TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan fungsi perencanaan
2. Mahasiswa mampu membedakan jenis-jenis perencanaan
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan manfaat perencanaan
4. Mahasiswa mampu menganalisis kegiatan-kegiatan perencanaan
PENDAHULUAN
Bab 7 menguraikan tentang konsep dasar perencanaan secara teoritis dan aplikatif
di institusi pelayanan kesehatan. Mahasiswa kesehatan masyarakat sangat penting untuk
memahami fungsi perencanaan ini dikarenakan perannya dibutuhkan untuk ikut serta
berkontribusi dalam suatu proses perencanaan, baik dalam sebuah institusi maupun
masyarakat. Pada Bab 7 ini, mahasiswa diberikan dasar-dasar pemahaman tentang
konsep dasar perencanaan, jenis-jenis perencanaan beserta contoh aplikasinya, dan
manfaat perencanaan. Kompetensi mahasiswa disempurnakan dengan uraian tentang
kegiatan perencanaan beserta langkah-langkahnya. Setelah selesai mempelajari bab ini,
mahasiswa akan siap untuk menganalisis suatu peristiwa berkaitan dengan perencanaan
sekaligus membuat langkah-langkah perencanaan suatu program kesehatan tertentu.
2. Menurut prosesnya
a. Policy planningmerupakan perencanaan yang berupa kebijakan tanpa
dilengkapi teknik pelaksanaan yang rinci, misalnya perencanaan garis besar
haluan negara (GBHN), Undang-undang tentang Rumah Sakit, dan lain-
lain.
b. Program planning merupakan perencanaan lanjutan dari policy planning
yang lebih rinci dan dilakukan oleh badan-badan khusus negara yang
berwenang, seperti Bappenas. Program planning ini memuat, antara lain:
1) Rincian tugas yang akan dilakukan;
2) Sumber dan bahan yang diperlukan;
3) Biaya, personalia, situasi, dan kondisi pekerjaan;
4) Prosedur kerja;
5) Struktur organisasi kerja.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan salah satu contoh
program planning yang ditetapkan oleh pemerintah. Program JKN ini
diharapkan menjadi program yang dapat menyelesaikan permasalahan
pembiayaan kesehatan yang semakin kompleks. Dalam perencanaan
program ini, berbagai macam rincian tugas, struktur organisasi, prosedur
kerja, pembiayaan, dan lain sebagainya telah direncanakan dengan sangat
baik oleh pemerintah melalui beberapa kebijakan yang telah ditetapkan.
Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain UU No. 40 tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, UU No. 24 tahun 2011 tentang BPJS, PP
No. 101 tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan,
dan kebijakan-kebijakan lainnya (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
c. Operational planning merupakan perencanaan kerja yang merinci cara-cara
melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan agar lebih efektif dan efisien.
Perencanaan ini memuat analisis program planning, penetapan prosedur
kerja, metode-metode kerja, dan menentukan tenaga pelaksana. Misalnya,
perencanaan program pemasangan Intra Uterine Device (IUD) gratis pada
poliklinik obgyn di rumah sakit yang bekerjasama dengan bidan-bidan desa
dalam satu wilayah kabupaten. Dalam perencanaan ini akan diuraikan
secara detail tentang teknik pelaksanaan, seperti kriteria wanita usia subur
(WUS) yang bisa mengikuti program, peran dan tanggung jawab bidan desa,
dan prosedur pelayanan saat di rumah sakit.
3. Menurut jangka waktu
a. Perencanaan jangka panjang merupakan perencanaan kegiatan dengan
waktu pelaksanaannya lebih dari 10 tahun. Ukuran keberhasilannya masih
sangat umum dan tidak terperinci. Perencanaan jangka panjang ini akan
memberikan arah untuk perencanaan jangka pendek dan jangka menengah.
Perencanaan jangka panjang ini biasanya terlihat pada perencanaan strategis
yang ditetapkan oleh rumah sakit. Sebagai contoh, perencanaan strategis
yang dikembangkan oleh RS Pertamina Jaya agar sejalan dengan upaya
pencapaian visi rumah sakit. Pada tahun 2010, rumah sakit tersebut
memiliki akreditasi C. Visi RS Pertamina Jaya adalah menjadi institusi
kesehatan yang mampu bersaing di era globalisasi dengan pelayanan
berstandar internasional tahun 2020. Rencana ini ingin dicapai dalam jangka
watktu 10 tahun (Karmawan, 2016).
b. Perencanaan jangka menengah merupakan perencanaan kegiatan yang
pelaksanaannya memerlukan waktu lima tahun. Perencanaan ini
menjabarkan hal-hal yang ditetapkan dalam perencanaan jangka panjang.
Apabila diaplikasikan pada rumah sakit, rencana jangka menengah ini
berupa uraian lebih detail dari rencana strategis yang telah ditetapkan sesuai
dengan visi misi. Misalnya, RS Pertamina Jaya yang memiliki rencana
strategis sebagaimana diuraikan pada poin a, menguraikan menjadi
beberapa rencana jangka menengah untuk pencapaiannya, seperti
memperoleh akreditasi B, memperoleh sertifikat standar mutu internasional,
dan menambah unit pelayanan poliklinik spesialis pada tahun 2015 (yang
akan dicapai selama periode waktu 2010-2015).
c. Perencanaan jangka pendek merupakan perencanaan dalam jangka waktu
pendek (1-2 tahun). Sebagai contoh, RS Pertamina Jaya yang memiliki
orientasi berstandar internasional harus membuat rincian rencana jangka
pendek yang harus dicapai. Perencanaan ini cenderung bersifat operasional
dan detail untuk pelaksanaan dan pencapaian kegiatannya.
