TUTORIAL 14
ANGGOTA KELOMPOK:
1. Salsabila Yasmine (160110160014)
2. Kamilia Dhia Firdaus (160110160028)
3. Valensia Suwarland (160110160042)
4. Ruti Diahayu Suryandari (160110160056)
5. Sarah Shafira (160110160070)
6. Muhammad Istiqlal Gifari (160110160084)
7. Joanita (160110160100)
8. Amalina Candraditya Putri (160110160114)
9. Rizqi Maudhina Putri (160110160128)
10.Livia Angelina Anggara (160110160142)
11.Rizaldi Alfathan Hidayatullah (160110160156)
12.Hana Zahra Mujahidah (160110160170)
Dosen Pembimbing: drg. Merry Annisa Damayanti
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah,
rahmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehinga makalah yang berjudul “Kasus 1:
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu penilaian yang terdapat di blok
Dental Science 1.
tidak langsung dalam makalah ini, kami ingin mengungkapkan rasa terima kasih
1. Yth. drg. Merry Annisa Damayanti selaku dosen pembimbing tutorial blok
2. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun
Tugas ini telah kami kerjakan sebaik mungkin yang kami mampu. Kami
memohon maaf sebesar-besarnya jika ternyata masih ada terdapat kekurangan, dan
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
2.3 Mekanisme Terjadinya Karies ................................................................ 18
iii
2.10.11 Proyeksi Bitewing Premolar .......................................................... 40
iv
2.17 Pulp Capping........................................................................................... 92
3.1 Mengapa Makanan Manis dan Minum Dingin Menyebabkan Ngilu ... 109
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.6 Arah aliran cairan dalam tubulus dentin berdasarkan rangsangan
Gambar II.14 Hasil foto bitewing tanpa menggunakan cotton roll (bite-wing tab
.................................................................................................. 39
vi
Gambar II.19 Titik Penetrasi Bitewing Premolar............................................ 41
Gambar II.27 Karies proksimal biasanya terletak pada titik kontak gigi ........ 49
Gambar II.28 Cervical Burn Out yang mengenai semua gigi dan terletak pada
Gambar II.29 Kiri: bagian distal caninus hanya terfoto sebgian. Kanan: bagian
Gambar II.30 Kiri: puncak tulang alveolar terlihat. Kanan: puncak tulang
.................................................................................................. 50
Gambar II.31 Kiri: overlap mahkota gigi M1 dan M2 RA lebih dari 1/2 enamel.
enamel. ...................................................................................... 51
Gambar II.32 Dataran oklusal miring dan menurun kearah mesial ................ 51
vii
Gambar II.34 Polimer Bis-GMA yang mengandung monomer metakrilat ..... 65
microhybrid............................................................................... 66
Gambar II.37 Proses pengikatan coupling agent dengan matriks dan filler .... 66
Gambar II.45 Proses Etching dan Aplikasi Bonding Agent .......................... 104
Gambar II.47 Teknik untuk insersi class II posterior komposit. ................... 105
viii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Klasifikasi penyakit pada pulpa. (Hargreaves & Berman, 2016)
.................................................................................................. 30
2016) ......................................................................................... 31
ix
BAB I
PENDAHULUAN
dengan keluhan makanan sering tersangkut di antara gigi belakang bawah kanan
dan terasa ngilu ketika minum dingin dan makan makanan manis di daerah tersebut
gigi yang dikeluhkan pasien. Tidak terdapat riwayat sakit spontan. Hasil
pemeriksaan menunjukkan :
Hasil pemeriksaan intra oral : karies pada permukaan mesial gigi 46 dengan tes
mencapai pulpa.
1
2
Usia : 30 tahun
1.2.1 Terminologi
Terminologi yang kami dapatkan pada kasus ini adalah sebagai berikut.
1.2.3 Hipotesis
Hipotesis yang kami tawarkan untuk kasus ini adalah sebagai berikut.
1.2.4 Mekanisme
Informasi penunjang pada kasus ini adalah pemeriksaan intra oral dan
pemeriksaan radiografi.
Poin I don’t know yang kami temukan pada kasus ini adalah sebagai berikut.
2. Rencana perawatan
2. Mengapa gigi terasa ngilu bila minum dingin dan makan makanan manis?
18. Informasi apa saja yang diberikan untuk mendapatkan informed consent?
consent?
25. Bagaimana komposisi, sifat mekanis, sifat biologis, sifat fisis, dan reaksi
polimerisasi komposit?
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pulpa
Gigi memiliki dua bagian anatomik utama yakni mahkota dan akar, yang
bertemu di daerah serviks. Demikian juga dengan jaringan pulpa, ada pulpa
mahkota dan pulpa akar. Mahkota pulpa terdapat di dalam mahkota gigi.
Perpanjangan yang lebih kecil dari mahkota pulpa ke dalam cusp dari gigi-gigi
disebut tanduk pulpa. Tanduk pulpa pada gigi permanen khususnya menonjol di
bawah buccal cusp pada premolar dan mesiobuccal cusp pada molar.
6
7
Akar pulpa adalah bagian dari pulpa yang terdapat di daerah akar gigi. Akar
pulpa disebur juga radicular pup, root canal atau pulp canal. Akar pulpa memanjang
dari bagian cervix gigi sampai ke apex gigi. Pada bagian apex terdapat lubang yang
disebut dengan foramen apikal. Lubang ini dikelilingi oleh cementum dan
memungkinkan arteri, vena, limfatik, dan nervus untuk masuk dan keluar dari pulpa
dari ligament periodontal. Foramen apikal adalah bagian terakhir dari gigi yang
terbentuk setelah mahkota gigi erupsi ke dalam rongga mulut. Pada perkembangan
gigi, ukuran foramen besar dan terletak di tengah. Seiring dengan gigi yang semakin
dewasa, foramen menjadi lebih kecil diameternya. Foramen biasanya terdapat pada
apex akar. Jika ada lebih dari satu foramen yang terlihat pada akar, yang terbesar
Pulpa adalah suatu rongga di bawah lapisan dentin. Pulpa gigi banyak
memiliki kemiripan dengan jaringan ikat lain pada tubuh manusia, namun ia
memiliki karakteristik yang unik. Di dalam pulpa terdapat berbagai elemen jaringan
8
seperti pembuluh darah, persyarafan, serabut jaringan ikat, cairan interstitial, dan
adalah arteriol dan venula, yang memasuki pulpa melalui lubang di ujung saluran
akar gigi (foramen apikal). Karena dibatasi oleh dinding denting yang kaku,
1. Odontoblast Layer
kapiler, serabut saraf, sel dendritik. Bentuk selnya bermacam macam, di pulpa
coronal berbentuk tall columnar , di mid root region berbentuk kuboid dan di apikal
2. Cell-Free Zone
“bebas dari sel”. Cell-free zone sering juga di sebut cell-free of weil. Cell-free zone
biasanya tidak terlihat pada pulpa muda saat bentuk dentin berubah-ubah secara
cepat dan pulpa tua saat pembentukan dentin reparatif. Zona ini juga dilintasi oleh:
- Kapiler darah
3. Cell-Rich Zone
makrofag, sel dendritik dan sel mesenkim yang tidak berkembang. Pada zona ini
4. Pulp Proper
Merupakan massa sentral dari pulpa dan berisi jaringan ikat bebas dan
pembulu saraf & pembuluh darah yang lebar. Sel yang paling menonjol di sini
adalah fibroblas.
1. Odontoblas
Odontoblas adalah sel pulpa yang paling khas. Sel ini membentuk lapisan
menjadi dentin. Di bagian mahkota ruang pulpa terdapat banyak odontoblas dan
bentuknya seperti kubus relatif besar. Jumlah odontoblas di daerah itu sekitar
45.000 dan 65.000/mm2. Di daerah serviks dan tengah-tengah akar jumlahnya lebih
mencerminkan aktivitas fungsionalnya secara signifikan, dan sel yang lebih besar
memiliki kapasitas mensintesis lebih banyak matriks. Odontoblas adalah sel akhir
yakni tidak lagi mengalami pembelahan sel. Selama siklus hidupnya, odontoblas
mengalami masa fungsional, transisi, transisional, dan fase istirahat, yang berbeda-
Odontoblas terdiri atas dua komponen structural dan fungsional utama yakni
badan sel dan prosesus sel. Badan sel terletak di sebelah matriks dentin tak
dentin dan predentin. Badan sel adalah bagian dari sel yang berfungsi mensintesis
dan mengandung nucleus yang terletak di basal serta struktur organel didalam
sitoplasma yang merupakan khas dari suatu sel pensekresi. Selama dentinogenesis
aktif, reticulum endoplasma dan apparatus golgi tampak menonjol disertai banyak
mitokondria dan vesikel. Badan sel dilengkapi dengan berbagai junction yang
kompleks yang mengandung gap junction, tight junction, dan desmosom yang
tempat terbentuknya dentin dan mengatur aliran zat ke dalam dan keluar area.
