TOPIKAL FLUORIDE
Pembimbing:
disusun oleh:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA
I.2.1 Self-applied/Home-applied
Topikal fluoride yang dapat digunakan sendiri di rumah oleh pasien. Topikal
1. Fluoride Dentifrices
2. Fluoride Mouthrinse
3. Tooth Mousse
4. Fluoride Gel
I.2.2 Professionally-applied
Topikal fluoride ini diaplikasikan oleh tenaga medis profesional pada interval
waktu yang reguler secara intermiten, berdasarkan usia, resiko dan aktivitas karies
dari pasien. Topikal fluoride ini memiliki konsentrasi fluorine yang lebih tinggi
1. Fluoride Varnish
2. Fluoride Foam
3. Fluoride Gel
I.3 Dentifrices
Dentifrices berasal dari kata dense, yang berarti gigi dan fricore, yang berarti
bakteri plak, material alba, dan debris dari gingiva dan gigi untuk tujuan preventif,
Dentifrices terdiri dari beberapa sediaan, seperti pasta dan bubuk. Pasta gigi
merupakan bentuk sediaan penggunaan fluoride yang paling sering digunakan saat
ini di seluruh dunia. Karies gigi merupakan penyakit yang bergantung pada
terapeutik yang terkandung di dalam pasta gigi (Leal and Takeshita, 2019).
I.3.1 Fungsi
Ada dua fungsi utama dari dentifrices, yaitu fungsi terapeutik dan fungsi
I.3.2 Komposisi
Bahan-bahan yang paling sering ada pada pasta gigi adalah sebagai
berikut:
abrasif yang ringan untuk menghilangkan debris makanan, plak dan stain
Srivastava, 2011)
sehingga ia menjaga stabilitas dan konsistensi dar pasta gigi (Dhama, et al,
5. Fluoride, beberapa agen fluoride yang sering digunakan dalam pasta gigi
0,254% setara dengan 650 ppm F dan 850 ppm F pada produk yang
0,351% hingga 0,474% setara dengan 700 ppm F untuk produk yang
mengandung abrasif selain kalsium pirofosfat dan 290 ppm untuk produk
Secara umum, konsentrasi pasta gigi yang beredar di pasaran berkisar dari
dengan erupsi gigi pertamanya, yaitu sekitar usia 6 bulan. Anak-anak di bawah 6
tahun beresiko tertelan pasta gigi saat penggunaannya karena belum bisa
dengan membatasi jumlah pasta gigi yang digunakan. Ketika pasta gigi
ukuran sebutir beras (rice grain sized). Ketika anak sudah berusia 3 tahun, jumlah
pasta gigi yang digunakan dapat sebesar kacang polong (pea-sized). Ketika anak-
anak sudah menginjak lebih dari 6 tahun, jumlah pasta gigi dapat sebesar 1-2 cm
(Dhama, et al, 2017). Pada anak-anak di bawah 3 tahun dengan resiko karies
rendah, terlebih bila terpapar sumber fluoride lain dari lingkungannya, seperti air
atau susu berfluoridasi, dapat menggunakan pasta gigi dengan konsentrasi 500-
550 ppm F. Pada situasi lain, pasta gigi dengan 1000-1100 ppm F harus
Jumlah pasta gigu sebesar pea-sized kurang lebih satu perempat inchi,
sehingga pada pasta gigi 1000-1500 ppm F mengandung kurang lebih 0,25-0,38
mg F. Nilai ini diestimasi jauh di bawah probably toxic dose (PTD) untuk
Gambar 1. 2 Sikat gigi berwarna merah muda diberi pasta gigi sebesar
sebutir beras (rice grain sized) dan sikat gigi berwarna
biru diberi pasta gigi sebesar kacang polong (pea sized)
(Dhama, et al, 2017).
Selain konsenstrasi fluoride dan jumlah pasta gigi yang diaplikasin di sikat
gigi, ada beberapa variabel lain yang mempengaruhi efektifitas pasta gigi secara
klinis. Faktor-faktor ini berperan terhadap fase aplikasi, yaitu fase saat fluoride
berinteraksi dengan permukaan gigi dan plak, dan fase retensi, yaitu fluoride yang
tertinggal di saliva, permukaan gigi, plak dan reservoir jaringan lunak oral liannya
(Dhama, et al, 2017; Leal and Takeshita, 2019). Faktor-faktor tersebut yaitu
sebagai berikut:
Faktor biologis berupa laju alir saliva selama dan setelah aplikasi fluoride
1) Rinsing behavior
yaitu:
1. Usia memulai menyikat gigi dengan pasta gigi berfluoride terdapat perbedaan
rekomendasi dari berbagai organisasi. The Centre for Disease Control and
berfluoride saat usia anak mulai mencapai 18 bulan. Sementara itu, European
dapat dilakukan kegiatan penyikatan dengan pasta gigi saat anak sudah dapat
2. Durasi menyikat gigi harus lebih dari dari satu menit, dengan rata-rata 2-3
saja. Selain itu, berkumur tanpa dibilas dengan air juga akan meningkatkan
jumlah fluoride yang tertinggal di saliva dan nantinya akan terserap oleh plak
menyikat gigi dua kali per hari dengan satu kali per hari, dan tidak perbedaan
yang signifikan saat frekuensinya ditingkatkan lebih dari dua kali per hari.
