CASE 4
Kelompok Tutorial 7
Puji serta syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas laporan kami. Meskipun
terdapat beberapa kendala pada saat proses pengerjaannya, kami tetap tidak patah
semangat. Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu kami dalam bentuk dukungan, ide, dan materi dalam proses
Kami menyadari bahwa laporan yang kami susun ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya masukan serta saran yang
membangun, khususnya dari para pembaca. Dengan tersusunnya laporan ini, kami
harap para pembaca dapat menambah wawasan ilmu dan informasi yang berguna.
ii
DAFTAR ISI
iii
2.6.3 Gambaran klinis Maloklusi Klas II divisi 2 ......................................40
2.6.4 Klasifikasi Maloklusi ........................................................................41
2.6.5 Klasifikasi Kelas II Angle.................................................................42
2.6.6 Faktor Predisposisi Maloklusi Kelas II .............................................44
2.6.7 Tatalaksana .......................................................................................47
2.6.8 Komplikasi Maloklusi Kelas II .........................................................49
2.7 Analisis Cephalometric .......................................................................50
2.7.1 Analisis Down...................................................................................50
2.7.2 Analisis Steiner .................................................................................58
2.7.3 Analisis Wits .....................................................................................60
KESIMPULAN KASUS .......................................................................62
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................63
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
PENDAHULUAN
Bagian I
yang tidak beraturan, gigi depannya patah seerta kondisi gusi yang bengkak dan
mudah berdarah sejak satu tahun lalu. Pasien mengingkan agar giginya dirawat agar
Bagian II
lapangan basket sekolah. Gigi seri pertama kirinya paha 2/3 mahkota. Telah
dilakukan perawatan saluran perawatan syaraf pada gigi yang patah. Sekarang
giginya ingin dirawat karena mengganggu rasa percaya iri dan tidak ingin dijadikan
7
3. Gigi depan patah (I1) 2/3
mahkota dan telah dilakukan
perwatan syaraf
4. Kondisi gusi yang bengkak dan
mudah berdarah sejak satu
tahun lalu.
5. Riwayat medis: kondisi
kesehatan pasien baik
6. EO: Pasien sehat, TAK. TMJ
dan pergerakan mandibula
normal
7. IO: OH buruk, gusi tampak
oedem diseluruh regio bukal
dan labial RA RN, namun tidak
ada kegoyangan gigi. Gigi 21
patah 2/3 mahkota.
8. Radiologi :cepalometri kelas 2
8
6. Apakah yang dimaksud dengan maloklusi
kelas 2?
- Etiologi
- Klasifikasi
- Tanda dan gelaja klinis
- Faktor Predisposisi
- Komplikasi
- Tatalaksana
7. Apa itu analisis cephalometic?
1.3 Mekanisme
- Etiologi
- Klasifikasi
- Faktor Predisposisi
9
- Tatalaksana
3. Apakah terdapat hubungan antara crowding dengan fraktur gigi dan gingivitis?
- Definisi
- Etiologi
- Klasifikasi
- Tatalaksana
- Definisi
- Etiologi
- Klasifikasi
- Tatalaksana
- Etiologi
- Klasifikasi
- Faktor Predisposisi
- Komplikasi
- Tatalaksana
10
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gingivitis
2.1.1 Definisi
Initial lesion berkembang dalam 2-4 hari setelah akumulasi plak. Manifestasi
pertama dari inflamasi gingiva adalah perubahan vaskular yang terdiri dari dilatasi
kapiler dan peningkatan aliran darah sehingga menyebabkan neutrofil dan monosit
kemotaksis, yaitu produk bakteri dalam sulkus gingiva. Perubahan terjadi sebagai
11
Gambar II-1 Stages of Gingivitis
Early lesion diketahui berkembang sekitar 1 minggu setelah akumulasi plak dan
neutrofil meningkat signifikan. Tipe sel infiltrasi yang paling banyak ditemukan
adalah neutrophil dan limfosit dan neutrophil bermigrasi melalui jaringan ke dalam
Destruksi kolagen terjadi pada area apikal dan lateral pada junctional dan sulcular
epithelium. Sel basal struktur epitel ini mulai berproliferasi pada area collagen-
12
Gambar II-2 Gambaran Histologi Gingivitis
Penampilan gingiva terlihat sedikit membengkak sebagai hasil dari edema dari
jaringan gingiva dan sulkus gingiva terlihat sedikit lebih dalam. The early gingival
lesion dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama atau berprogres lebih lanjut.
