TUTORIAL 14
ANGGOTA KELOMPOK:
1. Salsabila Yasmine (160110160014)
2. Kamilia Dhia Firdaus (160110160028)
3. Valensia Suwarland (160110160042)
4. Ruti Diahayu Suryandari (160110160056)
5. Sarah Shafira (160110160070)
6. Muhammad Istiqlal Gifari (160110160084)
7. Joanita (160110160100)
8. Amalina Candraditya Putri (160110160114)
9. Rizqi Maudhina Putri (160110160128)
10. Livia Angelina Anggara (160110160142)
11. Rizaldi Alfathan Hidayatullah (160110160156)
12. Hana Zahra Mujahidah (160110160170)
Dosen Pembimbing: drg. Fajar Fatriadi, M.Kes.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah,
rahmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehinga makalah yang berjudul “Kasus 5:
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu penilaian yang terdapat di blok
Dental Science 1.
tidak langsung dalam makalah ini, kami ingin mengungkapkan rasa terima kasih
1. Yth. drg. Fajar Fatriadi, M.Kes. selaku dosen pembimbing tutorial blok
2. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun
Tugas ini telah kami kerjakan sebaik mungkin yang kami mampu. Kami
memohon maaf sebesar-besarnya jika ternyata masih ada terdapat kekurangan, dan
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
2.2.1 Klasifikasi ...................................................................................... 13
iii
2.6 Dampak Pemakaian GTSL ..................................................................... 65
2.8 Obat yang Digunakan untuk Mengatasi Rasa Sakit yang Timbul .......... 73
3.7 Obat yang Diberikan untuk Mengatasi Rasa Sakit yang Timbul. ........... 82
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar III.1 Klasifikasi kelas ungkitan. Fulcrum (F), resistance (R), dan
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
keluhan gigi bawah belakang kiri dan kanan gigi tiruan goyang dan sakit. pasien
juga mengeluh sulit dan tidak nyaman saat mengunyah karna gigi tiruan goyang
terutama sejak satu bulan yang lalu. Pasien ingin menghilangkan rasa sakit dan
Ny. zuraida mengatakan bahwa gigi tiruan ini telah dipakainya sejak 4 tahun
yang lalu, dan baru sekitar satu bulan perasaan goyang dan sakit pada gigi penyanga
dirasakan, begitu pula dengan rasa kesulitan dan tidak nyaman saat mengunyah
Ny. zuraida mengatakan bahwa gigi tiruan ini telah dipakainya sejak 4 tahun
yang lalu, dan baru sekitar satu bulan perasaan goyang dan sakit pada gigi penyanga
dirasakan, begitu pula dengan rasa kesulitan dan tidak nyaman saat mengunyah
Pemeriksaan intraoral : Kehilangan gigi 35, 36, 37, 35, 36, 38,47 dan 48
edentoulus
1
2
gig penyangga goyang dan sakit dan harus dilakukan pengpbatan dan perawatan.
Selain itu diketahui bahwa masalah ini timbul karena gigi tiruan yang goyang atau
tidak stabil. Untuk mengatasi hal ini maka perlu dilakukan perbaian pada gigi tiruan,
dan untuk mengatasi rasa sakit yang timbul maka dibutuhkan pemberian obat. Tuan
abdul menyetujui semua tindakan pengobatan dan perbaikan dan pembuatan gigi
tiruan yang baru. Dokter gigi meminta persetujuan tuan Abdul tentang rencana
perawatan yang akan dilakukan dan meminta Tuan Abdul untuk menandatangani
formulir persetujuannya.
Usia : 45 tahun
1.3.1 Terminologi
Terminologi yang kami dapatkan pada kasus ini adalah sebagai berikut.
1. Edentulous
2. Mobility grade 2
3
1. Gigi bawah belakang kiri dan kanan penyangga gigi tirusan goyang dan sakit
2. Gigi tiruan goyang dan tidak stabil sejak 1 bulan yang lalu
1.3.3 Hipotesis
1.3.4 Mekanisme
Pem. IO
Pem. Radiografis
Pem. EO
Gigi penyangga RB kiri dan kanan goyang dan sakit sejak 1 bulan yang lalu
Informasi penunjang pada kasus ini adalah pemeriksaan umum, ekstra oral,
7. Obat apa yang diberikan untuk mengatasi rasa sakit yang timbul?
TINJAUAN PUSTAKA
Pada saat membuat desain gigi tiruan dapat pula ditentukan macam-macam
dukungan yang digunakan oleh gigi tiruan. Salah satunya yaitu GTSL dukungan
gigi yaitu dukungan yang diperoleh dari gigi dengan pertimbangan gigi
pendukungnya masih kuat, sehat dan baik, sadel tidak panjang dan jumlah sadel
tidak banyak. Sampai saat ini ggi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi asli masih
dianggap terbaik dengan alasan gaya perpindahan kurang bekerja pada dukungan
gigi karena terdapat penahan langsung pada kedua ujung daerah tidak bergigi, tidak
trauma pada jaringan di bawah basis, fungsi utama gigi asli memang untuk menahan
beban pengunyahan dan gaya oklusal akan disalurkan ke tulang alveolar melalui
akar gigi ligament periodontal berfungsi sebagai peredam kejut serta reseptor
refleks yang terdapat pada membran periodontal, otot sendi rahang berfungsi
mengatur pergerakan mandibula sehingga bila ada gaya oklusal yang melebihi gaya
6
7
Akarnya panjang
digunakan
gigi yang letaknya rotasi atau berputar tidak baik untuk pilar
5. Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi yang
letaknya sejajar
serat kolagen yang masuk ke dalam lapisan sementum gigi asli dan lamina
dura tulang alveolar. Dengan cara ini, gigi asli seolah-olah di ikat dalam soket
tulang alveolar. Bila permukaan oklusal gigi asli menerima tekanan, maka
yang didapat diterima secara fisiologik oleh serat periodontal ini tergantung
terbendung dengan baik oleh dua macam jaringan keras, yaitu gigi dan tulang
alveolar, karena itu tidak mudah masuk kedalam jaringan di sekitarnya. Kalau
gaya ini akan dilawan oleh gaya hidraulik. Mekanisme seperti ini mirip
dengan cara kerja peredam kejut (shock breaker) pada sebuah mobil
molekulnya. Gejala ini serupa dengan yang terjadi pada penderita gangguan
hormonal dan kehamilan. Kerusakan seperti ini tidak hanya terjadi pada serat
periodontal, tetapi juga pada lamina dura; sehingga aksi atau mekanisme kerja
menahan gaya oklusal. Pada usia muda, dimana keseimbangan anakbolik masih
optimal, di samping kemampuan menahan gaya oklusal lebih besar, gigi punya
potensi penyembuhan dan regenerasi kerusakan jaringan lebih cepat dan baik.
kerusakan yang terjadi sudah terganggu, sehingga kesanggupan gigi asli menahan
sementum gigi dan lamina dura. Bila gigi menerima gaya oklusal, secara kompresif
gaya ini akan diteruskan ke tulang alveolar. Seperti halnya membran periodontal,
tulang alveolar juga dipengaruhi faktor genetik, kondisi umum dan lokal.
faktor kondisi umum, sedangkan faktor lokal adalah adanya rangsangan dan infeksi
lokal.