5. Waktu menyikat gigi dilakukan pada pagi hari, yaitu sebelum sarapan dan
setelahnya berkumur atau 30 menit setelah sarapan, serta pada malam hari,
yaitu sesaat sebelum tidur (Dhama, et al, 2017; Ganss, et al, 2009; Leal and
Takeshita, 2019). Hal ini sesuai dengan konsep kurva Stephan yang
konsep yang dikemukan oleh Robert Stephan pada tahun 1943 tentang pH
berkaitan dengan proses demineralisasi gigi, pH kritis email sebesar 5,5 serta
pH kritis dentin dan sementum nilainya lebih tinggi dari email karena
yang didominasi oleh lactic acid dan acetic acid. Produk asam yang
time maka akan semakin lama terjadinya kondisi asam di rongga mulut,
adanya perbedaan kadar kalsium, fosfor dan fluoride serta kualitas saliva dari
setiap orang. Dalam kondisi normal hanya dengan bantuan buffering capacity
dari saliva, pH rongga mulut akan kembali netral sekitar 30 menit setelah
tidak adanya lagi makanan di rongga mulut. Namun, netralisasi pH ini dapat
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi netral pun dapat menjadi
lebih lama dengan adanya kavitas karies di rongga mulut (Bowen and
6. Supervisi harus dilakukan oleh orang dewasa minimal sampai usia anak
menginjak 8 tahun. Orang tua atau pengasuh harus menyikatkan gigi anak
hingga dia dapat melakukaannya sendiri, saat anak sudah dapat
melakukkannya sendiri, orang tua atau pengasuh tetap harus meletakkan pasta
gigi ke permukaan sikat gigi anaknya dan kegiatan menyikat gigi anak tetap
7. Pasta gigi disimpan pada tempat yang tidak dapat diakses oleh anak tanpa
bantuan orang tua ataupun orang dewasa lainnya (Dhama, et al, 2017).
dental fluorosis. Tertelannya pasta gigi oleh anak dipengaruhi oleh beberapa hal,
seperti usia anak dan rasa dari pasta gigi. Semakin muda usia anak akan memiliki
tahun, karena anak-anak usia tersebut belum memiliki kontrol refleks penelanan
secara sempurna. Rasa dari pasta gigi juga mempengaruhi angka kejadian
tertelannya pasta gigi, pasta gigi yang berasa menunjukkan nilai yang lebih
gigi biasa. Selanjutnya, angka kejadian dan keparahan fluorosis akibat dari pasta
gigi yang tertelan dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu jumlah fluoride yang tertelan dan
usia. Usia kurang dari 6 tahun merupakan periode kritis perkembangan gigi
perkembangan gigi permanen anterior. Jumlah fluoride yang lebih banyak, dalam
hal ini adalah jumlah pasta gigi yang tertelan akan meningkatkan resiko terjainya
dental fluorosis. Penggunaan pasta gigi sebanyak 0,5 gram pada anak mampu
memberikan efek fluorosis bagi gigi permanennya. Batas maksimal penggunaan
pasta gigi yang aman bagi anak adalah 0,25 – 0,3 gram, sehingga muncul
rekomendasi penggunaan pasta gigi sebesar rice grain sized (0,125 gram) pada
anak usia kurang dari 3 tahun dan sebesar pea sized (0,25 gram) pada anak usia 3
Obat kumur telah digunakan bersamaan dengan pasta gigi pada pasien yang
rentan karies sejak tahun 60-an satu abad yang lalu. Komposisi aktif dari obat
kumur adalah fluoride yang secara umum tersedia berupa 0,05% NaF (setara
Plak, debris dan sisa makanan pada permukaan gigi hanya bisa dihilangkan
menggunakan gerakan mekanis yaitu dengan sikat gigi. Penggunaan pasta gigi
penghilangan plak secara mekanis (Sluijs, et al., 2018). Obat kumur mungkin
dapat membantu menghilangkan plak namun tidak bisa digunakan secara mandiri
melainkan sebagai tambahan untuk membantu efektivitas dari sikat gigi (ADA,
I.4.1 Jenis
1. Penggunaan harian
ppm F)
2. Penggunaan mingguan
I.4.2 Komposisi
Komposisi obat kumur secara umum adalah air, alkohol, agen pembersih,
agen perasa, agen pewarna, fluoride yang berfungsi untuk mengurangi lesi karies
kecil dan membantu gigi bertahan terhadap kariesa, astringent bertindak sebagai
mengurangi plak dan gingivitis, mengontrol bau mulut, terakhir adalah penetral
bau yang mencegah bau mulut dengan cara menginaktivasi penyebab bau
pasta gigi sehingga dapat mencapai area-area yang sulit diakses seperti regio
interproksimal, pit dan fissure (Dhama, et al., 2017). Kekurangan dari obat kumur
I.4.4 Indikasi
dengan karies aktif; pasien ortodontik, obat kumur dapat mencapai ke sela-sela
secara kongenital; pasien yang kesulitan menyikat gigi terutama pada pasien
pada anak yang memiliki masalah medis sehingga karies merupakan masalah
serius, seperti pada pasien jantung dan perdarahan (Cameron and Widmer, 2013;
I.4.5 Kontraindikasi
Obat kumur tidak boleh digunakan oleh anak berusia kurang dari 6 tahun
kumur karena khawatir tertelan. Obat kumur tidak boleh diberikan pada anak yang
sudah terpapar fluoride seperti anak yang tinggal di daerah berfluoridasi atau anak
al., 2017).
I.4.6 Aplikasi
fluoride. Waktu terbaik untuk berkumur adalah ketika anak pulang sekolah
sendok the obar kumur ke tutup botol kemudian dimasukkan ke dalam mulut.
Anak diminta untuk berkumur selama 60 detik setelah itu dibilas dengan air
bersih. Disarankan untuk tidak makan dan minum selama 30 menit ke depan.
