Anda di halaman 1dari 20

DRAFT SOOCA CD 2 CASE - 1

Identitas
Nama : drg. Lunar
Pekerjaan : Kepala Puskesmas Mekar Sari Kecamatan Taman Bunga

Nama : drg. Bona


Pekerjaan : Kepala Poli Klinik Gigi Puskesmas

Keluhan
1. Pada laporan pencapaian target derajat kesgimas di wilayah binaannya mengalami penurunan
2. Data lain di luar keg. Poli klinik sangat minim seperti data di puskesmas yang ada dalam
SP2TP, data gambaran kesgi, data hasil surbeillance dan daya keadaan demografi penduduk
yaitu raio tambal-cabut, indeks plak, OHI-s, indeks DMFT & DMFS, indeks deft & defs,
gingival, CPITN, dan dental fluorosis
3. Kepala poli klinik gigi puskesmas lebih banyak melakukan kegiatan mediscus practicus,
sehingga tidak cukup waktu melaksanakan pengelolaan manajemen poli klinik gigi &
pelayanan kesmas
4. Minimnya data mempengaruhi SIK & SIMK
5. SIMPUS yang tidak baik mempengaruhi perencanaan program & penetapan target

Hipotesis
Pengelolaan manajemen poli klinik gigi dan kesehatan masyarakat yang kurang baik di
puskesmas mekar sari

Mekanisme
Mediscus Practicus

Pengelolaan manajemen poli klinik gigi dan kesehatan masyarakat yang kurang baik
Terjadi minimnya data (SP2TP, gambaran kesehatan gigi, hasil survey epidemiologi, demografi
penduduk)

Mempengaruhi SIK

Mempengaruhi SIMK

SIMPUS

SIKDA

SIKNAS
1. Manajemen Kesehatan
suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengatur petugas kesehatan dan non-petugas kesehatan
guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.
a. Unsur-Unsur Manajemen Pelayanan Kesehatan

b. Tingkatan Manajemen
1. Top Management (Kepala RS, Direktur)
Konseptual, menentukan tujuan dan strategi jangka panjang, merumuskan konsep
organisasi.
2. Middle Management (Kepala klinik di RS, Kabid)
Bertanggung jawab terhadap beberapa unit kerja, melaksanakan rencana secara konsisten
sesuai tujuan.
3. First Line Management (Supervisor, Kepala Ruangan)
Mengarahkan dan mendukung karyawan non-manajerial dan membuat keputusan jangka
pendek.
4. Non-managerial Personel
Pekerjaan dengan technical skill.

2. Fungsi Manejemen
Planning : perencanaan
Organizing : Pengorganisasian
Actuating : Pelaksanaan
Controlling : Pengawasan
Evaluating : Evaluasi
a. Planning

P e r e n c a n a a n a d a l a h p r o s e s p e n e n t u a n t u j u a n a t a u s a s a r a n ya n g hendak
dicapai dan menetapkan jalan dan sumb er yang diperlukan untuk mencapai tujuan
seefektif dan seefisien mungkin. Ada tiga kegiatan dalam setiap perencaaan, diantaranya:

1) perumusan tujuan yang ingin dicapai


2) Pemilihan program untuk mencapai tujuan
3) Identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya terbatas.

b. Organizing

Pengorganisasian merupakan proses pengaturan sumber daya (manusia dan lainnya) untuk
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Meliputi pembagian pekerjaan, penugasan,
pengalokasiansumber daya dan koordinasi pekerjaan. Pengorganisasian sangat terkait dengan
struktur organisasi.
Manfaat:
5. Mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien
6. Pelaksanaan tugas dapat dijalankan dengan lebih baik dan teratur
7. Tercipta lingkungan kerja yang berkesinambungan (satu kesatuan)
8. Pengawasan pelaksanaan perkerjaan dapat lebih efektif dan efisien, langkah-langkah:
a) Merefleksikan rencana dan tujuan
b) Menetapkan tugas-tugas utama
c) Membagi tugas-tugas utama
d) Mengalokasikan sumber daya dan arahan untuk tugas-tugas (delegasi wewenang)
Prinsip-Prinsip
a) Mempunyai Pendukung,
b) Mempunyai Tujuan
c) Mempunyai kegiatan,
d) Mempunyai pembagian tugas,
e) Mempunyai perangkat organisasi,
c. Actuating