Hendaknya dimaklumi bahwa tidak semua daerah tak bergigi yang pada ke dua
sisinya dibatasi gigi asli, harus mendapat dukungan gigi. Hal ini tergantung dari
3. Keadaan dari gigi-gigi antagonis: gigi asli atau gigi tiruan. Bila gigi tiruan,
6. Estetik
gigi penyangga yang hanya memerlukan sedikit modifikasi pada bagian koronal
mereka, (2) yang memiliki restorasi selain complete coverage crowns, dan (3) yang
dengan sound enamel, yang memiliki restorasi kecil dan tidak terlibat dalam desain
gigi tiruan sebagian lepasan, memiliki restorasi yang dapat diterima dan terlibat
dalam desain gigi tiruan sebagian lepasan, dan yang memiliki restorasi mahkota
mahkota. Yang ketiga bisa sebagai mahkota individu atau sebagai penyangga untuk
pasien harus disarankan untuk bertanggung jawab menjaga kebersihan mulut dan
mengontrol karies. Membuat restorasi mahkota sesuai clasp gigi tiruan yang ada
11
adalah tugas yang sulit; Namun, kenyataan bahwa hal itu mungkin untuk dilakukan
dapat mempengaruhi keputusan untuk menggunakan gigi yang tidak diberi crown
Jika status ekonomi pasien atau faktor lain di luar kendali dokter gigi mencegah
terkondensasi dengan benar mampu mendukung occlusal rest tanpa flow yang
cukup besar untuk jangka panjang. Setiap restorasi paduan amalgam perak yang di
mana ada keraguan harus diganti dengan restorasi amalgam baru. Ini harus
dilakukan sebelum persiapan guiding planes dan occlusal rest seats untuk
ketahanan aus dari restorasi resin komposit akan menambah dimensi lain untuk
persiapan dan modifikasi gigi penyangga untuk gigi tiruan sebagian lepasan yang
lebih ekonomis.
12
perpindahan gigi dalam jarak pendek untuk waktu yang lama (Mac Entee, 1993).
Jarak perpindahan gigi tidak dapat ditentukan hanya dengan mengetahui besarnya
daya yang mengenai gigi tersebut, tetapi perlu pula mengetahui lamanya atau waktu
daya berlangsung dan variasi daya yang diberikan. Jika daya yang diterima oleh
gigi besar dan berlangsung secara terus menerus, lama kelamaan jaringan
penyangga yang ada akan mengalami kerusakan dan terjadi resopsi hingga
sangat ringan. Kegoyangan gigi yang normal pada gigi insisivus lebih besar
dibandingkan dengan gigi molar dan premolar. Pemeriksaan klinis akan dapat
Kebanyakan kegoyangan gigi terjadi ke arah fasiolingual dan sedikit kasus ke arah
menunjukkan bahwa gigi normal mempunyai variasi gerakan antara 0,2mm ke arah
horizontal dan 0,02 mm ke arah vertikal. Pada kondisi patologis maka gerakan
2.2.1 Klasifikasi
Rentang kegoyangan gigi fisiologis bervariasi antar individu dan antar waktu
pada setiap gigi. Derajat kegoyangan gigi fisiologis paling tinggi pada saat bangun
tidur, hal ini mungkin disebabkan karena gigi sedikit ekstruksi akibat tidak
berfungsi selama tidur di malam hari. Kegoyangan gigi berkurang di siang hari,
menelan. Variasi kegoyangan gigi selama 24 jam lebih sedikit pada individu dengan
periodontal atau yang mempunyai kebiasaan buruk seperti bruxism dan clenching.
Kegoyangan gigi fisiologis berkisar antara 0,1 – 0,25 mm yang merupakan lebar
gigi normal. Kegoyangan gigi patologis dapat disebabkan oleh satu atau beberapa
masih ringan
jarak 1 mm.
2.1.1 Faktor-faktor
3. Oklusi prematur
5. Gaya torsi yang menyebabkan trauma pada gigi yang dijadikan pegangan
cengkraman gigi
7. Kehamilan
8. Periodontal surgery
9. Toothloss
15
Menurut Manson dan Elay, kegoyangan gigi memiliki 3 faktor utama, yaitu:
1. Trauma Oklusi
jaringannya. Lesi dapat terlihat pada ligament periodontal, tulang alveolar, dan
Mikroorganisme
Mekanis
Kimia
Thermal
Seiring dengan berjalannya waktu, resorbsi tulang akan lebih banyak terjadi
dibanding dengan pembentukan tulang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh factor local
1. Pegang gigi di kedua sisi. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan dua
2. Lakukan usaha ke segala arah dengan usaha yang kecil dan tidak berlebih.
secara horizontal (ke arah bukal lingual ataupun mesio distal) dengan
jarak 1 mm
1. Interproximal (bitewing)
2. Vertical bitewing
3. Radiografi periapikal
terhadap sumbu panjang gigi, sedangkan sinar diarahkan tegak lurus terhadap
dan crest tulang interradicular alveolar, namun tidak menggambarkan alveolar crest
akibat bone loss Sedangkan teknik periapikal yang dilakukan pada bagian posterior
maksila memungkinkan adanya distorsi antara hubungan gigi dengan tinggi tulang
alveolar karena ada palatum, maka tabung x-ray diarahkan sedikit ke bawah ke arah
gigi posterior, sehingga menghasilkan gambaran tulang alveolar yang tampak lebih
tinggi. Namun hal ini dapat dihindari dengan penggunaan holder image reseptor.
Dalam kasus trauma oklusi terdapat beberapa aspek yang harus diperiksa,
seperti ada tidaknya pelebaran ruang periodontal ligamen, penebalan lamina dura,
serta ada tidaknya penebalan lamina dura. Karena kebutuhan pemeriksaan aspek-
aspek di atas maka teknik yang paling ideal digunakan dalam pemeriksaan kasus
digunakan untuk melihat suatu gigi dan jaringan di sekitar daerah apikalnya.