4. Menurut wilayah pelaksanaan
Penerapan perencanaan menurut wilayah dapat dicontohkan dalam pelaksanaan
Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) oleh Kementerian
Kesehatan. Program ini perlu partisipasi seluruh pihak mulai dari lini paling
bawah hingga paling atas. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan yang
harus dilakukan berdasarkan batasan wilayah (Kementerian Kesehatan, 2018).
a. Rural planning merupakan perencanaan di tingkat wilayah desa. Pendataan
kesehatan keluarga di tingkat desa menjadi tanggung jawab bidan desa yang
didukung oleh perangkat desa setempat. Hal ini memerlukan perencanaan
yang baik dan terintegrasi sehingga program ini akan dimasukkan ke dalam
rural planning di tingkat desa.
b. City planning merupakan perencanaan kota. Pelaksanaan Program
GERMAS membutuhkan peran dari pihak kota dalam hal penyediaan sarana
dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan aktivitas fisik sebagai salah
satu target dalam program tersebut. Pihak kota harus membuat city planning
untuk mewujudkan target tersebut.
c. Regional planningmerupakan perencanaan tingkat wilayah kabupaten
ataupun kota. Menteri Kesehatan menegaskan bahwa Program GERMAS
ini membutuhkan kerjasama lintas sektor, termasuk Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Pemerintah daerah memiliki peran untuk melakukan
advokasi kepada gurbernur agar menerbitkan surat terkait kebijakan
pelaksanaan Program-program GERMAS, pendekatan kepada tokoh agama
(ToMa) dan tokoh masyarakat (ToGa) untuk keberhasilan pelaksanaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penyebarluasan informasi tentang
Program GERMAS, dan beberapa peran lainnya. Berbagai bentuk dukungan
tersebut sebaiknya dibuatkan regional planning sehingga pelaksanaannya
bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien (Kementerian Kesehatan, 2019).
d. National planningmerupakan perencanaan tingkat nasional (negara).
Perencanaan ini terlihat dari berbagai macam rencana kegiatan yang
dilakukan oleh pihak Kementerian Kesehatan. Perannya meliputi
peningkatan kapasitas sumber daya manusia, kegiatan sosialisasi, pelatihan,
dukungan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, dukungan kegiatan
operasional melalui dana dekonsentrasi, advokasi kebijakan, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, setiap target kegiatan yang akan dilakukan
tersebut harus dibuat sebuah national planning yang lengkap (Kementerian
Kesehatan, 2019).
Forecasting B Schedule
u
d
g
Objectives Procedure
e
t
i
Policy n Programming
g
Ada tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan, yaitu (Husnayetti,
2008):
1) Peramalan ekonomi (economic forecast) menjelaskan tentang perkiraan
siklus ekonomi yang terjadi (tingkat inflasi), ketersediaan dana, dana yang
dibutuhkan untuk pembangunan, dan indikator perencanaan ekonomi yang
lain. Sebagaimana pada pencapaian Program GERMAS yang sedang
dicanangkan oleh pemerintah yang dilaksanakan secara nasional, sehingga
memerlukan peramalan ketersediaan dana yang mendukung program
tersebut. Tingkat pemerintah desa hingga provinsi akan bersama-sama
menganalisis ketersediaan dana yang akan dialokasikan untuk program
tersebut agar benar-benar berjalan lancar dan sesuai dengan target
pelaksanaan.
2) Peramalan teknologi (technological forecast) memperhatikan
perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemanfaatan teknologi sangat
penting untuk efisiensi pelaksanaan program. Seperti proses sosialisasi
Program GERMAS melalui media elektronik (televise) sangat efektif dan
efisien untuk menyebarkan informasi program kepada masyarakat luas.
3) Peramalan permintaan (demand forecast) merupakan perkiraan permintaan
terhadap produk atau jasa yang dimiliki oleh organisasi. Peramalan ini
bertujuan untuk memperkirakan pengendalian proses dan kualitas
pelayanan, pemasaran, dan kebutuhan sumber daya manusia. Hal ini juga
diterapkan dalam pelaksanaan Program Germas. Contohnya adalah
peramalan jumlah ibu hamil KEK di suatu wilayah diperlukan untuk
melakukan peramalan permintaan terhadap pemberian makanan tambahan
dalam Program GERMAS.
b. Establishing Objective (penetapan tujuan)
Penetapan tujuan merupakan kegiatan menentukan hal-hal yang akan dicapai.
Tujuan ini dapat dirinci menjadi tujuan jangka panjang, menengah, dan jangka
pendek. Penjabaran masing-masing tujuan ini berdasarkan faktor situasional
dan kondisional yang terjadi dalam organisasi. Apabila diterapkan dalam
pelaksanaan Program Germas di Indonesia, masing-masing tujuan tersebut bisa
diuraikan sebagai berikut:
1) Tujuan jangka panjang adalah meningkatkan status kesehatan masyarakat
dan daya tanggap serta perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan
finansial di bidang kesehatan
2) Salah satu tujuan jangka menengah adalah menurunkan angka kematian
bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.
3) Tujuan jangka pendek dari tujuan menengah (pada nomor 2) adalah bayi
usia kurang dari enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 44%
dan bayi baru lahir mendapatkan inisiasi menyusu dini (IMD) sebesar 44%.
c. Policy (kebijakan)
Pencapaian tujuan akan dirinci menjadi suatu program-program kegiatan.
Pelaksanaan program kegiatan tersebut memerlukan adanya kebijakan yang
akan dijadikan pedoman yang bisa mengikat para anggota organisasi untuk
melaksanakannya. Setiap kegiatan harus diidentifikasi secara cermat agar dapat
mencapai tujuan secara tepat.
d. Programming (Pemrograman)
Segala hal yang telah dilakukan pada tahap peramalan, penetapan tujuan, dan
kebijakan akan menjadi dasar untuk menyeleksi kegiatan. Kegiatan yang dipilih
sebaiknya berdasarkan skala prioritas dengan mempertimbangkan waktu dan
dana, serta dampak terhadap pencapaian tujuan.
e. Procedure
Setelah program dipilih dengan berbagai pertimbangan, selanjutnya menyusun
langkah-langkah kegiatan beserta prosedur kegiatannya. Ada tiga aktivitas yang
dilakukan untuk kegiatan ini, yaitu:
1) Pembuatan skala prioritas mempertimbangkan beberapa hal yang menjadi
prioritas kegiatan, meliputi besarnya kontribusi kegiatan untuk pencapaian
kegiatan, periode waktu pelaksanaan, dan dukungan sumber daya (tenaga,
biaya, dan peralatan)
2) Mengurutkan kegiatan dilakukan dengan cara memastikan kembali urutan
kegiatan sehingga jelas kegiatan yang menjadi prioritas utama.