Tahapan ini umumnya disebut sebagai gingivitis kronis. Progres dari early lesion
sampai ke established lesion bergantung pada banyak faktor, seperti kuantitas plak,
faktor kerentanan host dan risk factor baik dari lokal maupun sistemik.
13
Pada tahapan ini, sel-sel plasma mendominasi dan jumlah signifikan sel
terus terjadi dengan proliferasi berlanjut pada epithelium menuju ke ruang jaringan
ikat. Neutrofil berakumulasi pada jaringan dan melepaskan konten lisosom secara
membentuk poket epitel yang mengandung banyak neutrophil serta tidak menempel
kuat pada permukan gigi. Poket ini dapat terulserasi dan kurang mampu menahan
Perubahan inflamasi ini masih reversibel jika kontrol plak efektif dilakukan.
pasien agar dapat menjaga kesehatan mulutnya. Hal ini merupakan tindakan
preventif untuk mencegah berbagai penyakit pada rongga mulut, seperti karies,
penyakit periodontal, dan halitosis. Hal yang dapar dilakukan untuk menjaga
14
rongga mulut adalah menyikat gigi, dental flossing, diet yang baik, berkumur dan
rongga mulut. Hal yang dilakukan adalah sikat gigi 2 kali sehari, silat
3. Berkumur
4. Regular check up
mulut.
rongga mulut karna rahang yang kecil sehingga tidak cukup menampung gigi, atau
15
sebaliknya ukuran gigi yang terlalu besar sehingga posisi gigi menjadi berdesakan
atau berjejal. Kondisi dimana gigi berdesakan merupakan salah satu faktor pemicu
terjadinya gingivitis pada anak-anak. Sisa makanan yang tersangkut pada gigi yang
Apabila penyikatan gigi tidak dilakukan dengan baik dan benar maka sisa makanan
Gigi berjejal anterior rahang atas dan rahang bawah merupakan salah satu
faktor resiko terjadinya gingivitis. Hal ini dapat disebabkan oleh karena pada saat
pembersihan gigi atau menyikat gigi, sikat gigi sulit mejangkau sisa makanan yang
menempel pada daerah interdental gigi yang berjejal hal ini mengakibatkan
makanan tersebut tidak keluar dan masuk ke dalam gingiva gigi, sehingga
menyebabkan gingivitis.
Begitu juga halnya dengan gigi yang mengalami fraktur. Gigi yang
makanan. Jika pasien tidak memiliki oral hygiene yg baik maka dapat menyebabkan
gingivitis.
Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dental atau patah gigi
merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya
16
disebabkan oleh trauma atau benturan. Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan
(melibatkan chipping dari lapisan gigi terluar yang disebut email dan dentin) sampai
2.4.1 Etiologi
dental adalah benturan atau trauma terhadap gigi yang menimbulkan disrupsi atau
kerusakan email, dentin, atau keduanya. Disamping itu, faktor lain yang
kehilangan sebagian besar struktur gigi, paparan email gigi terhadap suhu ekstrim,
tambalan pada gigi, gigi pasca rawatan endodontik dan kesalahan dokter gigi.
a. Trauma
Dalam satu penelitian yang dilaku oleh Schwartz, katakan selama masa
remaja, cedera olahraga merupakan kasus yang umum namun pada usia dewasa,
kasus seperti cedera olahraga, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan industri, dan
yang melibatkan kontak fisik merupakan penyebab umum fraktur dental, seperti
sepakbola dan bola basket. Olahraga tanpa kontak fisik seperti berkuda terdapat
menyebabkan fraktur dental. Benturan atau trauma, baik berupa pukulan langsung
terhadap gigi atau berupa pukulan tidak langsung terhadap mandibula, dapat
17
itu, tekanan oklusal yang berlebihan terutama terhadap tumpatan yang luas dan
Keparahan fraktur bisa hanya sekedar retak saja, pecahnya prosesus, atau
sampai lepasnya gigi yang tidak bisa diselamatkan lagi. Trauma secara langsung
kebanyakan mengenai gigi anterior, dan karena arah pukulan mengenai permukaan
horizontal atau miring. Pada fraktur yang lain, tekanan hampir selalu mengenai
b. Kebiasaan Buruk
banyak orang menggunakan gigi mereka sebagai alat pembuka botol dan kemasan
plastik atau mencabut label harga pada baju. Kebiasaan ini dapat menyebabkan efek
traumatis pada gigi, melemahkan tepi gigi bahkan bisa menyebabkan maloklusi.13
Menggigit pensil atau pulpen juga merupakan kebiasaan yang paling sering
dilakukan oleh banyak orang. Sama halnya dengan mengunyah es batu, menggigit
benda keras bisa menyebabkan email gigi mengalami penipisan dan fraktur.