4. Melihat ada tidaknya kelainan posisi pada gigi yang belum tumbuh
6. Perawatan endodontik
8. Evaluasi secara mendetail pada kista apikal dan lesi lainnya pada tulang
alveolar
1. Lamina Dura
Gambaran radiografi sekitar gigi yang sehat pada lengkung gigi yang normal
menunjukkan bahwa soket gigi dibatasi oleh lapisan radiopak tipis dengan tulang
padat (Gambar 8-6). Disebut, lamina dura ("lapisan keras"), berasal dari
19
pada puncak alveolar. Hanya sedikit lebih tebal dan mineralnya tidak lebih tinggi
disebabkan oleh sinar x-ray melewatinya secara tangensial secara berkali-kali pada
(eggshell effect). Lamina dura merupakan perluasan dari lapisan kriptus tulang
2. Alveolar Crest
Margin gingival prosesus alveolar yang terletak di antara gigi tampak jelas
pada radiograf sebagai garis radiopak disebut puncak alveolar (alveolar crest)
(Gambar 8-8). Tingkat puncak tulang ini dianggap normal bila tidak lebih dari 1,5
alveolar dapat turun secara apikal karena usia dan resorpsi karena penyakit
ruang radiolusen antara akar gigi dan lamina dura. Ruang ini dimulai di puncak
alveolar, membentang di sekitar bagian akar gigi di dalam alveolus, dan kembali ke
4. Cancellous Bone
antara lempeng kortikal di kedua rahang. Bagian ini terdiri dari lempeng radiopaque
kecil. Pola radiografi trabekula berasal dari dua sumber anatomi. Yang pertama
adalah tulang cancellous itu sendiri. Yang kedua adalah permukaan endosteal
tulang kortikal luar dimana tulang cancellouse berfusi dengan tulang kortikal. Pada
permukaan ini, lempeng trabekula relatif tebal dan memberikan kontribusi yang
yang cukup besar intrapatien dan interpatient, yang normal dan bukan merupakan
sisi yang berlawanan. Perbandingan ini sering menunjukkan bahwa wilayah yang
jaringan periodontal yang diakibatkan oleh adanya infeksi bakteri. Terdapat dua
Gingivitis adalah penyakit inflamasi yang mengenai jaringan lunak pada daerah
yang telah meliputi adanya “loss of attachment” serta hilangnya supporting bone
meluar hingga dasar tulang alveolar dimana normal dari puncak alveolar adalah
≤3mm dari CEJ kedua gigi, dan meliputi “loss of attachment”. Namun secara
radiografis, periodontitis dapat diukur secara jelas dengan melihat seberapa parah
gigi sebelahnya, apabila puncak tulang alveolar baru sejajar dengan koneksi garis
antar CEJ gigi yang terkena periodontitis dengan CEJ gigi sebelahnya, maka
Kehilangan tulang secara vertical dapat diliat apabila terbentuknya sudut pada
penurunan puncak alveolar dari gigi satu terhadap gigi sebelahnya, dimana
penurunan puncak tulang alveolar tidak parallel dengan garis hubung antara CEJ
Terjadi kehilangan tulang pada bagian furkasi gigi seperti tampak pada
gambar diatas. Dengan adanya kehilangan tulang pada bagian ini, bagian furkasi
gigi lebih mudah terkena pathogen periodotal sehingga operasi diperlukan udah
Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan dikenal pula sebagai Partial Denture
atau lebih, tetapi tidak semua gigi serta jaringan sekitarnya dan didukung oleh gigi
dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat dikeluar-masukkan ke dalam mulut oleh
pemakainya, dikenal sebagai Geligi Tiruan Sebagian Lepasan (Gunadi dkk, 1995).
7. Memperbaiki oklusi
1. Frame Denture
GTL yang sebagian besar terbuat dari logam kecuali bagian sadel dan
2. Akrilik Denture
Sebagian besar dari akrilik, logam hanya digunakan pada retainer. Sadel dan
3. Vulcanite Denture
Seluruh dukungan dari mukosa. Contohnya GTL tanpa occlusal rest atau
indirect retainer.
Dukungan didapat campuran dari gigi maupun mukosa. Contohnya: GTL free
end.
Dibuat dan dipasang setelah gigi yang akan diganti dicabut terlebih dahulu
dan menunggu luka sembuh sehingga pasien mengalami masa ompong dan baru
Gigi yang akan diganti sudah terlebih dahulu dicetak dan menunggu gigi
langsung dipakaikan gigi tiruan. Karena luka belum sembuh saat pemasangan gigi
tiruan, diharapkan pasien rajin control ke dokter gigi. Ketika luka sudah sembuh
seutuhnya dan resorpsi tulang telah terjadi, jika dibutuhkan, dibuatkan gigi tiruan
lagi yang sudah sesuai dengan bentuk resorpsi tulang, yang disebut gigi tiruan
intermediate.
2. Free End
1. Open Face
2. Close Face
2.4.2 Indikasi
2.4.3 Kontraindikasi
2. Karies hebat
Pada tahun 1923, Kennedy merancang sebuah sistem yang kemudian menjadi
gigitiruan sebagian lepasan. Klasifikasi ini membagi semua keadaan tak bergigi
menjadi empat kelompok. Daerah tak bergigi yang berbeda dari keadaan yang
sudah ditetapkan sebelumnya yaitu dalam empat kelompok tadi, disebut sebagai
modifikasi.
29
1. Kelas I
Daerah edentulous terletak di bagian posterior dari gigi yang masih tersisa
2. Kelas II
Daerah edentulous terletak dibagian posterior dari gigi yang masih tersisa dan
3. Kelas III
posterior maupun anterior dan hanya berada pada salah satu sisi rahang (unilateral)
30
4. Kelas IV
Daerah edentulous terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada
perbaikan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mendekatkan prosedur klinis dengan
1. Kelas I
dari gigi yang masih tersisa dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral). Keadaan
Gigi asli yang masih ada atau tinggal sudah migrasi dalam berbagai
posisi.
gigi saja.
2. Kelas II
dari gigi yang masih tersisa dan hanya berada pada salah satu sisi rahang (unilateral).
antagonis ini.
jangka waktu lama, kadang-kadang perlu pencabutan satu atau lebih ggi
antagonis.
temporomandibula.
3. Kelas III
Daerah edentulous sama seperti Kelas III Kennedy, terletak diantara gigi-gigi
yang masih ada di bagian posterior maupun anterior dan hanya berada pada salah
satu sisi rahang (unilateral). Daerah edentulous paradental dengan kedua gigi
Indikasi perawatan prostodontik Kelas III yaitu gigi tiruan sebagian lepasan
4. Kelas IV
anterior dari gigi-gigi yang masih ada dan melewati garis median. Pada umumnya
gigi pendukung.
5. Kelas V
Daerah edentulous berada pada salah satu sisi rahang, gigi anterior lemah dan
tidak dapat digunakan sebagai gigi penyangga atau tidak mampu menahan daya
kunyah. Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas, karena gigi kaninus
6. Kelas VI
Daerah edentulous terletak pada daerah unilateral dengan kedua gigi tetangga
7. Kelas VII
Edentuous sebagian, semua gigi asli yang tersisa berada pada salah satu sisi
rahang. Kasus ini jarang terjadi, biasanya terjadi pada pasien hemimaxillectomy
dan hemimandibulectomy
8. Kelas VIII
Edentulous sebagian, semua gigi asli yang tersisa terletak di salah satu sudut
anterior dari rahang. Kasus ini jarang terjadi pada pasien bedah maxillofacial dan
advanced periodontitis.
35
1. Nyaman dipakai
Material tidak berbau dan berasa, halus, bersih, tidak mengiritasi, ukuran dan
bentuk harus sesuai, serta mempunyai retensi dan stabilisasi yang baik.
3. Estetik baik
Gigi tiruan yang baik adalah gigi tiruan yang memenuhi kaidah atau
1. Retensi
melepaskan. Untuk gigi tiruan sebagian lepasan terutama dari cangkolan (retainer)
2. Stabilisasi
Stabilisasi yaitu kemampuan gigi tiruan agar tidak goncang atau bergeser
3. Support
Support atau dukungan yaitu kemampuan gigi tiruan untuk menahan tekanan
4. Estetika
5. Arah pemasangan
jaringan dalam mulut. Kaidah yang tidak dipenuhi menyebabkan kegoyangan gigi
tiruan pada saat mengunyah, bicara, mudah lepas saat dipakai, dan bahkan ungkitan
pada gigi penyangga. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan bahkan nyeri
pada pasien.
satu sisi lengkung rahang dengan bagian di lengkung rahang yang berlawanan.
Bagian ini diibaratkan sebagai suatu pondasi. Major connector juga berfungsi untuk
stres fungsional. Major connector terletak di daerah yang bebas jaringan bergerak,
tidak mengenai jaringan gingiva, dan terhindar dari jaringan lunak dan keras yang
pada mandibula yaitu di bawah jaringan gingiva minimal 4 mm, sedangkan bagian
tinggi jaringan bergerak di dasar mulut. Sedangkan pada maxilla karena tidak ada
38
jaringan yag bergerak seperti di dasar mulut, border major connector harus
Rigid, sehingga gaya yang bekerja pada protesa dapat disalurkan keseluruh
1. Lingual bar
Major connector mandibula tipe ini berbentuk setengah buah pir jika dilihat
gingiva, dan bagian inferiornya terletak di atas jaringan yang bergerak. Bagian
runcing atau tipisnya terletak di superior sedangkan bagian yang menonjol berada
di inferior.
