Anda di halaman 1dari 35

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan pembangunan kini telah memiliki sistem desentralisasi sehingga
pemerintah daerah punya peranan sendiri untuk mengelola daerahnya sendiri.
Dalam bidang kesehatan, dinas kesehatan kabupaten/kota memiliki peranan yang
penting dalam pelaksanaan program-program karena menjadikannya sebagai
gambaran kesehatan masyarakat yang ada pada daerah tersebut. Dari hal tersebut
dapat diketahui bahwa pengelolaan yang baik pada program-program yang akan
dan telah dilaksanakan menjadikan suatu daerah dapat dikatakan berhasil atau
tidak dalam mensukseskan pembangunan nasional. Salah satu hal penting dari
terlaksananya suatu program adalah tentang penyusunan rencana yang termasuk di
dalamnya adalah penyusunan anggaran. Anggaran merupakan suatu alat untuk
mengukur keberhasilan pelaksanaan instansi pemerintah karena dapat
menggambarkan standar efektivitas dan efisiensi karena memuat suatu output
yang diinginkan.
Proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam penyediaan public goods
and services merupakan bagian dari good governance ditunjukkan dengan
transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas suatu instansi pemerintah yang
merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan masalah instansi yang bersangkutan.
Penerapan dan pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sangat diperlukan
sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung
secara berdaya guna dan berhasil. Pembangunan akan kebutuhan masyarakat akan
menjadikan landasan berpikir bagaimana mengoperasikan otonomi sehingga
betul-betul mencapai sasaran yaitu taraf dan kualitas hidup masyarakat. Di banyak
negara, terutama negara berkembang, dana yang disediakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan termasuk program-program terkait
kesehatan masih tergolong terbatas. Pada negara Indonesia, permasalahan muncul
pada perbedaan kondisi keuangan daerah. Daerah yang memiliki keuangan lebih

2
rendah tentunya harus lebih berhati-hati dalam pengelolaan anggarannya agar
tetap terlaksananya pemerataan kesehatan pada daerah tersebut. Padahal sektor
kesehatan seringkali dijadikan salah satu lini terdepan ukuran kinerja pemerintah
daerah dalam era otonomi daerah karena sektor tersebut bersifat strategis dan
mencakup hajat hidup masyarakat. Sehingga pengetahuan dan kemampuan dalam
penyusunan anggaran perlu dikaji dan dipelajari lebih lanjut agar program-
program kesehatan berhasil dan terlaksana dengan maksimal.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penganggaran (budgeting) program Kemitraan
Dukun Bayi dan Bidan Desa adalah bagaimana sistem perencanaan
penganggaran program Kemitraan Dukun Bayi dan Bidan di Desa Blado
Kulon Kecamatan Tegal Siwalan Kabupaten Probolinggo?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menentukan dan menghitung anggaran (budgeting) program
Kemitraan Dukun Bayi dan Bidan di Desa Blado Kulon, Kecamatan Tegal
Siwalan, Kabupaten Probolinggo yang telah dibuat berdasarkan identifikasi
masalah yang telah didapat.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menganalisis anggaran yang akan dikeluarkan untuk program Kemitraan
Dukun Bayi dan Bidan di Desa Blado Kulon, Kecamatan Tegal Siwalan,
Kabupaten Probolinggo.
2. Menghitung anggaran yang akan dikeluarkan untuk program Kemitraan
Dukun Bayi dan Bidan di Desa Blado Kulon, Kecamatan Tegal Siwalan,
Kabupaten Probolinggo.
1.4 Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Dapat mengetahui dan menghitung penganggaran (budgeting) suatu
program kesehatan berdasarkan teori yang sudah ada sebelumnya.

3
2. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan referensi perencanaan dan evaluasi di bidang kesehatan,
khususnya pada sistem penganggaran (budgeting) suatu program
kesehatan.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Umum Penyusunan Anggaran


2.1.1 Pengertian penyusunan anggaran
Penganggaran (budgeting) dapat didefinisikan sebagai proses melalui
mana rencana organisasi diwujudkan dalam bentuk nilai mata uang (rupiah).
Ekspresi kuantitatif rencana organisasi ini dalah merupakan produk akhir
proses perencanaan dan cukup membutuhkan penanganan khusus pada
sebagian besar organisasi pelayanan kesehatan (Supriyanto, 2007).
Menurut Adisaputro (2011:6) penganggaran adalah suatu proses dari
tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana,
pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan, pembagian
tugas perencanaan, implementasi dari rencana tersebut hingga tahap
pengawasan dan evaluasi dari hasil pelaksanaan rencana tersebut.
Jadi dapat dikatakan bahwa penganggaran (budgeting) adalah suatu
proses yang dilakukan pada perencanaan suatu program pada suatu
organisasi yang meliputi penyusunan rencana, pengumpulan data,
implementasi, dan evaluasi yang diwujudkan dalam bentuk nilai mata uang
(rupiah).
2.1.2 Tujuan penyusunan anggaran
Pada UU nompr 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, terjadi
beberapa perubahan mendasar yaitu anggaran yang lebih responsif,
memfasilitasi peningkatan kinerja yang dalam hal ini atas dampak
pembangunan, kualitas layanan, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya,
maka tujuan penganggaran adalah:
1) Stabilitas fiskal makro;
2) Alokasi sumber daya sesuai prioritas;
3) Pemanfaatan anggaran secara efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Supriyanto (2007) tujuan penyusunan anggaran
adalah sebagai berikut:

