Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan dan keprofesionalisme ahli gizi sesuai dengan
kompetensi yang dipersyaratkan menjadi salah satu kunci dalam
kesuksesan pelaksanaan asuhan gizi. Untuk itu diperlukan latihan
untuk memanajemen program gizi seperti mengidentifikasi,
merencanakan intervensi sesuai dengan prinsi-prinsip dan standar
dengan memperhatikan sumber daya yang ada, menerapkan
intervensi sederhana serta melakukan evaluasi terhadap intervensi
yang sudah ada dan memberikan rekomendasi (feedback) dari hasil
evaluasi tersebut (Depkes,2010).
Kurikulum program Sarjana Ilmu Gizi yang diselenggarakan di
Program Studi S1 Gizi Stikes Perintis Medan disusun dengan
berpedoman pada Kurikulum Ilmu Gizi yang ditetapkan oleh
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Tahun 2003. Selanjutnya
disempurnakan dengan mengacu Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) yang ditetapkan Tahun 2011 dan sejak tahun 2017
mengacu pada kurikulum Asosiasi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia
(AIPGI) salah satu kompetensi utama lulusan S1 Ilmu Gizi adalah
bidang Gizi Masyarakat. Kompetensi ini dibangun oleh berbagai mata
kuliah sejak mahasiswa kuliah ditingkat satu. Selanjutnya, secara
komprehensif pencapaian Kompetensi Bidang Gizi Masyarakat
dilaksanakan pada akhir semester 3 melalui praktek kerja lapangan
mahasiswa di Puskesmas dan Dinas Kesehatan.
Peningkatan pelaksanaan program gizi menuntut peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dalam pengenalan masalah secara
mendalam, alternatif pemecahan masalah, perencanaan, pengelolaan
dan penilaian program. Pengetahuan dan keterampilan dalam
pengelolaan program gizi ditingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas,
merupakan kebutuhan yang penting bagi calon sarjana Gizi yang kelak

1
berfungsi pengelola program gizi di tingkat Kabupaten/Kota.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini telah
membawa kehidupan manusia di tingkat kemajuan yang lebih baik.
Namun demikian kemajuan yang telah dicapai masih menyisakan
permasalahan yang memprihatikan seperti masalah kemiskinan,
kekurangan gizi dan kelaparan, menurunnya kualitas anak,
melemahnya ketahanan keluarga, masih lemahnya perlindungan
untuk konsumen, dan ketidakberdayaan masyarakat, serta krisis
ekologi dan etika, yang tidak hanya menjadi kepeduliaan bangsa
Indonesia tetapi juga masyarakat dunia.
Kegiatan PBL Gizi Masyarakat ini sudah lama dilakukan, namun
masih perlu perbaikan secara berkelanjutan agar dapat memenuhi
target capaian pembelajaran (learning outcome) dan kompetensi yang
ditetapkan, secara sinergik baik itu mata kuliah gizi masyarakat yang
dilaksanakan dalam perkuliahan dan praktek belajar lapangan (PBL)
Bidang Gizi Masyarakat. Guna mencapai tujuan tersebut maka
disusunlah petunjuk teknis PBL bidang Gizi Masyarakat ini untuk
melengkapi pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dikelas.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum PBL bidang Gizi Masyarakat adalah meningkatkan
kemampuan mahasiswa di bidang gizi masyarakat adalah
mengidentifikasi masalah gizi, membuat perencanaan penanganan
masalah gizi, implementasi dan evaluasi program gizi.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan ketenagaan di Dinas Kesehatan dan Puskesmas
beserta Tupoksi masing-masing
b. Menjelaskan pengorganisasian penyelenggaraan program gizi
masyarakat tingkat Dinas Kesehatan dan Puskesmas
c. Menjelaskan tanggung jawab Dinas Kesehatan dan Puskesmas
dalam upaya pembangunan kesehatan dan gizi

2
d. Mempelajari bentuk kerjasama Lintas Sektoral dan Lintas
Program dalam manajemen program gizi

C. Manfaat
a. Diketahuinya ketenagaan di Dinas Kesehatan dan Puskesmas
beserta Tupoksi masing-masing
b. Diketahuinya pengorganisasian penyelenggaraan program gizi
masyarakat tingkat Dinas Kesehatan dan Puskesmas
c. Diketahuinya tanggung jawab Dinas Kesehatan dan Puskesmas
dalam upaya pembangunan kesehatan dan gizi
d. Diketahuinya bentuk kerjasama Lintas Sektoral dan Lintas
Program dalam manajemen program gizi.

D. Lokasi dan Waktu PBL


PBL Gizi Masyarakat mempunyai bobot 2 (dua) SKS yang
diterjemahkan dalam 2 (dua) minggu yang dibagi menjadi:
a) 1 (satu) hari di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
b) 11 (sebelas) hari di Puskesmas

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen
Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol ( planning,
organizing, actuating, controling) untuk mencapai sasaran/tujuan
secara efektif dan efesien.
1. Perencanaan
a. Definisi Perencanaan
Menurut Terry (1975) perencanaan merupakan
penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil
yang diinginkan. Fungsi perencanaan sudah termasuk
didalamnya penetapan budget, oleh karenanya lebih tepat bila
perencanaan atau planning dirumuskan sebagai penetapan
tujuan, policy, prosedur, budget dan program dari suatu
organisasi. Sedangkan menurut Sulastomo (2007) perencanaan
adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta
kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik.
Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk
merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang
tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan
menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
b. Fungsi Perencanaan
Perencanaan yang dilaksanakan dapat mengetahui :
tujuan yang ingin dicapai, jenis dan struktur organisasi yang
dibutuhkan, jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraian
tugasnya, sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan

4
pengarahan yang diperlukan; bentuk dan standar pengawasan
yang akan dilakukan.
1) Menjelaskan secara tepat tujuan-tujuan serta cara-cara
mencapai tujuan.
2) Sebagai pedoman bagi semua orang yang terlibat dalam
organisasi pada pelaksanaan rencana yang telah disusun.
3) Merupakan alat pengawasan terhadap pelaksanaan
program.
4) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan segala
sumber daya yang dimiliki organisasi.
5) Memberikan batas-batas wewenang dan tanggung jawab
setiap pelaksanaan, sehingga dapat meningkatkan kerjasama
atau saling berkoordinasi.
6) Menetapkan tolok ukur kemajuan pelaksanaan program
setiap saat.
c. Langkah-langkah Perencanaan
1) Analisa situasi, data yang diperlukan antara lain:
a) Data kependudukan
b) Data potensi organisasi
c) Keadaan lingkungan dan demografi
d) Sarana dan prasarana
e) Data mengenai masalah yang berkembang di masyarakat
2) Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya.
3) Menentukan tujuan program, syarat tujuan sebuah program
adalah sebagai berikut:
a) Dipakai untuk mengukur keberhasilan kegiatan sebuah
program
b) Sesuai dengan masalah dan ditetapkan sesuai dengan
kemampuan organisasi
c) Ditingkat pelaksana tujuan dijabarkan dalam bentuk
tujuan operasional, biasanya ditetapkan dengan waktu
(batas pencapaian) dan hasil akhir yang ingin dicapai