Actuating adalah peran manajer untuk mengarahkan pekerja yang sesuai dengan tujuan
organisasi dengan membuat urutan rencana
Fungsi actuating:
1. Menciptakan kerjasama.
2. Pengembangan staf.
3. Menumbuhkan staf menyukai pekerjaannya.
4. Lingkungan kerja yang mendukung
5. Organisasi berkembang dinamis.
Pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang manager
a) Motivation - motivasi
b) Communication - komunikasi
c) Leadership - kepemimpinan
d) Directing - pengarahan
e) Controlling - pengawasan
f) Supervision - supervisi

d. Controlling

Tujuannya adalah melakukan penilaian dan koreksi terhadap kinerja karyawan untuk
mencapai tujuan atau goal yang telah ditentukan.
Manfaat
a. Pencapaian tujuan dalam kualitas dan kuantitas tertinggi
b. Penekanan pembiayaan agar tidak melebihi budget
c. Memacu karyawan berprestasi dan berkreasi sesuai kemampuannya

e. Evaluating

Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai hasil suatu program atau kegiatan dan merupakan
proses untuk menilai atau menetapkan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
.
Tujuan dan Fungsi Evaluasi
1) Untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan.
2) Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap prilaku hasil
3) Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.
4) Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.
Jenis Evaluasi
1) Evaluasi input, dilaksanakan sebelum kegiatan program dimulaiEvaluasi proses
2) Evaluasi proses, dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung.
3) Evaluasi output, dilaksanakan setelah hasil kegiatan program.

2. Puskesmas
a. Definisi, adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat.
b. Tujuan Puskesmas adalah untuk pembangunan pelayanan kesehatan dengan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal.
c. Fungsi puskesmas adalah untuk mengembangkan pelayanan kesehatan yang bersifat
menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi
aspek promotive, preventive, curative dan rehabilitative.
d. Visi puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia
Sehat.
c. Misi Puskesmas
1) Menggerakkan pembangunan berawawasan kesehatan di wilayah kerjanya
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya
d. Puskesmas dibedakan kedudukannya berdasarkan keterkaitannya dengan system
kesehatan nasional.
1) Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
2) Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
3) Sistem Pemerintah Daerah
4) Antar Saran Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

a. Organisasi Puskesmas

Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu kabupaten/kota dilakukan oleh dinas


kesehatan kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:
1) Kepala puskesmas

2) Unit tata usaha yang bertanggungjawab membantu kepala puskesmas dalam pengolaan:
a) Data dan informasi
b) Perencanaan dan penilaian

c) Keuangan

d) Umum dan kepegawaian


3) Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas:
a) Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
b) Upaya kesehatan perorangan
4) Jaringan pelayanan puskesmas:
a) Unit Puskesmas Pembantu
b) Unit Puskesmas Keliling

c) Unit Bidan di Desa/Komunitas

b. Tata Kerja Puskesmas

a. Dengan Kantor Kecamatan, Koordinasi tersebut mencekup perencanaan, penggerakan


pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian.
b. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
c. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama, melaksanakan bimbingan
teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan.
d. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan, bekerja sama dengan
- rumah sakit (kabupaten/kota),
- berbagai balai kesehatan masyarakat seperti BP4 (balai pengobatan penyakit paru paru)
- BKMM (balai pengobatan mata masyarakat)
- BKKM (balai kesehtan kerja masyarakat)
- BKOM (balai kesehatan olahraga masyarakat)
- BKJM (balai kesehatan jiwa masyarakat)
- BKIM (balai kesehatan indra masyarakat)
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- BTKL (balai teknik kesehatan lingkungan)
- BLK (balai laboratorium kesehatan) serta berbagai balai kesehatan masyarakat.
5. Dengan Lintas Sektor di Dinas Kesehtan yang terkait
6. Dengan Masyarakat

c. Upaya Puskesmas

1. Upaya Kesehatan Wajib


1) Upaya promosi kesehatan

2) Upaya kesehatan lingkungan

3) Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

4) Upaya perbaikan gizi masyarakat

5) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

6) Upaya pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan


1) Upaya kesehatan sekolah,
2) Upaya kesehatan olahraga,
3) Upaya perawatan kesehatan masyarakat,
4) Upaya kesehatan kerja,
5) Upaya kesehatan gigi dan mulut,
6) Upaya kesehatan jiwa,
7) Upaya kesehatan mata,
8) Upaya kesehatan usia lanjut,
9) Upaya pembinaan pengobatan tradisional.

d. Azas Penyelenggaraan Puskesmas

1. Azas Pertanggungjawaban Wilayah


2. Azas Pemberdayaan Masyarakat
3. Azas Keterpaduan
4. Azaz Rujukan

3. Surveilans Epidemiologi
Surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus menerus
dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang
mempengaruhi pada masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat
mengambil tindakan efektif.
Tujuan Menurut Depkes RI (2004) adalah untuk :
1. pencegahan dan pengendalian penyakit dalam masyarakat
2. sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB)
3. memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan,
penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat administrasi.
4. Rasio Tambal-Cabut
Rasio tumpatan/pencabutan gigi tetap yaitu jumlah gigi tetap yang ditambal/ditumpat pada suatu
wilayah pada waktu tertentu dibanding (:) jumlah gigi tetap yang dicabut pada wilayah periode
waktu yang sama.