Produk ekskresi dari odontoblas ke dalam membrane sel di ujung perifer badan sel
dan ujung basal dari prosesus sel. Pada mulanya produk ini mencakup komponen
Odontoblas baru dapat tumbuh setelah odontoblas yang lama hilang akibat
cedera. Namun tumbuhnya odontoblas baru hanya baru terjadi jika pada zona kaya
akan sel telah ada preodontoblas. Preodontoblas adalah sel yang telah
tempat tersebut.
Odontoblas baru dapat tumbuh setelah odontoblas yang lama hilang akibat
ceder. Namun tumbuhnya odontoblas baru hanya bisa terjadi pada zona kaya akan
sel uang telah ada preodontoblas. Preodontoblas adalah sel yang terdiferensiasi
3. Fibroblas
Fibroblas adalah tipe sel yang paling umum terlihat dalam jumlah paling
besar di pulpa mahkota. Sel ini menghasilkan dan mempertahankan kolagen serta
zat dasar pulpa dan mengubah struktur pulpa jika ada penyakit. Seperti odontoblas,
aktif selnya, makin menonjol orfanel dan komponen lainnya yang diperlukan untuk
sintesis dan sekresi. Akan tetapi, tidak seperti odontoblas, sel-sel ini mengalami
kematian apoptosis dan diganti jika perlu oleh maturasi dari sel-sel yang kurang
terdiferensiasi.
Sel ini merupakan sumber bagi sel jaringan ikat pulpa. Sel prekursor ini
ditemukan di zona kaya akan sel dan inti pulpa serta dekat dengan pembuluh darah.
Tampakmnya, sel-sel ini merupakan sel yang pertama kali membelah ketika terjadi
cedera. Sel ini akan berkurang jumlahnya sejalan dnegan meningkatnya kalsifikasi
normal dari pulpa. Sel dendritik dan prosesusnya ditemukan di seluruh lapisan
odontoblas dan memiliki hubungan yang dekat dengan elemen vaskuler dan saraf.
Sel-sel ini merupakan bagian dari sistem respon awal dan surveillance dari pulpa.
Sel ini akan menangkap dan memaparkan antigen terhadap sel T residen dan
makrofag. Secara kolektif, kelompok sel ini merupakan sekitar 8% populasi sel
dalam pulpa.
Pulpa gigi memiliki fungsi yang sangat penting yaitu menjaga vitalitas gigi.
Beberapa fungsi pulpa dalam menjaga vitalitas gigi adalah sebagai berikut:
1. Fungsi induktif
merupakan kejadian yang saling bergantung dalam arti bahwa epitel email akan
pembentukan gigi.
2. Fungsi formatif
dalam pembentukan dentin dalam tiga cara: 1) melalui sintesis dan sekresi matriks
dentinogenesis primer umumnya merupakan proses yang cepat. Setelah gigi matang,
pembentukan dentin terus berlanjut namun pada kecepatan yang lebih rendah dan
dalam pola yang tidak begitu simetris (dentinogenesis sekunder). Odontoblas dapat
pula membentuk dentin sebagai respon atau cedera, yaitu jika ada karies, trauma,
atau prosedur restorasi. Pada umumnya, dentin yang terbentukakibat keadaan ini
tidak begitu teratur dibandingkan dentin primer dan sekunder dan sebagian besar
14
terlihat di lokasi tempat cedera. Dentin ini disebut dentin tersier. Secara morfologis,
dentin ini juga disebut dentin reaktif, reparatif, iritatif, atau dentin ireguler.
3. Fungsi defensif
Dentin sebagai respon terhadap cedera, terutama jika ketebalan dentin yang
asli telah berkurang akibat karies, atrisi, trauma, atau prosedur restoratif. Dentin
dapat juga terbentuk pada lokasi yang kontinuitasnya terputus, seperti pada tempat
terbukanya pulpa. Hal ini terjadi melalui induksi, diferensiasi, dan migrasi
odontoblas baru atau sel-sel mirip odontoblas pada lokasi terbuka tersebut. Tetapi,
struktur dentin yang dihasilkan sebagai respon atas cedera seperti ini mungkin tidak
sama dengan dentin yang dihasilkan melalui proses fisiologis dan dengan demikian
tidak akan bisa memenuhi derajat proteksi yang sama terhadap jaringan pulpa yang
terletak di bawahnya.
zat asing serta menimbulkan respon imun terhadap keberadaan zat asing itu. Hal ini
4. Fungsi nutritif,
5. Fungsi sensatif
email/dentin ke pusat saraf yang lebih tinggi. Stimulus ini biasanya diekspresikan
perabaan. Jaringan pulpa juga mentransmisikan sensasi dari nyeri dalam, yang
timbul karena adanya penyakit, terutama penyakit inflamasi. Sensasi pulpa yang
berjalan melalui dentin dan email biasanya cepat, tajam, dan parah dan
ditransmisikan oleh serabut C yang lebih kecil biasanya lambat, lebih tumpul, dan
venule, vena. Sirkulasi terjadi pada pulpa karena dentin, enamel, dan sementum
tidak mempunyai pembuluh darah. Total flow rate/gram tissue pada pulpa lebih
tinggi daripada jaringan lainnya, tetapi total flow keseluruhan lebih kecil karena
pulpa lebih kecil. Mikrosirkulasi pulpa disulplai melalui arteri maksilari yang
merupakan cabang arteri carotid eksternal. Pembuluh darah dan saraf masuk ke
pulpa melalui foramen apikal. Di kamar pulpa arteriol bercabangkan ke arah perifer
atas secara terpusat dan bercabang-cabang untuk membentuk jaringan kapiler pada
perifer pulpa dan darah tertarik ke venules di pusat pulpa. Jaringan kapiler
dalam pulpa ukurannya lebih besar dari kapiler, akan meresorbsi cairan jaringan
mencapai ujung akhir saraf pada predentin atau innerdentin. Namun, bagaimana
penghantaran saraf selanjutnya hingga menimbulkan rasa nyeri, tidak dibahas lebih
jauh. Teori ini tidak berkembang lagi, tidak ada ilmuan yang mendukung teori ini
sehingga hingga kini, teori ini sudah hampir tidak terdengar lagi.
penghantar saraf menuju ujung saraf dentin. Tapi teori ini juga tidak mengalami
3. Hydrodinamic Theory
didukung oleh banyak ilmuan. Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Brannstrom
dan Astrom. Teori ini berlaku untuk segala macam rangsangan seperti panas, dingin,
17
rasa nyeri terjadi akibat pergerakan cairan di dalam tubulus dentin. Didalam tubulus
dentin dan pulpa terdapat cairan interestinal. Pada pulpa yang sehat tekanan normal
mengaktifkan serabut syaraf tipe A yang ada disekeliling odontoblas atau syaraf di
dalam tubulus dentin, yang kemudian direspon sebagai rasa nyeri. Aliran
hidrodinamik ini akan meningkat bila ada pemicu seperti perubahan temperatur
(panas atau dingin), kelembaban, tekanan udara dan tekanan osmotik atau tekanan
Gambar II.6 Arah aliran cairan dalam tubulus dentin berdasarkan rangsangan
sesuai dengan Teori hidrodinamik.
18
dental karies. Tidak ada teori yang dapat menentukan semua aspek yang ada pada
dental caries. Pada dasarnya, karies terjadi ketika terdapat interaksi dari 4 faktor,
yaitu host, microflora, substrat, dan waktu. Untuk karies dapat terjadi, ke empat
factor tersebut harus saling menguntungkan yang berarti karies membutuhkan host
yang rentan, oral flora yang bersifat kariogenik dan substrat yang sesuai untuk
waktu yang lama. Secara diagram, factor factor ini dapat diketahui dalam 4
lingkaran yang saling melengkapi satu sama lain. Karies berada id tengah ketika
A. Gigi
a. Morfologi
Morfologi gigi merupakan faktor penting dari terjadinya inisiasi caries. Pit
yang dalam dan fissure membuat rentan terhadap karies dikarenakan impaksi
dan bakteri yang stagnasi. Oleh sebab itu permukaan oklusal cenderung
terjadi karies. Yang paling rentan adalah molar pertama mandibula dan
terjadinya karies.
b. Chemical nature
mineral, lebih banyak zat organik dan airnya relative sedikit. Elemen terentu
karies.
