1 FRAKTUR GIGI
II.1.1 Definisi
Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dental atau patah gigi
merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau benturan.
Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan (melibatkan chipping dari lapisan gigi terluar
yang disebut email dan dentin) sampai berat (melibatkan fraktur vertikal, diagonal, atau
horizontal akar). Email dan dentin adalah dua lapisan pelindung terluar gigi. Email adalah
permukaan terluar yang keras dan berwarna putih. Dentin adalah lapisan kuning yang
terletak tepat di bawah email. Email dan dentin keduanya berfungsi melindungi jaringan
gigi bagian dalam. Mahkota terlihat sepertiga dari gigi, sedangkan sisanya dua pertiga yang
ditutupi dengan gusi disebut akar.
II.1.2 Etiologi
Menurut penelitian Peng pada tahun 2007, kebanyakan penyebab fraktur dental
adalah benturan atau trauma terhadap gigi yang menimbulkan disrupsi atau kerusakan
email, dentin, atau keduanya. Disamping itu, faktor lain yang ditambahkan oleh American
Dental Association (ADA) yaitu kebiasaan buruk, kehilangan sebagian besar struktur gigi,
paparan email gigi terhadap suhu ekstrim, tambalan pada gigi, gigi pasca rawatan
endodontik dan kesalahan dokter gigi.
a. Trauma
Dalam satu penelitian yang dilaku oleh Schwartz, katakan selama masa
remaja, cedera olahraga merupakan kasus yang umum namun pada usia dewasa,
kasus seperti cedera olahraga, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan industri, dan
kekerasan dalam rumah tangga merupakan penyebab potensial trauma. Olahraga
yang melibatkan kontak fisik merupakan penyebab umum fraktur dental, seperti
sepakbola dan bola basket. Olahraga tanpa kontak fisik seperti berkuda terdapat
menyebabkan fraktur dental. Benturan atau trauma, baik berupa pukulan langsung
terhadap gigi atau berupa pukulan tidak langsung terhadap mandibula, dapat
menyebabkan pecahnya tonjolan-tonjolan gigi, terutama gigi-gigi posterior. Selain
itu, tekanan oklusal yang berlebihan terutama terhadap tumpatan yang luas dan
tonjol-tonjolnya tak terdukung oleh dentin dapat pula menyebabkan fraktur.
Keparahan fraktur bisa hanya sekedar retak saja, pecahnya prosesus, atau
sampai lepasnya gigi yang tidak bisa diselamatkan lagi. Trauma secara langsung
kebanyakan mengenai gigi anterior, dan karena arah pukulan mengenai permukaan
labial, garis retakannya menyebar ke belakang dan biasanya menyebab fraktur
horizontal atau miring. Pada fraktur yang lain, tekanan hampir selalu mengenai
permukaan oklusal, sehingga fraktur pada umumnya vertikal.
b. Kebiasaan Buruk
Kebiasaan buruk yang sering menjejaskan kualitas gigi. Sebagai contoh,
banyak orang menggunakan gigi mereka sebagai alat pembuka botol dan kemasan
plastik atau mencabut label harga pada baju. Kebiasaan ini dapat menyebabkan efek
traumatis pada gigi, melemahkan tepi gigi bahkan bisa menyebabkan maloklusi.13
Menggigit pensil atau pulpen juga merupakan kebiasaan yang paling sering
dilakukan oleh banyak orang. Sama halnya dengan mengunyah es batu, menggigit
benda keras bisa menyebabkan email gigi mengalami penipisan dan fraktur.
Apalagi, dilanjut dengan kebiasaan mengunyah batu es terutama sehabis meminum
minuman dingin. Bentuknya yang keras dan temperatur dingin dari batu es,
sebenarnya dapat mengikis email dan menyebabkan fraktur gigi.
c. Kehilangan Sebagian Besar Struktur Gigi
Kehilangan bagian email dan dentin gigi umumnya disebabkan oleh kondisi
karies yang meluas. Gigi yang mengalami karies yang meluas akan mengurang
kekuatan gigi untuk menahan daya untuk kegiatan harian terutama mengunyah
yang menyebabkan gigi lebih rentan fraktur. Karies pada gigi yang meluas pada
garis servikal menambah resiko fraktur berjadi.
d. Suhu Ekstrim
Orang yang mepaparkan email gigi kepada suhu ekstrim seperti makan
makanan panas kemudian minum air es. Perlakuan ini melemahkan email gigi dan
memudahkan terjadi fraktur gigi.
e. Tambalan
Salah satu kebiasaan yang terjadi fraktur adalah ketika gigi mempunyai
tambalan yang besar. Kekuatan gigi yang rendah disebabkan oleh bahan tambalan
gigi yang tidak sama kuat dibandingkan dengan email atau dentin, dapat
menimbulkan resiko gigi menjadi fraktur.
f. Gigi Pasca Rawatan Endodontik
Pelemahan struktur mekanik gigi terjadi waktu akses persiapan rongga,
sedangkan pembersihan dan pembentukan saluran akar meningkatkan
kemungkinan gigi fraktur.
Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar dan diisikan dengan gutta
perca atau pasak akan mempunyai resiko fraktur yang sangat tinggi dibandingkan
dengan gigi yang asli. Waktu gigi dipreparasi untuk diisi akan menyebabkan
struktur gigi menjadi lemah dan lebih mudah fraktur. Penggunaan sekrup dan post
adalah aspek lain dari fraktur akar gigi karena efek tolak-menolak (wedging). Post
runcing dan berulir lazimnya menghasilkan kejadian fraktur akar tertinggi, diikuti
dengan post meruncing dan sejajar.
g. Kesalahan Dokter Gigi
Sebelum melakukan pencabutan gigi, mungkin dokter gagal melakukan
diagnosis yang tepat. Haruslah dokter gigi melakukan anamnesis terhadap pasien
supaya mengetahui riwayat medis pasien dan dapat memberikan rawatan yang
betul. Pemeriksaan radiografi dilakukan supaya diagnosis lebih tepat.
Sikap seseorang dokter juga sangat penting bila memberikan diagnosis dan
rawatan kepada pasien. Dokter harus sabar dan penuh semangat untuk memberikan
rawatan yang terbaik kepada pasien. Keadaan seperti pemilihan instrumen waktu
ekstraksi gigi, tang yang diguna harus sesuai dengan gigi yang diekstraksi supaya
mengurangi kecelakaan waktu aplikasi daya.
2. Fraktur Dentin
Tanpa Terbukanya Pulpa Fraktur mahkota yang megenai cukup banyak dentin,
tanpa megenai pulpa.
3. Fraktur Mahkota dengan Terbukanya Pulpa
Fraktur mahkota yang mengenai dentin dan menyebabkan pulpa terbuka.
4. Fraktur Akar
Fraktur terbatas pada akar gigi yang melibatkan sementum, dentin, dan pulpa
a. Fraktur email ; b. Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa ; c. Fraktur mahkota dengan
terbukanya pulpa ; d. Fraktur akar
b. Pemeriksaan Gigi
Pasien harus melakukan kunjungan ke dokter gigi sekali atau dua kali setiap
tahun untuk pemeriksaan gigi. Ini karena kadang kadang ada struktur gigi yang
sudah rapuh karena disebabkan oleh perawatan saluran akar ataupun bahan
restorasi yang lama mulai terpisah dari struktur gigi. Dengan pemeriksaan dan
dapat dideteksi lebih awal, kondisi fraktur gigi dapat dielakkan dan segera
dilakukan perawatan.
c. Diagnosis dan Perawatan yang Tepat
Dari peran seorang dokter gigi harus melakukan diagnosis yang tepat baru
dapat memberikan perawatan yang sesuai dan hasil yang baik. Diagnosis dimulai
dengan merekam demografi pasien dan mengambil sejarah singkat peristiwa
traumatik, kemudian diikuti pemeriksaan intra oral dan ekstra oral. Gigi mungkin
terasa tidak nyaman waktu perkusi atau palpasi dan menunjukkan perubahan warna
mahkota sementara. Sebuah visualisasi menyeluruh daerah subgingiva juga penting
untuk mendeteksi adanya garis fraktur.
Awalnya, sensibilitas dan tes vitalitas dapat memberikan hasil negatif yang
sementara atau permanen karena kerusakan pulpa yang ditimbulkan oleh trauma.
Secara rutin tindakan lanjut diperlukan untuk memantau status pulpa terus menerus.
Penggunaan pulsa-oksimeter direkomendasikan untuk mengevaluasi status pulpa
dari gigi baru mengalami trauma. Alat ini memiliki sensitivitas yang lebih baik dan
spesifisitas dari tes listrik dan termal dan memberikan pembacaan vitalitas positif
yang konstan pada waktu dalam kasus gigi baru mengalami trauma. Setelah itu,
dilakukan rongten foto pada gigi yang dicurigai atau tidak dapat langsung dilihat
secara visual dari tes lain. Pemeriksaan radiografi sangat diperlukan untuk
konfirmasi fraktur akar.
Perawatan untuk fraktur gigi tergantung kepada kondisi sisa akar gigi yang tinggal
atau bagian yang mengalami fraktur. Tindakan pertama harus dimulai dengan melihat
kondisi gigi, soket gigi harus diirigasi supaya dapat dilihat jelas. Jika masih ragu, pasien
dianjurkan untuk dilakukan rontgen foto guna melihat kondisi soket bekas pencabutan. Sisa
akar gigi dikeluarkan dengan menggunakan elevator dengan daya yang ringan. Dilakukan
dengan hati-hati sampai sisa tersebut makin longgar pada soket lalu dikeluarkan. Jika sisa
gigi tidak dapat dikeluarkan dengan instrumen elevator, teknik transalveolar harus
digunakan untuk megeluarkan sisa fraktur tersebut.
Splinting adalah prosedur dimana gigi ditopang dalam posisi tertentu untuk
jangka waktu tertentu. Hal ini dilakukan pada gigi yang terkena trauma atau gigi
yang jaringan pendukungnya terinfeksi penyakit, sehingga gigi tidak terdukung
dengan baik. Splinting dilakukan dengan cara mengikat sekelompok gigi bersama
sehingga daya kunyah ditahan oleh sekelompok gigi, tidak hanya oleh gigi yang
terinfeksi
II.1.7.4 Fraktur pada gigi dengan melibatkan jaringan pulpa
Jaringan pulpa terlihat sebagai jaringan berwarna kemerahan. Pada kasus dimana luas jaringan
pulpa yang terbuka tidak terlalu besar dan bersih, gigi dapat langsung ditumpat. Pada kasus
dimana jaringan pulpa yang terbuka agak besar, perawatan pulpotomi sebagian merupakan salah
satu pilihan perawatan. Sebagian jaringan pulpa dibuang dan diletakkan obat-obatan agar
jaringan pulpa dapat sembuh. Pada kasus yang agak rumit, perawatan saluran akar mungkin
perlu dilakukan