I.5 Tooth Mousse
karet bebas gula, mints, sikat gigi, obat kumur, varnish, dan gel topikal. CPP-ACP
dan CPP-ACPF tersedia dalam bentuk krim untuk aplikasi topikal di rumah
permukaan terutama pada permukaan yang beresiko karies, erosi, atau lesi white
spot. Tooth mousse plus mengandung fluoride 900 ppm (Cameron and Widmer,
kompleks nano yang terdiri dari protein susu (casein phosphopeptide) dan
amorphous calcium phosphate. Tooth mousse plus adalah produk komersial yang
untuk mencegah karies dental dengan beberapa mekanisme (Imani, et al., 2019).
I.5.1 Indikasi
Tooth mousse digunakan pada gigi sulung dan permanen segala usia, tooth
mousse tanpa fluoride aman untuk anak berusia 2 tahun ke bawah karena aman
untuk ditelan. Tooth mousse digunakan pada anak berkebutuhan khusus, pasien
yang beresiko tinggi karies, pasien yang dalam perawatan bleaching, gigi molar
insisivus yang mengalami hipomineralisasi, gigi yang erosi, dan juga pasien yang
I.5.2 Kontraindikasi
Tooth mousse mengandung protein susu sehingga tidak boleh digunakan pada
pasien yang memiliki alergi susu. Tooth mousse plus tidak boleh digunakan pada
I.5.3 Mekanisme
dengan metal bivalent (Ca2+, Zn2+, Fe2+, Se2+) pada pH netral, membentuk
kompleks soluble. Disisi lain, ACP adalah pelopor dari hydroxyapatite, yang
CPP dan ACP (CPP-ACP) membantu remineralisasi, CPP mengikat ACP dalam
1. Enamel dan dentin: ACP (berikatan dengan CPP) berfungsi sebagai nukleasi
CPP-ACP dapat menjaga ion kalsium dan fosfat berkonsentrasi tinggi pada
Penggunaan CPP-ACP dengan pasta gigi berfluoride tidak lebih efektif dibanding
penggunaan pasta gigi berfuloride 1450 ppm dua kali sehari. CPP-ACP dan
fluoride dapat membuat efek sinergis pada remineralisasi enamel (Imani, et al.,
2019).
yang lebih superior dibandingkan dengan CPP-ACP (Leal and Takeshita, 2019).
Fluoride membutuhkan sumber kalsium dan fosfat yang baik untuk remineralisasi
enamel dengan fluorapatite yang lebih tahan asam (Al-Batayneh, 2009). CPP-
ACPF melepaskan ion fluoride, kalsium dan fosfat untuk remineralisasi enamel
fluoride bersamaan masuk ke dalam lesi white spot. Difusi ion fluoride Bersama
dengan kalsium dan fosfat jauh ke dalam lesi membuat pertumbuhan besar
waktu yang lama untuk memberi efek yaitu sekitar 12 minggu. Tidak terdapat
2019).
I.5.4 Aplikasi
1. Aplikasi di rumah
Aplikasi setelah sikat gigi, biasanya pagi dan malam. Krem diaplikasikan
pada gigi setelah menyikat gigi dengan mengoleskan permukaan gigi dengan
1) Keluarkan GC Tooth Mousse sebesar kacang polong pada jari yang bersih
2) Aplikasikan pada seluruh gigi dengan menggunakan jari yang bersih dan
gunakan lidah untuk menyebarkan dengan rata. Untuk area yang sulit
Tooth Mousse
3) Biarkan Tooth Mousse pada gigi minimal selama 3 menit dan hindari
Mousse dan rasa akan membantu menstimulasi aliran saliva, semakin lama
tooth mousse dan saliva bertahan dalam mulut, hasil akan semakin efektif.
2) Aplikasikan selapis tooth mousse pada tray dan aplikasikan pada gigi atas
atau bawah
3) Tinggalkan tray selama 3 menit
4) Ambil tray
dapat juga digunakan semalaman terutama pada pasien setelah bleaching (Leal
menggunakan custom mouth trays. Fluoride gels yang dapat diaplikasikan sendiri
saat ini tersedia yaitu produk APF dan NaF yang mengandung 1,1% NaF (5000
ppm ion F). Beberapa pabrikan telah menformulasikan ulang gel NaF dengan
bahan abrasif untuk meningkatkan produk untuk aplikasi dengan cara menyikat.
konsentrasi 1000 ppm F (Adair, 2006). Beberapa gel dan foam dapat diaplikasikan
sendiri oleh pasien di rumah dengan bantuan sikat gigi, tetapi konsentrasi fluorida
dalam produk ini jauh lebih rendah. Seorang dokter gigi juga dapat membuat
custom tray yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang bisa digunakan
fluorida dicoba seperti kalium, timbal, silikon, timah dan zirkonium. Semua
menghasilkan beberapa manfaat cariostatik tetapi SnF2 ditemukan tiga kali lebih
efektif daripada NaF. Dudding dan Muhler pada tahun 1957 mencoba aplikasi
Gel dan pasta fluorida sering direkomendasikan oleh praktisi untuk pasien
kekurangan fluoride yang berisiko tinggi mengalami karies. Orang tua dari anak
harus mengawasi penempatan produk di baki khusus atau di sikat gigi. Dalam
teknik sikat gigi pada anak kecil, hanya sejumlah kecil yang harus digunakan.