3) Menyusun langkah-langkah kegiatan yang diperlukan untuk seluruh anggota
organisasi agar lebih memahami hal-hal apa yang harus dilakukan untuk
melaksanakan kegiatan yang direncanakan secara rinci, baik dalam tim
maupun individu.
f. Developing Procedures (Pengembangan prosedur)
Kegiatan yang telah ditetapkan sebagai prioritas beserta langkah-langkahnya
harus diperjelas tenaga yang akan melaksanakan dan bertanggung jawab,
penetapan waktu pelaksanaan, jenis kegiatan, dan tempat pelaksanaan kegiatan.
Adanya jadwal ini akan menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan sesuai rencana.
Pada Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2015-2019 dengan
sangat jelas telah ditetapkan definisi operasional target program, formula/cara
perhitungan, sumber data, waktu pelaporan, penanggung jawab, dan mekanisme
pelaporan. Hal ini akan mempermudah pencapaian tujuan program kegiatan.
g. Budgeting (penganggaran)
Pada saat penentuan program dilakukan, organisasi juga sudah harus
memikirkan tentang pembiayaannya karena sumbernya yang terbatas. Ada dua
hal yang perlu menjadi perhatian dalam hal pembiayaan, yaitu akuntabilitas dan
transparansi.
RANGKUMAN
Perencanaan merupakan proses terpenting untuk menjamin keberlangsungan proses
manajemen dalam suatu organisasi. Pada prinsipnya, dalam kegiatan perencanaan inilah
akan terjawab beberapa pertanyaan tentang apa (what), siapa (who), kapan (when),
dimana (where), mengapa (why), dan bagaimana (how) suatu kegiatan dibutuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi.
SOAL-SOAL PENDALAMAN
Tipe A: Soal Menjodohkan
Perhatikan setiap pernyataan di bawah ini! Pahami dan pilihlah salah satu jenis
perencanaan yang sesuai dengan pernyataan tersebut!
1. Sebuah rumah sakit membuat suatu perencanaan strategis yang diselaraskan dengan
visi rumah sakit untuk 25 tahun ke depan. Oleh karena itu, pihak rumah sakit
melibatkan stakeholder, ikatan profesi kesehatan, LSM, dan pihak-pihak yang
terlibat dalam penyelenggaraan rumah sakit.
2. Standar operasional prosedur (SOP) alur pelayanan rawat jalan mengalami
perubahan yang signifikan dikarenakan adanya kebijakan baru tentang verifikasi
pasien jaminan kesehatan nasional (JKN) yang menggunakan sistem rujukan online.
Hal ini berdampak pada perencanaan yang akan dibuat oleh pihak manajemen rumah
sakit.
3. Pemerintah merencanakan kebijakan tentang kesehatan secara umum sebagai bahan
acuan kebijakan-kebijakan teknis lainnya.
4. Program GERMAS merupakan program pemerintah yang juga didukung oleh
gubernur dan bupati di seluruh wilayah di Indonesia. Hal ini terlihat pada beberapa
program pemerintah daerah tersebut yang mulai merencanakan program GERMAS
ke seluruh lini pemerintahan, baik kesehatan maupun nonkesehatan.
5. Dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2019, seluruh institusi
pemerintah di kabupaten harus berpartisipasi dalam kegiatan karnaval yang akan
diadakan. Oleh karena itu, Direktur Rumah Sakit segera membentuk kapanitiaan
kegiatan dan merencanakan anggaran yang diperlukan.
6. Prevalensi penyakit rubella yang diderita oleh anak-anak semakin mengkhawatirkan.
Hal ini mendorong Kementerian Kesehatan segera merencanakan program imunisasi
MR (measless rubella) secara serentak sehingga mulai disusunlah penetapan
prosedur kerja, metode-metode kerja, dan menentukan tenaga pelaksananya.
7. Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan salah satu
program terobosan Kementerian Kesehatan untuk berkontribusi dalam penurunan
biaya pelayanan kesehatan yang semakin tinggi. Program ini telah disiapkan dengan
sanat baik oleh pemerintah meliputi berbagai macam rincian tugas, struktur
organisasi, prosedur kerja, pembiayaan, dan lain sebagainya.
8. Pemerintah desa dituntut oleh pemerintah untuk mendukung pelaksanaan program
GERMAS melalui kerjasama dengan bidan desa setempat. Hal ini diutamakan untuk
mendata kesehatan keluarga di satu wilayah desa, sehingga pemerintah desa harus
melakukan perencanaan untuk hal ini.
Pilihan Jawaban:
A. City planning G. Repeat planning
B. Regional planning H. Policy planning
C. Rural planning I. Program planning
D. National planning J. Operational planning
E. Perencanaan jangka panjang K. Perencanaan jangka menengah
F. Single use planning L. Perencanaan jangka pendek
TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar fungsi pengorganisasian
2. Mahasiswa mampu membedakan departementalisasi
3. Mahasiswa mampu menganalisis rantai komando dalam suatu organisasi
4. Mahasiswa mampu membedakan sistem sentralisasi dan desentralisasi
5. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep delegasi
PENDAHULUAN
Bab 8 membahas suatu konsep yang penting dalam suatu manajemen. Fungsi
pengorganisasian merupakan proses yang menentukan keberhasilan pelaksanaan fungsi
manajemen secara efektif dan efisien. Pada bab ini, mahasiswa akan belajar tetang
konsep dasar fungsi manajemen dan pembagian tugas melalui proses departementalisasi
beserta rantai komandonya. Selain itu, mahasiswa juga akan mempelajari tentang
konsep delegasi dalam suatu institusi pelayanan kesehatan. Mahasiswa kesehatan
masyarakat harus memiliki kompetensi untuk belajar mengorganisasikan suatu
kelompok, baik dalam suatu institusi maupun masyarakat secara umum. Oleh karena
itu, setelah mempelajari Bab 8 ini, mahasiswa akan lebih memahami dan siap untuk
mempraktikkan konsep-konsep pengorganisasian dalam pembelajaran di lapangan.