5
d) Berbagai kegiatan alternatif dipilih untuk mencapai
tujuan program
e) Faktor-faktor penyebab masalah dan dampak yang
mungkin terjadi dimasa depan, dikaji terlebih dahulu.
Perumusan suatu tujuan operasional program kesehatan
harus bersifat SMART, yaitu : spesific (jelas sasarannya
dan mudah dipahami oleh unit pelaksana), measurable
(dapat diukur kemajuannya), appropriate (sesuai dengan
strategi nasional, tujuan program dan visi misi institusi
dan sebagainya), realistic (dapat dilaksanakan sesuai
dengan fasilitas dan kapasitas organisasi yang tersedia),
time bound (sumber daya dapat dialokasikan dan
kegiatan dapat direncanakan untuk mencapai tujuan
program sesuai dengan target waktu yang telah
ditetapkan).
4) Mengkaji hambatan dan kelemahan program. Hambatan
dikategorikan dalam:
a) Hambatan yang bersumber dalam organisasi
b) Terjadi pada lingkungan
5) Menyusun rencana kerja operasional (RKO). Format sebuah
RKO yang lengkap adalah sebagai berikut :
a) Latar belakang yang berisikan masalah utama yang akan
dipecahkan dan dituangkan dalam bentuk tujuan yang
akan dicapai
b) Apa yang ingin dicapai
c) Kegiatan program dan cara mengerjakannya
d) Pelaksana dan sasarannya
e) Sumber daya pendukung
f) Tempat
g) Waktu pelaksanaan

6
2. Pengorganisasian
a. Definisi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen
sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai
dengan tujuan-tujuan. Sumber-sumber, dan lingkungannya.
Secara umum pengorganisasian adalah proses
mengidentifikasi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus
dilakukan, menentukan dan mendelegasikan tanggung jawab,
wewenang dan mengadakan hubungan dengan tujuan
memungkinkan orang bekerja secara efektif bersama dalam
mencapai tujuan.
Dengan pengorganisasian, seorang pemimpin akan
mengetahui: pembagian tugas secara jelas, tugas pokok dan
prosedur kerja staf, hubungan organisatoris dalam struktur
organisasi, pendelegasian wewenang, dan pemanfaatan staf
dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.
Ada enam langkah penting dalam membuat
pengorganisasian, yaitu: (a) tujuan organisasi harus sudah
dipahami oleh staf; (b) membagi habis pekerjaan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan; (c)
menggolongkan kegiatan pokok ke dalam suatu kegiatan yang
praktis; (d) menetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh
staf dan menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan
untuk melaksanakan tugasnya; (e) penugasan personal yang
terampil.
b. Prinsip Pokok Organisasi
Prinsip pokok dalam suatu organisasi antara lain sebagai
berikut :
1) Mempunyai pendukung, yaitu setiap orang yang bersepakat
untuk membentuk organisasi.
2) Mempunyai tujuan, baik yang bersifat umum maupun
khusus.

7
3) Mempunyai kegiatan. Suatu organisasi yang baik adalah
apabila organisasi tersebut memiliki kegiatan yang jelas
dan terarah. Kegiatan ini haruslah dipahami oleh semua
pihak yang berada dalam organisasi.
4) Mempunyai pembagian tugas (jobs description). Prinsip
pembagian tugas ini dalam organisasi dikenal dengan nama
prinsip bagi habis tugas.
5) Mempunyai perangkat organisasi menurut tugas, tanggung
jawab serta wewenang yang dimiliki dapat dibedakan atas
beberapa macam. Dimulai dari yang bersifat pengarah dan
penentu kebijakan sampai dengan yang bersifat pelaksana
kegiatan.
6) Mempunyai pembagian dan pendelegasian wewenang.
Wewenang yang ditetapkan harus sesuai dengan tanggung
jawab yang dimiliki.
7) Mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah
dan arah. Pelaksanaan kegiatan oleh suatu organisasi harus
bersifat berkelanjutan, fleksibel serta sederhana. Prinsip
kesatuan pemerintah (unity comand) serta kesatuan arah
(unity of direction) yang kesemuanya harus dapat
membentuk satu hubungan mata rantai yang tak terputus
(chain of command). Prinsip kejelasan wewenang dan
tanggung jawab yang disusun secara bertingkat ini dikenal
dengan nama “scalar principle”.
c. Unsur-unsur Pokok Organisasi
Unsur-unsur pokok dalam suatu organisasi adalah
sebagai berikut :
1) Hal yang diorganisasikan.
a) Kegiatan
Merupakan pengaturan berbagai kegiatan yang ada
dalam rencana sedemikian rupa sehingga terbentuk
satu kesatuan yang terpadu, yang secara keseluruhan

8
diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
b) Tenaga pelaksana
Merupakan pengaturan struktur organisasi, susunan
personalia serta hak dan wewenang dari setiap tenaga
pelaksana, sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan
mempunyai penanggung jawab.
2) Proses pengorganisasian
Hal yang menyangkut pelaksanaan langkah-langkah yang
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan
yang akan dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang
dibutuhkan.
3) Hasil pengorganisasian
Perpaduan antara kegiatan yang akan dilaksanakan serta
tenaga pelaksana yang dibutuhkan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut. Wadah yang berbentuk ini dikenal
dengan nama organisasi.
d. Jenis-jenis Organisasi
Jenis-jenis organisasi terdiri dari tiga, antara lain sebagai
berikut:
1) Organisasi Lini (Lini/Command Organization)
Dalam pembagian tugas serta wewenang terdapat
perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan
dengan satuan organisasi pelaksana. Keuntungannya
adalah pengambilan keputusan cepat, kesatuan arah dan
perintah lebih terjamin serta pengawasan dan koordinasi
lebih mudah. Sedangkan kerugiannya adalah karena
keputusan diambil oleh satu orang maka keputusan
tersebut sering kurang sempurna serta dibutuhkan
pemimpin yang berwibawa dan berpengetahuan luas.

9
2) Organisasi Staff (Staff Organization)
Dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi staff
yang berperan sebagai pembantu pimpinan. Bantuan yang
diberikan oleh staff tersebut hanya bersifat nasehat saja,
sedangkan keputusan dan pelaksanaan dari keputusan
tersebut tetap berada ditangan pimpinan. Keuntungannya
adalah keputusan dapat lebih baik karena telah dipikirkan
oleh sekelompok kalangan ahli. Sedangkan kerugiannya
adalah pengambilan keputusan lebih lama dari pada
organisasi lini dan dapat menghambat kelancaran program.
3) Organisasi Lini dan Staff
Peranan staff tidak hanya terbatas pada pemberian nasehat
tetapi juga diberikan tanggung jawab melaksanakan
kegiatan tertentu. Bantuan yang diharapkan dari staff tidak
hanya pemikiran saja, tetapi juga telah menyangkut
pelaksanaannya. Keuntungannya adalah keputusan yang
diambil lebih baik karena telah dipikirkan oleh sejumlah
orang, tanggung jawab pimpinan berkurang dan karena itu
lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih
penting, pengembangan bakat dilakukan sehingga
mendorong disiplin dan tanggung jawab kerja yang tinggi.
Sedangkan kelemahannya adalah pengambilan keputusan
lebih lama serta jika staff tidak mengetahui batas-batas
wewenangnya dapat menimbulkan kebingungan pelaksana.
3. Pelaksanaan
a. Definisi Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah kegiatan mewujudkan rencana
dengan mempergunakan organisasi yang terbentuk. Fungsi
aktuasi ini merupakan usaha untuk menciptakan iklim
kerjasama diantara staff pelaksana program sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi
aktuasi terkait dengan :