minuman dingin. Bentuknya yang keras dan temperatur dingin dari batu es,
18
Kehilangan bagian email dan dentin gigi umumnya disebabkan oleh kondisi
karies yang meluas. Gigi yang mengalami karies yang meluas akan mengurang
kekuatan gigi untuk menahan daya untuk kegiatan harian terutama mengunyah
yang menyebabkan gigi lebih rentan fraktur. Karies pada gigi yang meluas pada
d. Suhu Ekstrim
Orang yang mepaparkan email gigi kepada suhu ekstrim seperti makan
makanan panas kemudian minum air es. Perlakuan ini melemahkan email gigi dan
e. Tambalan
Salah satu kebiasaan yang terjadi fraktur adalah ketika gigi mempunyai
tambalan yang besar. Kekuatan gigi yang rendah disebabkan oleh bahan tambalan
gigi yang tidak sama kuat dibandingkan dengan email atau dentin, dapat
Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar dan diisikan dengan gutta
perca atau pasak akan mempunyai resiko fraktur yang sangat tinggi dibandingkan
19
dengan gigi yang asli. Waktu gigi dipreparasi untuk diisi akan menyebabkan
struktur gigi menjadi lemah dan lebih mudah fraktur. Penggunaan sekrup dan post
adalah aspek lain dari fraktur akar gigi karena efek tolak-menolak (wedging). Post
runcing dan berulir lazimnya menghasilkan kejadian fraktur akar tertinggi, diikuti
diagnosis yang tepat. Haruslah dokter gigi melakukan anamnesis terhadap pasien
supaya mengetahui riwayat medis pasien dan dapat memberikan rawatan yang
Sikap seseorang dokter juga sangat penting bila memberikan diagnosis dan
rawatan kepada pasien. Dokter harus sabar dan penuh semangat untuk memberikan
rawatan yang terbaik kepada pasien. Keadaan seperti pemilihan instrumen waktu
ekstraksi gigi, tang yang diguna harus sesuai dengan gigi yang diekstraksi supaya
2.4.2 Klasifikasi
Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi trauma pada gigi anterior menurut
b. Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan
20
c. Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
d. Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan
e. Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.
h. Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang
menyebabkan fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada tempatnya dan
i. Kelas 9: kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi depan.
Penangan restorasi pada gigi fraktur sangat berganutng pada jenis fraktur
yang terjadi pada gigi tersebut. Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam
kelainan akibat trauma gigi anterior. Klasifikasi trauma gigi yang telah diterima
secara luas adalah klasifikasi menurut Ellis dan Davey (1970) dan klasifikasi yang
email.
21
• Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan
jaringan dentin
menyebabkan
• terbukanya pulpa.
• Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital
dengan atau
avulsi.
• Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung.
Stomatology diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi jaringan
22
• Fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture),
yaitu suatu
mahkota gigi yang hanya mengenai email dan dentin saja tanpa
melibatkan pulpa.
Pada fraktur ini akan tampak sedikit bagian email hilang. Tidak semua
fraktur email dilakukan penambalan oleh karena pada beberapa kasus batas sudut
Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa tindakan agar nekrosis pulpa tidak terjadi.
23
Pemberian kalsium hidroksida pada dasar kavitas gigi dan penutupan email
dalam NaCl fisiologis bila tidak dapat dliakukan tindakan secara langsung.
fraktur.
dam.
24
5) Lakukan etsa kira-kira 2-3 mm pada email permukaan fraktur lalu
Fraktur ini melibatkan email dan dentin dengan disertai terlibatnya sedikit
perawatan yang dapat dilakukan adalah direct pulp capping dan pulpotomi parsial.
lukasi yang disertai kerusakan pada suplai darah di daerah apeks, bagian
pulpa terbuka kurang dari 1 mm, jarak waktu antara terbukanya pulpa dan
perawatan kurang dari 24 jam, dan restorasi yang akan dibuat dapat
25
2) Bersihkan permukaan fraktur menggunakan cotton pellets lembab
pellets steril.