8.3 DEPARTEMENTALISASI
Departementalisasi adalah pengelompokan fungsi-fungsi yang saling berkaitan
dalam suatu unit untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam organisasi. Unsur-
unsur utama dalam departementalisasi antara lain fungsi, proses, produk, pasar,
pelanggan, dan area geografis (Robbins, 2015).
Pemahaman departementalisasi ini sebenarnya lebih mudah dipahami dengan
mengkaji organisasi pelayanan kesehatan yang berbentuk institusi, seperti
puskesmas, rumah sakit, klinik, dan lain sebagainya. Pada bagian ini, penulis akan
memberikan ilustrasi departementalisasi dalam sebuah rumah sakit.
8.3.1 Fungsi
Pengelompokan unit organisasi berdasarkan fungsi dibedakan menjadi beberapa
bagian, antara lain pemasaran, keuangan, dan produksi/pelayanan. Apabila
karyawan dalam setiap unit tersebut terlalu berfokus pada bidangnya
dibandingkan keseluruhan bidang yang ada, hal ini bisa menjadi masalah bagi
organisasi. Meskipun fungsi setiap unit berfokus pada spesifik kegiatan tertentu,
akan tetapi tanggung jawab pelaksanaannya akan berkaitan dengan unit yang
lain. Contoh departementalisasi berdasarkan fungsi terlihat pada Gambar 18.
Direktur
Direktur
Wakil Direktur
Pemasaran
Direktur
8.6 DELEGASI
1. Definisi
Delegasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan
sebagai bentuk perwakilan atau utusan dengan proses penunjukkan secara
langsung maupun musyawarah untuk mengutusnya menjadi salah satu perwakilan
suatu kelompok atau lembaga. Seorang manajer layaknya sebagai manusia biasa
memiliki keterbatasan, baik waktu, kemampuan, maupun kompetensi. Oleh
karena itu, manajer diperbolehkan untuk memberikan sebagian tugas dan
tanggung jawabnya kepada orang lain melalui pendelegasian. Karyawan yang
didelegasikan akan memiliki beban tanggung jawab dan kekuasaan yang sama
dengan jenis pekerjaan yang diberikan oleh manajer. Manajer tetap bertugas
memberikan pembimbingan sebaik-baiknya kepada karyawan tersebut. Selain itu,
hasil pekerjaan karyawan dari kegiatan pendelegasian tersebut akan menjadi
tanggung jawab manajer.
2. Unsur-unsur Delegasi
Pada saat manajer menunjuk karyawan yang dijadikan delegasi atas pekerjaannya,
tahap ini berarti karyawan sudah mendapatkan tugas dan kekuasaan tertentu atas
pekerjaan tersebut. Selanjutnya, saat karyawan sudah menyelesaikan tugas
tersebut, ia memiliki tanggung jawab untuk melaporkan hasil pekerjaan tersebut
kepada manajernya. Apabila disimpulkan, pada proses pendelegasian ini memiliki
tiga unsur, yaitu:
a. Tugas (responsibility) adalah berbagai jenis pekerjaan yang harus dilakukan
oleh karyawan yang didelegasikan pada jabatan/pekerjaan tertentu.
b. Kekuasaan (authority) adalah hak khusus yang dimiliki oleh karyawan yang
didelegasikan untuk memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pekerjaannya.
c. Pertanggungjawaban (accountability) adalah pemberian laporan berkaitan
dengan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh karyawan yang didelegasikan, serta
penggunaan kekuasaan yang diberikan.
Manajer harus memahami bahwa pendelegasian ini bukan berarti pekerjaan dan
kekuasaan penuh diberikan kepada karyawan yang dipilihnya. Tugas dan
kekuasaan yang diberikan hanya bersifat sebagian saja.
3. Tugas-tugas yang Didelegasikan
a. Dari sudut proses
Tugas mendasar seorang manajer ada tiga, yaitu perencanaan (planning
dan organizing), pelaksanaan (assembling resources), dan pengawasan
(supervise). Pendelegasian dilakukan dengan memberikan sebagian tugas
perencanaan dan pelaksanaan. Manajer akan lebih memfokuskan diri pada
tahap pengawasan. Apalagi jika aktivitas dalam organisasi semakin banyak dan
luas, maka manajer sebaiknya memberikan delegasi tugas perencanaan dan
pelaksanaan kepada bawahannya, sehingga perhatian manajer lebih dipusatkan
pada tugas pengawasan. Manajer yang mendelegasikan tugas dan kekuasaan
kepada bawahannya bukan berarti mendelegasikan pertanggungjawabannya.
Oleh karena itu, manajer tetap melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas dengan sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 23.
Tugas Manajer
Perencanaan Pelaksanaan
Rantai komando merupakan garis kewenangan manajer tingkat atas terhadap manajer
tingkat bawah serta kejelasan garis pertanggungjawaban yang jelas. Ada beberapa unsur
yang berkaitan erat dengan rantai komando, antara lain kewenangan, tanggung jawab,
akuntabilitas, kesatuan komando, dan delegasi.
SOAL-SOAL PENDALAMAN
Soal A: Soal Menjodohkan
Perhatikan beberapa narasi berikut! Tetapkan unsur departementalisasi yang sesuai
dengan narasi tersebut!
Amelia, F. 2018. Ini Tugas DOkter yang Bisa Didelegasikan kepada Perawat.