10
1) Penentuan masalah
2) Penetapan tujuan
3) Penetapan tugas dan sumber daya penunjang
4) Menggerakkan dan mengarahkan
5) Memiliki keberhasilan sumber daya manusia

Pada fungsi ini lebih mengarahkan dan menggerakkan


semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati. Beberapa hal yang dapat menggerakkan dan
mengarahkan sumber daya manusia dalam organisasi yaitu :
peran kepemimpinan (leadership), motivasi staff, kerja sama
antar staff, dan komunikasi yang lancer antar staff.
1) Mengkoordinasikan fungsi para anggota tim
2) Mengkoordinasikan kegiatan
3) Menyampaikan keputusan
4) Penempatan orang dalam jumlah, waktu dan tempat yang
tepat meliputi mengorganisasikan, mengarahkan dan
mengawasi
5) Mobilisasi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang
diperlukan meliputi:
a) Pemantauan dan pengawasan
b) Logistik (perolehan, penyaluran, penyimpanan,
pengiriman, penyebaran dan pengembalian barang)
c) Akutansi
d) Organisasi
6) Keputusan yang berkenaan dengan informasi yang
diperlukan
b. Fungsi Pelaksanaan
Untuk setiap kegiatan yang akan diterapkan sesuai
rencana, manajemen harus memastikan bahwa semua
kegiatan sebelumnya telah dilaksanakan tepat pada waktunya.

11
c. Tujuan Pelaksanaan
Adapun tujuan fungsi pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1) Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
2) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staff
3) Menumbuhkan rasa menyukai dan memiliki pekerjaan
4) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang
meningkatkan motivasi prestasi kerja staff
5) Membuat organisasi berkembang secara dinamis.
4. Monitoring
a. Definisi Monitoring
Monitoring adalah kegiatan mengumpulkan data atau
informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap jalannya
pembangunan dengan menitikberatkan pada penggunaan
sumber daya dan cara pelaksanaan kegiatan apakah
dilaksanakan sesuai dengan rencana atau telah terjadi
pergeseran dari rencana sehingga akan diketahui secara dini dan
diambil langkah-langkah yang sesuai.
Monitoring merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
mengikuti suatu program dan pelaksanaannya secara mantap ,
teratur dan terus menerus dengan cara mendengar, melihat dan
mengamati, serta mencatat keadaan serta perkembangan
program tersebut.
b. Tujuan monitoring
Tujuan monitoring antara lain sebagai berikut :
1) Mengetahui kecocokan dan ketetapan kegiatan yang
dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun
2) Memperbaiki kegiatan yang menyimpang
3) Mengoreksi penyalahgunaan aturan dan sumber-sumber
4) Mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien
mungkin
Monitoring dapat dilaksanakan pada waktu sebelum
kegiatan pembinaan maupun bersamaan waktunya dengan

12
penyelenggaraan pembinaan (pengawasan atau supervisi).
Pengawasan dilakukan terhadap orang-orang yang mengelola
program dan supervisi dilakukan terhadap pelaksanaan
program, sedangkan monitoring dilakukan terhadap komponen-
komponen program.
5. Evaluasi
a. Definisi Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk menentukan nilai atau
harga dari sebuah program, kursus, atau prakarsa lainnya
menuju pada tujuan akhir yaitu menghasilkan keputusan
mengenai penerimaan, penolakan atau perbaikan inovasi.
Berbeda dengan assessment atau penilaian, yang meliputi
metode untuk mengukur atau menguji kinerja dalam suatu
kompetensi. Evaluasi adalah istilah yang lebih menyeluruh,
sering menggunakan data penilaian sebagai tambahan terhadap
jenis data lainnya yang dijadikan sumber. Evaluasi merupakan
kegiatan yang bermaksud untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan program
sesuai dengan rencana, dan atau dampak apa yang terjadi
setelah program dilaksanakan.
Evaluasi program dilakukan terhadap seluruh atau
sebagian unsur-unsur program serta terhadap pelaksanaan
program. Evaluasi diselenggarakan secara terus menerus,
berkala, dan atau sewaktu-waktu. Kegiatan evaluasi ini dapat
dilakukan pada saat sebelum, sedang, atau setelah program
dilaksanakan. Evaluasi program berguna bagi pengambil
keputusan untuk menetapkan apakah program akan dihentikan,
diperbaiki, dimodifikasi, diperluas atau ditingkatkan.
Tujuannya yaitu untuk memperbaiki efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan program dengan memperbaiki fungsi
manajemen. Evaluasi ada beberapa macam, yaitu: (a) evaluasi
terhadap input, dilaksanakan sebelum program dilaksanakan (b)

13
evaluasi terhadap proses, dilaksanakan pada saat kegiatan
berlangsung (c) evaluasi terhadap output, dilaksanakan setelah
pekerjaan selesai.
b. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi program adalah sebagai berikut:
1) Memberi masukan untuk perencanaan program
2) Memberi masukan untuk keputusan tentang kelanjutan,
perluasan dan penghentian program
3) Memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan
penghambat
4) Memberi masukan untuk memahami landasan keilmuan
bagi penilaian.
c. Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi ada 2, yaitu:
1) Evaluasi formatif, yaitu menyediakan informasi untuk
meningkatkan atau memperbaiki produk atau proses.
Evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan
kegiatan yang sedang berjalan.
2) Evaluasi sumatif, yaitu menyediakan efektivitas jangka
pendek atau informasi dampak jangka panjang untuk
menentukan apakah akan mengadopsi atau tidak suatu
produk atau proses. Evaluasi sumatif akan muncul jika suatu
cara baru telah dilakukan atau dilaksanakan secara penuh
dalam beberapa waktu bahkan tahun. Evaluasi sumatif
dipakai untuk pertanggung jawaban, keterangan, seleksi
atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu
pengembangan pelaksanaan, kebutuhan suatu program,
perbaikan program, pertanggung jawaban, seleksi, motivasi,
menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang
terlibat.

14
B. Surveilans Gizi
1. Pengertian Surveilans Gizi
Surveilans gizi adalah suatu proses pengumpulan,
pengolahan dan diseminasi informasi hasil pengolahan data secara
terus menerus dan teratur tentang indikator yang terkait dengan
kinerja pembinaan gizi masyarakat.
2. Tujuan Surveilans Gizi
a. Umum
Untuk memberikan gambaran perubahan pencapaian kinerja
pembinaan gizi masyarakat dan indikator khusus lain yang
diperlukan secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan dalam
rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka
pendek dan menengah serta perumusan kebijakan.
b. Khusus
1) Tersedianya informasi secara cepat, akurat, teratur dan
berkelanjutan mengenai perubahan pencapaian kinerja
pembinaan gizi
2) Tersedianya informasi indikator gizi lainnya secara berkala
jika diperlukan
3. Prinsip-prinsip Dasar
Prinsip-prinsip dasar surveilans gizi adalah sebagai berikut :
a. tersedianya data yang akurat dan tepat waktu
b. Ada proses analisis atau kajian data
c. Tersedianya informasi yang sistematis dan terus menerus
d. Ada proses penyebarluasan informasi, umpan balik dan
pelaporan
e. Ada tindak lanjut sebagai respon terhadap perkembangan
informasi
4. Manfaat Surveilans Gizi
Kegiatan surveilans gizi bermanfaat untuk memberikan
informasi pencapaian kinerja dalam rangka pengambilan tindakan
segera, perencanaan jangka pendek dan menengah serta

15
perumusan kebijakan, baik di kabupaten/kota, provinsi dan pusat.
Selain itu kegiatan surveilans gizi juga bermanfaat untuk
mengevaluasi pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat.
5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup surveilans gizi meliputi kegiatan
pengumpulan data dari laporan rutin atau survei khusus,
pengolahan dan diseminasi hasilnya yang digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan atau tindakan cepat, perumusan kebijakan,
perencanaan kebijakan dan evaluasi hasil kegiatan. Dalam
pelaksanaannya mencakup pencapaian indikator kinerja kegiatan
pembinaan gizi masyarakat dan data terkait lainnya di seluruh
kab/kota dan provinsi.