5
1. Agar manajer/pimpinan organisasi bersedia melakukan perencanaan
dengan saksama bagi kepentingan organisasinya.
2. Mengembangkan koordinasi dan kooperasi dalam organisasi.
3. Meningkatkan kepedulian anggota organisasi terhadap perannya dalam
organisasi.
4. Mengkomunikasikan sasaran dan tujuan, tipe dan level pelayanan yang
dapat diberikan, sumber daya yang dibutuhkan, dan pendapatan yang
mungkin dihasilkan dari suatu program tertentu.
5. Mengendalikan keuangan organisasi.
2.1.3 Macam penyusunan anggaran
Menurut Supriyanto (2007) terdapat berbagai macam anggaran. Macam
anggaran tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menurut kegunaannya, anggaran dibedakan menjadi dua:
a. Anggaran rutin
b. Anggaran pembangunan.
2) Menurut penanggung jawabnya, anggaran dibedakan berdasarkan
departemen yang melaksanakan. Di Indonesia terdiri dari tiga:
a. Anggaran departemen kesehatan
b. Anggaran departemen pendidikan nasional
c. Anggaran departemen dalam negeri.
3) Menurut jangka waktu berlakunya, anggaran dibedakan atas:
a. Anggaran jangka panjang
b. Anggaran jangka pendek.
4) Khusus di bidang kesehatan, anggaran dibedakan menurut teknik
penyusunannya, yaitu:
a. Anggaran program (program budget)
Pada anggaran program yang diutamakan adalah biaya program
secara keseluruhan, yang perhitungannya diperinci menurut
kegiatan yang ada dalam program.
b. Anggaran hasil (performance budget)

6
Pada anggaran hasil yang diutamakan adalah hasil yang dicapai
oleh setiap program. Cara merencanakan dimulai dengan hasil
yang ingin dicapai, kemudian diperinci menurut kegiatan yang
harus dilakukan untuk mencapai hasil tersebut. anggaran hasil
dapat digunakan untuk menilai efisiensi dan efektivitas program
yang sama pada tempat/waktu yang berbeda.
c. Anggaran baris (line item budget)
Anggaran baris disusun menurut butir sesuai dengan struktur
anggaran yang merupakan penjumlahan dari seluruh anggaran
program yang ada.
d. Anggaran sistem (system budget)
Anggaran sistem didasarkan atas suatu sistem tertentu.
2.1.4 Pendekatan penyusunan anggaran
Menurut Supriyanto (2007), penyusunan anggaran dilakukan melalui tiga
pendekatan, yaitu:
1. Top-down
Dalam pendekatan top-down, seluruh kegiatan dan alokasi biaya
ditentukan oleh top management. Karenanya sistem tersebut memiliki
keuntungan yaitu proses penyusunan anggaran relatif lebih cepat dan
mencerminkan harapan pimpinan, tetapi dalam pelaksanaannya
menjadikan kurangnya koordinasi kepada pihak terkait yang berada di
bawahnya selaku pelaksana program.
2. Bottom-up
Dalam pendekatan bottom-up, setiap unit pelaksana program
mengusulkan programnya untuk disetujui oleh top management. Pada
sistem ini pelaksana program secara independent mengidentifikasi
kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkannya.
3. Participatory
Pendekatan participatory merupakan kombinasi dari pendekatan top-
down dan pendekatan bottom-up. Pada prosesnya, penyusunan
anggaran secara participatory diawali dengan penentuan parameter

7
oleh top management sebagai acuan penyusunan anggaran, termasuk
didalamnya penentuan sasaran (goals) dan tujuan (objective).
Selanjutnya pelaksana program yang merencanakan anggaran sendiri
dengan berpatokan pada ketentuan top management tersebut. Pada
pendekatan ini peran serta setiap tingkatan manajemen dapat
diwujudkan secara seimbang, meskipun tingkatan top management
masih cenderung mendominasi pada perencanaan anggaran.

2.2 Pedoman Pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun


2.2.1 Pengertian
Kemitraan bidan dengan dukun adalah suatu bentuk kerjasama bidan
dengan dukun yang saling menguntungkan dengan prinsisp keterbukaan,
kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan
bayi, dengan menempatkan sebagai penolong persalinan dan
mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam
merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan
yang telah dibuat antara bidan dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsur
atau elemen masyarakat yang ada.
2.2.2 Kebijakan
1. Meningkatkan persalinan dan perawatan bayi baru lahir oleh tenaga
kesehatan melalui kemitraan bidan dengan dukun
2. Setiap ibu bersalin dan bayi baru lahir memperoleh pelayanan dan
pertolongan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dalam pertolongan
persalinan
3. Seluruh dukun yang ada dilibatkan dalam suatu bentuk kerjasama yang
menguntungkan antara bidan dengan dukun dalam bentuk kemitraan.
2.2.3 Mekanisme dan ruang lingkup kerja bidan dengan dukun
1. Mekanisme kerja
Di dalam kemitraan, bidan dengan dukun bayi mempunyai peran
dan tanggung jawab masing-masing. Oleh sebab itu perlu diberi
pengertian bahwa peran dukun bayi tidak kalah penting dibandingkan

8
perannya dahulu. Proses perubahan peran dukun menuju peran barunya
yang berbeda, memerlukan suatu adaptasi dan hubungan interpersonal
yang baik antara bidan dukun.
Di dalam konsep kemitraan bidan dengan dukun, dukun bayi perlu
diberikan wawasan dalam bidang kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
tertutama tentang tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas,
serta persiapan yang harus dilakukan oleh keluarga dalam menyongsong
kelahiran bayi.
2. Tata hubungan kerja
1) Tugas Puskesmas:
a. Melakukan asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi
kemitraan bidan-dukun
b. Berkoordinasi dengan lintas program/lintas sector
kecamatandan desa/kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan
c. Membangun jejaring dengan LSM, PKK, tokoh agama,
tokoh masyarakat dan swasta di kecamatan dan
desa/kelurahan
d. Membina dukun yang berada di wilayah setempat
e. Melaksanakan kegiatan program kemitraan bidan – dukun
f. Memfasilitasi bidan di desa dalam pelaksanaan kemitraan
g. Memantau dan evaluasi kegiatan program kemitraan bidan
dengan dukun
h. Bertanggung jawab dan melaporkan kepada kepala
puskesmas.
2) Tugas bidan di desa/bidan pembina wilayah
a. Mendata dan memetakan dukun bayi dan ibu hamil
b. Berkoordinasi dengan lintas sector di desa/kelurahan dalam
pelakasanaan kegiatan
c. Membangun jejaring dengan LSM, PKK, tokoh agama,
tokoh masyarakat dan swasta di desa/kelurahan
d. Membina dukun yang berada di wilayah setempat