Menyikat harus diawasi dan, sebaiknya dilakukan oleh orang dewasa. Dalam
aplikasi baki, hanya jumlah gel minimum yang diperlukan untuk menutupi gigi
yang harus digunakan. Aplikasi baki tidak boleh lebih dari 4 menit. Pasien harus
berhati-hati agar tidak menelan gel, dan harus dibiarkan meludah dengan bebas
setelah kedua jenis aplikasi. Membilas, makan, dan minum harus ditunda selama
Perhatian disarankan terkait penggunaan gel dan pasta fluorida resep pada anak di
bawah 6 tahun. Regimen aplikasi harus dibatasi pada periode waktu minimum
yang dianggap perlu untuk mengendalikan karies gigi, dan pasien harus dievaluasi
secara berkala untuk menentukan kapan aplikasi sendiri dapat dihentikan (Dhama,
'berisiko' pada gigi seperti celah dan lubang yang dalam. Penetrasi timah dan
fluorida yang cepat ke dalam enamel dan pembentukan lapisan kompleks timah-
fluorofosfat yang sangat tidak larut pada enamel adalah mekanisme utama
kerjanya. Namun, SnF2 sering menghasilkan perubahan warna pada gigi dan noda
pada tepi restorasi, terutama di area hipokalsifikasi. Gel 0,4% SnF2 dalam basis
metilselulosa dan gliserin terbukti efektif dalam menghentikan karies akar dan
telah dimasukkan ke dalam larutan saliva sintetis untuk mengurangi karies pada
kali (bentuk stannous dari Timah teroksidasi menjadi bentuk stannic, sehingga
SnF2 tidak aktif untuk tindakan antikaries), karena tidak memiliki umur simpan.
Untuk persiapan yang mudah, kapsul gelatin 'o' terlebih dahulu diisi dengan 0,8 g
bubuk SnF2 dan disimpan dalam wadah plastik kedap udara. Tepat sebelum
aplikasi isi satu kapsul dilarutkan dalam 10 mL air suling dalam wadah plastik
dan larutan yang telah disiapkan dikocok sebentar. Solusinya kemudian segera
pengeringan sebaiknya dengan udara terkompresi. Salah satu dari kuadran atau
setengah dari mulut dapat dirawat sekaligus. Larutan SnF 2 8 persen yang baru
sehingga gigi tetap basah selama 4 menit. Frekuensi aplikasi yang disarankan
I.6.6 Kekurangan
Prabha K, 2019).
Varnish secara luas telah banyak digunakan di negara Eropa, Kanada, Scandinivia
sejak tahun 1970 dalam hal mencegah karies. Di Denmark, lebih dari 90% dapat
karies. Resiko tinggi terjadi karies biasanya terdapat pada keluarga yang
yang gampang, mudah dijangkau dan dapat diterima baik oleh pasien.
berwarna kuning, semi liquid, berisi flouride resin dan mengandung alkohol yang
gigi pada anak dan orang dewasa yang memiliki resiko karies gigi yang sangat
tinggi. Banyak orang yang menyadari manfaat dari Flouride Varnish bagi anak
terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga yang mengalami karies
gigi, akan tetapi bagi mereka yang rajin minum air yang mengandung flour dan
2. Bersihkan gigi. Gigi dapat dibersihkan dengan sikat gigi sebelum Flouride
tindakan perawatan, atau dengan kata lain buat anak merasa nyaman.
4. Gunakan sikat yang sekali pakai. Oleskan Varnish keseluruh bagian gigi.
harinya.
2) Untuk memperoleh hasil yang maksimum, kita dapat melakukan
4. Cepat kering.
5. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk menunggu makan dan minum
setelah aplikasi.
1. Efek estetika yang buruk karena lapisan pernis kuning tertinggal pada gigi
Fluoride gels dan foams pada umumnya digunakan oleh dokter gigi untuk
pasien yang memiliki risiko tinggi karies. Pada individu dengan risiko moderate,
fluoride gels dan foams dianjurkan untuk dilakukan dalam enam bulan sekali.
Pada individu yang memiliki risiko tinggi karies dianjurkan untuk diaplikasikan
tiga bulan sekali. Keberhasilan fluorides foam dalam mencegah karies pada gigi
Retensi fluoride dalam intraoral dipengaruhi oleh usia, salivary flow dan
kebersihan gigi, behavioral aspect seperti durasi dan frekuensi penyikatan gigi,
jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan bentuk sediaan gel. Penelitian juga
menunjukkan bahwa bentuk foam dicerna lebih sedikit dibandingkan bentuk gel.
Beberapa jenis fluoride foams dapat dilakukan di rumah dengan bantuan sikat
Dokter gigi juga dapat membuatkan tray khusus yang pas untuk gigi pasien
yang paling popular. Tersedia dalam bentuk sediaan larutan, gel, varnish, dan
(1.23% APF, 1.23% w/v F−) digunakan secara professional dan terdiri dari
campuran natrium fluoride, asam hidrofluoride, dan asam orthofosfor. Gel yang
mengandung 5000 ppm F− juga digunakan terbatas hanya untuk professional dan
monobasic.
Sediaan gel diindikasikan pada anak dengan karies aktif yang tinggi dan
anak dengan salivasi rendah. Varnish biasanya dapat bertahan pada permukaan
hanya boleh digunakan oleh professional dan tidak boleh digunakan di rumah
pada anak-anak.
Prosedur Aplikasi:
arah labial
1. Sediaan Larutan
1) Kelebihan:
plastik opak
2) Kekurangan:
a. Gigi harus dijaga agar tetap basah dengan larutan selama 4 menit
b. Larutan APF bersifat asam dan rasanya pahit dan asam
2. Sediaan Gel
1) Kelebihan:
c. Sifat thixotropic
larutan
2) Kekurangan:
direstorasi.
3. Varnish
1) Kelebihan:
2) Kekurangan:
1) Kelebihan:
a. Lebih tidak pekat dibanding gel dan memiliki flow lebih baik,
2) Kekurangan:
dipercobakan, seperti kalium, timbal, silikon, timah (Sn), dan zirconium. Akan
tetapi, SnF2 merupakan yang paling efektif. Muller dkk. Pada tahun 1947
menemukan bahwa bubuk enamel yang diberi larutan stannous fluoride memiliki
tingkat dissolusi asam yang jauh lebih rendah, serta pada penelitian lainnya
Stannous fluoride solusi dan gel mengandung 8% atau 10% fluoride, dan
amine fluoride solusi dan gel mengandung 1,0-1,25% fluoride. Bentuk-bentuk ini
tersedia bagi professional untuk aplikasi topikal. Stannous fluoride memiliki efek
efek ini disebabkan oleh ion stannous, melainkan ion fluoride. Selain itu, amine
fluoride juga telah dilaporkan memiliki efek antibakteri yang lebih kuat
stannous fluoride.