5. Index Plak
a. Metode O’Leary

untuk mencatat adanya plak pada tiap permukaan gigi kecuali permukaan oklusal (fasial, lingual,
mesial, dan distal). Cara pencatatan plak yaitu pasien menggunakan disclosing solution setelah
itu operator memeriksa akumulasi plak pada tiap permukaan pada dentogingival junction
menggunakan explorer atau ujung probe. Setelah semua gigi diperiksa, index dihitung dengan
cara membagi jumlah permukaan berisi plak dengan total permukaan gigi yang ada lalu dikali
100%.

b. Silness-Löe Index (Silness and Löe, 1964)

Index Silness ini dihitung berdasarkan plak dan deposit termineralisasi pada 6 gigi yaitu gigi 16,
12, 24, 44, 32, 36 pada permukaan kecuali permukaan oklusal (fasial, lingual, mesial, dan distal).

c. Oral Hygiene Index Simpllified (OHI-S)

4 gigi diperiksa pada permukaan fasial ( gigi 16,11,26,31 )


2 gigi diperiksa pada permukaan lingual (gigi 36 dan 46)
Masing-masing gigi kemudian diperiksa debris dan calculus. Dan diberi skor pada masing
masing gigi, dengan kriteria pemeriksaan DI menurut Depkes RI 1999 :

Cara menghitung Debris Index

DI = jumlah skor debris / jumlah gigi yang diperiksa

Cara perhitungan Calculus Index

CI = jumlah skor calculus / jumlah gigi yang diperiksa

Rumus untuk OHI-S

OHI-S = DI + CI
d. Indeks Gingiva
Gingival indeks (GI) adalah derajat keparahan inflamasi gingiva secara klinis. Jaringan sekitar
tiap gigi dibagi ke dalam empat unit penilaian gingiva, papila distal-labial, margin gingiva labial,
papila mesial-labial dan margin gingiva lingual keseluruhan.

jumlahkan skor keempat sisi yang diperiksa / 4


atau
Jumlah skor semua gigi yang diperiksa / jumlah gigi yang diperiksa

6. Indeks Karies
Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu
golongan/kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu.

a. DMF-T dan def-t


Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi (DMFS).

DMFT ( Decay Missing Filling – Tooth )


Indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut pada gigi permanen
def – t ( DecayExtraction Filling – Tooth )
Indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut pada gigi sulung

D = DECAYED (Gigi Berlubang)


- Karies aktif yg belum/ masih dilakukan perawatan
- Kerusakan gigi permanen karena karies yg masih dpt ditambal
- Gigi berkaries aktif yang belum/masih bisa dipertahankan/ dirawat/ ditumpat
- Ada kerusakan lunak pd dasar dan dinding kavitas
- Karies sekunder
M = MISSING
- Gigi yang hilang atau telah dicabut karena karies
- Gigi berkaries yang mempunyai indikasi pencabutan
F = FILLED due to caries
- Gigi berkaries yang telah ditambal dengan baik, seperti :
1. Tambalan tanpa sekunder karies
2. Gigi dgn mahkota palsu
e = extraction
- Gigi susu berkaries yg terindikasi dicabut karena karies

Cara menghitung angka DMF – T dan def – t adalah :


penjumlahan angka D + M + F / d + e + f

b. DMF-S dan def-s


- Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan 4 permukaan, fasial, lingual,
distal dan mesial sedangkan gigi posterior dengan 5 permukaan yaitu fasial, lingual,
distal, mesial dan oklusal.
- Kriteria untuk D sama dengan DMFT
- Bila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu menghitung permukaan yang hilang
dikurangi satu permukaan sehingga untuk gigi posterior dihitung 4 permukaan dan 3
permukaan untuk gigi anterior.
- Kriteria untuk F sama dengan DMF