16
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci


1. Keadaan Geografis Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci
Kabupaten Kerinci terletak antara garis 01 040’ Lintang Selatan
sampai dengan 02026’ Lintang Selatan dan diantara 101 008’ Bujur
Timur sampai dengan 101050’ Bujur Timur. Daerah ini beriklim tropis
dengan suhu rata-rata sekitar 22 0 C, yang terletak disepanjang Bukit
Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Kerinci yang tingginya 3.805 meter dan merupakan gunung yang
tertinggi di pulau Sumatera, serta danau-danau seperti Danau Kerinci
dan Danau Gunung Tujuh, yang merupakan danau tertinggi di Asia
Tenggara. Ketinggian Kabupaten Kerinci berada diantara 500 meter
sampai 1.500 meter dari permukaan laut.

Batas-batas wilayah Kabupaten Kerinci:


 Sebelah Utara : Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat
 Sebelah Selatan : Kabupaten Merangin
 Sebelah Timur : Kabupaten Bungo
 Sebelah Barat : - Kabupaten Bengkulu Utara Propinsi Bengkulu
- Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera
Barat

Jarak Ibu Kota Kerinci dengan Kota lain di Propinsi Jambi:


 Siulak – Jambi
 Via Bungo : 505,60 km
 Via Sarolangun : 435,29 km
 Siulak – Muara Bulian : 376,36 km
 Siulak – Muara Sabak : 564,73 km
 Siulak – Kuala Tungkal : 563,99 km
 Siulak – Sarolangun : 256,00 km

17
 Siulak – Bangko : 178,18 km
 Siulak – Bungo : 254,00 km
 Siulak – Tebo : 299,80 km

Jarak tempuh untuk mencapai Ibu Kota Kabupaten Kerinci (jalan darat)
sebagai berikut:
 Dari Jambi : 433 Km (8 – 10 Jam)
 Dari Padang (Via Muara Labuh) : 243 Km (5 – 6 Jam)
 Dari Padang (Via Painan) : 291 Km (6 – 7 Jam)
 Dari Lintas Sumatera (Bangko) : 174 Km (4 – 5 Jam)

Wilayah administratif Kabupaten Kerinci terbagi menjadi 16


kecamatan, 285 desa dan 2 Kelurahan dengan rincian sbb :
Batas-batas wilayah Kabupaten Kerinci :
 Sebelah Utara : Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat
 Sebelah Selatan : Kabupaten Merangin
 Sebelah Timur : Kabupaten Bungo
 Sebelah Barat : - Kabupaten Bengkulu Utara Propinsi Bengkulu
- Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera
Barat
Jarak Ibu Kota Kerinci dengan Kota lain di Propinsi Jambi:
 Siulak – Jambi
 Via Bungo : 505,60 km
 Via Sarolangun : 435,29 km
 Siulak – Muara Bulian : 376,36 km
 Siulak – Muara Sabak : 564,73 km
 Siulak – Kuala Tungkal : 563,99 km
 Siulak – Sarolangun : 256,00 km
 Siulak – Bangko : 178,18 km
 Siulak – Bungo : 254,00 km
 Siulak – Tebo : 299,80 km

18
Jarak tempuh untuk mencapai Ibu Kota Kabupaten Kerinci (jalan darat)
sebagai berikut:
 Dari Jambi : 433 Km (8 – 10 Jam)
 Dari Padang (Via Muara Labuh) : 243 Km (5 – 6 Jam)
 Dari Padang (Via Painan) : 291 Km (6 – 7 Jam)
 Dari Lintas Sumatera (Bangko) : 174 Km (4 – 5 Jam)

Tabel 2.1
Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan per Kecamatan di
KabupatenKerinci Tahun 2018
Jumlah
No Kecamatan
Desa Kelurahan Desa + kelurahan

1 2 3 4 5
1 Gunung Tujuh 13 0 13
2 Kayu Aro 21 0 21
3 Kayo Aro Barat 17 0 17
4 Gunung Kerinci 15 1 16
5 Siulak 26 0 26
6 Siulak Mukai 14 0 14
7 Air Hangat 16 0 16
8 Air Hangat Barat 12 0 12
9 Air Hangat Timur 25 0 25
10 Depati VII 20 0 20
11 Setinjau Laut 20 0 20
12 Danau Kerinci 19 0 19
13 Keliling Danau 32 0 32
14 Gunung Raya 11 1 12
15 Batang Merangin 9 0 9
16 Bukit Kerman 15 0 15
 JUMLAH (Kabupaten) 285 2 287
Sumber : BPS Kabupaten Kerinci Tahun 2018

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Kecamatan Keliling


Danau memiliki Desa yang paling banyak yaitu 32 Desa, sedangkan
Desa yang paling sedikit adalah Kecamatan Batang Merangin yaitu
hanya 9 Desa.

Tabel 2.2

19
Nama Ibukota Kecamatan dan Jarak ke Ibukota Kabupaten
Tahun 2018
Jarak ke Ibukota
No Kecamatan Ibukota
Kabupaten (Km)
1. Gunung Tujuh Pelompek 50
2. Kayu Aro Batang Sangir 45
3. Kayu Aro Barat Sungai Lintang 35
4. Gunung Kerinci Siulak Deras 22,5
5. Siulak Pasar Baru Siulak 11,5
6. Siulak Mukai Mukai Pintu 14
7. Air Hangat Semurup 8
8. Air Hangat Barat Air Panas 9
9. Air Hangat Timur Sungai Tutung 7
10. Depati VII Koto Tuo 5
11. Sitinjau Laut Hiang 8
12. Danau Kerinci Sanggaran Agung 16
13. Keliling Danau Jujun 19
14. Gunung Raya Lempur 40
15. Batang Merangin Tamiai 41
16. Bukit Kerman Pondok 42
Sumber: BPS Kabupaten Kerinci Tahun 2018

1.1 Kependudukan
Tabel 2.3
Jumlah penduduk per Kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten Kerinci
Tahun 2018

Jumlah Penduduk
No Kecamatan Puskesmas
L P L+P
1 2 3 4 5 6
1 Gunung Tujuh 1. Pelompek 5.780 8.669 14.449
2 Kayu Aro 2. Kersik Tuo 6.798 10.196 16.994
3 Kayu Aro Barat 3. Gunung Labu 7.555 11.333 18.888
4. Siulak Deras 3.056 4.584 7.640
4 Gunung Kerinci
5. Simpang Tutup 1.815 2.723 4.538
5 Siulak 6. Siulak Gedang 8.734 13.101 21.835
6 Siulak Mukai 7. Siulak Mukai 4.301 6.452 10.753
7 Air Hangat Barat 8. Semurup 3.838 5.756 9.594
9. Kemantan 4.600 6.901 11.501
8 Air Hangat Timur
10. Sungai Tutung 7.667 11.500 19.167
9 Air Hangat
10 Depati VII 11. Depati VII 6.519 9.779 16.298
11 Sitinjau Laut 12. Hiang 5.890 8.834 14.724
12 Danau Kerinci 13. Sanggaran Agung 7.193 10.790 17.983
1 2 3 4 5 6