Klikdokter.com. 17 Maret 2018. Available at: https://www.klikdokter.com/info-
sehat/read/3379404/ini-tugas-dokter-yang-bisa-didelegasikan-kepada-perawat
TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi penempatan karyawan (staffing)
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan proses penempatan karyawan
(rekrutmen, seleksi, pelatihan dan pengembangan)
PENDAHULUAN
Pada Bab 9 ini, mahasiswa akan mempelajari konsep penting tentang fungsi
penempatan pegawai dalam sebuah institusi. Hal ini sangat bermanfaat untuk
mahasiswa kesehatan masyarakat mengetahui beberapa hal berkaitan dengan proses
rekrutmen dan seleksi karyawan. Mahasiswa kesehatan masyarakat yang diakui juga
memiliki kompetensi sebagai seorang manajer. Seorang manajer harus berkompeten
untuk melihat dan menganalisis kebutuhan karyawan yang akan dipimpinnya melalui
proses rekrutmen dan seleksi yang efektif dan efisien. Selain itu, pada bab ini
mahasiswa juga diberikan pemahaman tentang konsep pelatihan dan pengembangan
karyawan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam suatu organisasi.
Setelah selesai mempelajari Bab 8 ini, mahasiswa siap untuk melakukan analisis
kebutuhan pegawai, merancang proses rekrutmen dan seleksi karyawan.
Rekrutmen
(Identifikasi dan penarikan)
Seleksi
(penilaian, evaluasi, dan
pengambilan keputusan)
Pelatihan
(pengembangan kompetensi
dan keterampilan)
9.5 SELEKSI
Seleksi merupakan proses mengidentifikasi dan memilih karyawan terbaik dari
beberapa kandidat yang memenuhi syarat rekrutmen. Tujuan dari proses seleksi
adalah menilai kelayakan kandidat karyawan melalui beberapa tahapan seleksi yang
sudah direncanakan oleh organisasi. Tahapan pokok seleksi meliputi:
a. Seleksi awal
Seleksi awal ini bertujuan untuk menyeleksi kandidat karyawan yang sudah
tidak memenuhi syarat secara administratif. Proses ini akan menghasilkan
kandidat karyawan yang layak untuk mengikuti proses ujian/tes berikutnya.
b. Tes Seleksi
Tes seleksi merupakan proses untuk mengukur kelayakan kandidat karyawan
berdasarkan karakteristik, meliputi bakat, kecerdasan, dan kepribadian.
c. Tes Wawancara
Proses wawancara adalah percakapan formal dan mendalam yang dilakukan
untuk mengevaluasi kesesuaian pelamar dengan pekerjaan. Proses ini akan
melengkapi kelayakan kandidat karyawan setelah melalui proses kelayakan
administrasi.
d. Referensi
Referensi menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh kandidat
karyawan. Referensi ini akan menjadi pertimbangan bagi organisasi untuk
menilai kelayakan kandidat karyawan oleh pihak ketiga. Pihak yang biasanya
diminta untuk memberikan referensi antara lain pimpinan tempat kerja
sebelumnya, dosen saat kuliah, atau rekan kandidat yang dinilai memiliki posisi
lebih tinggi.
e. Keputusan Seleksi
Keputusan seleksi dilakukan setelah beberapa tahapan sebelumnya sudah
dilewati oleh kandidat karyawan yang dinyatakan lolos/layak oleh tim seleksi.
f. Tes Kesehatan
Tes kesehatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa karyawan yang sudah
lulus seleksi memiliki kondisi kesehatan yang baik dan layak untuk bekerja.
g. Tawaran Pekerjaan
Organisasi memberikan tawaran kepada kandidat karyawan yang telah
memenuhi syarat serangkaian tes sebelumnya. Penawaran ini bertujuan untuk
memastikan bahwa karyawan tersebut bersedia untuk melakukan pekerjaan
yang akan diterimanya.
h. Kontrak Kerja
Kontrak kerja merupakan tahapan terakhir dari proses seleksi berupa bukti
pengesahan kesediaan karyawan untuk mau bekerja dalam organisasi. Tahapan
ini biasanya dibuktikan dengan adanya penandatanganan kontrak yang berisi
hak dan kewajiban karyawan selama bekerja.
RANGKUMAN
Fungsi penempatan karyawan (staffing)merupakan proses pengisian beberapa posisi
jabatan pada struktur organisasi berdasarkan kebutuhan organsasi sesuai dengan
tuntutan internal dan eksternal organisasi.
Rekrutmen merupakan proses pencarian kandidat karyawan untuk sebuah posisi jabatan
tertentu.
SOAL-SOAL PENDALAMAN
Soal A: Soal Pemahaman
1. Fungsi penempatan karyawan sangat penting dilakukan oleh organisasi dengan cara
yang tepat karena akan memberikan beberapa manfaat dalam jangka waktu
panjang. Sebutkan beberapa manfaat dari proses penempatan karyawan!
2. Proses rekrutmen dalam suatu organisasi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
rekrutmen internal dan eksternal. Masing-masing rekrutmen tersebut terbagi atas
beberapa metode. Pilihlah salah satu metode yang menurut Anda memiliki tingkat
efektivitas dan efisiensi yang tinggi! Uraikan alasan yang jelas!
Soal B: Soal Analisis Kasus
Studi Kasus (Wijayanti 2013)
Di RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo mempunyai pegawai yang berstatus
PNSdan non PNS, dalam penelitian ini penulis akan membahas masalah yang terjadi
padarekrutmen dan seleksi pegawai non PNS. Rekruitmen yang dilakukan di Bagian
SumberDaya Manusia dilakukan dengan cara menaruh iklan di internet dan Koran.
Lamaran yangmasuk akan melewati tahap seleksi administrasi sesuai dengan formasi
yang dibutuhkan,kemudian pelamar yang memenuhi persyaratan dipanggil via telepon
untuk seleksi tahapberikutnya yaitu ujian tertulis, tes wawancara, tes psikotest, tes
kesehatan dan praktek untuktenaga perawat. Setelah melalui tahap seleksi tersebut,
pelamar yang lolos semua tahapseleksi ditempatkan sesuai dengan formasi dan latar
belakang pendidikan, kemudiandilakukan percobaan kerja selama tiga bulan atau yang
sering disebut dengan NTC (NurseTechnical Center) untuk perawat. Setelah tiga bulan
melewati masa percobaan kerja barulahpegawai tersebut menjadi pegawai non PNS.
