Disusun Oleh :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Direktur Poltekkes Kemenkes Medan
KELOMPOK 6
Ketua : Deviati
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Kegiatan............................................................................................3
1. Tujuan Umum............................................................................................3
2. Tujuan Khusus...........................................................................................3
C. Manfaat Kegiatan..........................................................................................4
D. Gambaran Kasus...........................................................................................4
I. Identitas keluarga......................................................................................5
ii
B. Riwayat Masalah Keluarga...........................................................................9
D. Perumusan Masalah......................................................................................9
E. Prioritas Masalah.........................................................................................11
A. Rencana Tindakan.......................................................................................13
B. Implementasi...............................................................................................13
A. Pembahasan.................................................................................................15
1. Penyakit Jantung......................................................................................15
2. Penyakit Hipertensi.................................................................................16
3. Gizi Seimbang.........................................................................................19
BAB V PENUTUP.................................................................................................23
A. Kesimpulan.................................................................................................23
B. Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
DOKUMENTASI..................................................................................................25
iii
iv
DAFTAR TABEL
Table 1. Gambaran Kasus........................................................................................5
Table 2. Identitas Keluarga......................................................................................5
Table 3. Perumusan Masalah...................................................................................9
Table 4. Rencana pemeliharaan kesehatan pada keluarga oleh Tim Profesi.........11
Table 5. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan untuk diet
DASH.....................................................................................................................18
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Keadaan Rumah.....................................................................................6
Gambar 2. Gizi Seimbang......................................................................................19
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengambilan Data..............................................................................25
Lampiran 2. Leaflet dan Poster..............................................................................26
Lampiran 3. Kegiatan Intervensi............................................................................29
vii
ABSTRAK
Kerja praktek merupakan suatu kegiatan selama perkuliahan yang
menunjang mahasiswa dalam pembelajaran untuk terjun ke dalam dunia kerja
yang sebenarnya. PKL IPE IPC ini bertujuan untuk membekali mahasiswa
kemampuan praktik kolaborasi dan memberi pengalaman mempersiapkan diri
dalam menjalankan profesinya bekerjasama dengan profesi lain dalam
pemberdayaan kehidupan bermasyarakat. Pelaksanaan PKL IPE IPC dilaksanakan
pada tanggal 08-22 Maret 2022 yang dilakukan secara luring. Wawancara dan
analisis kasus merupakan metode yang digunakan dalam PKL IPE IPC. Dimana
perwakilan kelompok mahasiswa melakukan wawancara terhadap responden
secara langsung dan mengambil permasalahan kesehatan yang dialami keluarga
responden untuk dianalisis lebih lanjut bersama kelompok mahasiswa. Hasil PKL
IPE IPC menunjukkan bahwa adanya intervensi dari berbagai kasus yang didapat
oleh perwakilan mahasiswa yang melakukan wawancara terhadap responden yang
berperan dalam PKL IPE IPC. Mahasiswa PKL dapat menyimpulkan bahwa kerja
praktek ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa karena dengan adanya PKL IPE
IPC ini mahasiswa memiliki pengalaman berkolaborasi dengan profesi lain dalam
pemberdayaan kehidupan bermasyarakat
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU No. 36 Tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental,spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap oranguntuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Fasilitas pelayanan kesehatan adalah
suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratifmaupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah,pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Dalam dunia kesehatan praktik kolaborasi sangatlah penting.
Permasalahan pasien yang kompleks tidak dapat ditangani hanya oleh satu profesi
medis, melainkan harus melibatkan berbagai profesi. Kerjasama yang efektif oleh
tenaga kesehatan dari berbagai profesi merupakan kunci penting dalam
meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan keselamatan
keluarga/masyarakat (Sharfina, 2019).
Sebagai institusi penghasil tenaga kesehatan yang unggul dan kompeten,
Poltekkes Kemenkes Medan memiliki peran penting juga strategis untuk
berkontribusi secara langsung pada pembangunan kesehatan melalui
pemberdayaan masyarakat sehingga dapat meningkatkan daya ungkit dalam
program pembangunan kesehatan. Poltekkes Kemenkes Medan sebagai penyedia
lulusan yang unggul dan kompeten dalam pengabdian masyarakat, maka dianggap
perlu untuk menyelenggarakan “dengan model Practice Interprofessional
Education and Collaboration (PIPEC), One Team Student One Family”.