20
14. Semerap 6.383 9.574 15.957
13 Keliling Danau
15. Jujun 3.727 5.590 9.317
14 Gunung Raya 16. Lempur 2.965 4.447 7.412
17. Lolo 1.582 2.372 3.954
15 Bukit Kerman
18. Bukit Kerman 3.144 4.715 7.859
19. Tarutung 2.414 3.621 6.035
16 Batang Merangin 20. Tamiai 812 1.219 2.031
21. Muara Hemat 945 1.417 2.362

JUMLAH (KAB/KOTA) 95.716 143.575 239.291

Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kerinci Tahun 2018

Tabel 2.4
Kepadatan Penduduk Dirinci per Kecamatan di Kabupaten Kerinci Tahun
2018
Rata-rata
Luas Jumlah Kepadatan
Jumlah Jiwa /
No Kecamatan Wilayah Rumah Penduduk
Penduduk Rumah
(km2) Tangga per km2
Tanga
1 2 3 4 5 6 7
1 Gunung Tujuh 15.963 14.449 4.431 3,26 0,91
2 Kayu Aro 11.517 16.994 5.148 3,30 1,48
3 Kayo Aro Barat 20.665 18.888 6.008 3,14 0,91
4 Gunung Kerinci 30.687 12.178 4.096 2,97 0,40
5 Siulak 14.287 21.835 7.216 3,03 1,53
6 Siulak Mukai 27.421 10.753 3.575 3,01 0,39
7 Air Hangat Barat 1.415 9.594 3.204 2,99 6,78
8 Air Hangat Timur 18.229 19.167 6.551 2,93 1,05
9 Air Hangat 21.087 11.501 3.970 2,90 0,55
10 Depati VII 2.913 16.298 5.375 3,03 5,59
11 Setinjau Laut 5.807 14.724 4.917 2,99 2,54
12 Danau Kerinci 22.626 17.983 5.737 3,13 0,79
13 Keliling Danau 36.484 25.274 8.327 3,04 0,69
14 Gunung Raya 34.763 7.859 2.534 3,10 0,23
15 Batang Merangin 47.646 10.428 3.194 3,26 0,22
16 Bukit Kerman 21.294 11.366 3.644 3,12 0,53
Jumlah Kab. 332.804 239.291 77.927 3,07 0,72
Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kerinci Tahun 2018

1.2 Sarana dan Prasarana Kesehatan

21
Tabel 2.5
Jumlah Tenaga Medis di Dinkes, RSU dan Puskesmas/UPTD Kesehatan se
Kabupaten Kerinci Tahun 2018
Tenaga Kesehatan Jumlah
Dokter Spesialis 16
Dokter Umum 41
Dokter Gigi 14
Bidan 296
Perawat 404
Farmasi / Asisten Farmasi 52
Apoteker 16
Kesmas 69
Kesling 46
Gizi/Nutrisionis/Dietisien 28
Ahli Laboratorium Medik 10
Keteknisan Medis 9
Pejabat Struktural 27
Tenaga Dukungan Manajemen 168
Jumlah 1.196
Sumber: Subbag Umum dan Kepegawaian Dinas Kesehatan
Kabupaten Kerinci Tahun 2018

Tabel 2.6
Jumlah Puskesmas Dirinci per Kecamatan di Kabupaten Kerinci Tahun
2018
Puskesmas
Kecamatan
Perawatan Non Perawatan Pembantu
(1) (2) (3) (4)
Gunung Tujuh - 1 3
Kayu Aro 1 - 4
Kayu Aro Barat - 1 3
Gunung Kerinci - 2 3
Siulak 1 - 3
Siulak Mukai - 1 3
Air Hangat - - 1
Air Hangat Timur - 2 3

22
Air Hangat Barat - 2 3
Depati Tujuh - 1 2
Sitinjau Laut - 1 7
Danau Kerinci - 1 4
Keliling Danau 1 1 3
Gunung Raya 1 - 4
Bukit Kerman - 2 2
Batang Merangin 1 1 5
Jumlah 5 16 46
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci Tahun 2018

Tabel 2.7
Daftar Puskesmas dan Jejaringnya Dirinci per Kecamatan di Kabupaten
Kerinci Tahun 2018
No. Kecamatan Puskesmas Pustu Poskesdes Polindes
1. Gunung a. Pelompek 1. Telun Berasap 1. Sungai Rumpun 1.Jernih
Tujuh 2.Tangkil 2. Pesisir Bukit Jaya
3. Pauh Tinggi 3. Sungai Sikai
4. Bumbun Duri
5. Sungai Jernih (ADD)
2. Kayu Aro 2. Kersik Tuo 4. Sungai Tanduk 6.Tanjung Bungo
(PRI) 5. Sungai Bendung Air 7.Koto Tuo
6. Renah Kasah 8.Koto Periang
7. Sungai Dalam 9. Koto Tengah
10. Sungai Sampun
11. Koto baru (ADD)
12. Koto Panjang
(ADD)
3. Kayu Aro 3. Gunung Labu 8. Giri Mulyo 13. Kebun Baru
Barat 9. Sungai Lintang 14. Sungai Renah
10. Batu Hampar
11. Sungai Asam

No. Kecamatan Puskesmas Pustu Poskesdes Polindes

23
4. Gunung 4. Siulak Deras 12. Danau Tinggi -
Kerinci
5. Simpang 13. Tanjung Genting 15. Sungai Gelampeh
Tutup 14. Air Betung 16. Sungai Betung
Mudik
17. Sungai Betung
Hilir
18. Tanjung Genting
19. Suko
Pangkat(ADD)
5. Siulak 6. Siulak Gedang 15. Lubuk Nagodang 20. Koto Lebuh
16. Koto Kapeh Tinggi
17. Padang Jantung 21. Koto Rendah
22. Koto Tengah
23. Air Terjun
24. Plak Naneh
25. Siulak Kecil Hilir
6. Siulak Mukai 7. Siulak Mukai 18. Mukai Pintu 26. Mukai Tinggi
19. Lubuk Tabun 27. Mukai Hilir
20. Sungai Kuning
7. Air Hangat 8. Semurup 21. Pendung Hilir 28. Desa Baru
22. Air Panas Baru
8. Air Hangat 23. Desa Balai
Barat 24. Sawahan Jaya
9. Air Hangat 9. Kemantan 25. Air Hangat
Timur 10. Sungai 26. Pondok Sungai 29. Pungut Hilir
Tutung Abu 30. Pungut Tengah
27. Pungut Mudik 31. Desa Baru Sungai
Deras
32. Pasugin
10. Depati VII 11. Depati VII 28. Tambak Tinggi 33. Desa Baru
29. Semumu Kubang
34. Belui