20
2. Saliva
Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor dan minor. Kadar saiva yang
dihasilkan tergantung pada umur, genetic, dan penyakit sistemik yang diderita.
yang diproduksi plaque bakteri pada permukaan gigi. Selai itu, saliva
remineralisasi gigi. Oleh karena itu, apabila kadar saliva berkurang akan
3. Diet
paling kariogenik adalah sukrosa. Hal ini karena sukrosa sangat mudah larut
glukosa dan fruktosa juga bersifat kariogenik namun dengan derajat yang
lebih rendah. Jika ph mulut terus menerus berada di bawah ph kritis (5,5)
akibat dari asam yang dihasilkan dari karbohidrat inilah yang akan
4. Microorganisme
spp. S. mutan merupakan bakteri yang paling berperan pada tahap awal
terjadinya karies karena bakteri ini lebih banyak memproduksi asam dari
bakteri yang lain. Hal ini akan menyebabkan pH kritis untuk meningkatkan
demineralisasi gigi.
disebabkan oleh adanya suatu stimulus, dimana inflamasi dapat hilang dengan
menghilangkan faktor iritan. Stimulus ringan seperti karies insipient, erosi servikal,
atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuratase periodontium yang
dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah faktor-
2.4.1 Gejala
Aplikasi stimulus seperti makanan minuman yang manis, dingin, atau panas
menimbulkan rasa sakit yang tajam dan berlangsung sementara atau akan hilang
ketika stimulus dihilangkan. Rasa sakit ini tidak terjadi secara spontan. Pulpitis
2.4.2 Etiologi
1. Bakteri
Penyebab paling umum injuri pulpa adalah invasi karies yang invasinya tidak
disebabkan oleh ivansi langsung bakteri tapi karena penetrasi dari produk-
produknya yang mungkin berpenetrasi ke dalam pulpa melalui tubulus dentin yang
2. Fisis
A. Mekanis
Injuri pulpa secara mekanis ini biasanya disebabkan oleh trauma atau
pemakaian patologik gigi. Injuri traumatic dapat disertai atau tidak disertai degan
fraktur mahkota atau akar. Injuri traumatic pulpa dapat disebabkan karena adanya
pukulan keras pada gigi, baik sewaktu olahraga, kecelakaan, atau ketika perkelahian.
Selain itu, injuri traumatic pulpa juga dapat disebabkan oleh prosedur kedokteran
gigi. Misalnya, terbukanya pulpasecara tidak sengaja ketika ekskavasi struktr gigi
yang terkena karies. Pulpa juga dapat terbuka ata hampir terbuka oleh pemakaian
patologik gigi, baik abrasi maupun atrisi bila dentin sekunder ridak cukup cepat
terbentuk.
B. Termal
Penyebab termal injuri pulpa adalah panas yang didapat karena preparasi
kavitas, dan konduksi panas dari tumpatan. Panas karena preparasi kavitas
merupakan panas yang ditimbulkan oleh bur ketika sedang mempreparasi kavitas.
Ketika menggunakan bur, sebaiknya gunakan pendingin agar injuri pulpa dapat
dihindari. Bukti menunjukkan bahwa kerusakan pulpa lebih cepat disembuhkan bila
preparasi kavitas dilakukan dibawah semprotan air. Konduksi panas dari tumpatan
dihasilkan dari tumpatan metalik. Tumpatan metalik yang dekat pada pulpa tanpa
suatu dasar semen perantara dapat menyalurkan secara cepat perubahan panas ke
3. Kimiawi
Aplikasi suatu pembersih kavitas pada lapisan dentin yang tipis dapat
menyebabkan inflamasi pulpa. Pada suatu studi, pembersih kavitas seperti asam
sitrat menyebabkan respon radang yang sangat dalam yang secara berangsur-angsur
berkurang dalam kira-kira satu bulan. Erosi yang lambat dan progresif pada
permukaan labial atau fasial leher gigi akhirnya dapat mengiritasi pulpa dan dapat
Awal manifestasi histologis dari reaksi inflamasi dalam pulpa terjadi selama
terbentuk, diikuti oleh proses mineralisasi dari odontoblastik. Di sisi ini, banyak
terdapat bakteri.
memudahkan bakteri untuk masuk ke pulpa melalui jalur tersebut. Setelah bakteri
masuk ke dalam pupla, maka tubuh akan bereaksi dengan cara, enzim lisosom
dilepaskan oleh netrofil granulosit yang rusak dan makrofag dibawa ke endotel sel
Pada tahap proses karies ini, serabut saraf tampak hanya untuk meringankan
kerusakan.
Selama inflamasi, sel endotil di dalam pembuluh darah aktif untuk perlekatan
molekul, untuk mengangkat benda di sekitar leukosit. Hal ini dan aliran darah yang
berpindah ke arah pintu masuk tubulus dekat pulpa. Disana, granulosit mati dan
melepaskan enzim lisosom yang dapat merusak jaringan pulpa. selama fagositosis
debris seluler mengarah pada pelepasan enzim lisosom, dengan perusakan jaringan
metabolik dan keruskan produk, serta produk-produk penguraian dentin itu sendiri.
2.6 Sakit
Sakit hanya apabila terdapat stimulus terjadi pada karies reversible. Rigid
dentin berguna untuk mebatasi respon inflamasi ketika pulpa belum terekspose atau
membatasi pulpa dari iritant, sedangkan pulpa memiliki kemampuan untuk recover
saat terkena irritant. Dentin akan merespon nyeri saat terdapat stimuli. Pergerakan
n yang dari cairan pada tubuli dentin yang disebabkan adanya stimuli akan
menggerakan odontoblas dan afferent nerves dari pulpa yang akan menghasilkan
nyeri tajam, cepat dan reversible dental pain. Semakin dekat pulpa, tubuli dentin
akan semakin besar sehingga apabila kavitas semakin mendekati pulpa, rasa nyeri
semakin bertambah. Respon pulpa untuk iritasi adalah inflamasi, jaringan keras
akan membatasi irritant dari pulpa dan kemudian akan memberhentikan inflamasi
sehingga rasa sakit tidak terjadi terus menerus tanpa ada stimululi.
dengan adanya zona tubular sklerosis dan iritasi dentin. Tidak ada titik sel inflamasi
pada pulpa sampai karies berpenetrasi sejauh 0,5mm dari pulpa. Saat lesi karies
dentin berkembang, zona sclerotic dentin akan mengalami deminarilasi dan lesi
perubahan pulpa parah seperti abses akan terjadi. Oleh karena itu, sampai karies
Sakit spontan adalah reaksi nyeri yang timbul tanpa adanya stimulus yang
menunjukkan indikasi adanya pathosis parah dari jaringan pulpa. Stimulus seperti
dingin, panas, dan makanan manis dapat menimbulkan timbulnya sakit spontan.
Namun, apabila stimuli dihilangkan, rasa sakit seringkali muncul dan mengagetkan
pasien. Kondisi ini menunjukkan bahwa ujung saraf dalam lapisan odontoblastic
Sakit spontan terjadi apabila terjadinya infeksi pada kamar saraf (pulpa) gigi,
terbukanya pulpa gigi yang terkontaminasi bakteri dapat disebabkan oleh karies
yang tidak ditambal, leakage pada restorasi, dan fraktur gigi. Terjadi pada diagnosa
pulpitis irreversible
Sakit yang bersifat secara terus menerus dan dirangsang oleh stimulus,
minuman yang dingin. Apabila nyeri disebabkan oleh rangsangan termal maka
Definisi diagnose banding ialah, Sejumlah diagnosis lebih dari satu yang di
tetapkan karena memiliki kesamaan gejala, sumber rasa sakit yang fungsinya untuk
dari pulpitis reversible adalah pulpitis irreversible. Karena, kedua diagnose ini
peradangannya sudah sampai pulpa ntuk pulpitis irreversible bisa juga asimtomatik.
Tetapi untuk pulpitis irreversible kondisi pulpa tidak dapat kembali seperti normal
30
Tabel II.1 Klasifikasi penyakit pada pulpa. (Hargreaves & Berman, 2016)
Klasifikasi penyakit pada pulpa
Pulpitis Reversible Kondisi inflamasi pulpa yang dapat kembali
normal ketika stimuli dihilangkan.
Irreversible Simptomatik Kondisi inflamasi pulpa yang
tidak dapat kembali normal
ketika stimuli dihilangkan.
Asimptomatik Dapat disertai gejala sakit
spontan dan sakit yang bertahan
lama.
Hiperplastik Kondisi inflamasi pulpa yang terjadi proliferasi
sel epitel yang hiperplastik, menutupi jaringan
pulpa yan g terinflamasi.
Nekrosis pulpa Kondisi dinama terjadi kematian pada pulpa baik
seluruh maupun sebagian.
31
Teknik radiografi yang tepat untuk kasus ini adalah teknik radiografi intraoral
alveolar di daerah interdental region rahang atas dan rahang bawah pada satu lembar
beroklusi untuk menahan film pada posisinya. Film digunakan untuk menghasilkan
gambar dari mahkota baik gigi geligi mandibula maupun maksila dengan tujuan
utama mendiagnosa karies interproksimal dan sekunder yang ada di balik restorasi
Dosis efektif yang diterima saat melakukan radiografi teknik bitewing adalah
Film holder adalah alat yang digunakan untuk memposisikan film intraoral di
dalam mulut dan menjaga posisi film selasa eksposure berlangsung. Contohnya
adalah Rinn XCP bitewing instrument. Alat ini reusable tetapi setiap kali
pemakaian harus disterilisasi terlebih dahulu. Penggunaan film holder dengan arah
1. Bitewing-tab/Bitewing Loop
Bitewing-tab adalah papan tab yang berat dan digunakan untu menstabilkan
film selama eksposure. Tab dilekatkan pada film dan tube x-ray diletakkan sejajar
mata.