2. Pulpotomi parsial
bawah daerah tereksponasi. Indikasi perawatan ini adalah untuk gigi yang
air.
26
6) Pertahankan hemostasis menggunakan irigasi NaCl fisiologis
tekanan ringan .
Restorasi mahkota pasak, adalah suatu restorasi untuk memugar gigi yang
sudah sangat luas. Pada gigi yang telah dirawat endodontik, bagian mahkota
menjadi lemah oleh karena kontinuitas jaringan dentin terputus akibat pembuangan
jaringan. Sehingga untuk mengganti strukrur yang lemah itu digunakan restorasi
3. Jaringan akar masih padat dan keras dan dinding saluran akar cukup
tebal.
27
4. Pengisian saluran akar yang lengkap sampai di ujung akar.
1. Indikasi
• Gigi pasca PSA dengan mahkota yang sudah rusak dan tidak dapat
2. Kontra Indikasi
28
2.4.4.2 Konstruksi Mahkota Pasak
1. Bentuk Preparasi
29
Gambar II-8 Preparasi Seat
mesio-servikal.
30
3. Pembentukan Saluran Akar
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan preparasi saluran akar untuk
penempatan pasak:
3. Diameter preparasi saluran akar untuk pasak adalah 1/3 diameter akar gigi.
31
2.4.4.4 Pembuatan model inti pasak direct
reparasi pasak
• Setelah itu sprue dipasang dari kawat yang dipanasi terlebih dahulu. Arah
sprue diusahakan sejajar dengan arah gigi. Sprue diberi tanda dengan
model malam baik,maka model ditanam dalam model dan dicor dengan
logam
32
Gambar II-10 Sementasi Inti Pasak
Gigi berjejal merupakan keadaan berjejalnya gigi di luar susunan gigi yang
normal. Ditinjau dari segi permasalahan gigi berjejal dikategorikan menjadi dua
yaitu gigi berjejal simpel dan gigi berjejal kompleks. Gigi berjejal simpel artinya
dengan tidak disertai gangguan pada skeletal, muskular, atau fungsional okiusi.
Sedangkan gigi berjejal kompleks artinya gigi berjeial yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan skeletal, fungsi bibir dan lidah, dan distungsional oklusi yang
(Malik Isnaniah,2008).
33
Gigi berjejal anterior dan posterior adalah gigi yang memiliki enyimpangan
posisi mahkota gigi termasuk gigi yang tumpang tindih, gigi berkelompok, rotasi
dan gigi yang tidak terletak pada lengkung gigi (Sasea et al, 2013).
2.5.1 Etiologi
• Faktor genetik.
• Faktor kongenital
• Penyakit thalasemia
penyangga gigi. Rahang bawah pendek sehingga muka bagian atas tampak
34
muka lebih cembung. Wajah tidak proporsional, pipi lebih tinggi, jarak
Gigi berlebih tersebut timbul dalam lengkung gigi akan menyebabkan gigi
berjejal (crowding).
Gigi permanen yang tanggal dengan cepat dan tidak diganti segera dengan
protesa akan menyebabkan gigi lainnya mengisi ruangan kosong bekas gigi
Misalnya ada gigi permanen yang makrodontia ada juga yang mikrodontia
atau bisa saja jika ukuran gigi besar dan rahang kecil, hingga gigi berjejal.
35
Kebiasaan-kebiasaan buruk, antara lain: Bernapas lewat mulut, menghisap
jari, proses penelanan yang salah, minum susu dengan botol dot menjelang
tidur, menggigit pensil atau membuka jepit rambut dengan gigi, meletakkan
lidah di antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah dll.
gigi dan ruang yang tersedia untuk gigi tersebut tanpa komplikasi skeletal,
Treatment
• Non-Ekstraksi
setup.
• Ekstraksi
36
Treatment planning : penentuan gigi yang akan diekstraksi dan pergerakan
gigi yang diperlukan untuk penentuan posisi dan penutupan ruang residual
setelah penyejajaran.
