Manajemen strategis merupakan suatu filosofi, cara berpikir dan cara mengelola
organisasi. Manajemen strategis tidak terbatas pada bagaimana mengelola
pelaksanaan kegiatan di dalam organisasi, tetapi juga bagaimana mengembangkan
sikap baru berkaitandengan perubahan eksternal. Pemahaman mengenai makna
manajemen strategis tidak hanya terbatas pada aspek pelaksanaan rencana, teapi lebih
jauh lagi ke aspek visi, misi, dan tujuan kelembagaan.
Secara singkat, beberapa penulis seperti Duncandkk (1995), Truitt (2002), dan
Katshioloudes (2002) mengambbarkan manajemen strategis sebagai langkah-langkah
para emimpin organisasi melakukan berbagai kegiatan secara sistematis. Langkah-
langkah tersebut antara lain melakukan analisis lingkungan organisasi yang memberi
gambaran mengenai peluang dan ancaman. Kemudian langkah berikutnya melakukan
analisis kekuatan dan kelemahan organisasi dalam konteks lingkungan internal. Kedua
langkah ini dilakukan dalam usaha menetapkan visi, misi dan tujuan organisasi.
Pernyataan misi merupakan hal utama dalam lembaga yang bersifat missiondriven
sehingga analisis lingkungan luar dan dalam lebih dipergunakan untuk menyusun
strategi. Langkah berikutnya adalah merumuskan strategi sesuai dengan kekuatan dan
kelemahan organisasi yang berada pada lingkungan yang mempunyai peluang atau
ancaman. Melaksanakan strategi merupakan bagian ddari manajemen strategis.
Pelaksanaan strategi tersebut akan dilaksanakan bersama dalam sistgem pengendalian
strategis untuk menjamin tercapainya analisis perubahan dan persiapan penyususnan,
diagnosis kelembagaan dan analisis situasi, formulasi strategi, pelaksanaan strategi
dan pengendalian strategi.
Fase ini merupakan suatu perencanaan yang berbasis pada forecasting atau
perkiraan. Kerangka waktu untuk perencanaan adalah 5 sampai 25 tahun ke depan.
Pada awalnya sistem perencanaan ini dilakukan berbasis pada extrapolasi-ekstrapolasi
data masa lalu. Akan tetapi ternyata keadaan lingkungan luar membuat berbagai
ekstrapolasi ini dapat meleset jauh.
Pada fase dengan sistem nilai ini, terjadi suatu keadaan dimana para manajer
mulai tidak percaya pada prediksi akibat kegagalan-kegagalan yang ada. para manajer
mulai mempelajari fenomena-fenomena ataupun keadaan-keadaan yang menyebabkan
suatu lembaga sukses atau gagal. Mereka kahirnya mempunyai suatu pemahaman
mengenai kunci-kunci sukses suatu lembaga. Dengan suatu kombinasi keahlian
analisis kekuatan dan kelemahan internal, dan komposisi produk dibandingkan dengan
pesaing dipacu untuk berfikir secara inovatif, dan bahkan cenderung bersifat abstrak
pada masanya, atau sulit diterapkan menjadi suatu rencana operasional. Keadaan ini
yang menjadi cikal bakal suatu sistem manajemen yang mengarah pada penciptaan
masa depan
4. Sistem Nilai yang menciptakan masa depan
3. Model P1 P2 P3
1. P1 = Perencanaan, berbentuk perencanaan tingkat puskesmas
2. P2 = Penggerakan Pelaksanaan, berbentuk Minilokakarya puskesmas
3. P3 = Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian, berbentuk Penilaian Kinerja
Puskesmas.
A. Kepemimpinan
Pelaksanaan 4 fungsi Puskesmas; yaitu (a) pusat pembangunan wilayah
berwawasan kesehatan, (b) pusat pemberdayaan masyarakat, (c) pusat pelayanan
kesehatan masyarakat primer dan (d) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer,
memerlukan pola kepemimpinan yang holistik, strategis, manajerial dan berkelanjutan
(sustainable leadership). Kepemimpinan holistik berarti kemampuan pimpinan
Puskesmas yang menjadi agent of change ditengah dinamika sosial masyarakat yang
dilayaninya. Pimpinan Puskesmas perlu memiliki ilmu dan ketrampilan dalam bidang
community development (pembangunan masyararakat), termasuk menggerakkan
semua elemen potensi masyarakat (modal sosial) dalam pembangunan kesehatan.
Pemimpin Puskesmas perlu memiliki kemampuan melakukan advovacy kepada aparat
pemerintah kecamatan, desa, organisasi sosial dan keagamaan, sektor usaha swasta,
dll tentang perlunya wawasan kesehatan dalam kegiatan pembangunan sosial-ekonomi
di wilayah kerja Puskesmas bersangkutan.
Kepemimpinan strategis berarti kemampuan memberikan respons yang tepat
dan cepat terhadap turbulensi perubahan lingkungan yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas, termasuk perubahan sosial, ekonomi, demografi, ekologi, dll. Kepemipinan
Puskesmas perlu memiliki kemampuan mengidentifikasi resiko-resiko kesehatan serta
dampak kebijakan pembangunan terhadap kesehatan penduduk serta merumuskan
intervensi strategis untuk mengatasi resiko dan dampak tersebut. Kepemimpinan
manajerial berarti kemampuan menggerakkan manajemen program kesehatan sesuai
dengan standar program yang ada, serta menggerakkan SDM Puskesmas
melaksanakan standar program tersebut dengan tehnik motivasi, komunikasi dan
supervisi yang efektif.
Kepemimpinan berkelanjutan berarti adanya kesempatan pemimpin Puskesmas
menjalin hubungan pribadi dan sosial dengan staf Puskesmas, aparat pemerintahan di
kecamatan serta dengan masyarakat yang dilayaninya. Menurut pengalaman empiris
(penugasan di Puskesmas selama 5 tahun dalam kebijakan masa lalu), masa lima
tahun adalah waktu minimal yang diperlukan untuk menjamin kepemimpinan
berkelanjutan tersebut.Kemampuan kepemimpinan holistic, strategis dan manajerial
tersebut diberikan dalam bentuk pelatihan kepemimpinan bagi SDM Puskesmas.