1. Size 0 film: digunakan untuk memeriksa gigi posterior anak-anak dan film
2. Size 1 film: digunakan untuk gigi posterior anak-anak dengan mixed dentition.
Jika pada gigi posterior anak-anak maka film diposisikan bentuk horizontal.
Size 1 juga dapat digunakan untuk gigi anterior dewasa dan diposisikan
secara vertical.
35
3. Size 2 film: digunakan untuk gigi posterior dewasa dam film dapat
4. Size 3 film: size ini memiliki panjang dan lebar yang lebih daripada size 2.
Biasanya size 3 film hanya digunakan untuk bitewing eksposur dan film
mm.
1. Penempatan film
2. Posisi film
3. Vertical Angulation
4. Horizontal Angulation
5. Eksposur film
1. Film diletakkan di dalam mulut parallel dengan mahkota rahang atas dan
rahang bawah
mau diperiksa.
wing tabnya
1. Horizontal Angulation
dengan mengarahkan central ray ke lengkung rahang dan daerah kontak gigi
daerah kontak gigi masih tertutup maka penempatan horizontal angulation masih
salah.
2. Vertical Angulation
Jika, PID berada di atas oklusal plane dan central ray mengarah ke bawah
maka disebut juga positif (+), namun jika PID berada di bawah oklusal plane dan
central ray mengarahkan ke atas maka sudut PID verticalnya disebut juga negative
(-). Pada pengarahan sudut PID yang benar, biasanya diposisikan dengan Vertikal
angulation +10° untuk mengkompensasi sedikit kemiringan gigi rahang atas dan
sedikit belokan pada bagian atas film. Pengarah sudut PID dikatakan salah apabila
1. Patient preparation
lengkung rahang atas pasien sejajar dengan lantai dan midsagittal plane tegak
o Lepaskan semua obyek dari mulut yang dapat mengganggu film eksposur.
2. Equipment preparation
o Jika menggunakan film holder maka dibuka terlebih dahulu bungkus film
holdernya.
38
dalam mulut. Bite-wing biasa digunakan untuk penyakit periodontal yang parah
seperti bone loss. Total ada 7 film (tiga anterior dan 4 posterior) yang termasuk
Hal ini dapat menyebabkan masalah pada penempatan film. Untuk mencegah
terjadinya kesalahan foto maka digunakan cotton roll pada area gigi hilang agar
Gambar II.14 Hasil foto bitewing tanpa menggunakan cotton roll (bite-wing tab
jatuh ke area tanpa gigi menyebabkan foto menjadi tidak sesuai).
2. Bony Growth
film. Maka film ditempatkan diantara torus dan lidah, bukan diatas torus itu sendiri.
Proyeksi ini sebaiknya menutupi bagian distal gigi kaninus rahang bawah
secara anterior dan memperlihatkan mahkota gigi premolar rahang atas dan rahang
Film ditempatkan di antara lidah dan gigi, cukup jauh dari permukaan lingual
(untuk menghindari gangguan dari palatal saat menutup) dan sejajar dengan sumbu
panjang gigi. Batas anterior film sebaiknya memanjang ke atas area kontak antara
gigi kaninus rahang atas dan gigi premolar pertama. Film dipegang sampai mulut
Horizontal angulation dari tabung diatur agar pusat sinar diproyeksikan pada
ringan antara film dan mukosa palatum, sudut vertikal sebaiknya sebesar +5˚.
Menentukan titik penetrasi sehingga pusat sinar akan memasuki garis oklusi
pada titik kontak antara gigi premolar kedua dan gigi molar pertama
3. Pastikan jarak PID cukup sehingga mencakup kaninus maxilla dan mandibula
4. Lipat bite-wing tab dan tempatkan pada mulut pasien. Tempatkan permukaan
yang akan digigit di permukaan oklusal gigi pasien. Tempatkan film di tengah
premolar kedua dan ujung film sejajar dengan garis tengah kaninus mandibula.
6. Lakukan penyinaran
Film ditempatkan antara lidah dan gigi sejauh mungkin untuk menghindari
kontak dengan gusi cekat yang sensitive. Tepi distal film hendaknya 1-2mm di atas
gigi molar paling posterior yang sudah erupsi. Sudut horizontal diatur dengan
menempatkan tabung sejajar dengan arah pusat sinar untuk membuka area kontak
Pusat sinar diproyeksikan pada pusat film melalui kontak gigi molar pertama
dan kedua. Pusat sinar ditempatkan sedikit lebih ke anterior karena kontak gigi
molar biasanya tidak berorientasi pada sudut kanan ke permukaan bukal. Sudut
Pusat sinar hendaknya memasuki pipi anatara canthus lateral dan daerah
oklusal.
Setelah gambaran diisi dengan keterangan yang benar maka wajib dilakukan
1) Mahkota, merupakan bagian anatomi gigi yang terlihat secara klinis dari
radiopak.
3) Akar, adalah gambaran klinis dari akar gigi yang terlihat secara radiografi
Bentuk akar, seperti bengkok ke arah distal, mesial, konvergen atau divergen.
5) Lamina dura. Lapisan terluar pada tulang alveolar. Dalam lembar interpretasi
diisi dengan:
Dalam batas normal, tidak tampak garis radiolusen sepanjang tulang alveolar
ataupun sebagian.
Menghilang, tertutup oleh lesi ataupun lainnya yang berukuran lebih besar.
7) Puncak tulang alveolar. Tulang yang mengelilingi gigi mulai dari CEJ sampai
menarik garis khayal antara dua CEJ dari dua gigi yang berdekatan. Dalam
diisi dengan:
Dalam batas normal: apabila tidak tampak adanya lesi ataupun kelainan.
47
a. abses :radiolusen difus dengan batas tidak jelas dan tidak tegas.
9) Kesan radiografi. Kesimpulan dari semua point yang ada kelainannya. Diisi
laminadura.
bagian permukaan proksimal gigi. Biasanya berbentuk titik, notch, band atau pita,
maupun garis.
48
Ketika karies meluas setelah DEJ, biasanya akan membentuk alas segitiga
yang lebih besar lagi pada permukaan DEJ, kemudian meluas dengan apeks menuju
Lesi pada permukaan proksimal biasanya ditemukan pada titik kontak dan
margin free gingiva. Sehingga, karies proksimal dapat dibedakan dengan Cervical
Burn Out. Cervical Burn Out adalah gambaran radiolusen pada gambaran radiologi
seluruh gigi, terletak di bagian leher gigi, dan pada gambar margin gingiva terlihat
turun.
49
Gambar II.27 Karies proksimal biasanya terletak pada titik kontak gigi
Gambar II.28 Cervical Burn Out yang mengenai semua gigi dan terletak pada
bagian leher gigi
diinterpretasi dengan baik. Foto yang dapat diinterpretasi dengan baik harus
memiliki kualitas yang baik pula. Berikut kualitas foto yang baik secara umum.
1. Bentuk dan ukuran foto mendekati keadaan sebenarnya. Dalam hal ini, pada
foto tidak boleh terjadi distorsi atau perubahan, maupun elongasi atau
pemanjangan gambar.
3. Detail. Detail gambar ini dapat dipengaruhi oleh posisi pesawat sinar X, objek,
Pada bitewing, baik proyeksi molar maupun premolar, terdapat juga kriteria
Gambar II.29 Kiri: bagian distal caninus hanya terfoto sebgian. Kanan: bagian
distal caninus terfoto seluruhnya.
Gambar II.30 Kiri: puncak tulang alveolar terlihat. Kanan: puncak tulang
alveolar tidak terlihat karena terjadi penumpukkan mahkota gigi.
51
Gambar II.31 Kiri: overlap mahkota gigi M1 dan M2 RA lebih dari 1/2 enamel.
Kanan: overlap mahkota gigi M1 dan M2 RA kurang dari 1/2
enamel.
5. Mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah berada pada tengah film.
6. Jarak puncak cusp bukal-lingual tidak terlalu jauh. Jarak yang sedikit
diperbolehkan. Biasanya cusp yang overlap terjadi pada gigi yang malposisi.