9
e. Melaksanakan kegiatan program kemitraan bidan dengan
dukun
f. Melakukan evaluasi kegiatan program kemitraan bidan
dengan dukun
g. Bertanggung jawab dan melaporkan kepada kepala
puskesmas
3. Ruang lingkup bidan – dukun
Ruang lingkup kegiatan mencakup masukan, proses, dan luaran
program.
1. Input
Meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional,
penyiapan sarana kegiatan bidan dan saran dukun, serta metode/
mekanisme pelaksanaan kegiatan.
2. Proses
Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja
bidan dan kegiatan dukun. Kegiatan bidan mencakup aspek teknis
kesehatan dan kegiatan dukun mencakup aspek non teknis
kesehatan. Tugas dukun ditekankan pada alih peran dukun dalam
menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan merawat ibu
nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan
dengan dukun.
a. Yang dimaksudkan aspek teknis kesehatan adalah aspek proses
pengelola dan pelayanan program KIA.
1) Pengelolaan (manajemen) program KIA adalah semua
kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
dan penilaian (evaluasi) program kesehatan ibu dan anak
masuk KB.
2) Pelayanan kesehatan ibu dan anak, mencakup kegiatan yang
dilakukan bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan
sesuai wewenang, etika, tanggung jawab bidan.
b. Yang dimaksud aspek non kesehatan adalah:

10
1) Menggerakkan dan memberdayakan ibu, keluarga, dan
masyarakat.
2) Memberdayakan tradisi setempat yang positif berkaitan
dengan kesehatan ibu dan anak.
3) Menghilangkan kebiasaan buruk yang dilakukan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
3. Output
Kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target
upaya kesehatan ibu dan anak antara lain:
a. Meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait
b. Meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang bermitra
c. Meningkatkan rujukan oleh dukun
d. Meningkatnya cakupan pertolongan persalinan
e. Meningkatnya deteksi risti/komplikasi oleh masyarakat.
4. Peran bidan dengan dukun dalam pelaksanaan kemitraan
a. Periode kehamilan
BIDAN DUKUN
1) Melakukan pemeriksaan ibu 1) Memotivasi ibu hamil
hamil dalam hal: untuk periksa ke bidan
a. Keadaan umum 2) Mengantar ibu hamil yang
b. Menentukan taksiran partus tidak mau periksa ke bidan
c. Menentukan keadaan janin 3) Membantu bidan pada saat
dalam kandungan pemeriksaan ibu hamil
d. Pemeriksaan laboratorium 4) Melakukan penyuluhan
yang diperlukan pada ibu hamil dan
2) Melakukan tindakan pada ibu keluarga tentang:
hamil dalam hal: a. Tanda-tanda persalinan
a. Pemberian imuniasasi TT b. Tanda bahaya
b. Pemberian tablet Fe kehamilan kebersihan
c. Pemberian pribadi dan lingkungan
pengobatan/tindakan c. Kesehatan dan gizi
apabila ada komplikasi d. Perencanaan persalinan
3) Melakukan penyuluhan dan [bersalin di Bidan,
konseling pada ibu hamil dan menyiapkan
keluarga mengenai: transportasi,
a. Tanda-tanda persalinan menggalang dalam
b. Tanda bahaya kehamilan menyediakan biaya,
c. Kebersihan pribadi dan menyiapkan calon

11
lingkungan donor darah]
d. Gizi 5) Memtoivasi ibu hamil dan
e. Perencanaan persalinan keluarga tentang:
(bersalin di bidan, a. KB setelah melahirkan
menyiapkan transportasi, b. Persalinan di Bidan
menggalang dalam pada waktu menjelang
menyiapkan biaya, taksiran partus
menyiapkan calon donor 6) Melakukan ritual
darah) keagamaan/tradisional yang
f. KB setelah melahirkan sehat sesuai tradisi setemoat
menggunakan alat bantu bila keluarga meminta
pemngambilan keputusan 7) Melakukan motivasi pada
(APBK) waktu rujukan diperlukan
4) Melakukan kunjungan rumah 8) Melaporkan ke bidan
untuk: apabila ada ibu hamil baru
a. Penyuluhan/konseling pada
keluarga tentang
perencanaan persalinan
b. Melihat kondisi rumah
persiapan persalinan
c. Motivasi persalinan di
bidan pada waktu
menjelang taksiran pertus
5) Melakukan rujukan apabila
diperlukan
6) Melakukan pencatatan seperti:
a. Kartu ibu
b. Kohort ibu
c. Buku KIA
7) Melakukan laporan:
Melakukan laporan cakupan
ANC

b. Periode persalinan
BIDAN DUKUN
1. Mempersiapkan sasran 1. Mengantar calon ibu
prasarana persalinan aman bersalin ke Bidan
dan alat resusitasi bayi baru 2. Mengingatkan keluarga
lahir menyiapkan alat
2. Memantau kemajuan transortasi untuk pergi ke

12
persalinan sesuai dengan Bidan / memanggil
partogram Bidan
3. Melakukan asuhan persalinan 3. Mempersiapkan sarana
4. Melakukan inisiasi menyusun prasarana persalinan
dini dan pemberian ASI aman seperti :
segera kuranf dari 1 jam a. Air bersih
5. Injeksi Vit K1 dan salep mata b. Kain bersih
antibiotik pada bayi baru lahir 4. Mendampingi ibu pada
6. Melakuakan perawatan bayi saat persalinan
baru lahir 5. Membantu Bidan pada
7. Melakukan tindakan saat proses persalinan
PPGDON apabila mengalami 6. Melakukan ritual
komplikasi keagamaan / tradisional
8. Melakukan rujukan bila yang sehat sesuai tradisi
diperlukan setempat
9. Melakukan pencatatan 7. Membantu Bidan dalam
persalinan pada : perawatan bayi baru
a. Kertu ibu / partograf lahir
b. Kohort Ibu dan Bayi 8. Membantu ibu dalam
c. Registrasi persalinan inisiasi menyusu dini
10. Melakukan pelapuran : kurang dari 1 jam
Cakupan persalinan 9. Memotivasi rujukan bila
diperlukan
10. Membantu Bidan
membersihkan ibu,
tempat dan alat setelah
persalinan