Penatalaksanaan
• Pada usia pergantian gigi susu dan gigi tetap bila terdapat tanda-tanda akan
Pada kasus-kasus gigi berjejal pada usia muda yang terjadi karena
memaksimalkan perkembangan rahang dengan suatu alat yang dipakai di dalam dan
37
Pada kasus yang complicated hanya dilakukan oleh seorang dokter gigi
spesialis orthodonti. Perawatan ini hanya dilakukan pada waktu tertentu saja yakni
saat terjadi Growth Spurt. Bila usia growth spurt telah lewat → perbaikan rahang
tidak dapat lagi dilakukan, kecuali dengan pembedahan rahang saat dewasa, atau
Penanganan gigi untuk kasus dental adalah dengan alat orthodonti Alat
orthodonti ada dua macam → orthodonti lepasan dan alat orthodonti cekat.
Alat lepasan dipakai terbatas untuk kasus yang sederhana sedangkan alat
orthodonti cekat dapat dipakai untuk kasus mudah dan sulit. Pemakaian alat
orthodonti umumnya dipakai pada saat gigi tetap sudah tumbuh semua (sekitar usia
15 tahun) dan batas maksimal usia tidak terbatas selama keadaan gigi serta tulang
dari beratnya kasus. Untuk kasus yang sedang umumnya berkisar antara 1-2 tahun,
dengan kontrol rutin ke dokter gigi setidaknya sebulan sekali untuk mengencangkan
kawat.
Maloklusi adalah suatu bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar
yang diterima sebagai bentuk normal. Oklusi dikatakan normal jika susunan gigi
dalam lengkung teratur baik serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi atas
38
2.6.1 Definisi maloklusi kelas 2
molar dimana cusp disto-buccal dari molar permanen pertama maksila beroklusi
mandibula.
39
• Adanya gigitan dalam
• Gigi insisivus mandibula yang supraversi, dan jika dalam keadaan oklusi
insivus maksila.
• Gummy smile.
• Overjet kecil.
40
• Gigitan dalam.-
• Bibir biasanya kompeten dengan garis bibir bawah yang lebih tinggi.
Golongan Maloklusi
• maloklusi bersifat dental, satu gigi atau lebih dalam satu atau dua rahang dalam
karena prematur loss, tambalan kurang baik, ukuran gigi lebih besr, sehingga
41
2.6.4.2 Skeleto Dental displasia
Tidak hanya giginya yang abnormal, tetapi dapat terjadi keadaan yang tidak
normal pada hubungan rahang atas terhadap rahang bawah, hubungan rahang
terhadap kranium, fungsi otot dapat normal atau tidak tergantung macam kelainan
pada :
a. Hubungan anteroposterior rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kranium.
Tanda-tanda :
42
c. Lengkung gigi di mandibula dan mandibulanya sendiri terletak dalam
hubungan yang lebih ke distal terhadap lengkung gigi di maksila sebanyak 1’2
b. Kelas II Angle Divisi 2 : Jika gigi-gigi anterior di rahang atas inklinasinya tidak
Disebut sub divisi bila kelas II hanya dijumpai satu sisi atau unilateral.
43
2.6.6 Faktor Predisposisi Maloklusi Kelas II
dapat lebih fokus pada pencegahan kondisi ini dan yang terkait kelainan
Grigore, & Popa, 2008). Diperkirakan dua pertiga dari 25.000 gen manusia
Nieminen et al., 2011). Sel-sel krista neural dianggap dikendalikan oleh gen
hidung dan tulang brankas tengkorak. Gen-gen Homeobox, khususnya Msx-1 dan
Msx-2, mengatur ekspresi melalui protein dalam keluarga faktor pertumbuhan dan
superfamili steroid / tiroid / asam retinoat. Gangguan dan kontrol yang buruk dalam
migrasi sel krista neural dapat menghasilkan kelainan dentoalveolar dan banyak
(Mossey, 1999a; Proffit, Fields, & Sarver, 2007). Kelainan lain pada tahap
kraniofasial (Proffit, Fields, & Sarver, 2007). Gangguan pada proses embriologis
dapat menyebabkan gigi yang hilang atau cacat, bibir sumbing dan langit-langit
44
Ionescu et al. mengusulkan agar lingkungan memainkan peran besar dalam
pengunyahan, kelainan pada fungsi normal seperti bernafas, menelan dan berbicara,
dan kebiasaan yang merusak termasuk menghisap ibu jari, mengisap bibir atau
abnormal (Proffit, Fields, & Sarver, 2007). Penyakit kronis, kelaparan yang
berkepanjangan, dan stres yang berlebihan adalah faktor lain yang dapat
Maloklusi kelas II. Studi pasien Kelas II divisi 1 telah menunjukkan hal ini kondisi
menyiratkan bahwa sejumlah gen dengan efek aditif kecil memberikan genetik
Ada kontribusi lingkungan yang pasti terhadap maloklusi ini sebagai baik. Tekanan