Jarak puncak cusp bukal dan lingual pada gigi M2 RB tidak terlalu jauh
53
Persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat
komunikasi efektif yang terdiri dari keterbukaan, empati, active listening, dan focus
1. Sesuai latar belakang pasien dalam konteks nilai dan budaya pasien.
2.13.1.1 Halogen
kedua bahan ini banyak digunakan sebagai bahan aktif pada obat kumur antiseptik
b. Povidon iodin
aktivitas antibakteri dengan oksidasi dari amino, thiol, dan hidroksi fenol dalam
asam amino dan nukleotid, serta berinteraksi dengan asam lemak tak jenuh pada
positif dan gram negative, jamur, mikobakteria, virus, dan protozoa. Banyak
digunakan sebagai obat kumur yang dapat mengobati gingivitis. Bersifat relative
55
tidak toksik dan tidak korosif. Kerugian iodin adalah menimbulkan pewarnaan kulit
2.13.1.2 Aldehid
a. Glutaraldehid
silang antara protein pada dinding sel mikroorganisme dengan intraseluler. Tidak
mempengaruhi material organik dan pada umumnya tidak mengiritasi serta bersifat
non alergi. Namun, apabila mengenai kulit dan jaringan mukosa secara terus
b. Formaldehid
c. Paraformaldehid
zinc oxide atau zinc sulfat. Bahan ini memiliki kekurangan karena dapat
2.13.1.3 Fenol
1) Formokresol
Merupakan gabungan dari 3 isomer dari metilfenol. Bersifat toksik pada
manusia. Jika ditambah dengan detergen yang dibentuk dari saponifikasi beberapa
2) Parafenol
Parafenol yang utama digunakan adalah heksaklorofen. Bahan ini memiliki
aktivitas antimikroba yang baik jika digunakan bersamaan dengan detergen. Fenol
3) Eugenol
Eugenol merupakan antimikroba yang kurang baik, namun memiliki
adanya rasa sakit hal ini terjadi karena sifatnya sebagai analgesik yang kuat.
4) Triklosan
Triklosan digunakan sebagaik sabun antiseptic (sebagai larutan 0,3%), obat
kumur, dan bahan antiplak. Triklosan bersifat bakteriostatik dan fungistatik. Selain
itu juga bersifat antiinflamasi. Dalam bidang kedokteran gigi, triklosan digabung
5) Paraklorometaksilenol
Sebenarnya parakloromtaksilenol merupakan halogen yang bersubstitusi
menjadi fenol. PCMX ini bersifat antimikroba, terutama pada bakteri dimana dapat
bekerja dengan mengubah ikatan dinding bakteri menjadi inaktivasi enzim. Bahan
2.13.1.4 Alkohol
dan perantara untuk antimikroba yang tidak larut dalam air seperti iodine dan fenol.
Cepat menguap
Zat aktif permukaan adalah ikatan yang menghasilkan efek deterjen karena
gel, dalam pasta gigi dan pasta sodium bikarbonat untuk terapi penyakit periodontal.
kumur yang mengandung 1,5% hydrogen peroksida dan 0,05% sodium fluoride
jangka panjang (18 bulan), diberikan sekali dalam sehari pada pasien dengan
gingiva. Penggunaan 1,5% hydrogen peroksida dalam bentuk obat kumur atau
sebagai bahan irigasi dengan jangka pendek (7 hari) tanpa disertai dengan
untuk mengontrol plak dan gingivitis. Chlorhexidine digunakan secara luas dalam
bentuk obat kumur, gel, dan dentrifrice. Chlorhexidine menyerang bakteri gram
positif, negatif, dan jamur. Chlorhexidin sangat efektif terhadap bakteri gram positif
2.14.1.1 Farmakokinetik
2.14.1.2 Farmakodinamik
Chlorhexidine akan diserap dengan sangat cepat oleh bakteri dan penyerapan
kerusakan pada lapisan luar sel bakteri, namun kerusakan ini tidak cukup untuk
bahan ini dapat berikatan secara elektrostatik dengan hidroksiapatit pada gigi,
terhadap aquired pellicle, plak dan mukosa pipi. Kemudian chlorhexidine akan
melintasi membrane luar melalui proses difusi pasif dan menyerang membrane
chlorhexidine konsentrasi tinggi karena adanya koagulasi dari sitosol sel bakteri.
Dasar yang kuat untuk mencegah terbentuknya plak adalah terjadiya ikatan antara
CHX dengan molekul-molekul permukaan gigi. Hal ini juga dipengaruhi oleh
konsentrasi dari medikasi, pH, temperatur dan lamanya waktu kontak larutan
2.14.2 Indikasi
a. Jangka pendek
- Terapi ANUG
- OHI
- Implan
c. Jangka panjang
- Pasien cacat
2.14.3 KontraIndikasi
Staining Muntah
akan menimbulkan efek seperti mual, muntah, pusing, muka merah, napas pendek,
2.14.6 Dosis
Chlorhexidine dengan konsentrasi 0,12 dan 0,2 % dalam obat kumur yang diberikan
sebanyak 15 ml dua kali sehari selama 30 detik. Penggunaan obat kumur dalam
jangka panjang (>6 bulan) dapat menurunkan plak dan mencegah terjadinya
63
(21 hari) dapat menurunkan plak sebesar 62-99%. Pada denture stomatitis, gigi
Secara umum, komposit merupakan gabungan dua atau lebih material yang
memiliki sifat fisik dan kimia berbeda. Sedangkan, komposit resin atau komposit
dental adalah gabungan antara matriks (polymer resin) dengan filler. Matriks
komposit bersifat organik, sedangkan filler bersifat anorganik. Matriks dan filler
dapat berikatan dengan bantuan coupling agent. Untuk memulai proses polimerisasi
akselerator.
dan mengikat struktur gigi. Matriks biasanya berisi ikatan C reaktif dan monomer
tinggi karena mempunyai cincin aromatic dan gugus –OH. UDMA (Urethane
viskositas rendah. Karena monomer diatas memiliki viskositas tinggi, maka harus
berdasarkan bentuk dan ukuran partikel. Semakin kecil permukaan partikel filler,
maka semakin halus pula permukaan restorasi komposit. Ukuran partikel filler
antara lain; microfine dengan ukuran 0,04-0,2 µm, macrofine dengan ukuran 20-30
µm, microhybrid (gabungan dari ukuran partikel yang besar dan kecil).
radioopak (estetik), dan memiliki tensile strength (kekuatan tarik) yang tinggi
sehingga lebih tahan terhadap fraktur. Filler yang biasa digunakan adalah silika
Coupling agent adalah chemical bond atau bahan pengikat antara matriks
partikel filler agar distribusi gaya merata sehingga kekuatannya lebih tinggi.
Coupling agent yang biasa digunakan adalah silane. Pada ujung metakrilat akan
mengikat resin melalui proses polimerasi adisi. Sedangkan, ujung grup silane gugus
–OH mengikat partikel filler menjadi ikatan siloksan melalui proses kondensasi.
Gambar II.37 Proses pengikatan coupling agent dengan matriks dan filler
akselerator pada komposit resin dibedakan atas kelas pada bahan restorasi itu
A. Berdasarkan jenis:
B. Berdasarkan kelas;
Kelas 1: self-cured
Kelas 2: light cured, dibagi lagi menjadi aplikasi pada intraoral (IO) dan
ekstraoral (EO).
cahaya yang digunakan sebesar 470 nm. Inisiator yang digunakan pada light-cured
adalah comphorquinone 1-2% dan akselerator atau katalis yang digunakan adalah
benzoyl peroxide) dan akselerator yang digunakan adalah organic amine (contoh:
nya. Salah satu yang sering digunakan adalah klasifikasi komposit menurut Lutz &
Phillips:
68
lebih besar dibanding unfilled resin, dengan Modulus Elsastisitas 4-6 kali lebih
besar dari unfilled resin. Sedangkan kekuatan tarik dan kekerasannya 2 kali lebih
pemolesan yang tinggi, tetapi partikel filler silika pada komposit mikrofiller mudah
terlepas pada saat pemolesan, sehingga partikel filler silika terlepas dari permukaan
yang kasar akan mempengaruhi pantulan sinar sampai ke mata. Selain itu, komposit
4. Nano Komposit
Saat ini telah berkembang komposit dengan ukuran partikel yang lebih kecil
curingnya:
1. Light Cure
sumber cahaya seperti light emitting diodes (LEDs), plasma arc curing (PAC), dan
pewarnaan, dan meningkatkan kekuatan; (2) amina alifatik dapat digunakan sebagai
sehingga dapat meningkatkan stabilitas warna; dan (3) polimerisasi dengan paparan
yang relatif sulit di lokasi posterior dan interproksimal tertentu; (3) waktu
70
sehingga menghasilkan waktu pemaparan yang lebih lama untuk warna yang lebih
gelap dan/atau peningkatan opasitas; dan (4) kepekaan terhadap iluminasi ruangan,
yang dapat mengarah pada pembentukan kulit atau kerak ketika tabung terbuka
2. Chemical Cure
Diinisiasi saat proses pengadukan dua pasta yang digunakan. Saat proses ini
sehingga akan terbentuk porus dengan struktur yang lemah dan oksigen yang
timbul saat proses ini adalah kurangnya kontrol working time oleh operator setelah
dua komponen pasta tercampur, dan proses insersi dan kontur harus dilakukan
3. Dual Cure
Merupakan gabungan dari proses chemical cure dan light cure. Terdiri dalam
2 buah pasta yang mengandung benzoyl peroxide (BP) dan aromatic tertiary amine,
dan saat kedua pasta tersebut telah tercampur kemudian terekspose cahaya yang
akan dihasilkan oleh amine/CQ. Proses ini biasanya digunakan untuk perawatan
perbedaan yang bermakna antara ketebalan bahan dan lamanya waktu penyinaran
terhadap kekerasan bahan resin komposit sinar. Dalam penelitian laboratorik ini
kekerasan yang optimal adalah 3 mm. Kekerasan bahan dengan ketebalan bahan
yang cukup lama. Dilihat dari segi penyinaran umumnya nilai kekerasan meningkat
mulai pengadukan.