No. Kecamatan Puskesmas Pustu Poskesdes Polindes


11. Sitinjau Laut 12. Hiang 30. Bungo Tanjung 35. Ambai Atas
31. Pendung Hilir 36. Betung Kuning
37. Ds. Baru

24
Semerah
38. Sebukar
39. Tanjung Mudo
40. Kayu Aro Ambai
41. Koto Sekilan
12. Danau 13. Sanggaran 32. Koto Baru 42. Tebing Tinggi
Kerinci Agung Sanggaran Agung 43. Ujung Pasir
33. Cupak 44. Pentagen
34. Simpang Empat 45. Koto Iman
35. Koto Petai 46. Koto Salak
13. Keliling 14. Jujun 36. Pulau Tengah 47. Tanjung Batu
Danau 37. Pidung 48. Keluru
15. Semerap 38. Tanjung Pauh 49. Tanjung Pauh 2. Lempur
Hilir Mudik Danau
50. Serumpun Pauh
14. Bukit 16. Lolo 39. Lolo Kecil 51. Tanjung Syam
Kerman 52. Talang Kemunig
53. Sungai Hangat
17. Bukit 40. Kebun Baru 54. Kebun Limo
Kerman 41. Pondok 55. Air Mumu
15. Gunung 18. Lempur 42. Selampaung 56. Perikan Tengah
Raya 43. Masgo 57. Manjuto
58. Lempur Hilir
59. Desa Baru
Lempur(ADD)
16. Batang 19. Tarutung 44. Pulau Sangkar 60. Pulau Pandan
Merangin 20. Tamiai - 61. Pematang
Lingkung
21. Muara 45. Bedeng V
Hemat 46. Batang Merangin
47. Muaro Emat
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci Tahun 2018

2. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci


a. Visi Dinas Kesehatan
Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci yaitu ”TERWUJUDNYA
KABUPATEN KERINCI SEHAT, MANDIRI DAN BERBUDAYA“.

25
b. Misi Dinas Kesehatan
Misi dinas kesehatan Kabupaten Kerinci adalah:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat;
2. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
masyarakat dengan penyediaan sarana pelayanan kesehatan
yang merata, bermutu dan terjangkau;
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya kesehatan
serta pemerataan sumber daya tenaga kesehatan;
4. Meningkatkan manajemen pelayanan kesehatan yang akuntabel
dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

B. Puskesmas Sungai Tutung


1. Gambaran Umum Puskesmas Sungai Tutung
Puskesmas Sungai Tutung merupakan salah satu Puskesmas yang
terletak di Kecamatan Air Hangat Timur Kab. Kerinci dengan batas-
batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Depati Tujuh wilayah
kerja Puskesmas Depati Tujuh.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siulak Mukai wilayah
kerja Puskesmas Siulak Mukai.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kemantan
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Depati Tujuh
Puskesmas Sungai Tutung didirikan pada tahun 1992 dengan
luas wilayah kerja ± 59,31 KM, yang terdiri dari 17 desa wilayah kerja,
yaitu : Sungai Tutung, Simpang IV sungai tutung, Desa baru sungai
tutung, Taman jernih sungai tutung, Sungai medang, Desa baru sungai
medang, Pungut mudik, Pungut tengah, Pungut hilir, Desa baru sungai
deras, Sungai deras, Desa baru sungai abu, Air hangat sungai abu,
Sungai abu, Pondok sungai abu, Koto tebat dan Kemantan hilir.
Secara georgrafis wilayah kerja Puskesmas Sungai Tutung
Kabupaten Kerinci dengan jumlah penduduk tahun 2018 sebanyak ±

26
18.012 jiwa yang terdiri 8.869 laki-laki, 9.143 perempuan dan 5.496
KK serta 17 Desa binaan. Adapun sarana dan prasarana kesehatan lain
yang terdapat di Puskesmas yaitu Pustu 2 unit, Poskesdes 4 unit,
Pusling 2 unit, Bidan di desa 14 orang, posyandu 17 posyandu.
Jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional maka
penyelenggaraan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas
Sungai Tutung merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya
kesehatan tersebut di kelompokan menjadi dua yakni :
1) Upaya Kesehatan Wajib meliputi :
- Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana.
- Perbaikan Gizi.
- Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
- Promosi kesehatan.
- Kesehatan Lingkungan
- Upaya pengobatan.
2) Upaya kesehatan pengembangan meliputi :
- Upaya kesehatan sekolah.
- Upaya kesehatan masyarakat.
- Upaya kesehatan Gigi dan Mulut.
- Upaya kesehatan usia lanjut.
- Kesehatan olah raga
- Kesehatan Jiwa
- Penyakit Tidak Menular
Upaya pelayanan penunjang dari kedua pelayanan tersebut
antara lain upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan
masyarakat serta upaya pencatatan pelaporan.

2. Visi dan Misi Puskesmas Sungai Tutung


1) Visi “ AIR HANGAT TIMUR SEHAT MENUJU KERINCI SEHAT,
MANDIRI DAN BERBUDAYA 2019”
2) Misi

27
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat;
2. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
masyarakat dengan penyediaan sarana pelayanan kesehatan
yang merata, bermutu dan terjangkau;
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya kesehatan
serta pemerataan sumber daya tenaga kesehatan;
4. Meningkatkan manajemen pelayanan kesehatan yang
akuntabel dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik

28
3. Struktur Organisasi Puskesmas Sungai Tutung

29
C. Hasil Pelaksanaan Kegiatan PBL
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci
a. Ketenagaan di Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci beserta
Tupoksi masing-masing
 Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan
urusan pemerintahan bidang kesehatan dan tugas perbantuan
yang diberikan kepala daerah. Kepala Dinas mempunyai fungsi :
a) Menetapkan kebijakan operasional di bidang kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit,
pelayanan kesehatan, sarana prasarana kesehatan,
kefarmasian, alat kesehatan, dan sumberdaya kesehatan
b) Menyelenggarakan kebijakan operasional di bidang kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit,
pelayanan kesehatan, sarana prasarana kesehatan,
kefarmasian, alat kesehatan, dan sumberdaya kesehatan
c) Menyelenggarakan monitoring dan evaluasi, pelaporan di
bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian
penyakit, pelayanan kesehatan, sarana prasarana kesehatan,
kefarmasian, alat kesehatan, dan sumberdaya kesehatan
d) Menyelenggarakan dukungan substantive kepada seluruh
unsure organisasi di lingkungan dinas
e) Pengguna anggaran dinas
f) Pengguna barang dinas
g) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
 Bidang kesehatan masyarakat mempunyai tugas membantu
Kepala Dinas dalam melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan operasional serta pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan dibidang kesehatan keluarga, gizi, promosi
kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olah raga. Bidang kesehatan masyarakat
terdiri atas seksi kesehatan keluarga dan gizi, seksi promosi

30
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, dan seksi kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga.
Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai fungsi :
a) menyiapkan bahan perumusan kebijakan operasional di bidang
kesehatan keluarga, gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, kesehatan lingkungan, upaya kesehatan sekolah,
kesehatan kerja dan olah raga;
b) menyiapkan bahan perumusan pelaksanaan kebijakan
operasioanal kesehatan keluarga, gizi, promosi kesehatan,
pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, upaya
kesehatan sekolah, kesehatan kerja dan olah raga;
c) menyiapkan bahan bimbingan teknis di bidang kesehatan
keluarga, gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat,
kesehatan lingkungan, upaya kesehatan sekolah, kesehatan
kerja dan olah raga
d) menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria bidang
kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, upaya kesehatan
sekolah, kesehatan kerja dan olah raga, gizi masyarakat, serta
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
e) memantau, evaluasi, dan pelaporan di hidang kesehatan
keluarga, gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat,
kesehatan lingkungan, upaya kesehatan sekolah, kesehatan
kerja dan olah raga;
f) melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
tugas/kegiatan bidang kesehatan masyarakat berdasarkan
ketentuan peraturan perundang- undangan;dan
g) melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya
2. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat. Seksi Kesehatan