Sampai saat ini RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo masih terus
melakukanrekrutmen dan seleksi seiring dengan adanya pembangunan gedung baru.
Sebelummelakukan rekrutmen dan seleksi BagianSumber Daya Manusia khusunya
BagianPerencanaan dan Data menetapkan kebutuhan perencanaan pegawai. Dalam hal
ini seringterjadi masalah-masalah yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan rencana pegawai
karenaberbagai sebab, salah satunya yaitu langkanya tenagakerja yang dibutuhkan untuk
jenistenaga kerja tertentu,pelamar tidak sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan
sepertipendidikan,lalu jumlah pelamar pun sedikit dan terkadang pegawai yang sudah
lolos prosesseleksi dan rekrutmen mengundurkan diri karena berbagai sebab, masalah
lain yang seringterjadi adalah pada sarana dan prasarana dalam pelaksanaan rekrutmen
dan seleksi yaitu tidaktersedianya ruangan, pernyataan ini didapatkan penulis ketika
melakukan wawancara dengansalah satu tim rekrutmen dan seleksi pada tanggal 10
September 2012.
Pertanyaan:
1. Menurut Anda, bagaimana proses rekrutmen dan seleksi yang dilakukan di
RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo? Sudah sesuai dengan teori atau
belum? Jika sudah atau belum, uraikan penjelesan Anda!
2. Ada permasalahan yang muncul tentang proses rekrutmen dan seleksi yang
dilakukan oleh RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo. Sebutkan
permasalahan apa yang diuraikan oleh penulis? Menurut pendapat Anda, apa
saja dampak yang bisa ditimbulkan dari permasalah tersebut?
DAFTAR PUSTAKA
Mardiah, N., 2016. Rekrutmen, seleksi dan penempatan dalam perspektif islam. Jurnal
Kajian Ekonomi Islam, 1(2), pp.223–235.
Raghuram, S. 2015. Business Studies.Fordham Graduate School of Business.
Salmah, N.N.A., 2012. Pengaruh Program Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
terhadap Kompetensi Karyawan pada PT Muba Electric Power Sekayu. Jurnal
Ekonomi dan Informasi Akuntansi (Jenius), 2(3), pp.278–290.
Wijayanti, R., 2013. Gambaran Rekrutmen dan Seleksi Pegawai di Rumah Sakit Umum
Pusat,
BAB 10FUNGSI PENGARAHAN (ACTUATING)
TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Mahasiswa memahami konsep dasar fungsi pengarahan
2. Mahasiswa memahami pentingnya fungsi pengarahan dalam organisasi
3. Mahasiswa memahami prinsip-prinsip fungsi pengarahan dalam organisasi
4. Mahasiswa memahami motivasi dalam fungsi pengarahan
PENDAHULUAN
Pada Bab 10 Fungsi Pengarahan, mahasiswa akan dapat meningkatkan pemahamannya
tentang konsep dasar dan pentingnya penerapan fungsi pengarahan dalam suatu
organisasi. Selain itu, pemahaman ini juga akan didukung dengan materi dasar tentang
prinsip-prinsip fungsi dasar pengarahan dalam organisasi. Mahasiswa kesehatan
masyarakat sangat penting mempelajari fungsi pengarahan ini karena saat mereka
bekerja akan berhadapan langsung dengan penerapan fungsi pengarahan ini. Setiap
pekerjaan yang dilakukan tidak terlepas dari penerapan fungsi pengarahan. Pemahaman
dasar tentang peran motivasi dalam pelaksanaan fungsi pengarahan juga sangat
diperlukan karena mahasiswa akan lebih mengenali beberapa motif yang bisa mereka
pilih saat mereka bekerja nanti. Di dalam setiap pembahasan, penulis juga menyisipkan
beberapa contoh aplikatif dan bukti terkait pelaksanaan fungsi pengarahan berdasarka
hasil-hasil penelitian. Hal ini akan mempermudah mahasiswa untuk menelusuri secara
langsung sumber pustaka tersebut untuk pendalaman pemahamannya tentang fungsi
pengarahan lebih lanjut.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa ada dampak dari sebuah motivasi yang dimiliki oleh
setiap karyawan memiliki potensi untuk berkontribusi mengubah suatu keadaan
(organisasi), terutama ke arah yang lebih baik. Hal ini bisa menjadi pedoman bagi setiap
karyawan bahwa motivasi yang dimiliki tersebut berperan penting bagi organisasi,
apalagi karyawan tersebut bersedia berubah dan mengikuti arahan para pimpinannya
guna pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Ada beberapa motif yang dimiliki karyawan sebagai sumber motivasi kerja dalam suatu
organisasi, antara lain:
1. Kebutuhan
Karyawan akan memiliki motivasi yang tinggi saat harus memenuhi kebutuhan
pokok dalam kehidupannya, seperti sandang, pangan, dan papan. Kondisi sosial
dan ekonomi menjadi motif yang memiliki kekuatan besar untuk mendorong
seseorang termotivasi untuk bekerja lebih baik dalam suatu organisasi.
2. Keuntungan
Seseorang bekerja tidak hanya berorientasi pada penghasilan rutin setiap bulan,
akan tetapi lebih dari itu. Seseorang akan lebih termotivasi bekerja apabila akan
diperoleh keuntungan-keuntungan lain, seperti mendapatkan baik posisi jabatan
tetap yang bagus, penghargaan, maupun bonus. Keuntungan-keuntungan
tersebut juga bisa meningkatkan status sosialnya di masyarakat.