sumber sinar dan waktu exposure. Light curing times: 3-40 detik (tipe dan
2. Polimerization Shrinkage
3. Thermal Properties
Selain itu, perbedaan koefisien ekspansi thermal antara struktur gigi dan resin
komposit juga dapat mempengaruhi kerapatan tepi restorasi antara resin komposit
perlekatan terhadap dinding kavitas, hal ini merupakan salah satu penyebab utama
resin dan komposisi filler. Sifat penyerapan air ini akan mempengaruhi sifat fisik
dan sifat mekanis resin komposit seperti hardness dan wear resistance. Polimerisasi
yang adekuat menghasilkan stabilitas dan kualitas antara silane dan coupling agent
dan meminimalisasi lepasnya ikatan matriks dan filler sehingga menurunkan resiko
Resin komposit merupakan resin akrilik yang telah ditambah dengan bahan
lain seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit. Untuk mendapatkan
warna seperti warna gigi geligi asli, pigmen warna ditambahkan seperti ferric oxide,
cadmium black, mercuric sulfide dan lain-lain. Bahan resin komposit ini biasanya
permukaan gigi yang rusak, atau menutup warna gigi yang berubah karena obat-
Kombinasi yang bagus antara warna gigi dan warna material restorasi sebelum
dicuring adalah faktor klinikal yang penting bagi mendapatkan hasil yang bagus.
Walau begitu, kombinasi ini harus dapat bertahan setelah material dicuring dan
utamanya yaitu estetik, hilang. Penyebab diskolorasi resin komposit terbagi atas
dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Sebagai faktor intrinsik
adalah reaksi polimerisasi dan ukuran partikel filler sedangkan faktor ekstrinsik
adalah minuman dan makanan, bahan kumur, rokok dan tembakau dan proses
oksidasi.
resin komposit sejenis microfilled dan flowable lebih rendah daripada komposit
hybrid.
2. Hardness
Resin komposit memiliki kekerasan permukaan sebesar 22-80 KHN ataupun 38-72
VHN dimana lebih rendah dibandingkan email (343 KHN) dan amalgam (110
KHN). Kekerasan resin komposit dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
rongga mulut). Salah satu faktor setelah manipulasi yang dapat mempengaruhi
dikeluarkan dari alat fight curing unit/LCU. Sebaiknya close contact antara ujung
lip LCU dengan permukaan restorasi komposit. 2) Jarak sumber sinar antara ujung
tip alat LCU dengan permukaan restorasi komposit, 3) Filler komposit (jumlah,
ukuran, dan jenis filler) mempengaruhi penyerapan sinar oleh material komposit.
sumber cahaya harus dipegang pada jarak 1 mm dari permukaan bahan untuk
mendapat penetrasi optimal. Jika cahaya lebih opaque dan dikurangi intensitasnya,
maka transmisi cahaya akan hanya mencapai kedalaman minimal (±1mm). Waktu
paparan standar menggunakan cahaya paling tampak ialah 20 detik. Secara umum,
waktu ini cukup untuk memancarkan cahaya redup suatu resin ke kedalaman 2 atau
2.25 mm. Paparan selama 40 detik meningkatkan derajat pancaran pada seluruh
kedalaman, tetapi hal ini dibutuhkan untuk mendapat pancaran yang cukup dalam
tempat gelap. Aplikasi cahaya terhadap struktur gigi dengan kedalaman 1 mm atau
kurang dari itu memproduksi pancaran yang cukup, tetapi nilai kekerasan
75
penyerap cahaya dalam komposit harus disesuaikan agar mampu bereaksi terhadap
panjang gelombang yang tepat. Konten pengisi maupun ukuran partikel sangat
partikel yang lebih kecil dan lebih banyak, membiaskan lebih banyak cahaya
dibandingkan komposit microhybrid yang partikelnya lebih besar dan lebih sedikit.
2. Radioopasitas
seperti barium, strontium, dan zirconium. Beberapa pengisi, seperti quartz, kaca
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada bahan restoratif logam seperti amalgam.
dan enamel setara dengan 4 mm alumunium. Agar menjadi efektif, suatu komposit
dari 10 mm alumunium.
3. Wear rates
untuk restorasi anterior yang penting dari segi estetika dan memiliki gaya oklusi
yang rendah. Satu masalah dari komposit yaitu hilangnya kontur permukaan
76
komposit di dalam mulut, yang dihasilkan oleh kombinasi pemakaian abrasif saat
mengunyah dan menyikat gigi serta pemakaian erosif akibat degradasi komposit di
4. Biokompabilitas
komponen ini. Jumlah pelepasan bergantung pada tipe komposit serta metode dan
menembus pertahanan dentin, meskipun pada konsentrasi rendah. Efek dari paparan
jangka panjang sel terhadap komponen resin berdosis rendah belum diketahui. Di
sisi lain, penggunaan bahan kompsit sebagai penutup pulpa langsung (direct)
beresiko lebih tinggi karena tidak ada pertahanan dentin untuk membatasi paparan
matriks resin dan dimetakrilat, jika tidak terpolimerisasi dapat bersifat karsinogenik.
komposit diketahui sebagai alergen, dan telah ada beberapa dokumentasi dari alergi
77
akibat kontak dengan komposit. Kebanyakan dari reaksi ini terjadi orang yang
detik. Waktu penyinaran inin dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: jenis
ukuran partikel yang lebih kecil membutuhkan waktu penyinaran yang lebih lama
dibanding komposit dengan ukuran partikel yang lebih besar. Karena partikel filler
yang semakin kecil, pada saat penyinaran akan memantulkan sinar LCU lebih
banyak daripada partikel yang berukuran lebih besar. Contohnya adalah komposit
makrofiller dengan ketebalan dan warna restorasi yang sama. Karena semakin kecil
ukuran partikel akan menyebabkan scatter sinar yang datang lebih besar.
6. Warna/Shade Komposit
Warna komposit yang gelap dan opak, membutuhkan waktu penyinaran yang
lebih lama daripada komposit dengan warna yang lebih terang. Permukaan
dengan berat molekul kecil yang disebut monomer bergabung bersama untuk
membentuk rantai panjang , molekul dengan berat molekul besar yang disebut
polimer. Zat kimia yang menyebabkan reaksi polimerisasi adalah initiator dan
aktivator. Aktivator adalah molekul organik yang tersusun oleh tersier amine.
Aktivator mulai reaksi kimia dengan initiator untuk memulai proses pengikatan
Resin komposit yang terpolimerisasi secara kimia, atau resin komposit self
cured, terdiri dari dua pasta dalam botol atau syringe. Pasta pertama disebut sebagai
base, terdiri dari komposit dan benzoyl peroksida sebagai initiator. Pasta yang
lainnya disebut sebagai katalis, terdiri dari komposit dan tersier amine sebagai
activator. Kedua bagian pasta ini diaduk bersamaan dan reaksi polimerisasi dimulai.
biasanya tersedia beserta materialnya. Karena kedua pasta harus diaduk secara
79
restorasi. Banyak klinis lebih memilih light cure karena tidak memerlukan
Resin komposit light cured merupakan tipe resin komposit yang umum
digunakan pada praktek pribadi. Intensitas sinar tampak pada gelombang sinar biru
mengaktivasi material ini. Sinar biru dengan panjang gelombang antara 400 dan
terpolimerisasi. Komponen ini keduanya ada dalam komposit dan tidak bereaksi
sampai sinar memulai reaksi. Jika resin komposit ditempatkan terlalu tebal, ini tidak
untuk terpolimerisasi sempurna karena akses yang lebih susah. Warna yang lebih
gelap juga membutuhkan waktu yang lebih panjang karena sinarnya lebih mudah
diabsorbsi oleh warna gelap dan tidak diteruskan melalui material semudah melalui
Resin komposit dual cure merupakan dua pasta yang terdiri dari initiator dan
activator, dari keduanya yaitu aktivasi dengan sinar dan sedikit material dengan
ditempatkan pada gigi,sinar curing digunakan untuk mengawali reaksi setting dan
reaksi setting secara kimia berlanjut pada area yang tidak terjangkau oleh sinar,
Polimerisasi resin komposit sinar saat ini dapat dilakukan dengan empat jenis
sumber sinar, antara lain: lampu Quartz Tungsten Halogen (QTH), Light Emiting
Diode (LED), lampu argon ion laser, dan lampu plasma.5,6 Sumber polimerisasi
yang paling banyak digunakan adalah halogen (QTH) dan LED dikarenakan biaya
alat yang murah, mudah didapatkan, dan spektrum emisi yang memungkinkan
penelitiannya, Uhl, dkk. (2005) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan pada Knoop Hardness antara polimerisasi dengan halogen light curing
yang telah teraktivasi akan menarik molekul hidrogen yang terdapat pada ikatan
rangkap karbon amina organik. Amina organik yang telah kehilangan molekulnya
akan menjadi radikal bebas yang mengaktifkan polimerisasi. Radikal bebas adalah
bahan kimia yang sangat mudah bereaksi karena memiliki elektron bebas. Pada
tahap inisiasi, akan terjadi kombinasi radikal bebas dengan monomer untuk
menciptakan rantai awal. Tahap kedua adalah tahap propagasi. Pada tahap ini
polimer. Tahap terakhir adalah tahap terminasi, dimana telah terbentuk molekul
yang stabil.