Pendidikan interprofesi (Interprofessional Education, selanjutnya disingkat
IPE) merupakan upaya strategis untuk mempersiapkan peserta didik dalam
menghadapi masalah kesehatan yang kompleks serta perkembangan tekonologi
bidang kesehatan yang pesat. Pendidikan interprofesi merupakan aplikasi konsep
pendidikan kolaborasi yang mencakup banyak aspek didalamnya, antara lain
kerjasama dalam tim, komunikasi inter dan antarprofesi dan pemahaman peran
dan tugas setiap profesi.
Menurut WHO Interprofessional Education (IPE) “terjadi ketika dua atau
lebih dari dua profesi melakukan tugas secara professional dengan berkolaborasi
untuk menghasilkan taraf kesehatan pasien menjadi lebih baik” dan IPC sebagai
wadah dalam upaya mewujudkan praktik kolaborasi yang efektif antar profesi.
Terkait hal itu maka perlu diadakannya praktik kolaborasi sejak dini dengan
melalui proses pembelajaran yaitu dengan melatih mahasiswa pendidikan
kesehatan (Purba, 2019)
Di dalam IPE (Interprofessional Education) pasien/klien/komunitas
menjadi “center” dari penerapan IPE. Pengalaman ini sangat penting diberikan
1
pada mahasiswa sehingga nantinya akan terbentuk Interprofessional Practice yang
lebih baik dan menjawab tantangan di dunia kerja dalam menangani permasalahan
kesehatan. Dan interprofessional collaboration (IPC) merupakan wadah kolaborasi
efektif untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien yang didalamnya
terdapat profesi tenaga kesehatan meliputi dokter, kebidanan, perawat, farmasi,
ahli gizi, fisioterapi, dan sanitasi lingkungan (Health Professional Education
Quality (HPEG), 2011).
Poltekkes Kemenkes Medan mengadakan pelaksanakan IPE dan IPC agar
mahasiswa dapat berkolaborasi atau bekerja dengan tim mahasiswa dari jurusan
lain dalam memecahkan suatu penyakit ataupun suatu masalah. Dan sebagai
gambaran untuk mahasiswa sebelum menghadapi dunia kerja yang mengharuskan
adanya kolaborasi antar setiap tenaga kesehatan.
Kegiatan IPE-IPC tahun 2022 yang melibatkan seluruh Jurusan dan
Program studi DIV Poltekkes Kemenkes Medan diselenggarakan secara daring
dan luring di masing masing tempat tinggal mahasiswa dengan terfokus kasus
kelolaan kelompok, dalam pelaksanaan PKL Terpadu IPE IPC Poltekkes
Kemenkes Medan Poltekkes Kemenkes Medan mengadakan pelaksanakan IPE
dan IPC agar mahasiswa dapat berkolaborasi atau bekerja dengan tim mahasiswa
dari jurusan lain dalam memecahkan suatu penyakit ataupun suatu masalah. Dan
sebagai gambaran untuk mahasiswa sebelum menghadapi dunia kerja yang
mengharuskan adanya kolaborasi antar setiap tenaga kesehatan.
Kasus kali ini berada di Desa Sampali Dusun I Kecamatan Percut Sei
Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Kasus yang diambil dalam satu
rumah yang mewakili satu dusun. Pada Kasus ini Keluarga yang diambil adalah
Lansia dimana salah satu anggota keluarga yaitu keluarga Tn. Saniman tersebut
mengidap komplikasi jantung hipertensi yang mengakibatkan sulit untuk
melakukan aktivitas seperti orang normal pada umumnya Tn.Saniman sudah sakit
kurang lebih 2 tahun dan beliau tidak bisa banyak bergerak dan harus berbaring
ditempat tidur, buang air kecil menggunakan alat Stikpan/pispot. Tn.Saniman juga
jarang berolahraga, makan sembarangan (makan apa saja) dan perokok. Pada
kejadian ini mengakibatkan tidak terpenuhinya PHBS rumah tangga, karena pada
saat ekskresi tidak pada tempatnya dan tidak menggunakan air mengalir serta
kebiasaan CTPS yang tidak diterapkan dengan baik.