31
Keluarga dan Gizi mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam
melaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan operasional,
dan pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang kesehatan keluarga dan gizi.
Penjabaran tugas Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi adalah
 Melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan
maternal dan neonatal, balita dan anak pra sekolah, usia sekolah dan
remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, gizi lanjut usia serta
perlindungan kesehatan keluarga, peningkatan mutu dan kecukupan
gizi, kewaspadaan gizi, penanggulangan masalah gizi, dan
pengelolaan konsumsi gizi dan upaya kesehatan sekolah;
 melakukan pembinaan pelayanan kesehatan ibu, anak, keluarga
berencana, upaya kesehatan sekolah dan gizi masyarakat;
 melakukan pembinaan pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin atau
nifas, menyusui, anak dan gizi di fasilitas kesehatan tingkat pertama
dan jejaringnya;
 melakukan pembinaan tenaga kesehatan penolong persalinan;
 melakukan audit maternal dan perinatal;
 melakukan penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang kesehatan keluarga, peningkatan mutu dan kecukupan gizi,
kewaspadaan gizi, penanggulangan masalah gizi, dan pengelolaan
konsumsi gizi;
 melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang kesehatan
keluarga, gizi dan peningkatan mutu dan kecukupan gizi,
kewaspadaan gizi, penanggulangan masalah gizi, dan pengelolaan
konsumsi gizi;
 melakukan pemantauan status gizi anak balita dan ibu hamil di
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan jejaringannya, serta
posyandu;
 melakukan pemantauan pendistribusian vitamin A kepada balita, ibu
nifas dan masalah gizi lainnya;

32
 merancang perencanaan dan melaksanakan penberian makanan
tambahan pada kasus kekurangan energi protein dan kekurangan
energi kronis pada ibu hamil;
 melakukan pembinaan pemberian ASI ekslusif dan klinik laktasi:
 melakukan pembinaan kegiatan peningkatan gizi usaha kesehatan
sekolah di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas dan kejuruan, panti, lembaga
pemasyarakatan;
 melakukan bimbingan teknis ke Puskesmas dan rumah sakit; dan
 melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Struktur organisasi dinas kesehatan

33
4. Tanggung Jawab Dinas Kesehatan Dalam Upaya Pembangunan
Kesehatan Dan Gizi
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama,
yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan.
Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan
masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit
tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar,
perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam
makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat aditif
dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan
kemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan
rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan
terhadap perorangan Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan
pada bidang gizi selama beberapa tahun terakhir di Kabupaten Kerinci
1) Pelayanan Kesehatan
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penti
ng dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyaraka
t. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, dihara
pkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi.
Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan adalah seb
agai berikut :

34
2) Pelayanan Kesehatan Ibu
Seorang ibu mempunyai peran sangat besar di dalam
pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan
yang dialami seseorang yang sedang hamil dapat mempengaruhi
kesehatan janin dalam kandungannya hingga kelahiran dan masa
pertumbuhan bayi dan anak.
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
3) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang
berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil
antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga
kesehatan serta memenuhi standar. Ditetapkan bahwa distribusi
frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang
dianjurkan 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan
kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan
antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan
kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi. Pelayanan antenatal diupayakan agar
memenuhi standar kualitas, yaitu :
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
2) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA);
3) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan;
4) Pelayanan Kesehatan Anak
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempers
iapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualit
as serta untuk menurunkan angka kematian anak. Upaya pemelihar
aan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan,

35
dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan bela
s) tahun.
a) Pelayanan Kesehatan Bayi
Kesehatan bayi dan balita harus selalu dipantau untuk
memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. P
elayanan kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa ind
ikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkat
an kesehatan bayi dan balita. Pelayanan kesehatan pada bayi di
tujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan dengan
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh t
enaga kesehatan. Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat
badan, pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4,
dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kemba
ng (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, penyuluhan
perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif dan
pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI).
b) Cakupan pemberian kapsul Vitamin A Balita usia 6 – 59 bulan
Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dal
am lemak, disimpan dalam hati, dan tidak dapat diproduksi ole
h tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar tubuh. Kurang Vitam
in A biasa terjadi pada anak yang menderita kurang energi prot
ein atau gizi buruk tetapi dapat juga terjadi karena gangguan pe
nyerapan pada usus. Tahap awal KVA ditandai dengan gejala ra
bun senja atau kurang jelas melihat pada malam hari atau men
urunnya kadar serum retinol dalam darah. Selanjutnya terdapa
t kelainan jaringan epitel pada paru-paru, usus, kulit, dan mata.
Penanggulangan masalah KVA pada anak balita sudah
dilaksanakan secara intensif sejak tahun 1970-an, melalui
distribusi kapsul vitamin A di posyandu setiap enam bulan
yaitu bulan Februari dan Agustus dan peningkatan promosi
konsumsi makanan sumber vitamin A. Ada dua jenis vitamin A
yang diberikan, yaitu yang berwarna biru (100.000 IU) untuk

36
bayi usia 6-11 bulan dan yang berwarna merah (200.000 IU)
untuk anak usia 12- 59 bulan.
c) Status Gizi
Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting
dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan
(growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan
tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan.
Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat seperti
Posyandu, Polindes, Puskesmas atau sarana pelayanan
kesehatan yang lain. Informasi tentang pemantauan
pertumbuhan anak diperoleh dari frekuensi penimbangan anak
umur 6-59 bulan selama enam bulan terakhir. Idealnya dalam
enam bulan anak balita ditimbang minimal enam kali.
Sedangkan untuk status gizi anak balita diukur berdasarkan
umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan
TB/PB anak balita disajikan dalam bentuk tiga indeks
antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB. Indikator BB/U
memberikan indikasi masalah gizi secara umum, dan juga
menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat
dari keadaan yang berlangsung dalam waktu pendek, seperti
menurunnya nafsu makan akibat sakit atau karena menderita
diare atau penyakit infeksi lainnya. Dalam keadaan demikian
berat badan anak akan cepat turun sehingga tidak proporsional
lagi dengan tinggi badannya dan pada akhirnya anak menjadi
kurus.
 Indikator gizi yang lain yaitu tinggi badan menurut umur
(TB/U) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya
kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama.
Misalnya:kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola
asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak
dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB

37
memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai
akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak
lama (singkat). Misalnya: terjadi wabah penyakit dan
kekurangan makan (kelaparan) yang mengakibatkan anak
menjadi kurus.
 Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk
identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk
pada umur dini dapat berakibat pada risiko berbagai
penyakit degenerative pada saat dewasa.