Pada resin komposit sel-activated, resin ini dipasarkan dalam bentuk dua
pasta. Salah satu pasta berisi inisiator benzoyl peroxide dan pasta yang lainnya
berisi aktivator tertiary amine. Jika kedua bahan dicampur, amine akan beraksi
pengerasan dimulai.
substrat. Pada penggunaan bonding agent ini berlaku prinsip adhesi. Adhesive
dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan juga membasahi
akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena matriks resin
yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik harus berikatan dengan restorasi resin.
Bonding terdiri dari beberapa jenis yakni chemical bonding (ikatan kovalen,
ionic dan metalik), physical bonding (ikatan sekunder, van der walls), mekanikal
biokompabilitas terhadap dentin dan email, kuat rekat yang tinggi, mudah
Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan
dalam dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik.
pada permukaan yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik harus berikatan dengan
restorasi resin.
Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia.
Email terdiri atas 96 % mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral tersusun
dari jutaan kristal hydroksiapatit (Ca10 (PO4)6 (OH)2) yang sangat kecil. Dimana
berikatan dengan matriks organik. Pada perisma yang panjang bentuknya seperti
yang tipis, karena strukrur seperti itu tidak memungkinkan mendapatkan susunan
yang sempurna. Celah diantara kristal dapat terisi air dan material organik.
83
Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS-GMA yang
encer tanpa pasi atau hanya dengan sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding
teretsa. Umumnya, kekentalan bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan
optimum pada email. Beberapa tahun terakhir bahan bonding tersebut telah
digantikan dengan sistem yang sama seperti yang digunakan pada dentin. Peralihan
ini terjadi karena manfaat dari bonding simultan pada enamel dan dentin
Dentin adalah bagian terbesar dari struktur gigi yang terdapat hampir
diseluruh panjang gigi dan merupakan jaringan hidup yang terdiri dari odontoblas
dan matriks dentin. Tersusun dari 75 % materi inorganik, 20 % materi organik dan
dibagian dentino enamel jungsion dan 2-3 mm diujung yang berhubungan dengan
pulpa. Jumlah tubuli dentin sekitar 15-20 ribu /mm 2 didekat dentino enamel
atau kehilangan tahanan tidak lagi menjadi resiko pada resin dipermukaan enamel.
asam pada dentin yang tidak sempurna dapat melukai pulpa. Dentin bonding terdiri
dari :
Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang
terbentuk pada dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk dentin
conditioer antara lain asam maleic, EDTA, asam oxalic, asam phosric dan asam
asam yang digunakan semakin kuat pula reaksi yang ditimbulkan. Beberapa dari
substrat dentin yang lebih kuat dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari
struktur kolagen.
2.15.6.2.2 Primer
Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu
menyatukan antara komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan dentin
Universitas Sumatera Utara yang bersifat hidrofilik. Oleh karena itu primer
berfungsi sebagai prantara, dan terdiri dari monomer bifungsional yang dilarutkan
85
dalam larutan yang sesuai. Monomer bifungsional adalah bahan pengikat yang
metakrilat yang memiliki kemampuan untuk berikatan dengan komposit resin dan
jaringan gigi). Ikatan polar ini terbentuk akibat distribusi elektron yang asimetris.
Reactive group dalam bahan pengikat ini dapat berkombinasi dengan molekul polar
lain di dalam dentin, seperti gugus hidroksi dalam apatit dan gugus amino dalam
kolagen. Ikatan yang terjadi banyak berupa ikatan fisik tetapi bisa juga dalam
kolagen melalui gugus hidroksil dan amino yang terdapat pada kolagen. Aksi dari
bahan pengikat dari larutan primer adalah untuk membuat hubungan ataupun ikatan
dan HEMA. Bahan ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin.
87
karena bur ini dapat menunjang bentuk alas yang datar, meningkatkan bentuk
Bur diletakkan paralel terhadap sumbu axis mahkota dengan kedalaman awal
pulpa adalah 1,5 mm dari central groove, 1,7- 2 mm dari ketinggian dinding fasial
Bur diletakkan dari distal pit lalu digerakkan menuju arah mesial mengikuti
central groove untuk meningkatkan visi operator. Saat bur digerakkan ke arah
mesial, perluasan harus mengikuti kontur DEJ (fall and rise of the DEJ)
88
perluasan dinding fasial dan dinding lingual ditentukan oleh karies, jaringan rusak,
dan bahan restorasi lama. Selalu menggunakan DEJ sebagai panduan baik untuk
sisa gigi dihitung dari perluasan dinding internal ke tinggi kontur proksimal) untuk
pada sisi fasial dan lingual. Orientasi bur harus miring untuk mempertahankan
melalui cusp ridge dengan kedalaman aksial 0,2mm dalam DEJ. Hal ini berfungsi
pada permukaan fasial /lingual dengan luas 0,25-0,5 mm dengan sudut 45 derajat
aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan pelindung di atas pulpa vital yang
terbuka. Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau
bahan untuk perawatan diatas pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium
yang akan merangsang pembentukan dentin reparative (Harty dan Oston, 1993).
sesuai, baik secara langsung pada pulpa yang terbuka atau diatas lapisan dentin
a. Kalsium Hidroksida
hidroksida dapat berupa kristal tidak berwarna atau bubuk putih. Kalsium
hidroksida dapat dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida (CaO) dengan air.
Kalsium hidroksida adalah suatu bahan yang bersifat basa kuat dengan pH
12-13. Bahan ini sering digunakan untuk direct pulp capping. Jika diletakkan
93
kontak dengan jaringan pulpa, bahan ini dapat mempertahankan vitalitas pulpa
Sifat bahan yang alkalis inilah yang banyak memberikan pengaruh pada
jaringan. Bentuk terlarut dari bahan ini akan terpecah menjadi ion-ion kalsium dan
hidroksil.
Sifat basa kuat dari bahan kalsium hidroksida dan pelepasan ion kalsium akan
menyebabkan resorpsi atau aktivitas osteoklas akan terhenti karena asam yang
dihasilkan dari osteoklas akan dinetralkan oleh kalsium hidroksida dan kemudian
terbentuklah kalsium fosfat kompleks. Selain itu, osteoblas menjadi aktif dan
Eugenol, secara biologis merupakan bagian yang paling aktif dari bahan ini
dan mempunyai derivat fenol yang menunjukkan toksisitas serta memiliki sifat
terjadinya inflamasi kronis setelah aplikasi ZOE akan diikuti oleh pembentukan
ZOE tidak sering lagi digunakan saat ini karena menyebabkan persentasi yang
Pulp capping dibagi menjadi dua, yaitu indirect pulp capping dan direct pulp
capping.
Prosedur ini digunakan dalam manajemen lesi yang dalam yang jika semua
dentin yang karies dibuang mungkin akan menyebabkan terbukanya pulpa. Indirect
pulp capping hanya dipertimbangkan jika tidak ada riwayat pulpagia atau tidak ada
atas sisa dentin karies yang sudah mengeras dalam usaha mempercepat
ekskavator yang tajam atau bur berkecepatan rendah, dan outline kavitas yang
dibuat. Daerah dentin di dekat daerah bakal perforasi pulpa ditutup dengan selapis
bahan yang mengandung kalsium hidroksida, misalnya Dycal, dan kavitas ditutup
dengan semen zinc okside eugenol yang cepat mengeras, misalnya Kalzinol.
Setelah sekurang-kurangnya 6 minggu, gigi dapat dibuka dan pada kasus yang
berhasil akan terlihat dentin sekunder pada aspek pulpa, sisa dentin yang karies
dapat dihilangkan tanpa adanya resiko perforasi pulpa. Riwayat rasa sakit rekuren
selama periode perawatan merupakan kontra indikasi dari cara perawatan ini, dan
untuk itu perlu dilakukan tindakan yang lebih menyeluruh. Walaupun pulp capping
penyebaran radang dalam kamar pulpa gigi susu yang karies, ditambah dengan
ketidak pastian diagnose, akan membuat indikasi penggunaan cara ini terbatas.
1. Riwayat
2. Pemeriksaan Klinis
3. Pemeriksaan Radiografik
1. Riwayat
2. Pemeriksaan Klinis
3. Pemeriksaan Radiografik
Ada dua hal yang menyebabkan prosedur ini harus dilakukan, yakni jika
pulpa terbuka secara mekanis (tidak sengaja) dan pulpa terbuka karena karies.