Penyakit jantung adalah kondisi ketika jantung mengalami ganguan.
Bentuk gangguan itu sendiri bisa bermacam-macam. Ada gangguan pada
pembuluh darah jantung, irama jantung, katup jantung atau gangguan akibat
bawaan lahir (dr. Tjin Willy, 2017). Penyakit jantung umumnya terjadi adalah
akibat penumpukan kolesterol pada pembuluh darah, sehingga terjadi proses
peradangan yang menyumbat aliran darah, dan fungsi jantung menjadi terganggu
(Fitriya, 2018).
2
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran
pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggota keluarganya mampu menolong diri
seniri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktifittas
masyarakat.Sehingga PBHS erat kaitannya dengan pengaruh kesehatan
masyarakat yang dapat menjadi sumber penyakit jika tidak dierapkan dengan baik
(Andriansyah & Rahmantari, 2013)
Berdasarkan penjelasan kasus diatas maka rasanya sangat diperlukan kasus ini
untuk dibahas, dikarenakan penyakit tersebut bukan penyakit bawaan atau turunan
melainkan faktor pola makanannya dan kurangnya pengetahuan mengenai Gizi
Seimbang juga pada PHBS yang buruk juga dapat menyebabkan penyakit baru
terhadap anggota keluarga yang menderita komplikasi tersebut yang sangat rentan
untuk terpajan penyakit infeksi yang disebabkan oleh lingkungan atau gaya hidup
keluarga.
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
C. Manfaat Kegiatan
1. Manfaat terhadap Masyarakat
Meningkatkan Indeks Kesehatan Keluarga melalui kegiatan intervensi
kesehatan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menerapkan keterampilan
secara interprofesional di lingkungan masyarakat.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan terkait IPE & IPC, memperluas jaringan antar
profesi, dan dapat belajar menghargai peran profesi lain.
3. Bagi Institusi
Pendidikan Dapat menambah kepustakaan, pengembangan riset terkait
dengan penelitian IPE & IPC.
4. Bagi Tim
Pelaksana IPE Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mengevaluasi program IPE agar berjalan lebih baik kedepannya.
D. Gambaran Kasus
Seorang bapak yang berusia 67 tahun mengidap penyakit komplikasi
jantung sehingga tidak mampu melakukan aktivitas seperti orang normal pada
umumnya. Dan tidak mampu menerapkan PHBS sepenuhnya pada diri sendiri
dan keluarga. Pada kasus ini terlihat ketika melakukan pembuangan ekskresi
tidak pada tempatnya dan keluarga pun membantu dengan menggunakan alat
pispot tidak menggunakan air mengalir sehingga bisa menyebabkan
bakteri/virus bisa menyebar didalam rumah. Penanganan ekskresi tersebut
tidak sesuai dengan 6 langkah CTPS yang dianjurkan oeh kementerian
kesehatan..
4
BAB II
DISKRIPSI KASUS
A. Gambaran Kasus (Secara Naratif)
I. Identitas keluarga
a. Nama kepala keluarga : Saniman
b. Alamat rumah : Jalan Cemara, Lorong I Baru Barat, Desa Sampali
No telp :-
c. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah:
5
e. Siklus kehidupan Keluarga : Keluarga orang tua usia pertengahan /
keluarga orang tua lansia
f. Genogram :-
g. Deskripsi Keluarga :
Keluarga terdiri dari sepasang orang tua lanjut usia. Ayah sebagai kepala
keluarga yang mengidap penyakit komplikasi jantung/hipertensi yang
sedang menjalani pengobatan rawat jalan. Yang dulunya bekerja Buruh
(serabutan). Penyakit yang diderita ini sudah diidap selama kurang lebih
dua tahun. Ibu dirumah ini menjalani tugas sebagai ibu rumah tangga
namun memiliki usaha atau warung kecil yang tepat di bagian depan
rumahnya. Keluarga ini memiliki anak dan cucu yang sering berkunjung
namun tidak tinggal menetap. Keseeharian keluarga ini untuk makan dan
minum adalah diolah sendiri dan makan makanan apa saja tidak memiliki
daftar menu makanan yang tetap.