Jumlah permukaan gigi / jumlah permukaan seluruh

c. Indeks CPITN
indeks resmi yang digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta
perkiraan akan kebutuhan perawatannya dengan menggunakan WHO Periodontal Examining
Probe. Menghitungnya :
1. Sektan kanan atas : elemen gigi 17, 16, 15, 14 (sektan 1)
2. Sektan anterior (depan) atas : elemen gigi 13, 12, 11, 21, 22, 23 (sektan 2)
3. Sektan kiri atas : elemen gigi 24, 25, 26, 27 (sektan 3)
4. sektan kiri bawah : elemen gigi 37, 36. 35, 34 (sektan 4)
5. Sektan anterior bawah : elemen gigi 33, 32, 31, 41, 42, 4 (sektan 5)
6. Sektan kanan bawah : elemen gigi 44, 45, 46, 47 (sektan 6)
Skor/kode CPITN dari hasil pemeriksaan yaitu:
CODE 0 : Jaringan gingiva sehat tanpa ada perdarahan seteah probing.
CODE 1 : Terdapat perdaraan setelah probing perlahan.
CODE 2 : Kalkulus supra atau subgingival dan margin yang defek terdeteksi.
CODE 3 : bagian probe yang berwarna hanya terlihat sebagian.
CODE 4 :bagian probe yang berwarna sudah tidak terlihat seluruhnya, mengindikasikan
kedalaman probing lebih dari 5 mm.

7. Demografi Penduduk
Hal yang memperhatikan ukuran atau jumlah penduduk, distribusi atau persebaran penduduk,
struktur penduduk atau komposisi, dan dinamika atau perubahan penduduk.
a. Fertilitas (natalitas)
Fertilitas adalah kemampuan berproduksi dari suatu penduduk atau kesuburan dari suatu
penduduk.
b. Mortalitas (kematian)
keadaan menghilangnya semua tanda kehidupan dari individu

c. Migrasi (perpindahan)
perpindahan penduduk sari suatu tempat ke tempat yang lain.
d. Crude Birth Rate (CBR)

Merupakan angka kelahiran kasar, sering disebut kelahiran perseribu penduduk.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


𝐶𝐵𝑅 = × 1000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
1000 = K (jumlah penduduk yang dihitung pada pertengahan tahun 1 Juli.
e. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate)

Angka kematian bayi adalah angka kematian pada bayi umur 0-1 tahun. Rumus menghitung
angka kematian bayi:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑟𝑖 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


𝐼𝑀𝑅 = × 1000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
𝐷𝑜
𝐼𝑀𝑅 = × 1000
𝐵

f. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)

Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan,
persalinan dan pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu
Rumus menghitung angka kematian ibu
𝐷 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙
𝑀𝑀𝑅 = × 1000
𝐽𝐿𝐻

Dhamil = Jumlah kematian ibu dalam tahap kehamilan atau kelahiran


JLH = Jumlah kelahiran hidup

g. Angka Kematian Akibat Penyakit (Case Fatality Rate)

Case Fatality Rate merupakan suatu angka yang dinyatakan ke dalam persentase yang
berisikan data orang yang mengalami kematian akibat suatu penyakit tertentu.
Rumus CFR
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝐶𝐹𝑅 = × 1000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑎𝑔𝑛𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚
𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎
8. Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
a. Prinsip Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan

1. Diambil dari data yang terkait dengan kesehatan dan sector pembangunan lain.
2. Disediakan sesuai kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan.
3. Harus akurat, cepat dan tepat waktu (dengan teknologi informasi dan komunikasi)
4. Akses terhadap informasi kesehatan memperhatikan aspek kerahasiaan (bidang kesehatan dan
kedokteran).
b. Definisi Sistem Informasi Kesehatan

Menurut KepMenkes : Merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruh tingkat pemerintah


secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat. (KepMenkes no
004/Menkes/SK/I/2003).
c. Pembagian SIK Secara Fungsional

Secara fungsional, SIK dibagi menjadi (Sri Kusumadewi, 2009):


1. Sistem Informasi Rumah Sakit
2. Sistem Informasi Kesehatan Public
3. Sistem Informasi Klinis
d. Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Bentuk Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia


1) Sistem Informasi di Fasilitas Kesehatan
(1) Sistem Pencataatan dan Pelaporan RS (SP2RS): tatanan dalam pengumpulan,
pengolahan data, penyajian, analisis dan penyampaian informasi yang diperlukan
kegiatan RS
(2) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP): kegiatan pencatatan,
pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas.
2) Sistem Informasi di Masyarakat
(1) Pemantauan Wilayah Setempat KIA
(2) Surveillance Tuberculosis
Macam-macam Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
1) SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional)
SIKNAS adalah sistem informasi yang berhubungan dengan sistem-sistem informasi
secara nasional dan internasional. Dihimpun dari : SIK Provinsi, kabupaten/kota.
2) SIKDA (Sistem Informasi Kesehatan Daerah)
SIKDA adalah sistem yang mencakup sub sistem informasi : RS, Puskesmas, Poliklinik,
Praktek Swasta, Apotek, Laboratorium dan SI Dinas Kesehatan Provinsi/Kota/Kabipaten.