2. Linguoplate
Jenis ini diharuskan untuk dikontur mengikuti kontur gigi dan setipis
mungkin. Bagian upper border tidak boleh di atas third middle. Major connector
tipe ini disarankan untuk pasien dengan jaringan periodontal yang lemah.
39
3. Sublingual bar
Major connector tipe ini untuk pasien yang tidak memungkinkna superior
4. Cingulum bar
Penggunaan tipe ini dianjurkan pada pasien dengan diastema pada gigi
anterior atau adanya penurunan gusi sehingga terbentuk segitiga hitam diantara gigi,
karena apabila digunakan linguoplate akan nampak logam dari depan sehingga
5. Labial bar
Major connector pada maxilla juga terdiri dari beberapa tipe, diantaranya:
Major connector maxilary tipe ini mensupport protesa bilateral. Tipe single
mengganggu saat bicara. Bentuk major connector strap memiliki ciri yaitu lebar
Major connector tipe ini yang sering dipakai pada desain partial denture
seposterior mungkin untuk menghindari interferensi lidah saat bicara dan minimal
dimana merupakan sumber kekuatan major connector ini. Tipe ini sering digunakan
3. Palatal plate
Major connector tipe ini tipis, luas, dan menutupi satu setengah atau lebih
Tipe ini digunakan ketika terdapat torus pada pertengahan palatum. Border
anteriornya kontak dengan gigi sisa. Pada beberapa area lebih tebal sehingga dapat
Tipe ini lebih menonjol dan tebal serta lebarnya kurang dari 8 mm. Dilihat
dari bentuknya menjadi kurang nyaman karena menggangu pergerakan lidah bagi
sebgaian orang. Namun tipe ini sering digunakan dan paling umum dipilih sebagai
dan lain-lain. Connector ini berfungsi untuk menyalurkan tekanan dari protesa ke
gigi penyangga atau abutment teeth dan transfer dari abutment teeth ke protesa.
1. Rest
Rest adalah komponen gigi tiruan lepasan yang diletakkan di abutment teeth
atau lebih tepatnya di rest seat yang sudah dibuat, sehingga dapat meminimalisasi
pergerakan gigi tiruan ke arah gingival (vertikal) dan trasmit tekanan fungsional ke
gigi. Rest seat merupakan ruang yang dipreparasi di gigi penyangga untuk
meletakkan rest. Rest terdiri dari tiga jenis yaitu oclusal rest, lingual rest, dan incisal
rest. Ketika rest terletak di oklusal gigi posterior disebut oclusal rest. Ketika terletak
di permukaan lingual gigi anterior disebut lingual rest. Ketika terletak di incisal
ridge gigi anterior disebut incisisal rest. Fungsi dari rest yang utama yaitu menjaga
komponen gigi tiruan agar tetap di posisi yang seharusnya, menjaga relasi oklusal
dengan mencegah turunnya gigi tiruan, mencegah mengenai jaringan lunak, dan
2. Direct Retainer
retensi dan mencegah pelepasan. Direct retainer ini mengikat gigi penyangga untuk
menahan gigi tiruan agar tidak lepas. Terdapat dua tipe direct retainer yaitu
Tipe extracoronal atau disebut juga clasp type merupakan yang paling umum
dipakai. Tipe clasp ini terdiri dari 3 bentuk dasar yang disebut clasp arm. Bagian
pertama disebut buccal retentive arm yaitu retentive arm yang berfungsi mencegah
pelepasan dengan berkontak dengan bagian servikal bukal gigi penyangga. Bagian
kedua, yatu reciprocal arm yang terletak di lingual dimana berfungsi sebagai
stabilisasi gerakan ke arah horizontal dan menahan pergerakan gigi akibat rusaknya
retainer arm.bagian ketiga yaitu oklusal rest untk mensupport dan mencegah
pergerakan gigi ke gingival atau arah vertikal. Clasp assembly terdiri dari 2 tipe
dan komponen pendukung yang terlihat dan support vertikla yang lebih
lebih mahal.
44
3. Indirect Retainers
Indirect retainer adalah komponen gigi tiruan lepasan yang membantu direct
mengungkit dari sisi berlawan dari fulkrum line. Indirect retainer ini teridiri dari
rest dan minor connector yang tidak menempel pada gigi penyangga.indirect
2.4.7.1.3 Base
Base merupakan komponen dari protesa (baik yang terbuat dari metal maupun
resin) yang terletak di residual bone yang ditutup dengan jaringan lunak dan dimana
gigi-gigi menempel. Base ini berfungsi untuk mensupport gigi tiruan dan menerima
tekanan fungsional dari oklusi dan transfer tekanan fungsional unutk mendukung
Apabila untuk protesa gigi anterior maka base harus memiliki fungsi estetika,
mensupport dan meretensi gigi tiruan di berbagai arah sehingga memenuhi efisiensi
2.4.7.2.1 Basis
Basis adalah bagian dari gigi tiruan yang merupakan bagian untuk mengganti
jaringan alveolaris yang hilang dan tempat melekatnya anasir gigi tiruan. Fungsi
basis yaitu sebagai pondasi utama gigi tiruan, melanjutkan tekanan oklusal ke
stimulasi jaringan dibawahnya terutama kasus tooth borne, dan memberikan retensi
dan stimulasi
Bagian GTSL yang terletak di abutment dan terbuat dari kawat tahan karat.
Fungsi dari klamer yaitu mencegah pergerakan gigi tiruan ke arah oklusal dan
ada dua macam yaitu: a. Retainer langsung (direct retainer), yaitu bagian dari gigi
tiruan yang menahan terlepasnya GTSL secara langsung, berupa lengan retentive;
b. Retainer tidak langsung (indirect retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang
47
(bagian dari cangkolan yang bersandar pada bidang oklusal atau incisal gigi
Merupakan bagian GTS yang berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang.
Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan gigi yaitu: ukuran, bentuk, warna, dan
bahan. Faktor- faktor yang juga perlu diperhatikan dalam mendesain GTS:
1. Retensi
2. Stabilisasi
menggerakkan gigi tiruan dalam arah horizontal. Stabilisasi ini sangat tergantung
pada garis retensi yang dibuat pada gigi pegangan, dan dapat berupa aktivitas otot
saat berbicara, mastikasi, tertawa, batuk, bersin dan gravitasi untuk rahang atas.
3. Estetika
posisi apapun. Selain itu gigi tiruan harus tampak asli dan pantas untuk tiap pasien.
Hal ini meliputi warna gigi, posisi dan inklinasi tiap gigi, gingival contouring harus
macam resin yaitu resin thermoplastis dan resin thermosetting. Resin thermoplastis
adalah resin yang tidak tahan terhadap suhu panas (akan meleleh) dan mengeras
digunakan untuk sealant, bonding dan restoratif material, veneer, base denture,
1. Prostodonti : basis gigi tiruan dan gigi, soft liners, custom trays, bahan cetak,
ionomer cements, sealant pit dan fissure, bahan splinting dan veneer.