Rumah
Teras Warung
Halaman
6
Rumah tersebut memiliki lebar kurang lebih 12 meter dengan sebuah teras
dibagian depan rumah dan memiliki warung tepat disebelah teras nya.
Rumah tersebut terlihat terawat dengan memiliki 1 ruang tamu, 3 kamar
tidur, 2 kamar mandi, dan 1 dapur. Untuk pencahayaan dan sirkulasi udara
dirumah tersebut sudah terpenuhi karena memiliki 8 buah jendela dan
memiliki ventilasi alami dan ventilasi buatan seperti AC dan kipas angin
yang dapat mencukupi sirkulasi udara. Keadaan sekitar rumah terlihat
bersih karna memiliki tempat sampah di halaman depan rumah yang
diangkut setiap 2 hari sekali oleh petugas kebersihan. Saluran pembuangan
air dialirkan ke selokan yang berada di bagian depan rumah dengan keadaan
selokan yang tertutup sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.
7
atau puskesmas
5. Deskripsi mengenai hubungan keluarga:
Kepala keluarga berpendidikan tamat SMA, istri berpendidikan
tamat SMP. Pemahaman dalam pencegahan penyakit dan mengenai
kebersihan rumah cukup baik namun personal/family hygiene dan
perilaku kurang.
8
kepala keluarga mengikuti wirid dan pengajian
- Kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosial:dihormati
sewajarnya
- Paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan sosial adalah
: tidak terdapat stress sosial dan hubungan antar tetangga.
D. Perumusan Masalah
Table 3. Perumusan Masalah
9
berbaring ditempat tidur juga BAK tidak menggunakan air mengalir
menggunakan alat Stikpan/pispot. Bapak sehingga bisa menyebabkan
saniman juga jarang berolahraga, dan bakteri/virus bisa menyebar
perokok sehingga badan bapak saniman
didalam rumah. Penanganan
menyusut.
(Permasalahannya adalah Penyakit ekskresi tersebut tidak sesuai
Komplikasi Jantung dan Hipertensi) dengan 6 langkah CTPS yang
dianjurkan oeh kementerian
kesehatan.
(Permasalahannya adalah PHBS
Keluarga Kurang)
10
E. Prioritas Masalah
Untuk permasalahan kasus ini prioritas masalah tidak ada tapi permasalahan itu semua perlu ditangani dengan pengetahuan
dan penalataksanaan yang tepat. Berikut Rencana pemeliharaan kesehatan pada keluarga.
11
Gizi Seimbang Meningkatkan Penatalaksanaan -Penyuluhan Ny. Semini Gizi
Pengetahuan Gizi Seimbang mengenai Gizi dan Keluarga
mengenai Gizi Seimbang
Seimbang
Pola Hidup Bersih Meningkatkan Pengendaliaan -Penyuluhan PHBS Tn.Saniman Kesehatan Gizi
dan Sehat (PHBS) pengetahuan dan dan (Penggunaan dan Keluarga Lingkungan
Keluarga penatalaksanaan penatalaksanaan Jamban Sehat, Air
Pola Hidup Bersih Pola Hidup Bersih,
dan Sehat Bersih dan Sehat Demonstrasi Cuci
tangan dengan
sabun dan Air
Bersih)
12
BAB III
RENCANA TINDAKAN DAN IMPLEMENTASI
A. Rencana Tindakan
B. Implementasi
1. Sebagai Profesi Ahli Gizi
Memberikan Asuhan Gizi kepada pasien, konseling gizi mengenai
penyakit yang diderita oleh pasien yaitu komplikasi Jantung dan
Hipertensi. Tujuan diet jantung dan hipertensi adalah memberikan
makanan secukupnya tanpa membebani kerja jantung dan mencegah atau
menghilangkan penimbunan garam atau air. Dengan syarat diet : Energi
cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal, Protein
cukup yaitu 0,8 gr/kg BB, Lemak sedang yaitu 25-30% dari kebutuhan
energi total, 10% berasal dari lemak jenuh dan 10-15% lemak tidak jenuh,
Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan displipedemia, Vitamin
dan mineral cukup, Serat cukup.