otot yang berbeda, termasuk lidah dan bibir, dapat meningkat proklinasi gigi seri
rahang atas atau gigi seri bawah retrocline, menciptakan horizontal yang lebih besar
jarak antara gigi seri rahang atas dan rahang bawah, juga dikenal sebagai
45
Pasien kelas II divisi 2 memiliki karakteristik yang lebih dapat didefinisikan
genetik yang lebih jelas daripada Kelas II pasien divisi 1 (Mossey, 1999b). Bibir
atas dan bawah yang lebih tebal ditemukan di Kelas II pasien divisi 2 dibandingkan
dengan kontrol Kelas I (McIntyre & Millett, 2006). Tambahan, subjek Kelas II
divisi 2 memiliki kontak bibir bawah yang lebih besar dan dengan demikian
meningkatkan istirahat tekanan pada gigi seri atas daripada kontrol. Ini bisa menjadi
efek sebab akibat di memproduksi retraksi gigi seri atas dan dapat menjadi
menyimpang pola menelan adalah faktor lokal yang sering dikaitkan dengan inisiasi
Kelas II divisi 1 maloklusi atau yang dapat memperburuk maloklusi yang sudah
ada. Untuk berhasil mengobati kasus-kasus ini dan mencegah kekambuhan faktor-
faktor lokal ini harus dihilangkan (Smith, 1938). Selain itu, faktor apa pun yang
mengganggu jalur nasofaring, termasuk alergi atau kelenjar gondok yang membesar
46
2.6.7 Tatalaksana
kelas II ialah dengan meretraksi gigi anterior maksila untuk mengurangi overjet.
Perawatan lain yang dapat dilakukan pada orang dewasa biasanya dengan ekstraksi
crowding pada gigi anterior serta perbaikan bentuk lengkung,. Perawatan ini
dicetuskan pada tahun 1880, namun ditentang oleh Angle yang menyatakan bahwa
menggunakan elastic band dari gigi anterior maksila ke gigi posterior mandibula.
kaninus kelas I dapat tercapai.Untuk mendapatkan hubungan yang tepat pada relasi
Intrusi gigi insisivus atas atau bawah merupakan salah satu metode yang
antara lain:
dimana pada perempuan dari usia 11-15 tahun sedangkan laki-laki dari usia
13-18 tahun. Metode ini dapat dilakukan dengan penggunaan extra oral
47
alat yang dapat menginisiasi pertumbuhan mandibula. Alat tersebut disebut
b. Extraoral traction pada dagu: terdapat cup pada dagu untuk mencegah
wajah.
Skeletal dysplasia diakibatkan karena fungsi abnormal bibir dan lidah. Pada
berlebihan dengan cara mengatur laju erupsi dari gigi, sehingga posisi gigi
48
Tujuan dilakukannya perawatan pada maloklusi angle kelas II antara lain:
1. Deep bite yang dalam dapat mengakibatkan trauma pada jaringan lunak,
2. Overjet yang besar mengakibatkan rahang atas terlihat maju sehingga tidak
terlihat estetik
49
2.7 Analisis Cephalometric
Analisis cephalometric yang akan dijelaskan pada kasus ini yaitu, analisis
William Down pada tahun 1948. Dasar dari analisis ini adalah penelitian dengan
oklusi ideal. Menurut Down secara umum posisi mandibula dapat digunakan untuk
menentukan keseimbangan wajah. Profil wajah yang ideal adalah profil harmonis
50
4 Mandibular Plane LBM - Menton
51
Y-Axis
Dental
bidang AP
Parameter skeletal
1. Facial Angle
bidang FH dengan rata- rata sudut 87,8 o (±3,6 o). Sudut ini untuk mengukur derajat
retrusi atau protrusi rahang bawah terhadap wajah bagian atas. Dagu yang protruded
sudutnya lebih besar dari dagu yang retruded. Sering ditemukan pada pasien
52
2. Angle of convexity
Sudut konveksitas dibentuk oleh pertemuan garis titik N ke titik A lalu ke titik
Pogonion (N-A-Pg), Sudut ini dibaca dengan tanda plus atau minus dengan nilai
tengah 0. Jika garis pogonion-A mengalami perluasan dan terlokasi anterior dari
garis N-A, maka sudut dibaca positif, menunjukkan prominensi basis gigi maksila
menunjukkan profil prognathic atau Class III. Rentang sudut -8,5o sampai +10o
Titik dari poin A-B ke Nasion- pogonion. Sudut rata- rata -4,6° (-9 ke 0)
53
Indikasi hubungan maksila mandibula terhadap facial plane. Apabila poin
4. Y- Axis
Sudut yang pertemuan Sella Gnathion terhadap FHP. Sudut rata-rata 59 (53-
5. Sudut Mandibula
54
Sudut ini digunakan untuk melihat hubungan antara bidang Frankfurt
grup kontrol dengan hubungan gigi-geligi yang baik, sudut yang dibentuk
oleh dua bidang ini bervariasi antara 28 sampai dengan 17. Rata-rata sudut
ini adalah 21,9. Jika sudut fasial bertambah kecil, dagu lebih kedepan.