5. Equipment: mixing bowls dan spatula, mouth guards (sport equipment) and
protective eyewear.
menggantikan struktur gigi dan gigi yang hilang. Resin yang umumnya digunakan
persyaratan:
49
1. Sifat estetis yang baik, tranluensi dan transparansi yang sesuai dengan
jaringam mulut.
3. Biokompatibel, tidak berasa, tidak berbau, tidak mudah melarut karena cairan
4. Sifat fisis yang baik, memiliki kekuatan dan resiliensi, stabilitas dimensional
yang baik, tahan beban pengunyahan dan gigitan, low gravity untuk gigi
tiruan atas.
Resin akrilik adalah derivat dari etilen yang mengandung vinil dalam struktur
formulanya. Ada dua macam seri akrilik yang diperhatikan di kedokteran gigi yaitu
seri asam akrilat dan asam metakrilat. Kedua senyawa tersebut berpolimerasi secara
2.5.1 Polimerisasi
polimer bila dipanaskan. Yang biasa digunakan di lab adalah pemanasan dengan air
panas. Reaksi monomer dan polimernya bersifat eksotermis. Jadi temperatur akrilik
akan lebih tinggi dari airnya bila polimerisasi dimulai. Disamping itu monomernya
akan mendidih pada temperatur 100℃, karena itu pada tahap permulaan temperatur
50
air jangan terlalu tinggi. Dengan demikian panas yang timbul pada reaksi
Selain itu porositas dapat terjadi karena cetakan yang kurang terisi atau selama
curing kurang dipress (shrinked porosity). Bila curing telah selesai maka kuvet
yaitu:
1. Polimerisasi Adisi
demi satu dan ditambahkan secara bersama untuk membentuk rantai yang
berkembang.
2. Polimerisasi Kondensasi
Rantainya kemudian berkembang dan berikatan secara step wise melalui ikatan
monomer yang bertambah secara sekuen sampai akhir dari perkembangan rantai.
Polimerisasi adisi mulai dari pusat/ centre yang paling aktif. Penambahan monomer
pada saat tertentu secara cepat akan membentuk rantai. Secara teoritis rantai dapat
berkembang tanpa batas sampai semua monomer habis. Prosesnya sederhana tapi
polimerisasi adisi dapat segera memproduksi molekul besar dan ukuran hampir
tidak terbatas. Tidak ada perubahan dalam komposisi selama proses polimerisasi.
Molekul besar terbentuk dari unit-unit kecil atau monomer, tanpa perubahan
komposisi karena monomer dan polimer mempunyai pola empiris yang sama.
(Anusavice, 2003).
1. Induksi/insiasi
2. Propagasi
3. Terminasi
4. Chain transfer
52
Pada polimerisasi adisi, terdapat 4 tahap yaitu induksi, propagasi, terminasi, dan
chain transfer.
1. Induksi/inisiasi
Radikal bebas didapatkan dari pengaktifan molekul monomer dengan sinar UV,
panas atau energy. Radikal bebas tersebut bukan katalis tetapi disebut sebagai
inisiator karena ikut serta dalam reaksi kimia yang berlangsung dan menjadi bagian
dalam produk akhir polimerisasi tersebut. Radikal bebas dalam bentuk electron
bereaksi.
Bahan yang biasa digunakan sebagai inisiator adalah benzoyl peroxide yang
Periode ini sangat tergantung dari kemurnian monomer, bila ada impurities
maka periode ini akan lebih panjang. Begitu pula dengan suhu, semakin tinggi akan
Polimerisasi pada resin dental biasanya diaktifkan oleh 3 proses yaitu panas,
kimia atau sinar. Pada bahan yang melalui panas, pada saat dipanaskan, benzoyl
peroxide akan terbagi menjadi 2 radikal bebas. Pada bahan yang melalui kimia (self
untuk membentuk 2 radikal bebas. Pada bahan yang melalui sinar, foton akan
sinar UV tetapi karena efek negative terhadap retina dan jaringan mulut yang tidak
2. Propagasi
Pada periode ini, reaksi pada rantai-rantai terus berlanjut dengan adanya
3. Terminasi
Reaksi rantai-rantai akan berakhir melalui cara langsung (antar rantai) atau
4. Chain transefer
transfer.
reaksi kimia yang menggabungkan dua atau lebih molekul dalam memproduksi
struktur yang simple dan molekul yang tidak besar. Senyawa primer bereaksi dan
serig menghasilkan produk samping berupa air, alcohol, asam halogen, dan
polimerisasi kondensasi adalah polimerisasi pada bahan cetak polysulfide (air) dan
silicone (alcohol).
tidak dikehendaki terutama pada saat penyimpanan. Bahan yang digunakan yaitu
oksigen.
2.5.1.6 Kopolimerisasi
terbentuk disebut kopolimer. Terdapat tiga macam bentuk kopolimer yaitu : Block,
Random dan graft. Kopolimerisasi dapat merubah sifat sifat fisis resin yang
Sifat fisik resin basis protesa bersifat penting karena berfungsi untuk
mendapatkan ketepatan dan fungsi protesa lepasan. Sifat yang perlu diperhatikan
selama dan retakan atau goresan. Sifat-sifat ini akan dibahas dalam bagian
berikutnya.
1. Pengerutan Polimerisasi.
(metil metakrilat) kepadatan massa bahan berubah dari 0.94 menjadi 1.19 g/cm3.
resin konvensional heat cured diaduk dengan rasio bubuk berbanding cairan sesuai
anjuran, sekitar sepertiga dari massa hasil adalah cairan. Akibatnya, pengerutan
tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan basis protesa karena bahan tersebut
didistribusikan secara seragam pada semua permukaan. Karena itu, adapatasi basis
linier. Pengerutan linier memberikan efek nyata adaptasi basis protesa serta
antar 2 titik acuan yang telah ditentukan pada regio molar kedua pada susunan gigi
lengkap. Setelah polimerisasi dan pengeluaran protesa dari model, jarak antara
56
kedua titik acuan tadi diukur kembali. Perbedaan antara pengukuran sebelum dan
linier, semakin besar pula ketidaksesuaian yang teramati dari kecocokan awal suatu
protesa. Berdasarkan pada pengerutan volumetrik sebesar 7%, basis protesa resin
umumnya berperan dalam pengerutan linier pada sistem heat cured. Berlangsung
ketika resin lunak mencapai temperatur transisi kaca (Tg). Tg terletak dalam kisaran
resin terpolimerisasi melalui wujud lunak, karet sampai ke wujud kaku, berkaca.
kaku. Sehingga, massa kaku ini berkontraksi dengan kecepatan yang berbeda dari
Dalam hal ini full denture yang dibuat dengan menggunakan resin self cured
menunjukkan adaptasi yang lebih baik dibandingkanresin heat cured. Hal ini
disebabkan karena termal dapat diabaikan dan reaksi pengerasan lebih sempurna
pada resin self cured. Pengerutan selfcured adalah 0,26% dan pengerutan resin
dan adaptasi basis protesa yang ada, resin self cured kurang biocompatible bagi
2. Porositas
cenderung terjadi pada bagian basis protesa yang lebih tebal. Porositas tersebut
akibat dari penguapan monomer yang tidak bereaksi dan penguapan polimer
berberat molekul rendah ketika temperatur resin telah mencapai atau melebihi titik
didihnya. Porositas jenis ini tidak terjadi secara seragam sepanjang segmen resin.
