan Penerapan
Instrumen Instrumen
32
Evaluasi output terkait dengan hasil yang akan dicapai dalam kegiatan Analisa Studi
Kelayakan Pengembangan Rumah Sakit Umum Suci Paramita Kelas D menjadi Rumah
Sakit Umum Suci Paramita Kelas C. Seberapa jauh tujuan tercapai ?
Berdasarkan uraian diatas, berikut disampaikan teknik evaluasi data seperti tampak
pada skema berikut ini :
UMPAN BALIK
• Kesimpulan
• Saran
33
K. Definisi Operasional
Untuk menjabarkan teknik evaluasi data perlu dibuat Definisi Operasional, yaitu
sebagai berikut :
Tabel 3.1. Tabel Definisi Operasional Input
Skala
No. Item Definisi Jenis Ukur Dokumen/hasil kerja
Ukur
1. Biaya Lahan Biaya untuk pembelian Lahan Kuantitatif Interval • Luasan lahan yang dibeli
atas nama PT. Pemrakarsa RS & Kualitatif • Sertifikat Lahan atas nama PT.
termasuk pematangan lahan. Pemrakarsa
• Sertifikat Peil Banjir
• Sertifikat Andalalin
• Dst
3. Biaya Biaya Tim Pengelola proyek Kuantitatif Interval • Buku Perencanaan Awal
Manajemen meliputi Inisiasi proyek, & Kualitatif • Buku Laporan Pelaksanaan
Proyek Pelaksanaan proyek dan • Buku Berita Acara Serah Terima
Penutupan proyek termasuk Barang Jasa
Akuntansi perubahan biaya ke • Buku Bukti pembayaran pemasok
Asset Tetap. • Daftar Asset Tetap
• Dst
5. Izin Perizinan komprehensif dari Kuantitatif Interval • Sertifikat Izin mendirikan dari
Mendirikan Izin Prinsip Dinas Kesehatan Badan Perizinan Terpadu
RS Kelas C sampai Izin mendirikan dari
Badan Perizinan Terpadu.
6. Biaya Biaya Pembangunan Jumlah Kuantitatif Interval • Jumlah jenis hasil pembangunan
Pembangun Jenis Gedung RS dan jumlah Gedung dan prasarana RS termasuk
an Fisik jenis prasarana RS. As Built Drawing, SLF dan
(Sarana dokumen lainnya
Prasarana)
7. Biaya Biaya pengadaan peralatan Kualitatif Interval • Jumlah jenis hasil pengadaan
Pengadaan medik non medik sesuai peralatan medik dan non medik
Peralatan dengan pelayanan yang akan termasuk sertifikat pelatihan
Medik Non diselenggarakan operator dan teknisi, SOP, SMP,
Medik Sertifikat kalibrasi dll.
34
8. Biaya Biaya Gaji Karyawan, Gaji Kuantitatif Interval • Buku Rencana Bisnis Anggaran
Operasional Manajemen, Kebutuhan • Kebijakan RS (Hospital by laws)
Tambahan Farmasi, Kebutuhan Gizi, • Organisasi dan Tata Laksana RS
RS Kelas C Kebutuhan dan operasional • Bukti pengadaan kebutuhan
RS lainnya. operasional
i. Medik Umum Pelayanan medis dasar Kuantitatif Interval 1. Pendapatan Pelayanan Medik
Medik Dasar merupakan pelayanan Dasar oleh Dokter umum
yang dilakukan oleh 2. Pendapatan Pelayanan Medik
dokter umum atau dokter Dasar oleh Dokter Gigi
gigi yang meliputi
pelayanan medik dasar
ii. Medik Spesialis i. Pelayanan medik Kuantitatif Interval 1. Pendapatan Pelayanan Dokter
i. Spesialis Dasar spesialis dasar Spesialis Penyakit Dalam
- Penyakit dalam merupakan pelayanan 2. Pendapatan Pelayanan Dokter
- Anak yang dilakukan oleh Spesialis Anak
- Bedah dokter spesialis 3. Pendapatan Pelayanan Dokter
- Obgyn meliputi pelayanan Spesialis Bedah
penyakit dalam, anak, 4. Pendapatan Pelayanan Dokter
bedah, dan obstetri dan Spesialis Obgyn
ginekologi.
35
8. Pendapatan Pelayanan
Dokter Spesialis orthopedi
dan traumatologi,
9. Pendapatan Pelayanan
Dokter Spesialis urologi,
bedah plastik rekonstruksi
dan estetika,
10. Pendapatan Pelayanan
Dokter Spesialis bedah anak,
11. Pendapatan Pelayanan
Dokter Spesialis bedah
thorax kardiak dan vaskuler,
12. Pendapatan Pelayanan
Dokter Spesialis bedah
mulut,
13. Pendapatan Pelayanan
Dokter Spesialis Gigi
konservasi/endodonsi,
orthodonti, periodonti,
prosthodonti, pedodonti,
penyakit mulut
36
2. Pelayanan penunjang Pelayanan Penunjang Kuantitatif Interval 1. Pendapatan Pelayanan
medik : Medik adalah Pelayanan Laboratorium
i. Pelayanan penunjang yang terdiri 2. Pendapatan Pelayanan darah;
laboratorium; dari Pelayanan 3. Pendapatan Pelayanan gizi;
ii. Pelayanan darah; laboratorium, darah, gizi, 4. Pendapatan Pelayanan
iii. Pelayanan gizi; sterilisasi yang tersentral, penunjang Radiologi
iv. Pelayanan penunjang penunjang Radiologi
Radiologi;
v. Pelayanan Rekam
Medik; dan
vi. Pelayanan sterilisasi
yang tersentral
37
Tabel 3.3. Tabel Definisi Operasional Output
38