I.9.2.1 Keuntungan
I.9.2.2 Kerugian
1. Dalam bentuk larutan cair, bahan tidak stabil dan mengalami hidrolisis
yang dan oksidasi yang cepat dan membentuk Sn(OH) 2 dan ion Sn.
2. Larutan 8% memiliki rasa yang tidak enak, akan tetapi penambahan agen
ditandai dengan blanching pada gingiva. Reaksi ini biasanya terjadi pada
warna coklat terang, biasanya muncul berkaitan dengan lesi karies dan
karena bahan ini tidak memiliki waktu simpan (shelf life). Untuk mempercepat
persiapan, kapsul gelatin sebelumnya dapat diisi dengan 0,8gram bubuk SnF 2 dan
disimpan di dalam kontainer plastik yang kedap udara. Tepat sebelum aplikasi, isi
satu kapsul dilarutkan dalam 10ml air destilasi di dalam wadah plastik, lalu solusi
profilaksis. Seluruh gigi harus dibersihkan dan dipoles dengan pumis, termasuk
bagian proksimal. Gigi kemudian diisolasi dengan cotton roll dan dikeringkan
dengan air spray. Aplikasi dilakukan berdasarkan kuadran secara satu persatu.
Kuadran yang diaplikasikan hars bebas dari saliva, dan bila perlu digunakan
saliva ejector. Solusi SnF2 8% yang baru disiapkan kemudian diaplikasikan secara
terus menerus pada gigi dengan aplikator cotton agar gigi tetap lembab dengan
solusi selama empat menit. Aplikasi ulang pada gigi tertentu dilakukan setiap 15-
30 detik. Frekuensi aplikasi SnF2 yang direkomendasikan adalah satu kali setahun.
berikatan dengan enamel dan membentuk produk kristal baru. Kristal ini berbeda
Solusi SnF2 harus disimpan di dalam kapsul dan wadah kedap udara dan baru
Analisis absorpsi infrared dan difraksi X-Ray dari reaksi SnF 2 dengan
fluor hidroksiapatit.
jawab dalam membuat struktur gigi lebih stabil dan kurang rentan terhadap karies.
berbeda terhadap erosi pada enamel. Larutan fluoride dalam pH asam secara
CaF2 meningkat dalam kondisi asam. Efikasi dari larutan ini tidak hanya
dikarenakan pembentukan lapisan CaF2, tetapi juga karena reaksi ion Sn+ dengan
Ca(SnF3)2, dan CaF2. Melalui analisis SEM dapat terlihat bahwa perawatan
dengan SnF2 dan SnCl2 menyebabkan pembentukan lapisan (coating) yang kaya
akan timah (Sn). Coating ini tetap terlihat setelah pemaparan enamel terhadap
asam sitrat (pH 2,3) selama 2 menit. Oleh karena itu, dapat diperkirakan bahwa
produk reaksi yang mengandung ion Sn memiliki peran penting dalam efek
penghambatan erosi dari larutan SnF2. Telah diketahui juga bahwa SnF2
Persentase 2% 8% 1,23%
Ppm fluoride 9.200 19.500 12.300
Frekuensi aplikasi 4 kali dengan interval 1 atau 2 kali per 1 atau 2 kali per
mingguan pada usia 3, tahun tahun
7, 11, dan 13
Rasa Tawar Tidak dapat diterima Asam
Stabilitas Stabil Tidak stabil Stabil dalam wadah
plastik
Pigmentasi gigi Tidak Ya Tidak
Iritasi gingiva Tidak Terkadang dan Tidak
sementara
Neutral Sodium Fluoride adalah agen aplikasi topikal pertama yang dipelajari
secara independen oleh Knutson dan Armstrong (1943) dan Bibby (1944).
dengan interval sekitar satu minggu pada usia 3, 7, 10, dan 13, pada saat berbagai
kelompok gigi sulung dan permanen biasanya tumbuh. Prosedur ini memakan
waktu dan tidak bersamaan dengan pemeriksaan gigi biasa. Oleh karena itu, di
Skandinavia, larutan natrium fluorida biasanya diterapkan satu hingga empat kali
per tahun.
dalam 1 liter air suling dalam botol plastik. Sangat penting untuk menyimpan F
(Fluoride) dalam botol plastik karena jika disimpan dalam wadah kaca, ion
fluorida dapat bereaksi dengan silika kaca membentuk SiF2, sehingga mengurangi
aplikasi, kuadran atas dan kuadran bawah berlawanan yang berlawanan dengan
kuadran bawah diisolasi dengan gulungan kapas dan gigi dikeringkan secara
menyeluruh.
mengering pada gigi selama kurang lebih 4 menit. Prosedur ini diulangi untuk
Aplikasi ke-2, ke-3, ke-4 diberikan dengan interval mingguan. Rangkaian lengkap
Email pada gigi terdiri dari senyawa hidroksi apatit /Ca5(PO4)3OH, senyawa
ini merupakan senyawa yang dapat sedikit larut dalam suasana asam, dan suasana
asam ini sangat mungkin terjadi dalam rongga mulut kita karena pengaruh bakteri
dimana reaksi ionisasi sodium fluoride tampak pada reaksi berikut dengan NaF
NaF ⇌ Na+ + F-
Penggunaan NaF harus dieprhatikan karena NaF bersifat toksis bila dosis
yang diberikan terlalu berlebihan. Maka NaF digunakan dlm konsentrasi lebih
rendah dari pada apical fluoride yang lain, fluor konsentrasi rendah dapat bekerja
Ion Fluoride dari sodium fluoride bereaksi dengan kristal hidroksiapetit untuk
kelarutan CaF2 terlampaui dengan cepat dan reaksi cepat awal ini diikuti dengan
penurunan laju yang drastis dan fenomena ini disebut choking off.