13
c. Periode nifas
BIDAN DUKUN
1. Melakukan kunjungan 1. Melakukan kunjungan
neonatal dan sekaligus rumah dan memberikan
pelayanan nifas [ KN1, KN2 penyuklihan tentang :
dan KN3] a. Tanda-tanda bahaya
a. Perawatan ibu nifas dan penyakit ibu nifas
b. Poerawatan neonatal b. Tanda-tanda bayi sakit
c. Pemberian imunisasi HB c. Kebersihan pribadi dan
1 lingkungan
d. Pemberian Vit. A ibu d. Kesehatan dan Gizi
nifas 2 kali e. ASI Ekslusif
e. Perawatan payudara f. Perawatan tali pusat
2. Melakukan penyuluhan dan g. Perawatan payudara
konseling pada ibu dan 2. Memotivasi ibu dan
keluarga mengenai : keluarga untuk ber-KB
a. Tanda-tanda bahaya dan setelah melahirkan
penyakit ibu nifas 3. Melakukan ritual
b. Tanda-tanda bayi sakit keagaman / tradisional
c. Kesehatan pribadi dan yang sehat sesuai tradisi
lingkungan setempat
d. Kesehatan dan Gizi 4. Memotivasi rujukan bila
e. ASI Ekslusif diperlukan
f. Perawatan tali pusat 5. Melaporkan ke Bidan
3. Melakuakn rujukan apabila apabila ada calon akseptor
diperlukan KB baru
4. Melakukan pencatatan pada :
a. Kohort bayi
b. Buku KIA
5. Melakukan laporan : cakupan
KN

14
Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara Bidan dan
dukun perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara
mereka. Meskipun mekasnisme sangat beragam tergantung
keadaan, tetapi ada beberapa hal penting yang harus disepakati
(dituangkan secara tertulis dalam nota kesepakatan antara bidan
dengan dukun) yaitu :
a. Mekanisme rujukan informasi ibu hamil
b. Mekanisme rujukan kasus persalinan
c. Mekanisme pembagian biaya persalinan
d. Jadwal pertemnuan rutin bidan dengan dukun
2.2.4 Kegiatan
a. Perencanaan
Langkah-langkah dalam perencanaan adalah :
1. Identifikasi potensi dan masalah yang terjadi meliputi :
a. Jumlah ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
b. Cakupan hasil kegiatan program KIA
c. Jumlah bidan dengan dukun dalam satu wilayah
d. Kompetensi tenaga yang ada di desa
e. Kelengkapan sarana, alat dan bahan habis pakai
f. Sarana transposrtasi rujukan
g. Sistem pembiayaan (tabulin, dasolin)
h. Dukungan kebijakan, kelembagaan dan partisipasi masyarakat
i. Sosial budaya
2. Analisis masalah dapat dilakukan dengan mengacu kepada hasil
identifikasi potensi dan masalah yang menitikberatkan pada :
a. Adanya persalinan oleh dukun
b. Cakupan persalinan nakes yang rendah
c. Jumlah dukun lebih banyak daripada bidan
d. Desa yang tidak mempunyai bidan/bidan tidak tinggal di tempat
e. Melakukan analisa hasil kegiatan terhadap target

15
3. Alternatif pemecahan masalah
Alternatif pemecahan masalah dilakukan berdasarkan temuan
masalah. Beberapa alternatif pemecahan yang ada, pada akhirnya
akan dibahas untuk memperoleh upaya yang paling tepat untuk
mengatasi masalah tersebut dengan melibatkan sumber daya yang
ada baik lintas program/lintas sektor maupun tokoh-tokoh
informal.
4. Penyusunan rencana kerja (Plan of Action)
Penyusunan rencana kerja berdasarkan masalah yang ditemukan
dari aspek kemitraan. Plan of Action (POA) dipilih dari kegiatan
yang secara operasional memungkinkan untuk dilaksanakan. POA
terdiri dari uraian kegiatan meliputi: kegiatan, tujuan, sasaran,
waktu, biaya dan penanggung jawab.
b. Pelaksanaan
Untuk memfasilitasi terciptanya kemitraan bidan dengan dukun, perlu
dilakukan kegiatan secara sistematik dan terkoordinasi agar efektif dan
efisien. Adapun kegiatan pokokk yangharus dilakukan adalah:
1. Tingkat Provinsi
a. Penyusunan Juknis
Berpedoman pada juknis Nasional disesuaikan dengan
kemampuan daerah masing-masing
b. Sosialisasi
Sosialisasi bertujuan adanya kesamaan pemahaman dan
kesiapan pengelola dan penaggung jawab program KIA-KB,
Promkes, Yankes di Kabupaten/Kota dan LP/LS d Propinsi
dalam penyelenggaraan kegiatan kemitraan Bidan dengan
Dukun. Peserta yang terlibat berasal dari Provinsi dan
Kabupaten. Provinsi yang terdiri dari Penanggung
jawab/Pengelola Program KIA-KB, Promkes, Yankes, dan
bagian kepegawaian, IBI, TP-PKK, BAPEPROP, Bagian Sosial.
Sedangkan dari Kabupaten terdiri dari