3. Kepuasan individu
Setiap karyawan memiliki motif pribadi dalam bekerja, seperti gaji yang tinggi,
memiliki banyak teman, atau mendapatkan penghargaan-penghargaan. Kepuasan
yang dicapai secara individu oleh karyawan akan mempermudah dalam
pemberian arahan kepada mereka. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
karyawan yang memiliki kepuasan yang tinggi terhadap kompensasi yang
diberikan oleh institusi akan menunjukkan kinerja yang baik pula, sehingga
pimpinan akan lebih muda untuk memberikan arahan kepada karyawannya
(Komara & Nelliawati 2014).
4. Kemandirian
Ada motivasi karyawan saat bekerja untuk mencapai kemandirian, artinya
bahwa segala hal yang dikerjakan berdasarkan ide dan kemandirian yang
dimilikinya tanpa ada pengawasan secara langsung. Akan tetapi, ada sebagian
besar karyawan yang justru membutuhkan pengarahan dan pendampingan dalam
melakukan pekerjaannya.
5. Penghargaan dan pengakuan
Manajer seharusnya mengakui adanya kontribusi yang positif dari bawahannya
dalam bentuk memberikan penghargaan dan pengakuan. Meskipun tidak semua
karyawan mengaharapkan hal tersebut. Akan tetapi, dengan adanya penghargaan
dan pengakuan, karyawan akan lebih merasa dihargai sehingga suasana kerja
semakin menyenangkan. Hal ini akan mempermudah untuk mengarahkan
karyawan agar bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
6. Uang
Uang merupakan salah satu bentuk motivasi dasar yang paling diinginkan oleh
setiap karyawan. Akan tetapi, ada dampak secara tidak langsung dari besarnya
gaji/insentif yang diperoleh karyawan juga menunjukkan pengakuan secara
sosial dari organisasi kepada karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian kompensasi kepada pegawai rumah sakit memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja pegawainya, sehingga dapat menunjang ketercapaian
institusi (Komara & Nelliawati 2014).
7. Kebijakan organisasi
Kebijakan organisasi berupa tunjangan dan lingkungan kerja yang mendukung
dapat meningkatkan motivasi karyawan selama bekerja. Tunjangan yang
diberikan bisa bermacam-macam, seperti asuransi kesehatan dan asuransi
kecelakaan kerja, tunjangan keluarga, liburan, seragam, tunjangan pensiun, dan
lain sebagainya. Lingkungan kerja yang mendukung baik secara fisik
(kebersihan, kelengkapan sarana dan prasarana) maupun sosial (hubungan kerja
antarkaryawan).
Setiap karyawan bisa saja memiliki lebih dari satu motif untuk melakukan pekerjaannya
sesuai dengan arahan pimpinan. Akan tetapi, biasanya ada salah satu motif yang
dominan dimiliki oleh setiap karyawan.
RANGKUMAN
Fungsi pengarahan diartikan proses menginstruksi, membimbing, memberikan
konsultasi, memotivasi, dan memimpin anggota organisasi dalam mencapai tujuan-
tujuannya.
1. Kebutuhan
2. Keuntungan
3. Kepuasan individu
4. Kemandirian
5. Penghargaan dan pengakuan
6. Uang
7. Kebijakan organisasi
REFLEKSI
1. Fungsi pengarahan memiliki empat (4) karakteristik, yaitu:
a. Merupakan kunci fungsi manajemen
b. Berperan dalam setiap tahapan manajemen
c. Merupakan tahapan berkelanjutan
d. Bergerak dari atas ke bawah
Uraikan contoh karakteristik fungsi pengarahan tersebut apabila diterapkan di
sebuah pelayanan kesehatan!
2. Apabila Anda nanti bekerja sebagai seorang karyawan sebuah rumah sakit, motif
apa yang Anda pilih untuk meningkatkan produktivitas selama bekerja? Boleh lebih
dari satu motif yang dipilih. Berikan alasan memilih motif-motif tersebut!
3. Sebuah rumah sakit swasta yang berlokasi di daerah Jakarta sedang memperbaiki
kualitas pelayanan yang diberikan. Upaya dasar yang dilakukan oleh direktur
rumah sakit adalah membangun persepsi tentang mutu pada seluruh karyawan
rumah sakit dari tingkatan bawah hingga atas. Pemberian pengarahan kepada
seluruh karyawan dilakukan secara bertahap, melalui peran masing-masing kepala
unit/bagian yang rutin rapat dengan direktur agar menyampaikan informasi kepada
para staf yang ada di bawahnya. Rumah sakit juga mulai menetapkan tujuan baru
yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Hal ini dikarenakan semakin tingginya
tuntutan masyarakat ataupun kebijakan pemerintah yang juga semakin berubah dan
meningkat. Setelah satu bulan proses pengarahan dilaksanakan, tidak semua unit
memperlihatkan perbaikan pelayanan, salah satunya adalah unit laboratorium. Hal
ini dikarenakan sesaat setelah proses pengarahan dilakukan, kepala laboratorium
memperoleh surat keputusan untuk dimutasi di bagian manajemen, sehingga sesaat
terjadi kekosongan jabatan tersebut. Wakil laboratorium yang kurang terlibat dalam
proses pengarahan sejak awal memiliki kendala untuk melanjutkan penyampaian
informasi dari direktur ke para staf di unit laboratorium. Saat kepala laboratorium
yang baru telah ditunjuk, proses pengarahan ternyata memang mengalami
perubahan sehingga para staf masih harus belajar untuk beradaptasi dengan pola
yang baru.
Pertanyaan:
a. Berdasarkan prinsip-prinsip fungsi pengarahan, apa saja prinsip yang sudah
terlaksana dengan baik dan belum terlaksana dengan baik? Berikan penjelasan
tentang penilaian Anda tentang kebaikan tersebut!
b. Apabila melihat permasalahan pada unit laboratorium pada kasus tersebut,
uraikan pendapat Anda tentang dampak apa yang bisa terjadi pada fungsi
pengarahan di unit tersebut!
DAFTAR PUSTAKA
Brahmasari, I.A. & Suprayetno, A., 2005. Pengaruh Motivasi Kerja , Kepemimpinan
dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya
pada Kinerja Perusahaan ( Studi kasus pada PT . Pei Hai International Wiratama
Indonesia ). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 10(2), pp.124–135.