Hal ini terjadi karena begitu lapisan tebal CaF 2 terbentuk, ia akan
mengganggu difusi F lebih lanjut dari larutan F topikal untuk bereaksi dengan
menjadi lebih kuat dan tahan pada suasana asam yang timbul di rongga mulut
I.9.3.4 Keuntungan
1. Relatif stabil bila disimpan dalam wadah plastik dan tidak perlu
2. Rasa bisa diterima dengan baik oleh pasien. Larutan ini tidak
umum 3-17 tahun, bukan dalam interval tahunan atau setengah tahunan
I.9.3.5 Kerugian
melakukan 4 kali kunjungan ke dokter gigi dalam waktu yang relatif singkat.
Bentuk silver fluoride yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi
adalah SDF. SDF sering disebut dengan istilah ‘ammoniated silver fluoride’,
‘diamine silver fluoride’, dan ‘silver diamine fluoride’. Silver diamine fluoride
merupakan istilah yang paling umum digunakan (Leal and Takeshita, 2019).
Penggunaan silver dalam kedokteran gigi dapat dilihat dari lebih dari
setengah abad lalu untuk berbagai tujuan, seperti sterilisasi kavitas, pencegahan
karies, dan desensitasi dentin. Penggunaan silver fluoride (AgF) diikuti dengan
Silver diamine fluoride (SDF atau Ag (NH3)2F) telah diterima sebagai agen
terapetik di Jepang selama lebih dari 40 tahun. Apabila berhasil, lesi karies dentin
yang lunak, kuning dan aktif akan berubah menjadi keras, halus, dan berwarna
bahwa perawatan SDF diterima dengan baik oleh orang tua anak yang jika tidak
diberi SDF akan menerima perawatan dental restoratif di bawah anestesi umum.
Lesi karies dentin yang aktif pada gigi sulung dapat menjadi arrested setelah
aplikasi berkala SDF, dan karies arrested biasanya gelap, memiliki permukaan
mengkilap dan halus. Keuntungan dari menyediakan perawatan SDF adalah pada
target populasi, lebih penting dari efek yang tidak diinginkan ketika menimbang
biaya yang rendah pada karies anak. Produk-produk berisikan konsentrasi yang
berbeda (12^%, 30%, dan 38%) larutan SDF tersedia di pasaran (Leal and
Takeshita, 2019).
demineralisasi dan menjaga kolagen dental dari degradasi, efek antimikroba pada
karies. SDF dapat berinteraksi dengan ion kalsium dan fosfat untuk membentuk
mekanisme utama lesi karies arrested ketika dirawat dengan SDF (Leal and
Takeshita, 2019). SDF yang memasuki struktur gigi akan berinteraksi dengan
fluoride akan terlepas dari kalsium dan fluoride akan berikatan dengan apatit
pada enamel dan dentin dan dapat mengurangi degradasi kolagen (Leal and
Takeshita, 2019). Silver fosfat akan berinteraksi dengan asam amino dan asam
nukleat pada bakteri sehingga akan menghambar metabolism serta reproduksi dari
bakteri, bakteri akan mati sehingga karies terhenti. Silver yang berikatan dengan
asam amino dan asam nukleat bakteri akan memberi pewarnaan pada lesi karies
(Nonong, 2011).
Tidak ditemukan efek samping mayor dari aplikasi SDF topikal kecuali
pewarnaan gelap pada lesi yang dirawat SDF. SDF hanya memberi stain pada
dentin yang berkaries, bukan pada enamel dan dentin yang sehat. Karena efek
samping yang tidak estetik ini, penting untuk menginformasikan dan berdiskusi
dengan pasien dan orang tua sebelum aplikasi SDF. Informasi dari keuntungan
dan efek samping harus diberikan, dan consent harus didapatkan. Aplikasi KI
pewarnaan lesi karies pada aplikasi SDF saja dengan aplikasi SDF Bersama KI
penggunaan SDF sebagai perawatan pulpa indirect. Tidak ada kerusakan pulpa
pada aplikasi SDF pada lesi karies dalam pada anak pra sekolah. Penelitian
terhadap 1000 anak, hanya beberapa anak yang dilaporkan memiliki lesi putih
ringan pada mukosa mereka dan menghilang dalam waktu dua hari tanpa
I.10.3Keamanan SDF
Konsentrasi ion fluoride dan sliver dari 38% larutan SDF adalah 44800 ppm
dan 255000 ppm. Meskipun konsentrasi fluoride dan silver yang sangat tinggi,
tidak ada efek samping mayor yang pernah dilaporkan. Untuk alasan keamanan
dari paparan silver, rata-rata dosis letal (LD50) pada tikus sekitar 520mg/kg oleh
administrasi oral dan 380 mg/kg dari administrasi subkutan. Jumlah rata-rata SDF
yang diaplikasikan pada tiga gigi orang dewasa adalah 7,6 mg, jumlah silver yang
terkandung sekitar 1,5 mg. dengan kata lain jumlah silver pada satu gigi adalah
Jika berat badan anak tersebut adalah 10kg, maka dosis tertinggi silver tidak lebih
dosis letal tersebut adalah 380 kali lipat dosis maksimal pemberian silver pada 20
gigi sulung anak dengan berat badan 10 kg. dengan periode aplikasi (satu atau dua
kali per tahun), resiko kumulatif paparan silver adalah minimal (Leal and
Takeshita, 2019).