2. Sebagai Profesi Kesehatan Lingkungan
13
Memberikan penatalaksanaan PHBS kepada keluarga agar lebih
memperhatikan kebersihan keluarga didalam rumah. Tujuannya agar
Setiap anggota keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak
mudah terkena penyakit.
14
BAB IV
PEMBAHASAN (Analisis Fenomologi Interpretatif)
A. Pembahasan
1. Penyakit Jantung
15
Tujuan diet jantung adalah memberikan makanan secukupnya
tanpa membebani kerja jantung dan mencegah atau menghilangkan
penimbunan garam atau air.
Makanan yang Dianjurkan
Kategori karbohidrat ialah beras ditim atau disaring, roti, mie,
kentang, makaroni, biskuit dan tepung beras/terigu/sagu. Untuk
kategori sumber protein hewani adalah daging sapi, ayam tanpa kulit,
ikan, telur, susu rendah lemak. Untuk semua jenis buah dapat
dikonsumsi. Untuk kelompok sayuran ialah sayuran yang tidak
mengandung gas seperti: bayam, kangkung, nangka, bunci, kacang
panjang.
Makanan yang Tidak Dianjurkan
Makanan yang mengandung gas atau alkohol, seperti ubi, singkong
dan tape. Untuk lauk hewani adalah daging sapi dan ayam yang
berlemak seperti gajih, sosis, limpa, hati, keju dan kerang-kerangan.
Untuk jenis lauk nabati adalah kacang-kacangan kering yang
mengandung lemak cukup tinggi seperti kacang tanah, kacang mete dan
kacang bogor. Untuk sayuran adalah semua sayuran yang mengandung
gas seperti bayam, kangkung, kol dan lain-lain.
2. Penyakit Hipertensi
16
a. Energi cukup, jika pasien dengan berat badan 115% dari berat
badan ideal disarankan untuk diet rendah kalori dan olahraga
b. Protein cukup, menyesuaikan dengan kebutuhan pasien
c. Karbohidrat cukup, menyesuaikan dengan kebutuhan pasien
d. Membatasi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol
e. Asupan natrium dibatasi <2300 mg/hari, jika penurunan tekanan
darah belum mencapai target dibatasi hingga mencapai 1500
mg/hari
f. Konsumsi kalium 4700 mg/hari, terdapat hubungan antara
peningkatan asupan kalium dan penurunan asupan rasio Na-K
dengan penurunan tekanan darah
g. Memenuhi kebutuhan asupan kalsium harian sesuai usia untuk
membantu penurunan tekanan darah,, asupan kalsium >800
mg/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik hingga 4 mmHg
dan 2 mmHg tekanan darah diastolik
h. Asupan magnesium memenuhi kebutuhan harian (DRI) serta dapat
ditambah dengan suplementasi magnesium 240-1000 mg/hari dapat
menurunkan tekanan darah sistolik 1,0-5,6 mmHg
Kelompok Diet
Anjuran diet yang terdapat pada Diet Garam Rendah sesuai
dengan kandungan garam/natrium yakni :
a. Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na) untuk pasien dengan
edema, ascites dan/atau hipertensi berat. Pada pengolahan
masakannya tidak menambahkan garam dapur.
b. Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na) untuk pasien dengan
edema, asites dan/atau hipertensi tidak terlalu berat. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sendok teh garam
dapur.
Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na) untuk pasien dengan
edema, asites dan/atau hipertensi ringan. Pada pengolahan
17
makanannya boleh menggunakan 1 sendok teh (4 gram) garam
dapur
Pengaturan Makanan
Bahan Makanan Dianjurkan
Makanan yang segar: sumber hidrat
arang, protein nabati dan hewani,
sayuran dan buah-buahan yang
banyak mengandung serat.