5. Bentuk Kerja Sama Lintas Sektoral dan Lintas Program dalam


Manajemen Program Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci
Kerjasama lintas program di Dinas Kesehatan Kabupaten
Kerinci yaitu rembuk stunting tingkat kelurahan, kecamata, dan
kabupaten serta pertemuan persiapan rencana aksi daerah. Bentuk
kerjasama lintas sektoral yaitu bersama Balitbang, BKKBN, Dinas
Pangan, Dinas Capil, Nagari, Kecamatan, dan Kabupaten.
1. Pelayanan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19
Semua program gizi dilaksanakan pada masa pandemi Covid-
19 dengan menerapkan protokol kesehatan. Adapun Indikator
Program Gizi adalah sebagai berikut:
1) Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan;
2) Persentase balita yang ditimbang berat badannya;
3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI
Eksklusif;
4) Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium;
5) Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A;
6) Persentase ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah
(TTD) minimal 90 tablet selama masa Kehamilan;
7) Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang
mendapat Makanan Tambahan;
8) Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan;

38
9) Persentase remaja puteri mendapat TTD;
10) Persentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A;
11) Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD;
12) Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (berat badan <
2500 gram);
13) Persentase balita mempunyai buku KIA/KMS;
14) Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya;
15) Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua
kali berturut-turut (2T);
16) Persentase balita di Bawah Garis Merah (BGM);
17) Persentase ibu hamil anemia;
18) Persentase Underweight;
19) Persentase Wasting;
20) Persentase Stunting

6. Pencapaian Program Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci


Kegiatan analisa situasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci
dilakukan dengan mengacu kepada laporan bulanan hasil surveilan
gizi dari masing-masing Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan.
Laporan bulanan yang telah divalidasi akan diserahkan oleh TPG
puskesmas ke dinas kesehatan. Hasil Laporan surveilans gizi tersebut
kemudian divalidasi dan dianalisa oleh dinas kesehatan kemudian
dilakukan pemetaan untuk melihat daerah-daerah yang mengalami
permasalahan. Untuk perencanaan tahun 2020, laporan yang
dianalisis adalah laporan capaian program gizi tahun 2019.
Berikut adalah target dan capaian dari indikator kinerja gizi
Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci Tahun 2019:

Tabel
Target dan Capaian Kegiatan Program Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Kerinci Tahun 2019
No Indikator Target Capaian

39
1 Presentase kasus gizi buruk yang mendapat perawatan 100 100
2 Persentase balita yang ditimbang berat badannya (D/S) 88 58,83
3 Presentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI 50 111,55
ekslusif
4 Presentase rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium 90 98,79
5 Presentase balita 6-59 bulan yang mendapatkan kapsul 90 76,98
Vitamin A
6 Presentase bumil yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet 98 81,89
selama kehamilan
7 Presentase Bumil KEK (Kurang Energi Kronik) yang 95 93,57
mendapatkan PMT
8 Presentase balita kurus yang mendapatkan makanan 90 81,56
tambahan
9 Presentase remaja putri yang mendapat TTD 30 35,53
10 Presentase ibu nifas yang mendapatkan Vitamin A 98 80,58
11 Presentase bayi baru lahir mendapatkan IMD 50 90,78
12 Presentase balita mempunyai buku KIA/KMS 80 99,59
13 Presentase bayi dengan BBLR 8 3
14 Presentase balita ditimbang yang naik berat badannya 90 80,56
15 Presentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya <4 3,03
dua kali berturut-turut
16 Presentase balita ditimbang dibawah garis merah <1,5 1,2
17 Presentase ibu hamil anemia <28 17,71
18 Presentase underweight <17 1,03
19 Presentase stunting <28 10,14
20 Presentase wasting <9,5 4,17

7. Masalah dan Hambatan Program Perbaikan Gizi Masyarakat pada


Dinkes Kabupaten Kerinci Tahun 2019
Adapun permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam
melaksanakan program gizi di kabupaten kerinci sebagai berikut :
1. Masih ada kesalahan dalam pelaporan dan tidak tepat waktu.
2. Masih banyak TPG yang tidak ikut turun waktu Posyandu.
3. Kurangnya peran serta masyarakat ke posyandu terutama
penimbangan balita setiap bulan.
4. Kurangnya koordinasi lintas program dan lintas sektor baik
ditingkat kecamatan maupun tingkat Desa.
5. Sistim pencatatan dan pelaporan program gizi di puskesmas belum
optimal.

40
6. Tidak konsistennya Data yang di kirim dari puskesmas, Masih ada
kesenjangan antar cakupan indikator program (Contoh KIA ,Gizi dan
Imunisasi)
7. Keterbatasan Dana di tk. Kabupaten menyebabkan beberapa
kegiatan program Gizi tidak dianggarkan:
 Pembentukan Motivator ASI tingkat Kabupaten.
 Pembentukan Motivatir ASI tingkat Kecematan.
 Pertemuan Konseling menyusui bagi petugas puskesmas untuk
peningkatan capian ASI Ekslusif.
 Deteksi Anemia wus dan bumil.
 Pembelian PMT penyuluhan di Posyandu untuk meningkatkan
capaian D/S.

BAB III

41
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Terdapat permasalahan gizi yang masih belum memenuhi target dari


program tahun 2019, ada permasalahan-permasalahan sebagai
berikut:
a. Belum tercapainya target indikator program perbaikan gizi yaitu
cakupan D/S.
b. Masih adanya balita dibawah garis merah ( BGM )
c. Pada tahun 2020 ini banyak kegiatan yang tidak bisa di kejar secara
maksimal di karenakan Pandemi Covid 19.

B. SARAN
Untuk pencapaian target dari Program Gizi berikutnya, berikut
beberapa saran yang diharapkan bias membantu tercapainya target
target tersebut:
a. Meningkatkan upaya promosi kesehatan kepada masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya
kesehatan, baik untuk diri mereka sendiri, keluarga, masyarakat
maupun lingkungan sekitar.
b. Meningkatkan upaya promosi kesehatan kepada masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dengan tujuannya untuk
meningkatkan kesadaran
masyarakatpadaumumnyadanibubalitapadakhususnyaakan arti
pentingnya menghadiri posyandu untuk mengetahui
perkembangan balitanya sesuai dengan tahapan usianya.
c. Pemantauan balita gizi buruk dimulai sedini mungkin, mulai dari
penimbangan di posyandu dan merujuk balita ke Puskesmas.
d. Perlunya kerjasama lintas program, mulai dari pencatatan dan
pelaporan bidan desa ke Puskesmas.

42
e. Kerjasama lintas sektoral agar tercapainya target yang telah
ditetapkansepertikunjungankeposyandu.
f. Melakukan intervensi secara efektif agar program berjalan dengan
baik.
g. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala.
h. Optimalisasikan peran serta kader di wilayah kerja masing-
masing.
i. Pengoptimalanpemberian PMT sehingga tetap sasaran dan tepat
guna.

43
DAFTAR PUSAKA

 Azrul Azwar. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga.


Jakarta : Binarupa. Aksara.
 Departmen Kesehatan. 2009. Sistem Kesehatan. Jakarta.
 Departmen Kesehatan. 2007. Direktorat Jendral Bina pelayanan Medik
Standar Minimal Pelayanan Kesehatan Gigi Puskesmas.
 Permenkes no. 49 th 2016. Tentang pedomat tekhnis
pengorganisasian dinas kesehatan provinsi dan kabupaten kota
 Profil Dinkes Kabupaten Kerinci Tahun20217

44
LAMPIRAN
Lampiran Foto Kegiatan

45
46
47
48
49

Anda mungkin juga menyukai