Rata-rata fluoride dari aplikasi 38% SDF pada tiga gigi orang dewasa adalah
0,33 mg sehingga satu gigi kira-kira 0,11 mg. “probably toxic dose” (PTD) dari
fluoride adalah 5 mg fluoride per kg berat badan. Jika anak dengan berat badan 10
kg diberi aplikasi topikal 38% SDF pada 20 gigi, anak akan mendapat dosis
skenario tersebut, batas aman fluoride setidaknya 23 kali dari dosis maksimal
Hasil penelitian menunjukan bahwa lesi yang diberikan SDF 38% menjadi
2. Frekuensi aplikasi
aplikasi tahunan.
3. Kebersihan mulut
Mempertahankan kebersihan mulut dan menjaga agar lesi karies bebas dari
mengatakan bahwa lesi karies aktif dentin yang tidak memiliki plak di
SDF.
Penelitian klinis menemukan bahwa lesi kavitas karies pada gigi anterior
lebih cenderung akan terhenti setelah aplikasi SDF dibandingkan gigi posterior.
Selain itu, lesi kareis aktif pada permukaan bukal dan lingual gigi sulung
permukaan bukal dan lingual gigi yang halus lebih mudah untuk dibersihkan.
belakang tersebut tidak memiliki efek signifikan terhadap hasil perawatan SDF.
Oleh karena itu, dapat diharapkan bagi populasi dengan latar belakang di mana
biasanya terdapat tingkat ECC yang tinggi, perawatan SDF dapat efektif dalam
kesehatan yang menggunakan SDF harus hati-hati akan terjadinya kontak tidak
sengaja dengan SDF pada kulit. Apabila tidak dihilangkan dengan segera, SDF
dapat menyebabkan pewarnaan coklat dan sulit untuk dihilangkan (Gambar 1.10).
Pewarnaan ini akan hilang dalam seminggu karena eksfoliasi alami dari jaringan
kulit mati. Oleh karena itu, praktisi dianjurkan untuk menggunakan sarung tangan
saat menangani larutan SDF dan berhati-hati agar dapat menghindari kontak
larutan SDF dengan kulit praktisi atau pasien. Selain itu SDF juga dapat menodai
pakaian dan sangat sulit untuk dihilangkan. Permukaan area kerja harus dilapisi
lapisan anti air, dan paper towel atau kasa digunakan untuk membersihkan SDF
yang tumpah.
Gambar 1. 10 (a) Kulit pada jari ternodai SDF. (b) Noda
hilang setelah 1 minggu tanpa perawatan
terjadi setelah aplikasi SDF, maka penting untuk mendapatkan informed consent
dari orang tua/wali pasien anak. Informasi mengenai pewarnaan dan kemungkinan
dibutuhkannya reaplikasi harus diberikan kepada orang tua. Pewarnaan gelap pada
gigi tidak dapat hilang seiring berjalannya waktu, tetapi dapat dihilangkan dengan
bur atau instrumen gigi. Selain itu dapat pula ditutupi dengan bahan restorasi yang
opak.
I.10.6Indikasi
1. Anak-anak dengan ECC yang parah atau anak-anak dengan resiko karies
tinggi
2. Anak-anak yang tidak dapat kooperasi selama perwatan restorasi karena
3. Anak-anak yang memiliki multipel karies dan membutuhkan lebih dari satu
kali kunjungan perawatan, sepertikaries aktif dentin perlu ditangani dan tetap
konvensional
5. Anak-anak yang memiliki lesi karies yang sulit untuk ditangani seperti pada
gigi yang erupsi sebagian sehingga sulit untuk akses dan isolasi serta
selesai.