Seperti kita ketahui, kuvet logam meneruskan panas dari tepi dengan
besar. Kemudian, bahan berberat molekul rendah tidak mendidih, dan porositas
tidak terjadi. Namun sebaliknya, apabila resin yang menempati posisi lebih ke
tengah dikelilingi oleh massa dental stone yang lebih besar. Karena bahan ini
Porositas juga dapat berasal dari pengadukan yang tidak tepat antara
komponen bubuk dan cairan. Bila ini terjadi, beberapa bagian massa resin akan
bagian ini mengerut lebih banyak dibandingkan daerah di dekatnya, dan pengerutan
resin sebesar mungkin. Penggunaan rasio polimer berbanding monomer harus tepat
serta prosedur pengadukan harus terkontrol dengan baik. Tambahan lagi, karena
bahan lebih homogen dalam tahap doughlike, lebih baik menunda packing resin
58
disajikan dalam, harus disadari bahwa porositas tersebut dapat terjadi di permukaan
Porositas juga dapat disebabkan karena tidak cukupnya tekanan atau bahan
dalam rongga kuvet selama polimerisasi. Gelembung udara akibat kekurangan ini
tidak berbentuk bola tetapi berbentuk spherical. Gelembung ini dapat begitu banyak
sehingga seluruh resin nampak lebih ringan dan lebih opak dibandingkan warna
sebenarnya.
terbentuk pada basis protesa. Pengadukan, spruing, dan venting secara cermat dapat
3. Penyerapan air
Poli (metil metakrilat) menyerap air relative sedikit ketika ditempatkan pada
lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang besar pada
metaklirat), umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi secara difusi. Difusi
adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga atau melalui substansi kedua.
Dalam hal ini, air menembus massa poli (metil metakrilat) dan menempati posisi di
antara rantai polimer. Sebagai akibatnya, rantai polimer yang terganggu terpaksa
dua efek penting. Pertama, hal itu menyebabkan massa terpolimerisasi mengalami
sedikit ekspansi. Kedua, molekul air dapat mempengaruhi kekuatan rantai polimer
Poli (metil metakrilat) memiliki nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2.
disebabkan karena penyerapan air, resin akrilik terekspansi 0.23% secara linear.
syarat resin basis protesa yang dapat diterima. Untuk menguji penyerapan air, suatu
lempeng bahan dengan dimensi spesifik dipersiapkan dan dikeringkan dengan berat
yang stabil Berat ini dicatat sebagai berat awal. Selanjutnya, lempeng direndam
dalam air selama 7 hari. Kemudian lempeng ditimbang kembali, dan nilai ini
setelah perendaman tidak boleh lebih dari 0,8 mg/cm2. Informasi tambahan
4. Kelarutan (Solubility)
Meskipu resin basis protesa larut dalam berbagai pelarut, namun resin tidak
umumnya tidak larut dalam cairan dalam rongga mulut. Spesifikasi ADA no. 12
kelanjutan dari uji penyerapan air diuraikan pada bagian sebelumnya. Setelah dalam
5. Tekanan Pemrosesan
atau kerusakan bahan. Prinsip ini mempunyai pengaruh penting dalam pembuatan
pada monomer individual yang membentuk rantai polimer. Selama proses ini,
kemungkinan terjadi pergesekan antara dinding mold dan resin lunak yang
didinginkan di bawah temperature transisi kacanya (Tg) resin menjadi relatif kaku.
Selama resin basis protesa berkrontaksi dengan dental stones pada kecepatan yang
kumulatif Untungnya, perubahan dimensi ini cukup kecil. Total perubahan dimensi
yang terjadi sebagai akibat processing dan penyerapan air berkisar 0,1 sampai 0,2
6. Crazing
berdampak negatif terhadap estetik dan sifat fisik suatu protesa. Terbentuknya
Secara klinis, crazing terlihat sebagai garis retakan kecil yang nampak timbul
yang ‘berkabut’ atau ‘tidak terang’. Pada resin berwarna, crazing menimbulkan
Dari sudut pandang fisik, crazing dapat disebabkan oleh tekanan atau resin
yang larut sebagian. Tekanan tarik paling sering berperan dalam terbentuknya
mekanik dari rantai rantai polimer individu pada saat ada tekanan tarik.
Crazing umumnya berawal pada permukaan resin dan mengarah pada sudut
yang sesuai dengan gaya tarik. Retakan mikro yang terbentuk dengan cara ini
Perlu dicketahui, crazing juga mungkin terbentuk sebagai hasil adanya pelarut.
Retakan mikro yang dihasilkan dengan cara ini tersebar secara acak. Crazing akibat
pelarut umumnya berasal dari kontak dengan cairan seperti etil alkohol, yang terlalu
lama. Adanya perkembangan improvisasi dalam elemen gigi resin akrilik dan resin
basis protesa crossed-linked telah menurunkan insidens crazing pada basis protesa.
62
7. Kekuatan
Kekuatan dari resin basis protesa bergantung pada beberapa faktor. Faktor-
faktor ini termasuk komposisi resin, teknik pembuatan, dan kondisi kondisi yang
ada dalam lingkungan rongga mulut. Untuk memberikan sifat fisik yang dapat
diterima, resin basis protesa harus memenuhi atau melampaui standar yang
disajikan dalam ANSI/ spesifikasi ADA No. 12. Suatu uji transversal digunakan
untuk mengevaluasi hubungan antara beban yang diberikan dan resultan defleksi
Penentu yang paling penting dari kekuatan resin adalah derajat polimerisasi
yang ditunjukkan oleh bahan. Begitu derajat polimerisasi meningkat, kekuatan resin
juga meningkat. Karena ini, siklus polimerisasi yang dihasilkan oleh resin heat
menunjukkan derajat polimerisasi yang rendah. Sebagai hasilnya, resin self cured
kekerasan. Di luar karakteristik ini, resin heat cured dan self cured menunjukkan
8. Creep
Resin protesa menunjukkan sifat viskoelastis. Dengan kata lain, bahan ini
sebagai benda padat bersifat karet yang dapat memulihkan deformasi elastic dengan
waktu ketika tegangan yg menginduksi dihilangkan. Bila suatu resin basis protesa
deformasi awal. Bila beban ini tidak dilepaskan, deformasi plastic tambahan
mungkin terjadi dengan berlalunya waktu. Deformasi ini disebut dengan creep
residu, serta adanya bahan pembuat plastis. Meskipun laju creep untuk resin heat
cured dan self cured serupa dengan tekanan ringan (9,0 MPa), laju creep untuk resin
9. Sifat Lain.
Kekuatan benturan Charpy untuk protesa resin heat curedberkisar dari 0,98
sampai 1,27 J, sedangkan untuk resin self cured lebih rendah (0,78 J). Nilai-nilai ini
bahan bergantung pada ukuran dan bentuk geometris bahan, jarak antar tumpuan
Nilai kekerasan Knoop untuk resin heat cured sebesar 20, sedangkan resin
self cured umumnya menunjukkan nilai kekerasan Knoop dari 16-18. Informasi ini
Bentuk paling sederhana dari hasil akhir polimerisasi baik polomerisasi adisi
maupun kondensasi yaitu bentuk linear (garis lurus). Pada polimerisasi adisi
2.5.4 Plasticizer
sehingga sifat fisis dari resin yang terbentuk menjadi lebih fleksible dan lunak.