16
penanggungjawab/Pengelola Program KIA-KB, kasie yang
menangani KIA-KB, Promkes, dan Yankes
Output yang didapatkan dari kegiatan ini adalah diperolehnya
dukunga dan kesepakatan penyelenggaraan kegiatan kemitraan
Bidan dan Dukun serta tersusunnya RTL Kabupaten/Kota
c. Fasilitasi Kemitraan Bidan dan Dukun
d. Evaluasi
2. Tingkat Kabupaten
a. Sosialisasi
Bertujuan untuk menyamakan persepsi dan mendapatkan
dukungan dalam pelaksanaan kemitraan bidan-dukun oleh lintas
program, lintas sektor yang terkait. Sasaran dari lintas program
dan lintas sektor serta para pengambil kebijakan diantaranya
adalah DPRD, Bapekkab/kota, Bagian Kesra Pemerintah
Kab/Kota, BKKB, Depag, Bapemmas, Dinkes (Promkes,
Yankes, Kesga), RSU, Camat, Tim PKK Kecamatan, Kepala
Puskesmas, Organisasi Profesi (IBI), Toma, Toga dan LSM.
Output yang didapatkan adalah adanya kesepakatan serta
dukugan dari lintas program & lintas sektor untuk pelaksanaan
kemitraan bidan dengan dukun.
b. Pembekalan Teknis Pelaksanaan Program Kemitraan Bidan
Dengan Dukun
Bertujuan memberikan pemahaman konsep penyelenggaraan
kegiatan kemitraan bidan dengan dukun kepda seluruh kepala
Puskesmas dan bidan koordinator yang bertanggung jawab
dalam pengelolaan kegiatan bidan dengan dukun. Sasarannya
adalah Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator. Outputnya
Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator memahami serta
dapat melaksanakan kegiatan kemitraan Bidan-Dukun sesuai
Petunjuk Teknis Kemitraan Bidan-Dukun.
3. Tingkat Kecamatan/Puskesmas

17
a. Sosialisasi Tingkat Kecamatan Kegiatan Kemitraan Bidan-
Dukun
Bertujuan untukmendapat kesepakatan serta dukungan pada
pelaksanaan kemitraan Bidan-Dukun dari lintas program, lintas
sektor, TOGA dan TOMA. Sasaran lintas program atau lintas
sektor tingkat kecamatan adalah petugas PKM, PLKB, KUA,
Bagian Sosial/Kesra Kecamatan, Diknas, Toma, Toga, LSM,
TP-PKK Kecamatan, Kepala Desa, Ketua TP-PKK desa dan
Bidan di desa.
Outputnya diperoleh dukungan dari LP/LS kecamaatan dan desa
serta adanya rancangan kesepakatan bidan dengan dukun untuk
pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun.
4. Tingkat Desa
a. Sosialisasi tingkat desa
Tujuannya untuk mendapatkan kesepakatan serta dukungan
pada pelaksanaan kemitraan Bidan dengan Dukun dari aparat
desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK dan masyarakat.
Sasarannya adalah Kepala Desa/Lurah, PKK desa, kader
kesehatan, tokoh masyarakat/Tokoh agama dan LSM yang ada,
Dukun, serta Kepala Dusun/RW. Output dari kegiatan ini adalah
diperolehnya dukungan untuk pelaksanaan kemitraan bidan
dengan dukun serta tersusunnya kesepakatan antara bidan
dengan dukun untuk pelaksanaan kemitraan.
b. Pembekalan Dukun
Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan dukun dalam
melaksanakan deteksi dini ibu hamil; pengenalan tanda bahaya
pada bumil, bulin, bufas, bayi; cara-cara melaksanakan rujukan
dan penyuluhannya serta ketrampilan dalam membantu merawat
ibu dan bayi pada masa nifas. Sasarannya adalah dukun. Output
yang didapatkan adalah bagi dukun bayi mampu mendeteksi
bumil dan mengenali tanda bahaya bumil, bulin, bufas serta

18
dukun bisa terampil dalam melakukan perawatan pada bayi baru
lahir dan ibu nifas.
c. Magang dukun di rumah Bidan/Polindes/Puskesmas
Tujuannya adalah mendekatkan hubungan interpersonal antara
bidan dengan dukun serta meningkatkan ketrampilan dukun
dalam perawatan bayi baru lahir dan ibu nifas, pendeteksian risti
pada bumil, bulin, bufas, dan bayi baru lahir, serta cara-cara
melaksanakan rujukan tepat waktu dan penyuluhan yang baik.
Sasarannya dukun yang telah mengikuti pembekalan. Output
kegiatannya adalah terciptanya hubungan interpersonal antara
bidan dengan dukun yang lebih akrab sehingga dukun akan
sepakat merujuk kasus persalinan kepada bidan setempat dimana
dukun tersebut magang sertameningkatnya ketrampilan dukun
dalam perawatan bayi baru lahir dan ibu nifas, pendeteksian
risiko tinggi pada ibi hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru
lahir, serta cara-cara melaksanakan ruukan tepat waktu dan
penyuluhan yang baik.
d. Dana bergulir dukun
Tujuannya adalah agar dukun mempunyai ikatan untuk merujuk
kasus persalinan ke bidan. Sasaran yang dituju adalah dukun
yang telah mengikuti magang dukun. Sistem pengelolaan dana
bergulirnya adalah sebagai berikut:
1. Dukun bayi yang telah selesai magang akan diberikan
sejumlah uang (dana bergulir) dengan jumlah yang telah
ditentukan oleh pengelola program kemitraan Bidan dengan
Dukun Puskesmas setempat dan dicatat dalam pembukuan
2. Dukun Bayi berkewajiban mengembalikan dana yang telah
diterima tersebut, dalam bentuk rujukan kasus persalinan
(inpartu) kepada bidan penanggung jawab/bidan tempat
magang