Parameter Dental
Merupakan garis biseksi antara cusp molar pertama dan insisal edge. Pada kasus
bidang oklusal dari cusp premolar dan molar. Pengukuran ini mengukur kemiringan
bidang oklusal terhadap bidang FHP, ketika bagian anterior bidang lebih rendah
daripada anterior, maka sudut menjadi positif. Sudut positif besar banyak
ditemukan pada Class II, begitupula sebaliknya. Ramus mandibular yang panjang
55
2. Incisor Mandibular Plane Angle
Sudut ini terbentuk dari interseksi perpanjangan sumbu axis insicivus bawah
bidang oklusal. Sudut positif meningkat ketika gigi mengalami inklinasi ke depan
(proklinasi), dan paling kecil pada kondisi Class II divisi 2 ketika insisif mengalami
retroklinasi. Reratanya adalah 14,5o dengan rentang +3,5o hingga +20o, standar
deviasi 3,5o.
56
4. Sudut Inter-Insisal
Sudut ini terbentuk dengan meneruskan garis dari insisal edge dan apeks akar
insisif satu maksila memotong insisif satu mandibula (dari insisal edge hingga
apeks). Sudut ini umumnya kecil pada pasien dengan tipping anterior pada insisif
57
Merupakan Sudut Pengukuran incisal edge maxillary central incisor terhadap
garis poin A-pogonion. Sudut rata-rata 2,7 mm (-1 sampai 5mm). Jarak ini positif
jika incisal edge berada di depan garis A-Pg dan negatif jika di belakang.
SNA : 82 ± 20 → normal
58
SNB: <780→ retrusi mandibula
140 → normal
320 → normal
59
• Jarak Pg-NB
laki-laki dewasa dan 25 wanita dewasa yang dipilih karena oklusinya yang sangat
baik.
sederhana, mudah, dan berguna, tapi tidak bisa menunjukkan hubungan rahang
menentukan bidang oklusal. Berikut ini adalah titik dan bidang dalam analisis Wits:
Bidang oklusal : garis yang ditarik dari puncak tertinggi molar ke insisal
gigi insisif
dari titik A dan B ke bidang oklusal saat oklusi dalam keadaan maksimal. Titik
60
pertemuan antara garis A dan B dengan bidang oklusal diberi nama AO dan BO.
laki-laki atau berimpit (0 mm) pada wanita, sedangkan pada kelainan skeletal
kelas II, titik BO terletak jauh di belakang titik AO. Pada kelainan skeletal kelas
> 1 mm Kelas II
61
KESIMPULAN KASUS
yang tidak beraturan, gigi depannya patah seerta kondisi gusi yang bengkak dan
mudah berdarah sejak satu tahun lalu. Tiga tahun lalu pasien terjatuh ketika
seri pertama kirinya paha 2/3 mahkota. Telah dilakukan perawatan saluran
perawatan syaraf pada gigi yang patah. Pasien mengingkan agar giginya dirawat
agar bisa percaya diri dan tidak dijadikan bahan ejekan lagi.
mengalami maloklusi kelas II. Gigi 21 pasien fraktur kelas 3 Ellis dan Davey karena
telah melibatkan pulpa dan telah dirawat. Kondisi oral hygiene pasien buruk, hal ini
62
DAFTAR PUSTAKA
63