Ratio polimer monomer sangat menentuka hasil akhir dari sifat fisis resin
yang terbentuk. Bubuk disebut juga sebagai polimer dan cairan sebagai monomer.
sebagian dengan meningkatnya akumulasi plak dalam segi kualitas, tetapi yang
pasti dalam segi kuantitas. Akumulasi ini tidak saja terjadi pada gigi-gigi di sekitar
protesa, tetapi juga pada gigi antagonisnya, kecuali pada pasien yang telah
2. Trauma Langsung
Mukosa mulut amat rentan terhadap trauma langsung yang diterimanya dari
komponen protesa. Bar lingual yang ditempatkan terlalu dekat kepada tepi gingiva,
pada gusi, merupakan beberapa contoh yang sering dijumpai. Demikian pula,
lengan cengkeram yang terlalu menekan email gigi sehingga jaringan seolah-olah
sengaja dikikis.
berada di bawahnya. Pada gigi tiruan dukungan gigi, hampir seluruh gaya ini
serat-serat ini, hendaknya selalu diusahakan agar semua gaya bersifat regang
menerimanya. Masalahnya menjadi lebih sulit pada gigi tiruan dukungan jaringan
atau kombinasi, sebab dalam hal ini gaya-gaya lebih bersifat kompresif dan
4. Permukaan Oklusal
Pada gigi tiruan sebagian lepasan yang permukaan oklusalnya tidak didesain
dengan betul, gerak penutupan rahang mungkin terhalang oleh adanya kontak
Gigi tiruan yang tidak nyaman masih bisa diperbaiki tanpa harus membuat
2.7.1 Relining
material gigi tiruan pada permukaan anatomis gigi tiruan untuk mengembalikan
2. Hanya terdapat sedikit saja perubahan oklusi, sehingga oklusi masih dapat
3. Desain kerangka geligi tiruan baik dan kerangka ini masih mencekat dengan
7. Tepi geligi tiruan masih cukup baik dan tidak perlu perubahan yang besar.
68
1. Jika tidak dikerjakan dengan hati-hati, suatu garis sambung antara bahan lama
2. Menyaman warna resin yang baru dengan yang lama tidak selalu mungkin
tiruan lama bertindak sebagai sendok cetak pribadi. Ketika seluruh bagian
landasan gigi tiruan hilang, landasan gigi tiruan harus dikoreksi dengan resin
2. Cetakan yang sudah selesai, dicor dengan menuangkan gips batu untuk
3. Segmen sayap gigi tiruan yang baru, diperbaiki dengan menggunakan resin
4. Ketika segmen retakan dari landasan gigi tiruan masih ada, prosedur
5. Permukaan gigi tiruan dicor dengan gips batu. Ketika master cast mengeras,
6. Sebuah media pemisah diterapkan pada model kerja, dan segmen gigi tiruan
diganti dengan gips batu, ruang 2-3 mm dibuat antara segmen untuk
berlebih.
8. Untuk menghasilkan gigi tiruan dengan porositas internal minimal, gigi tiruan
yang masih ada pada model gips harus ditempatkan pada wadah bertekanan
9. Bagian yang diperbaiki ditrim dan penyesuaian dilakukan dengan bur bundar
dan polish.
2.7.2 Rebasing
Rebasing adalah proses penggantian seluruh basis gigi tiruan dengan basis
gigi tiruan yang baru, dengan tetap menggunakan anasir gigi tiruan yang lama dan
7. Bila basis gigi tiruan sudah terlihat buruk, karena pemakaian untuk jangka
waktu lama
8. Relining berkali-kali
sebagai sendok cetaknya dan gunakan bahan cetak mukostatik yaitu Zinc
Oxide Eugenol
4. Meletakkan gigi tiruan dan model kerja pada bagian atas articulator dan diberi
indeks oklusal dari gips pada bagian bawah. Jika gips sudah keras, articulator
dibuka
5. Gigi tiruan dilepas dari model kerja. Bahan cetak dibuang dan di trim
geliginya
6. Membuat landasan gigi tiruan baru dari malam dan lakukan waxing
7. Uji coba dalam mulut pasien dan permeriksaan estetik, fonetik, ukur dimensi
vertical
fraktur, oleh karna itu biasanya digantikan dengan kawat pipi atau PGP-18
(Platinum-Gold-Palladium).
1. Gigi tiruan yang mengalami fraktur dimasukan kedalam mulut pasien, setelah
itu periksa posisi dan adaptasinya sudah sesuai atau belu. Jika sudah lakukan
2. Setelah itu, cetakan di ubah menjadi hasil positif yaitu menjadi model kerja
4. Kawat atau PGP-18 dibuat mengikuti bentuk gigi penyangga. Simpul retensi
dibentuk diujung distal kawat yang berguna untuk ikatan mekanis dengan
7. Gigi tiruan dengan kawat dan juga resin autopolimerisasi dimasak dengan
8. Setelah dimasak, gigi tiruan siap dilapas dengan hati-hati dari model.
10. Pemeriksaan intraoral apakah gigi tiruan sudah beradaptasi dengan baik atau
belum
2.8 Obat yang Digunakan untuk Mengatasi Rasa Sakit yang Timbul
Untuk menghilangkan rasa sakit yang timbul dalam kasus ini digunakan obat
analgesik. Obat yang digunakan dalam kasus ini adalah obat-obatan golongan
mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
2.8.1.1 Indikasi
demam, sakit gigi, nyeri karena trauma, nyeri otot, rheumatoid arthritis,
osteoarthritis, dysmenorrhea (nyeri saat menstruasi), nyeri pasca operasi, dan nyeri
pasca persalinan.
74
2.8.1.2 Kontraindikasi
2. Penderita asma
2.8.1.3 Dosis
Dosis asam mefenamat untuk mengatasi rasa sakit: Asam mefenamat 500 mg
dilanjutkan dengan 250 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan, tidak lebih dari 7 hari.
tahun sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan dokter, dosis yang lebih rendah
harus dipertimbangkan
meminumnya begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat.
Jangan menggandakan dosis obat pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis
yang terlewat.
75
2.8.1.4 Farmakodinamik
asam arachnoid saat terjadinya luka (sel-sel rusak) sehingga menyebabkan rasa
2.8.1.5 Farmakokinetik
Tablet asam mefenamat diberikan secara oral. Diberikan melalui mulut dan
diabsorbsi pertama kali dari lambung dan usus selanjutnya obat akan melalui hati
konsentrasi puncak asam mefenamat dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam.
Pada manusia, sekitar 50% dosis asam mefenamat diekskresikan dalam urin dan
Efek samping dari asam mefenamat terhadap saluran cerna yang sering timbul
adalah diare, diare sampai berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa lambung,
selain itu dapat juga menyebabkan eritema kulit, memperhebat gejala asma dan
1. Terhadap kehamilan
akhir masa kehamilan atau saat melahirkan karena efeknya pada sistem
3. Terhadap anak-anak
Belum ada studi tentang keamanan & efikasi penggunaan asam mefenamat
pada pasien anak dibawah 14 tahun. Belum ada studi tentang keamanan untuk anak
1. Obat yg terikat pada protein plasma; menggeser ikatan dengan protein plasma,
lithium di ginjal.
4. Obat lain yang juga memiliki efek samping pada lambung; kemungkinan
PEMBAHASAN
perpindahan gigi dalam jarak pendek untuk waktu yang lama (Mac Entee, 1993).
77
78
Perangkat gigi tiruan sebagian lepasan pada kasus tidak stabil sehingga tidak
sesuai dengan syarat GTSL dimana perangkat GTSL harus nyaman digunakan.