19
3. Bidan akan memberikan sebagian uang hasil dari biaya
persalinan yang dibayarkan oleh pasien sesuai kesepakatan
yang telah dibuat kepada dukun tersebut sebagai penghargaan
atas rujukan dan sebagian lagi akan disimpan untuk dana
bergulir (disimpan ke pengelola dana bergulir di Puskesmas)
4. Dana bergulir yang telah masuk ke pengelola program
kemitraan Bidan dengan Dukun puskesmas selanjutnya akan
digulirkan kembali ke dukun yang sama atau dukun yang lain
setelah dilakukan evaluasi
5. Pemberian dana bergulir dan pembagian hasil antara bidan
dengan dukun, dari hasil pertolongan persalinan ditinjau
ulang secara berkala (tiap 6 bulan sekali) dan diatur dalam
kesepakatan yang dibuat pada saat evaluasi hasil kegiatan
kemitraan Bidan-Dukun di tingkat Kecamatan.
6. Secara berkala Kepala Puskesmas setempat, berkewajiban
melaksanakan audit keuangan dana bergulir ini di wilayahnya
Output yang didapatkan adalah terlaksananya rujukan semua
persalinan dukun ke bidan serta terjalinnya kerjasama yang
harmonis antara bidan dengan dukun sesuai kesepakatan
bersama serta diketahuinya pengelolaan dana bergulir di
masing-masing wilayah.
c. Pemantauan dan Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan diperlukan adanya langkah
pemantuan dan evaluasi yang dilakukan secara terus menerus
(berkesinambungan). Kegiatan memantau dan menilai untuk melihat
apakah semua kegiatan telah dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan.
Hasil pemantauan merupakan bahan masukan untuk perencanaan dan
langkah perbaikan berikutnya.
1. Pemantauan :
a. Propinsi ke Kabupaten : 1 kali per tahun

20
b. Kabupaten ke Puskesmas – Desa : Laporan dari Desa/Puskesmas
3 bulan sekali
2. Evaluasi dilakukan 1 kali dalam setahun setelah proses kemitraan
bidan dengan dukun berlangsung :
a. Di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota
b. Di tingkat Desa
Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan membandingkan pencapaian
dari hasil kegiatan dengan perencanaan secara berkesinambungan. Dalam
menilai kualitas kegiatan kemitraan bidan dengan dukun diperlukan
indikator :
1. Persentase dukun yang bermitra
2. Cakupan Linakes di suatu wilayah
3. Prosentase rujukan bumil oleh dukun
Proses pemantauan dan ebvaluasi tersebut dilaporkan secara berjenjang
kepada pengelola program KIA Puskesmas kemudian ke Kabupaten/Kota
secara triwulan
2.3 Langkah Penyusunan Anggaran
Proses perencanaan anggaran sebenarnya hampir sama dengan proses
perencanaan pada umumnya sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan
anggaran harus terdapat uraian tentang biaya (cost) yang menggambarkan
besarnya kebutuhan yang sebenarnya agar pada pelaksanaannya tidak terdapat
hambatan dari segi pendanaan. Menurut Supriyanto (2007), langkah penyusunan
anggaran program kesehatan adalah sebagai berikut.
1) Analisis situasi
a) Menguraikan masalah untuk memperoleh gambaran
permasalahan secara keseluruhan;
b) Menentukan tujuan, sasaran, dan kebijaksanaan dengan
mempertimbangkan sumber daya yang tersedia;
c) Menguraikan masing-masing program kesehatan;

21
d) Merancang kegiatan pengawasan dan pengendalian yang akan
dilakukan untuk masing-masing kegiatan, serta penentuan
indikator keberhasilan masing-masing kegiatan;
e) Menentukan sumber daya.
2) Menentukan jumlah dan jenis sumber daya
a) Sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
yang telah diidentifikasi. Secara umum sumber daya yang perlu
dijabarkan terdiri dari tiga macam, yaitu manusia (man),
keuangan (money), dan sarana (material). Penghitungan
kebutuhan sumber daya tersebut dilakukan untuk setiap kegiatan
dan dinyatakan dalam unit/satuan tertentu.
b) Mengubah sumber daya dalam bentuk uang.
3) Menetapkan anggaran
Mengubah sumber daya dalam bentuk uang. Kegiatan ini dikenal
dengan nama penentuan biaya. Untuk memudahkan pekerjaan
biasanya dipergunakan biaya unit baku (standard unit cost) yang
dihitung berdasarkan harga masa lalu ditambah dengan perkiraan
inflasi/kenaikan harga pada masa yang akan datang.
Sedangkan teori lain lain yang diungkapkan oleh Mardiasmo (2009:70)
siklus anggaran memiliki empat tahap yang terdiri atas:
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas
dasar taksiran pendapatan yang tersedia yang didasari oleh visi, misi,
dan tujuan organisasi. Terkait dengan hal tersebut, perlu diperhatikan
bahwa sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya
dilakukan taksiran pendapatan terlebih dahulu.
2. Tahap ratifikasi
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang
cukup rumit. Pimpinan eksekutif dituntut memiliki integritas serta
kesiapan mental yang tinggi. Hal tersebut penting karena dalam tahap
ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk

22
menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala
pertanyaan dan bantahan dari pihak legislatif.
3. Tahap implementasi
Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang diperhatikan
oleh manajer keuangan adalah dimilikinya sistem (informasi)
akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan
bertanggung jawab untuk menciptakan suatu sistem yang handal untuk
perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati. Tahap
implementasi sebagai tahap penting pada suatu sistem penganggaran
karena pada tahap ini anggaran yang sudah ditetapkan akan digunakan
dan dinilai keefektifannya.
4. Tahap pelaporan dan evaluasi
Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran merupakan
aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi
terkait dengan aspek akuntabilitas sehingga ketika aspek operasional
dilaksanakan dengan baik, maka aspek akuntabilitas diharapkan tidak
memiliki banyak masalah sehingga dapat menghasilkan output yang
baik.