Kriteria untuk gigi yang dapat diterapi SDF adalah sebagai berikut (American
3. Lesi karies pada permukaan apapun selama dapat diakses untuk aplikasi SDF
I.10.7Kontraindikasi
I.10.8Prosedur Klinis
dentin pada gigi sulung (American Academy of Pediatric Dentistry, 2017; Leal
1. Pasien dan operator harus memakai kaca mata proteksi. Pasien dapat
2. Hilangkan debris makanan dan plak dari kavitas karies untuk memberikan
kontak yang baik antara SDF solution dan jaringan karies dentin, atau dapat
3. Cek bahwa lesi karies tidak meluas ke pulpa dan gigi masih vital,
5. Isolasi gigi yang berlubang dengan cotton roll atau kassa, serta saliva ejector.
6. Gunakan cawan petri plastik sekali pakai untuk menyimpan sejumlah kecil
benang atau tusuk gigi dapat membantu untuk mengaplikasikan SDF solution
10. Secara ringan usap atau oles permukaan lesi karies dengan micro-applicator
selama minimal 1 menit bila memungkinkan, dan pastikan seluruh lesi karies
terbasahi dengan SDF solution. Aplikasi dapat lebih singkat pada pasien yang
sangat muda dan sulit kooperatif, bila menggunakan periode aplikasi yang
lebih singkat, evaluasi post-treatment dan recall untuk ealuasi arrest serta
11. Jika perlu, buang kelebihan SDF solution dengan kassa atau cotton roll,
12. Tetap isolasi hingga kurang lebih 3 menit sampai SDF kering, dapat dibantu
dengan mengalirkan udara secara ringan pada lesi karies yang telah diaplikasi
SDF solution,
13. Minimalisir kontak SDF solution dengan gingiva atau mukosa di dekatnya
14. Bila lesi karies banyak, lebih baik lakukan pada satu kuadran per sekali
kunjungan. Aplikasikan tidak lebih dari 2 tetes SDF pada satu kali kunjungan,
karena dengan 2 tetes tersebut dapat digunakan untuk aplikasi ke 10-12 lesi
karies,
15. Secara hati-hati buang handscoon yang digunakan, micro-applicator dan
sampah,
16. Informasikan orang tua atau pengasuh pasien bahwa pasien harus menunda
17. Pasien diminta datang sebanyak 3 kali kunjungan dalam selang waktu 3 hari.
I.10.9Follow-Up
bergantung pada ukuran kavitas dan lokasi gigi. Gigi anterior memiliki derajat
karies mencapai arrest yang lebih tinggi dibandingkan gigi posterior. Follow-up
pada kunjungan recall, berdasarkan warna dan kekerasan lesi atau ada
aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
AAPD Clinical Practice Guideline. Use of silver diamine fluoride for dental caries
management in children and adolescents, including those with special health
care needs. Pediatr Dent 2017;39 (5): E135-E145. (Available at:
http://www.aapd.org/policies/)
AAPD Healthy Smiles Guidebook. Available at:
https://www.aapd.org/assets/1/7/HealthySmilesGuidebook.pdf
ADA. 2019. Oral health Topics: Mouthwash (Mouthrinse). Available at:
Mouthwash (Mouthrinse) (ada.org)
Adair, S. M. 2006. Evidence based use of fluoride in contemporary pediatric
dental practice. Pediatric Dentistry. Vol 28(2): 133-142.
Akhavan, S., Saayahpour, S., Momeni, H., & Kharazifard, M. 2017. Effect of
fluoride gel and foam on salivary fluoride concentration. Journal of
Research in Dental and Maxillofacial Science, 16-22.
Batayneh, O. B. 2009. The clinical applications of tooth mousse and other CPP-
ACP products in caries prevention: Evidence-based recommendation.
Smile Dental Journal. Vol 4 (1): 8-12.
Browne D, Whelton H, O’Mullane D: Fluoride metabolism and fluorosis. J Dent
2005; 33: 177–186
Bowen, William. 2013. The Stephan Curve revisited. Odontology: 101:2–8.
Boyle, P., Koechlin, A., Autier, P. 2014. Mouthwash use and the prevention of
plaque, gingivitis and caries. Oral Head and Neck Disease. Vol 20 (1).
Cameron, A., Widmer, R. 2013. Handbook of Pediatric Dentistry 4th Edition.
Edinburgh: Mosby ELSEVIER.
Dhama, K., Patthi, B., Singla, A. 2017. Topical Fluorides: A Literature Review.
Hamburg: Anchor Academic Publishing.
Ganss. C, Schlueter. N, Preiss.S, Klimek.J. 2009. Tooth brushing habits in
uninstructed adults -frequency technique, duration and force. Clin Oral
Investig. 13:203-8
GC Tooth Mousse Plus. Instruction for Use. GC America Inc.
Imani, M., Safaei, M., Afnaniesfandabad, A., Moradpoor, H., Sadeghi, M.,
Golshah A., Sharifi, R., Mozaffari, H. 2019. Efficacy of CPP-ACP and
CPP-ACPF for prevention and reminieralization of white spot lesions in
orthodontic patients: A systematic review of randomized controlled
clinical trials. Acta Inform Med. Vol 27 (3): 193-198.
Leal. S., Takeshita. E. 2019. Pediatric Restorative Dentistry. Brazil: Springer.
Manikandan, et al. 2011. Ingestion of Fluoride from Dentifrices by Young
Children and Fluorosis of the Teeth – A Literature Review. J Clin Pediatr Dent
36(2): 111–122
Marinho VC, Higgins JP, Sheiham A, Logan S. Fluoride toothpastes for
preventing dental caries in children and adolescents. Cochrane Database Syst
Rev. 2003. 1:25-32.
Marwah, Nikhil. 2014. Textbook of Pediatric Dentistry, 3rd edition. India: Jaypee
Brothers.
Miller, Keane. 2003. Encyclopedia and Dictionary of Medicine, Nursing, and
Allied Health, Seventh Edition. Saunders, an imprint of Elsevier, Inc.
Nonong, Y. H. 2011. Penggunaan silver diamine fluoride sebagai bahan
antikaries. Prosiding Temu Ilmiah Bandung Dentistry. Vol 8 (6): 39-46.
Oliveira, etal. 2007. Fluoride Intake by Children at Risk for the Development of
Dental Fluorosis: Comparison of Regular Dentifrices and Flavoured
Dentifrices for Children. Caries Res;41:460–466
Sluijs, E., Slot D. E., Hoenderdos, N. L., Weijden, G. A. 2018. Dry brushing:
Does it improve plaque removal? A secondary analysis. Int J Dent
Hygiene: 1-8.
Song, W., Toda, S., Komiyama, E., Komiyama, K., Arakawa, Y., He, D., &
Arakawa, H. 2011. Fluoride retention following the professional topical
application of 2% neutral sodium fluoride foam. International Journal of
Dentistry, 1-6.
Srivastava, Vinay. 2011. Modern Pediatric Dentistry. India: Jaypee Brothers.
Thierens, L., Moerman, S., Van Elst, C., Vercruysse, C., Maes, P., Temmerman,
L., De Roo, N., Verbeeck, R., De auw, G. 2019. The in vitro
remineralizing effect of CPP-ACP and CPP-ACPF after 6 and 12 weeks
on initial caries lesion. Journal of Applied Oral Science. Vol 27. 1-9.
Welbury, R. R., Duggal, M. S., Hosey, M. T. 2005. Paediatric Dentistry Third
Edition. Oxford University Press.
Wiegand A, et al. 2009. Effect of sodium, amine and stannous fluoride at the same
concentration and different pH on in vitro erosion. Zurich Open
Repository and Archive; 37(8): 591-595.
Yang, et al. 2015. New Tooth Brushing Campaign about 1-2-3. Int J Clin Prev
Dent;11(1):45-50