Gigi tiruan free end saddle lebih mudah bergeser dan bergoyang dibanding
dengan gigi tiruan paradental sadel. Kesalahan desain pada gigi tiruan dapat
menyebabkan gigi tiruan bergoyang dan tidak nyaman digunakan oleh pasien.
Kesalahan desain pada gigi tiruan ini dapat menyebabkan akumulasi beban
Pada kasus gigi tiruan free end saddle, tidak ada gigi kodrat pada bagian distal
sadel. Hal ini menyebabkan pada saat gigi artifisial terkena tekanan kunyah, sadel
gigi penyangga ini menyebabkan resorpsi linggir alveolar berjalan lebih cepat,
karena ungkitan menimbulkan kelainan periodontal pada gigi asli yang dijadikan
gigi sandaran.
79
mengakibatkan pada saat gigi tiruan di bagian sadel tersebut kena tekanan kunyah,
sadel gigi tiruan akan bergerak rotasi/mengungkit/tidak stabil. Selain gigi tiruan
yang tidak stabil, gigi sandaran pada kasus free end pun dapat terungkit, hal ini
bergantung dari tipe pengungkit, cangkolan, titik beban dan titik fulkrum.
Gambar III.1 Klasifikasi kelas ungkitan. Fulcrum (F), resistance (R), dan
direction of effort (force)(E).
Pada tipe pengungkit kelas satu, cangkolan dari arah distal ke mesial pada
gigi kodrat sebelah mesial dapat menyebabkan gigi tiruan tidak stabil pada saat
mengunyah, sedangkan pengungkit kelas dua, cangkolan dari arah mesial ke distal
pada gigi kodrat sebelah mesial akan membuat gigi tiruan lebih stabil namun
ungkitan kelas 1 dapat bertindak sebagai tang yang membuat efek linggis pada gigi
sandaran. Ungkitan kelas 1 memiliki fulkrum yang terletak diantara lengan beban
80
akan memiliki gaya horizontal yang berlebihan secara lateral pada gigi sandaran,
yang dapat menyebabkan gigi terungkit, yang pada akhirnya gigi terungkit dan bila
Untuk mencegah atau mengurangi efek ungkitan oleh giggi tiruan free end
dibandingkan dengan titik retensi dan tiitk beban. Caranya antara lain mengubah
arah cangkolan menjadi arah mesial ke distal atau memberi indirect retainer yang
menyebabkan gigi tiruan lebih tidak stabil dibanding ungkitan kelas I saat terjadi
Gaya ungkit yang terjadi sebagian diredam oleh adanya hubungan fleksibel
3. Retensi tambahan di gigi sandaran yang lain (makin ke anterior makin baik)
Gigi tiruan yang baik adalah gigi tiruan yang memenuhi kaidah retensi,
stabilisasi dan dukungan yang diperoleh. Kaidah yang tidak dipenuhi menyebabkan
kegoyang gigi tiruan pada saat mengunyah, bicara, mudah lepas saat dipakai, dan
81
Masalah pada gigi tiruan berujung bebas adalah gigi tiruan tidak stabil, yaitu
gigi tiruan mudah bergeser dan mengungkit. Hal ini terjadi karena beberapa faktor
penyebab berikut:
posterior sadel ujung bebas dengan bagian anteriornya, dan tidak adanya gigi
kodrat di sebelah distal sadel. perbedaan ini menimbulkan masalah yaitu gigi
tiruan berujung bebas selalu tidak stabil. Gigi tiruan yang tidak stabil
2. Kesalahan pada desain atau dengan berjalannya waktu desain akan berubah
3. Desain gigi tiruan yang salah menyebabkan akumulasi beban yang berlebih
4. Resorbsi lanjut yang terjadi pada lingir alveolar di bawah landasan akan
menyebabkan gigi tiruan longgar dan tidak stabil. Resorbsi ini dapat terjadi
akibat distribusi gaya kunyah yang tidak merata dan bisa disebabkan karena
kondisi penyakit sistemik yang diderita pasien. Gigi tiruan yang longgar dan
tidak stabil adalah salah satu masalah yang paling umum dihadapi oleh pasien
gigi tiruan.
82
efektif sehingga membuat pasien tidak nyaman saat mengunyah. Kegoyangan gigi
diakibatkan oleh kelainan jaringan periodontal gigi tersebut dan menimbulkan rasa
3.7 Obat yang Diberikan untuk Mengatasi Rasa Sakit yang Timbul.
Untuk menghilangkan rasa sakit yang timbul dalam kasus ini digunakan obat
analgesik. Obat yang digunakan dalam kasus ini adalah obat-obatan golongan
desain yang harus diperhatikan pada pembuatan gigi tiruan free end antara lain
sebagai berikut.
1. Support yang diperoleh dari gigi tiruan free end secara primer didapat dari
jaringan lunak di bawahnya dan secara sekunder didapat dari gigi penyangga
di anteriornya.
tiruan. Berbeda dengan gigi tiruan dengan dukungan gigi, gigi tiruan free end
83
tidak dapat menahan gaya dari makanan yang lengket, pergerakan jaringan
pada tepi landasan atau dari gaya ke lateral lainnya, sehingga dibutuhkan
adala resin akrilik. Gigi tiruan dengan dukungan gigi biasanya tidak terlalu
Namun penggunaan material kawat hanya terbatas pada lengan retentif saja,
sementara pada lengan resiprokal dan bagian lain dari cangkolan harus dibuat
dari bahan yang lebih kuat misalnya logam cor, untuk mencegah pergerakan
(combination clasp).
84
Ketika terdapat gaya mastikasi, gigi tiruan free end cenderung mengungkit,
namun dengan adanya konektor mayor berupa lingual bar hal tersebut dapat
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
penyangga GTSL-nya (gigi 34 dan 44) akibat terungkit oleh perangkat GTSL Ny.
85
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K.J., 2003, Phillips’ Science on Dental Materials. 11th ed. St Louis:
Saunders, Elsevier Science.
Carr. A. B, Broen. D.T. 2010. McCracken’s Removable Partial Prosthodontics.
12th Ed. Wiley-Blackwell Publishing
Carranza, F.A., Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2002, Carranza’s
Clinical Periodontology 9th Edition, W.B Saunders Elseveir Company,
Philadelphia, h. 965-975.
Desjardins, P.J., E.V. Hersh., C.r. Trummel dan S.A. Cooper 2005 Nonopioid
analgesic, Nonsteroidal Antiinflamatory Drugs and Rheumatic and Anti Gout
Drugs dalam Pharmacology and Therapeutics for Dentistry, 5thed (Yagiela,
JA,Dowd,FJ, Neidle,EA)
Fedi, P.F., Vernino A.R., Gray, J.L., 2005, Silabus Periodonti, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, h. 135-173.
Gunadi, haryanto A., dkk. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan.
Jilid 1. Jakarta: Hipokrates.
Shanbhag, T.V., Shenoy, S., Nayak, V. 2014. Pharmacology for Dentistry. 2nd
Edition. New Delhi: Elsevier.
W.H, Itjingningsih.1996. Geligi tiruan Lengkap lepas. Jakarta : EGC penerbit Buku
Kedokteran.
White SC. Pharoah MJ. 2014. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7th ed.,
St. Louis: Sauders Elsevier.
Yagiela, J.A., Dowd, F.J., Neidle E.A. 2011. Pharmacology and Therapeutics for
Dentistry. 6th Edition. US: Mosby Elsevier.
86