23
BAB 3
STUDI KASUS
3.1 Rencana Usulan Kegiatan
Sesuai dengan masalah yang telah dijelaskan pada kelompok sebelumnya,
terdapat beberapa usulan kegiatan yang akan dilaksanakan di Desa Blado Kulon,
Kecamatan Tegal Siwalan, Kabupaten Probolinggo. Rencana usulan kegiatan
tersebut dijelaskan dalam tabel berikut:

24
Tabel 3.1 Rencana Usulan Kegiatan
Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Waktu Vol. Hasil Diharapkan
Kegiatan
Kemitraan 1. Relasi Meningkatkan Bidan dan a. Membangun kerjasama antara 19 1 kali a. Terjalinnya kerjasama
Bidan dan kerja kerjasama Dukun se- bidan dan dukun dalam November pertemuan antara bidan dan dukun
Dukun bidan antara bidan Kecamatan persalinan 2014 dalam persalinan
Bayi dan dan dukun Tegalsiwala b. Memberikan penjelasan kepada b.Dukun bayi paham
dukun dalam n dukun mengenai prosedur tentang prosedur
pelayanan operasional kemitraan operasional kemitraan
persalinan
2. Pelatiha Meningkatkan Dukun se- a. Menyelenggarakan pelatihan Diawali 12 kali a. Dukun bayi memiliki
n dukun alih peran Kecamatan rutin tiap bulan dalam periode 1 tanggal 26 pertemuan wawasan dan
tentang dukun dari Tegalsiwala tahun November selama 1 keterampilan tentang
perawata penolong n b. Memberikan wawasan dan 2014 dan tahun peran baru nya sebagai
n pasca persalinan ketrampilan kepada dukun bayi dilanjutka mitra
persalina menjadi mitra tentang alih peran dukun n rutin b.Terselenggraranya
n bidan dalam menjadi mitra setiap pelatihan rutin tiap bulan
merawat ibu bulan selama 1 tahun

25
nifas dan bayi sampai
November
2015

3. Pelatiha Meningkatkan Bidan se- a. Menyelenggarakan pelatihan Diawali 12 kali a. Terselenggarnya


n bidan keterampilan Kecamatan rutin tiap bulan dalam 1 tahun tanggal 29 pertemuan pelatihan rutin tiap bulan
tentang komunikasi Tegalsiwala b. Menyelenggarakan November selama selama 1 tahun
komunik interpersonal n pelatihan bahasa Madura kepada 2014 dan 1tahun b.Terselenggaranya
asi dan bahasa bidan dalam 1 tahun dilanjutka pelatihan bahasa Madura
interpers Madura c. Memberikan ketrampilan n rutin kepada bidan selama 1
onal komunikasi interpersonal dan setiap tahun
dengan keterampilan bahasa Madura bulan c. Bidan mampu dan
bahasa kepada bidan selama 1 tahun sampai terampil mengenai
madura November komunikasi interpersonal
2015 dan bahasa indonesia
(Sumber: Makalah Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan oleh Kelompok 6 IKMB 2011, 2014)

26
3.2 Tujuan Pelaksanaan Program
3.2.1 Tujuan jangka panjang
Tugas pokok dan fungsi organisasi merupakan dasar menyusun tujuan
jangka panjang maupun jangka menengah. Tujuan jangka panjang pelaksanaan
program kemitraan bidan dan dukun bayi adalah 5 tahun. Selain berdasarkan tugas
pokok dan fungsi, tujuan jangka panjang juga dirumuskan berdasarkan kebijakan
yang ada, sesuatu yang ingin dicapai, kerangka waktu pencapaian yang jelas maka
tujuan jangka panjang yang dirumuskan menggunakan cara berpikir yang
strategis.
Tabel 3.2 Tujuan Jangka Panjang atau Menengah
No. Kegiatan Tujuan Jangka Panjang
1. Membangun relasi kerja bidan dan dukun Cakupan pertolongan
persalinan oleh Bidan atau
2. Pelatihan dukun untuk perawatan pasca tenaga kesehatan yang
persalinan memiliki kompetensi
kebidanan mencapai 90%
3. Pelatihan bidan tentang komunikasi
interpersonal dan bahasa madura

Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003


Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
3.2.2 Tujuan jangka pendek
Tabel 3.5 Tujuan Jangka Pendek Program Kemitraan Dukun Bayi dengan Bidan
No. Kegiatan Tujuan Jangka Pendek
1. Membangun relasi kerja bidan dan dukun Meningkatkan kerjasama
antara bidan dan dukun
dalam pelayanan persalinan
2. Pelatihan dukun untuk perawatan pasca Meningkatkan alih peran
persalinan dukun dari penolong
persalinan menjadi mitra

27
bidan dalam merawat ibu
nifas dan bayi
3. Pelatihan bidan tentang komunikasi Meningkatkan keterampilan
interpersonal dan bahasa madura bidan dalam komunikasi
interpersonal dan bahasa
Madura
Sumber: Rencana Usulan Kegiatan
3.3 Analisis Kebutuhan Sumber Daya
Telah dijelaskan bahwa program yang diusulkan pada rencana usulan
kegiatan untuk Kemitraan Dukun Bayi dan Bidan di Desa Blado Kulon adalah:
1. Pertemuan dukun bayi dan bidan desa
2. Pelatihan dukun tentang perawatan pasca persalinan
3. Pelatihan bidan tentang komunikasi interpersonal dengan Bahasa
Madura
Dari program-program tersebut tentunya diperlukan beberapa sumber daya
agar terlaksananya program secara baik. Sumber daya yang dibutuhkan pada
program tersebut adalah:
1) Pertemuan dukun bayi dan bidan desa
a. Sumber daya manusia
1. Kepala Puskesmas Kecamatan Tegal Siwalan
2. Kepala staf KIA Puskesmas Kecamatan Tegal Siwalan
3. Bidan Desa Blado Kulon
4. Dukun bayi di Desa Blado Kulon.
b. Sarana dan prasarana
1. Gedung/aula tempat pertemuan
2. LCD proyektor
3. Laptop
4. Microphone
5. Kursi
6. Meja
c. Teknologi