Budiasih, Y., 2012. Struktur Organisasi, Desain Kerja, Budaya Organisasi, dan
Pengaruhnya terhadap Produktivitas Karyawan: Studi Kasus pada PT. XX di
Jakarta. Jurnal Liquidity, 1(2), pp.99–105.
Komara, A.T. & Nelliawati, E., 2014. Pengaruh Kompensasi, Motivasi, dan Kepuasan
Kerja terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung. Jurnal Ekonomi, Bisnis, &
Entrepreneurship, 8(2), pp.73–85.
Posuma, C.O., 2013. Kompetensi, Kompensasi, dan Kepemimpinan Pengaruhnya
terhadap Kinerja Karyawan pada Rumah Sakit Ratumbuysang Mando. Jurnal
EMBA, 1(4), pp.646–656.
Riyadi, S., 2011. Pengaruh Kompensasi Finansial, Gaya Kepemimpinan, dan Motivasi
Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Timur.
Jurnam Manajemen dan Kewirausahaan, 13(1), pp.40–45.
Rizal, A.A.F., 2015. Hubungan Pelaksanaan Fungsi Manajemen Kepala Ruang dengan
Motivasi Perawat Pelaksana dalam Memberikan Layanan Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RSUD Kota Semarang,
Setiawan, A., 2013. Pengaruh Disiplin Kerja dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan
pada Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Malang. Jurnal Ilmu Manajemen,
1(4), pp.1245–1253.
Warsito, B.E., 2006. Pengaruh Persepsi Perawat Pelaksana tentang Fungsi Manajerial
Kepala Ruang terhadap Pelaksanaan Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang,
Leadership and Directing in Hospitality Management.
https://www.enotes.com/homework-help/four-functions-management-health-care-
setting-769933
BAB 11FUNGSI PENGAWASAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL:
1. Memahami konsep dasar fungsi pengawasan
2. Memahami pentingnya fungsi pengawasan
3. Memahami prinsip dasar pengawasan
4. Memahami proses pengawasan
PENDAHULUAN
Bab 11 berisi tentang pendalaman materi tentang fungsi pengawasan dalam manajemen.
Seorang mahasiswa kesehatan masyarakat membutuhkan ilmu tentang fungsi
pengawasan karena ini merupakan salah satu kegiatan penting yang dapat diterapkan
dalam berbagai bidang, baik formal maupun nonformal. Pada bab ini, mahasiswa akan
memahami konsep dasar fungsi pengawasan yang menjadi dasar pemahaman sebelum
mempelajari pentingnya fungsi pengawasan dalam manajemen. Agar pelaksanaan
fungsi pengawasan berjalan dengan baik, maka mahasiswa diberikan materi tentang
prinsip dasar pengawasan. Hal ini akan melatih mahasiswa bisa merencanakan proses
pengawasan dengan cara yang tepat. Setelah itu, mahasiswa dipahamkan tentang proses
pengawasan dan tahapannya.
Ada empat fungsi utama dalam kegiatan pengawasan, yaitu (Dunn, 1999):
1. Ketaatan (compliance)
Manajer memastikan ketaatan dari seluruh karyawan yang ada di bawahnya telah
melaksanakan kegiatannya sesuai dengan standar/prosedur yang telah ditetapkan.
Dalam suatu pelayanan kesehatan, ketaatan seluruh staf kepada prosedur
merupakan kunci keberhasilan keamanan dan keselamatan seluruh pihak, baik
pasien dan tenaga kesehatan (medis dan non-medis). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepemimpinan memiliki hubungan dengan kepatuhan perawat di rumah
sakit dalam melaksanakan tugasnya (Handayani et al. 2014). Hal ini membuktikan
bahwa peran pimpinan dalam proses pengawasan memang benar bisa
meningkatkan kepatuhan karyawan yang ada di bawahnya.
2. Pemeriksaan (auditing)
Manajer melakukan pemeriksaan tentang ketepatan sumber dan layanan yang ada di
organisasi sesuai dengan pihak tertentu yang memang membutuhkannya. Proses
pemeriksaan ini juga perlu diawasi karena berkaitan dengan ketersediaan sarana
prasarana (stok obat, alat kesehatan, alat transportasi, dan lain-lain) dan ketepatan
penggunaan alat-alat kesehatan yang tersedia. Pemeriksaan yang rinci dan rutin
akan mendukung kelancaran pelayanan kesehatan yang akan diberikan.
3. Laporan (actuating)
Dalam proses pengawasan, ada proses analisis dan perhitungan terhadap data atau
informasi yang ada. Hasil laporan tersebut menggambarkan ketercapaian target-
target pelaksanaan kebijakan/standar operasional yang ditetapkan dibandingkan
dengan pelaksanaannya.
4. Penjelasan (explanation)
Dengan adanya pelaksanaan pengawasan, terjadinya pelaksanaan kegiatan/program
yang tidak sesuai dengan kebijakan bisa dijelaskan dengan baik. Hasil dari proses
pengawasan ini akan memperjelas sesuatu yang belum jelas sebelumnya. Misalnya,
apabila ada suatu kesalahan berulang yang dilakukan oleh staf administrasi rumah
sakit, setelah pengawasan dilakukan akhirnya ditemukan sumber permasalahannya
dimana.
1. Mengukur Hasil
2. Menganalisis Data
3. Membandingkan Hasil dengan Standar
4. Memperbaiki Penyimpangan
5. Pengawasan Awal
SOAL-SOAL PENDALAMAN
Soal A: Esai
1. Pilihlah 3 (tiga) hal yang mendasari pentingnya fungsi pengawasan lalu jelaskan
ketiga hal tersebut!
2. Prinsip dasar pengawasan ada 5 (lima). Sebutkan kelima prinsip tersebut dan
jelaskan dampak apabila prinsip tersebut tidak dipenuhi dalam proses pengawasan!