Penerapan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia


1) Di Puskesmas
(1) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
SP2TP adalah tatacara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk
mengelola puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga sarana dan kegiatan pokok yang
dilakukan serta hasil yang dicapai oleh Puskesmas. Tujuannya adalah tersedianya data
dan informasi yang akurat, tepat waktu dan mutahir secara periodik dan teratur untuk
pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas diberbagai tingkat
administrasi.
(2) Sistem Informasi Manajemen di Puskesmas (SIMPUS)
SIMPUS adalah tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses
pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen puskesmas untuk mencapai
sasaran kegiatan.
Tujuan dari SIMPUS adalah untuk mengumpulkan data dari tiap puskesmas
(data orang sakit, bayi lahir dll), menghasilkan informasi up to date kondisi kesehatan
di tiap puskesmas yang digunakan sebagai data awal pengambil kebijakan pimpinan,
membantu kelancaran administrasi dan manajemen puskesmas, serta memudahkan
pekerjaan penyusunan laporan harian/bulanan puskesmas.
2) Di Rumah Sakit
Sistem informasi RS dikelompokan:
Sistem Informasi Medis/Klinis
Manajemen tentang medis dan kesehaan melalui ilmu dan teknologi informasi, meliputi interaksi
langsung dokter dan perawat dengan sistem memasukan dan mengambil data, guna aktivitas
asuhan pasien
Sistem Informasi Administrasi dan Keuangan Rumah Sakit
Yang terkait
- Keuangan RS

- Kepegawaian

- Penerimaan pasien

9. Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS) / Sistem Informasi RS (SIRS)


Sistem Informasi Rumah Sakit adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan data,
pengolahan data, penyajian informasi, analisa dan penyimpulan informasi serta penyampaian
informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit

10. Sistem Informasi Rekam Medis


SIRM merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
a. Manfaat Rekam Medis

1) Pengobatan pasien
2) Pembuktian masalah hukum, disiplin dan etik
3) Peningkatan kualitas pelayanan
4) Pendidikan dan penelitian
5) Statistik kesehatan
6) Pembiayaan

b. Isi
1) Identitas pasien
2) Pemeriksaan pasien
3) Diagnosis
4) Pengobatan
5) Tindakan
c. Kelengkapan lainnya:
1) Foto rontgen
2) Hasil laboratorium
3) Keterangan lain
d. Jenis Rekam Medis

1. RM Rawat Jalan
2. RM Rawat Inap

11. Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS)


Suatu perangkat lunak yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan puskesmas dalam mengelola
data – data yang dimiliki.
a. Tujuan

Meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna,
melalui pemanfaatan secara optimal data sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas
(SP2TP) maupun informasi lainnya yang menunjang kegiatan pelayanan. SP2TP adalah
kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga, dan upaya pelayanan kesehatan di
Puskesmas termasuk Puskesmas Pembantu yang ditetapkan
b. Mekanisme SIMPUS

Data SP2TP  diolah, disajikan dan diinterpretasikan  hasil olahan berupa data
kualitatif (seperti meningkat, menurun dan tidak ada perubahan) dan bersifat kuantitatif dalam
bentuk angka seperti jumlah, persentase dan sebagainya. Informasi tersebut dapat berupa laporan
tahunan Puskesmas. Informasi dari SP2TP untuk membantu Dinas Kesehatan dalam penyusunan
perencanaan tahunan, penilaian kineija Puskesmas berdasarkan beban kerja dan pencapaian hasil
kegiatan Puskesmas, sebagai bahan untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
program di wilayahnya, untuk menentukan prioritas masalah dan upaya pemecahan dan tindak
lanjutnya.

12. Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) dan Sistem Informasi Kesehatan
Nasional (SIKNAS)
SIKDA adalah Sistem Informasi Kesehatan Daerah, mencakup sub sistem informasi yang
dikembangkan di unit Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik, Praktek
Swasta, Apotek, Laboratorium), Sistem Informasi untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan
sistem informasi untuk Dinas Kesehatan Provinsi
13. Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
sistem informasi yang berhubungan dengan system informasi secara nasional maupun
internasional dalam rangka kerjasama yang saling menguntung-kan. SIKNAS di bangun dari
himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehatan provinsi dan sistem informasi
kesehatan provinsi di bangun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehatan
kabupaten atau kota.

Anda mungkin juga menyukai