28
Teknologi yang dibutuhkan yaitu LCD proyektor, laptop, dan
microphone.
2) Pelatihan dukun tentang perawatan pasca persalinan
a. Sumber daya manusia
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo
2. Kepala koordinator KIA Kabupaten Probolinggo
3. Kepala Puksesmas Kecamatan Tegal Siwalan
4. Dukun bayi desa Blado Kulon.
b. Sarana dan prasarana
1. Gedung/aula tempat pertemuan
2. LCD proyektor
3. Laptop
4. Microphone
5. Kursi
6. Meja
7. ATK
c. Teknologi
Teknologi yang dibutuhkan yaitu LCD proyektor, laptop, dan
microphone.
3) Pelatihan bidan tentang komunikasi interpersonal dengan Bahasa
Madura
a. Sumber daya manusia
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo
2. Kepala koordinator KIA Kabupaten Probolinggo
3. Kepala Puksesmas Kecamatan Tegal Siwalan
4. Guru bahasa daerah (pengajar Bahasa Madura)
5. Bidan Desa Blado Kulon
b. Sarana dan prasarana
1. Gedung/aula tempat pertemuan
2. LCD proyektor
3. Laptop

29
4. Microphone
5. Kursi
6. Meja
7. ATK
c. Teknologi
Teknologi yang dibutuhkan yaitu LCD proyektor, laptop, dan
microphone.
3.4 Perencanaan Penganggaran Program
Dari Rencana Usulan Kegiatan yang telah dijelaskan sebelumnya, diketahui
bahwa program Kemitraan Dukun Bayi dan Bidan Desa Blado Kulon memiliki
beberapa poin penting sebagai kebutuhan utama agar terlaksananya program
dengan efektif sehingga menghasilkan output yang efisien. Diperlukan adanya
perencanaan anggaran agar kebutuhan dari program tersebut dapat terpenuhi.
Perencanaan anggaran yang dibuat pun harus berdasarkan program yang akan
dilaksanakan sehingga perlunya transparansi dana yang sesuai dengan kebutuhan
program.

30
Kegiatan Tujuan Sasaran Kebutuhan Status Biaya Waktu Pelaksanaan Penanggung Jawab
Beli Sewa
Relasi kerja Meningkatkan Bidan dan  Gedung pertemuan √ - Rabu, 19 November Koordinator KIA
bidan dan kerjasama Dukun bayi  LCD proyektor √ - 2014 Puskesmas
dukun bayi antara bidan se-  Laptop √ - Kecamatan Tegal
dan dukun Kecamatan  Microphone √ - Siwalan
bayi dalam Tegalsiwalan  Kursi √ -
pelayanan  Meja √ -
persalinan √ 20xRp1.000= Rp 20.000
 Undangan 20 orang
(10 dukun bayi dan
10 bidan desa)
√ 30xRp7500= Rp Rp225.000
 Konsumsi 30 orang
(Dukun bayi, Bidan
desa, Koordinator
KIA Puskesmas,
Kepala Puskesmas)
Pelatihan Meningkatkan Dukun bayi  Gedung pertemuan √ - Rabu, 26 November Koordinator KIA
dukun tentang alih peran se-  LCD proyektor √ - 2014 Puskesmas

31
perawatan dukun dari Kecamatan  Laptop √ - Kecamatan Tegal
pasca penolong Tegalsiwalan  Microphone √ - Siwalan
persalinan persalinan  Kursi √ -
menjadi mitra  Meja √ -
bidan dalam  Undangan 10 orang √ 10xRp1.000= Rp 10.000
merawat ibu dukun bayi
nifas dan bayi  Konsumsi 25 orang √ 25xRp7.500= Rp Rp187.500

(Dukun bayi,
Koordinator KIA
Puskesmas, Kepala
Puskesmas
Kecamatan, Kepala
Dinkes Kabupaten)
√ 15xRp2.000= Rp 30.000
 ATK 15 orang
√ 15xRp5.000= Rp75.000
 Souvenir 15 orang
Pelatihan Meningkatkan Bidan desa  Gedung pertemuan √ - Sabtu, 29 November Koordinator KIA
bidan tentang keterampilan se-  LCD proyektor √ - 2014 Puskesmas
komunikasi komunikasi Kecamatan  Laptop √ - Kecamatan Tegal

32
interpersonal interpersonal Tegalsiwalan  Microphone √ - Siwalan
dengan Bahasa dan Bahasa  Kursi √ -
Madura Madura  Meja √ -

 Undangan 10 orang √ 10xRp1.000= Rp 10.000

bidan desa
 Konsumsi 25 orang √ 25xRp7.500= Rp Rp187.500

(Bidan desa, Guru


Bahasa daerah,
Koordinator KIA
Puskesmas, Kepala
Puskesmas
Kecamatan, Kepala
Dinkes Kabupaten)
 ATK 15 orang √ 15xRp2.000= Rp 30.000
√ 15xRp5.000= Rp75.000
 Souvenir 15 orang

33
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penganggaran (budgeting) adalah suatu proses yang dilakukan pada
perencanaan suatu program pada suatu organisasi yang meliputi penyusunan
rencana, pengumpulan data, implementasi, dan evaluasi yang diwujudkan dalam
bentuk nilai mata uang (rupiah). Langkah penyusunan anggaran yang pertama
adalah analisis situasi yang didalamnya sudah ditetapkan program yang akan
dilaksanakan yaitu kemitraan dukun bayi dan bidan desa, kedua menentukan
jumlah dan jenis sumber daya yang didalamnya terdapat sumber daya man,
money, dan material yang akan digunakan, dan langkah terakhir yaitu menetapkan
anggaran yang sudah jelas berapa biaya yang dikelaurkan untuk satu program.
4.2 Saran
Saran yang sebaiknya dilaksanakan untuk mahasiswa kedepannya adalah
lebih memahami lebih rinci tentang anggaran kesehatan di suatu puskesmas atau
wilayah kesehatan tertentu sehingga dapat diketahui biaya yang dikeluarkan untuk
satu program kesehatan pada puskesmas di wilayah kerja puskesmas tersebut.

34
DAFTAR PUSTAKA

Supriyanto, S dan Nyoman. 2007. Perencanaan & Evaluasi. Surabaya. Airlangga


University Press.
Venni Avionita. Jurnal Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah.
Ni Made Citra Dewi. Jurnal Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Senjangan
Anggaran dengan Budgetary Control dan Komitmen Organisasi sebagai
Variabel Pemoderisasi.

35

Anda mungkin juga menyukai