Terbukanya pulpa secara mekanis dapat terjadi pada preparasi kavitas atau
preparasi mahkota yang berlebihan, penempatan pin atau alat bantu retensi. Kedua
tipe terbukanya pulpa ini berbeda; jaringan pulpanya masih normal pada kasus
pemajanan mekanis yang tidak sengaja, sementara pada pulpa yang terbuka karena
jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva,
kalsium hidroksida dapat ditempatkan di dekat pulpa dan selapis semen zinc okside
eugenoldapat diletakkan di atas seluruh lantai pulpa dan biarkan mengeras untuk
menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi di restorasi. Pulpa diharapkan
tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika membentuk dentin
97
sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar daerah terbuka tersebut
Pemilihan gigi untuk direct pulp capping melibatkan terapi pulpa vital yang
eksposur mekanik yang dikelilingi oleh “sound dentin”. Jaringan pulpa yang
terkena berwarna merah cerah dan ada perdarahan yang mudah dikontrol
2. Pulpa vital.
4. Hanya berhasil pada pasien dibawah usia 30 tahun. Misalnya pulpa terpotong
oleh bur ketika preparasi kavitas dan tidak terdapat invasi bakteri dan
kontaminasi saliva.
2. Mobilitas berlebihan.
bakteri pada karies. Karies dibuang dengan bor atau ekscavator steril.
2. Bagian yang tereksponasi ditutup dengan cotton pellet yang sudah dibazahi
kaustik seperti fenol, kresol dan alkohol. Kalau ada perdarahan atau rasa sakit,
tekanan dengan Ash 49 atau amalgam carrier. Kelebihan obat dibuang dengan
ekscavator.
5. Setelah 8-10 hari, kalau tidak ada keluhan, dengan kata lain gigi bereaksi
2. Isolasi gigi
99
Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas
3. Preparasi kavitas
(yaitu kira-kira 0,5 mm ke dalam dentin. Pertahankan bor pad kedalaman kavitas
dan dengan hentakan intermiten gerakan bor melalui fisur pad permukaan oklusal.
menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut kea rah pulpa. Jika pulpa vital dan
bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya dari ujung jarum maka dapat
Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas yang dalam
dibandingkan email dan dentin, sehingga ikatan antara komposit dengan jaringan
gigi lemah. Agar terjadi perlekatan yang baik antara resin komposit dengan jaringan
gigi, maka dilakukanlah teknik etsa asam. Sehingga dengan adanya etsa asam ini
Tujuan dilakukannya etsa asam yaitu untuk mendapatkan retensi tanpa perlu
membuang jaringan sehat gigi lebih banyak. Biasanya digunakan asam fosfat
dengan konsentrasi 37 %.
Etsa Pada Dentin (Dentin terdiri dari 20% bahan organik (kolagen) dan 80%
1. tubulus dentin
2. peritubular dentin
3. intertubular dentin
4. Kolagen tipe 1 yang berikatan dengan kristal apatit & cairan dentin
101
yaitu: etsa akan menghilangkan smear layer dentin, tubulus dentin → serat kolagen
tubulus dentin & sekitar serabut kolagen yg terbuka → komposit akan berpenetrasi
berpenetrasi & membentuk ikatan kimia antara gugus karboksil atau asam fosfat
dari monomer bhn primer dengan kristal HA yang melapisi kolagen dan keduanya
Teknik Etching
3. Email dan dentin dibersihkan dengan air agar jaringan mineral gigi yang larut
dan sisa asam hanyut bersama air. Waktu pencucian efektif yang dianjurkan
adalah 15 detik
pengetsaan
5. Permukaan yang telah dietsa tidak boleh terkontaminasi cairan mulut (saliva).
6. Permukaan email yang telah dietsa terlihat kusam dan terlihat seperti
Terdiri atas 3 komponen yaitu etsa, primer, dan bahan adhesive (mengandung
bis GMA) yang terdapat dalam 1 kemasan ataupun berbeda kemasan. Sediaan dari
Bonding Agent System terus berkembang hingga saat ini yang terbaru adalah
Bonding Agent System generasi ke-7 (All-in-one system) yang terdiri atas etsa,
primer, bahan adhesive yang berada dalam satu kemasan. Bonding agent ini
memiliki kekuatan bonding yang sangat kuat yaitu 25 MPa. Manipulasinya yaitu
yaitu:
1. Total-etch adhesive
Menggunakan etsa asam, bhn primer & bonding. Terdiri dari 3 tahap aplikasi :
Aplikasi bahan bonding: Bahan primer & adhesive berada dalam botol yang
component) Terdiri dari 2 tahap aplikasi yaitu etching & rinsing (gabungan primer
& adhesive)
2. Self-etch adhesive
Bahan etsa & primer digabung dalam 1 botol. Terdiri dari 2 tahap: pengetsaan
& bonding, tidak ada tahap pencucian & pembuangan smear layer. Aplikasi bahan
Terdiri dari 2 tahap aplikasi : self-etch primer dilanjut dengan tahap aplikasi
resin adhesive
Matrix adalah alat yang diaplikasikan pada gigi yang telah dipreparasi
sesudah etsa. Syarat-syarat penempatan matrix yaitu matrix harus sesuai dengan
kontur gigi yang akan dipreparasi dan harus cukup kaku atau rigid untuk mencegah
yaitu:
1. Sebelum penempatan, metal matrix band diburnish pada paper pad untuk
5. Tepi oklusal band harus melebihi tepi preparasi oklusal gigi dan ujung
polimerisasi.
106
pertama diletakkan di sepanjang lantai gingiva serta tinggi pada bagian fasial/
lingual, dengan tebal 1-2 mm, karena merupakan jarak paling jauh dari curing light.
Tahapan kedua tinggi pada permukaan sebaiknya, lingual/ fasial. Tahapan akhirnya
ridge. Saat merestorasi proximal box, marginal ridge harus terbentuk tanpa adanya
komposit yang berlebih untuk mengurangi jumlah yang akan dikontur dan di poles.
Setelah proximal box sudah terpenuhi, occlusal step dari preparasi dapat
berulang- ulang hingga preparasi penuh dan bagian oklusal terbentuk. Komposit
Cara insersi dan light- cured yang bertahap ini memberikan control yang lebih
tahap sebelumnya, maka pengukiran ini dapat lebih mudah, apabila contouring ini
108
diperlukan, pada permukaan oklusal dapat dibentuk dengan round/ oval 12-bladed
carbide finishing bur atau finishing diamond kelebihan restorasi pada permukaan
margin proximal.
PEMBAHASAN
Pada gigi yang utuh, aplikasi dingin dan panas pada permukaan gigi
menimbulkan kecepatan kontraksi yang berbeda dalam dentin dan cairan dentin;
hal ini mengakibatkan pergerakan cairan dan diawalinya rasa nyeri. Respon ini akan
1. Rangsangan dingin
2. Rangsangan panas
3. Rangsangan kimiawi
kondisi di dalam pulpa adalah isotonik. Jika, ada cairan yang bersifat
109
110
pada daerah interproximal sulit untuk dilakukan self cleansing oleh gigi. Dalam hal
ini adalah saliva yang berfungsi untuk membantu self cleansing dari gigi itu sendiri.
Bagian proximal sulit dicapai oleh lidah dan juga saliva sehingga sulit dilakukan
pembersihan. Selain itu mechanical cleansing terhadap gigi proksimal juga sulit
• Mahkota
Radiolusen pada bagian mesial yang sudah mendekati pulpa, radiolusen pada
• Akar
• Membran Periapikal
• Laminadura
• Furkasi
• Kesan
• Radiodiagnosis
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
karies pada mesial gigi 46 hampir mencapai pulpa dirawat dengan pulp capping dan
(Hargreaves & Berman, 2016; Anusavice, 2003; White & Pharoah, 2014;
2010)
112
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K.J. 2003. Phillip’S Science of Dental Materials. 11th ed. Missouri:
Saunders.
Hargreaves, K.M. & Berman, L.H. 2016. Cohen’s Pathways of the Pulp. 11th ed.
Missouri: Elsevier.
Heymann, H.O., Swift, E.J. & Ritter, A. V. 2011. Studervant’s Art and Science of
Operative Dentistry. 6th ed. Missouri: Mosby.
Mount, G.J., Hume, W.R., Ngo, H.C. & Wolff, M.S. n.d. Preservation and
Restoration of Tooth Structure.
Pasler, F.A. 1993. Color Atlas Of Dental Medicine Radiology. New York: Thieme.
Principles, E. & Torabinejad, P.M. 2010. Endodontics Principles and Practice.
International Endodontic Journal, 43(6): 543–543. Tersedia di
http://doi.wiley.com/10.1111/j.1365-2591.2009.01665.x.
White, S.C. & Pharoah, M.J. 2014. Oral Radiology - Principles and Interpretation.
7th ed. Missouri: Elsevier.
113