Makanan yang diolah tanpa atau
sedikit menggunakan garam natrium,
vetsin, kaldu bubuk.
Sumber protein hewani: penggunaan
daging/ ayam/ ikan paling banyak 100
gram/ hari. Telur ayam/ bebek 1 butir/
hari.
Susu segar 200 ml/ hari.
Bahan Makanan yang
Pemakaian garam dapur.
Dibatasi Penggunaan bahan makanan yang
mengandung natrium seperti soda
kue.
Bahan Makanan yang
Otak, ginjal, paru, jantung, daging
Dihindari kambing,
Makanan yang diolah menggunakan
garam natrium:
Crackers, pastries, dan kue lain-lain
18
Krupuk, kripik dan makanan kering
yang asin
Makanan dan minuman dalam kaleng:
sarden, sosis, kornet, sayuran dan
buah-buahan dalam kaleng,
Makanan yang diawetkan: dendeng,
abon, ikan asin, ikan pindang, udang
kering, telur asin, telur pindang, selai
kacang, acar, manisan buah,
Mentega dan keju,
Bumbu-bumbu: kecap asin, terasi,
petis, garam, saus tomat, saus sambel,
tauco dan bumbu penyedap lainnya,
Makanan yang mengandung alkohol
misalnya: durian, tape.
3. Gizi Seimbang
19
demikian maka bahan makanan yang dipergunakan dan juga jenis
masakannya atau cara memasaknya harus selalu beraneka ragam.
Menurut Depkes RI (2007), makan beraneka ragam makanan adalah keluarga
mengonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah setiap hari
(Ibrahim, 2014). Susunan makanan menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS) Departemen Kesehatan RI yaitu:
a. Beragam, apabila dalam setiap kali makan hidangan terdiri dari
makanan pokok + lauk pauk, sayur, buah atau makanan pokok + lauk
pauk +sayur
b. Tidak Beragam, apabila dalam setiap kali makan hanya terdiri dari 2
atau 1 jenis pangan.
20
4. Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam Keluarga
Indikator PHBS
1) Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan
baik itu dokter, bidan ataupun paramedis memiliki standar dalam
penggunaan peralatan yang bersih, steril dan juga aman. Langkah tersebut
dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan
ibu dan bayi yang dilahirkan.
2) Pemberian ASI eksklusif
Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6
bulan menjadi bagian penting dari indikator keberhasilan praktek Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat pada tingkat rumah tangga.
3) Menimbang bayi dan balita secara berkala
Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi.
Penimbangan dapat dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan
hingga 5 tahun. Posyandu dapat menjadi tempat memantau pertumbuhan
anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi. Penimbangan secara teratur
juga dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.
4) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan
diri sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit
berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman.
5) Menggunakan air bersih
21
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup
sehat.
6) Menggunakan jamban sehat
Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan
dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk keperluan pembersihan.
7) Memberantas jentik nyamuk
Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus
siklus hidup makhluk tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan
berbagai penyakit.
8) Konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral
serta serat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas
bekerja yang melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.
10) Tidak merokok di dalam rumah
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah
kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak
merokok di dalam rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai
masalah kesehatan.
22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
23
B. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Andriansyah, Y., & Rahmantari, D. N. (2013). Penyuluhan Dan Praktik Phbs
( Perilaku Hidup Bersih. Inovasi Dan Kewirausahaan, 2(1), 45–50.
Raksanagara, A., & Raksanagara, A. (2016). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Sebagai Determinan Kesehatan Yang Penting Pada Tatanan Rumah Tangga
Di Kota Bandung. Jurnal Sistem Kesehatan, 1(1), 30–34.
https://doi.org/10.24198/jsk.v1i1.10340
25
DOKUMENTASI
Lampiran 1. Pengambilan Data
26
Lampiran 2. Leaflet dan Poster
27
Leaflet PHBS
28
Poster
29
Lampiran 3. Kegiatan Intervensi
30
31
32