Anda di halaman 1dari 10

EARLY CLINICAL EXPOSURE

ILMU PENYAKIT MULUT

Disusun oleh :
Anggita Rizkya I 160110160131
Anugerah Fikri W 160110160132
Yoga Rahmat Firmansyah 160110160133
Mariska Rantia 160110160134
Kartika Yusriya Dinanti 160110160135
Nida Hadiatussaadah 160110160136
Dea Hanin Azhara 160110160137
Sylvia Angela Yasmin 160110160138
Amyra Rizqia 160110160139
Faizah Salsabila 160110160140

UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019

Skenario kasus #3 CT
Seorang wanita 21 tahun datang dengan keluhan lidah kotor namun tidak sakit, sejak 1 minggu
yang lalu dan terus menerus berlangsung selama 1 minggu terakhir ini. Awal mula kejadian
adalah 1 minggu terakhir mulai muncul rasa tidak nyaman pada lidah, berkurang rasa makanan
dan kemudian disadari lidah tampak kotor. Saat bicara pasien merasa minder/terganggu, karena
jika membuka mulut lebar seperti bau mulut tidak sedap. Tidak ada hal-hal yang memperingan
keluhan, serta tidak ada perawatan yang telah diterima. Pasien sebelumnya belum pernah ke
dokter gigi untuk ditambal, namun tidak mengalami kelainan/gangguan medis berat. Tidak
diketahui riwayat penyakit yang sama pada keluarga serta pasien tidak merasa ada kebiasaan
buruk, pasien tidak suka makan sayur dan buah, akhir-akhir ini sering bergadang karena banyak
tugas kampus serta tidak cukup minum air sehari-hari. Harapan pasien ingin diobati lidahnya.

A. Diagnosis Penyakit
Coated Tongue :
Coated tongue adalah kondisi klinis yang terjadi pada bagian permukaan lidah
yang ditutupi oleh selaput pseudomembran yang terjadi akibat penumpukan debris atau
sisa makanan, sel-sel keratin yang tidak terdeskuamasi, dan dapat ditemukan adanya
mikroorganisme seperti bakteri maupun jamur. Coated tongue merupakan penyebab
utama halitosis oral, masalah utama yang tidak dapat diterima secara sosial. Faktor utama
yang mempengaruhi kondisi ini adalah kebersihan mulut yang buruk, merokok, status
periodontal, pemakaian gigi tiruan, dan kebiasaan diet. Kemungkinan keterlibatan
sistemik pada coated tongue di antaranya gangguan respirasi, gangguan pencernaan,
kelainan metabolisme, obat-obatan dan psikologis.
Untuk beberapa alasan, pasien lanjut usia lebih cenderung menunjukkan coated
tongue daripada pasien yang lebih muda. Perubahan dalam kebiasaan diet,
ketidakmampuan secara fisik untuk memelihara kebersihan mulut, penggunaan gigi
tiruan, serta penurunan laju aliran dan perubahan sifat dari saliva akan mengarah pada
akumulasi debris oral dan deposisi pada gigi, jaringan pendukung dan lidah. Selain itu,
ada penurunan papilla fungiform dan peningkatan papilla filiform dengan bertambahnya
usia.
B. Diagnosa Banding
a. Hairy Tongue
Merupakan pemanjangan dari papila filiformis yang dapat disebabkan karena
lambatnya proses pengelupasan lapisan keratin pada lidah atau terlalu cepatnya
pembentukan bahan yang dikeratinisasi. Hairy tongue juga dapat bersifat idopatik, juga
dapat disebabkan penggunaan antibiotik, kortikosteroid, penggunaan obat kumur tertentu
terutama hidrogen peroksida, oral hygiene yang buruk, merokok dan gangguan gastro
intestinal.

b. Oral Hairy Leukoplakia


Oral hairy leukoplakia (OHL) yaitu lesi putih yang berlekuk-lekuk dan bisanya
terdapat pada tepi lateral lidah pasien yang mengalami immunodefisiensi. Penyakit yang
paling sering berhubungan dengan adanya OHL yaitu HIV. Virus Epstein-Barr terlibat
sebagai agen penyebab terjadinya OHL. Hairy leukoplakia juga berhubungan dengan
kondisi penurunan system imun pasien, misalnya pada pasien yang mengalami
transplantasi organ dan pasien yang diberikan terpai steroid jangka panjang.

c. Kandidiasis
Kandidiasis merupakan infeksi jamur yang paling sering terjadi di rongga mulut.
Candida sp merupakan jamur dengan distribusi yang luas dan bagian dari flora komensal
di tubuh manusia. Factor predisposisi timbulnya kandidiasis secara local yaitu kebersihan
rongga mulut yang buruk, serostomia, kerusakan mukosa, gig tiruan, obat kumur
antibiotic. Sedangkan faktor predisposisi secara sistemik yaitu penggunaan antibiotic
spectrum luas, steroid, obat-obatan immunosupresif, radiasi, infeksi HIV, kelainan
hematologis, neutropenia, anemia defisiensi Fe, immunodefisiensi sel, kelainan endokrin.
C. Mekanisme Kasus dan Analisis

Sejak 1 minggu lalu:


- Rasa tidak nyaman pada lidah
- Berkurangnya rasa makanan
- Lidah nampak kotor namun tidak sakit
- Bau tidak sedap saat buka mulut

Pemeriksaan:
1. Tidak suka makan sayur dan buah, sering
begadang, tidak cukup minum air
2. Tidak ada gangguan medis
3. Tidak diketahui adanya riwayat penyakit yang
sama pada keluarga
4. Tidak merasa ada kebiasaan buruk

Couted tongue
Analisis
Berawal sejak 1 minggu yang lalu pasien yang berusia 21 tahun merasakan
ketidaknyamanan pada lidah dan mengeluhkan kondisi lidahnya yang kotor namun tidak
terasa sakit. Pasien pun mengeluhkan bau mulut yang tidak sedap ketika membuka mulut
lebar sehingga mengganggu kepercayaan dirinya. Dari keluhan utama tersebut diduga
pasien mengalami coated tongue yang merupakan suatu kondisi tertutupnya bagian
dorsum lidah oleh suatu lapisan yang berwarna putih kekuningan/kecoklatan yang
mengandung debris/sisa makanan, ataupun mikroorganisme/flora normal mulut. Bakteri
yang berkolonisasi pada lidah memainkan peran penting pada pembentukan volatile
sulvur compounds yang dapat menyebabkan bau mulut pada pasien terjadi. Diketahui
bahwa pasien tidak pernah mengalami kelainan/gangguan medis berat hal tersebut
didukung berdasarkan sebuah penelitian, coated tongue merupakan kondisi lesi mulut
terbanyak yang ditemukan pada semua kelompok usia, dengan berbagai latar belakang
kondisi riwayat medisnya sehingga coated tongue dapat terjadi dengan berbagai latar
belakang riwayat medis maupun yang tidak memiliki riwayat medis.1
Coated tongue didukung oleh beberapa faktor seperti kebiasaan mengkonsumsi
makanan lunak, perubahan fisiologis rongga mulut seperti berkurangnya produksi saliva
ataupun akibat konsumsi obat-obatan yang secara tidak langsung berpengaruh pada
produksi saliva dan ekosistem rongga mulut. Diketahui pula pasien tidak cukup minum
air sehari-hari yang memungkinkan kondisi mulut pasien menjadi kering yang dapat
menghambat kerja saliva dalam menyingkirkan bakteri, dan menyebabkan produksi
keratin berlebih sehingga memudahkan retensi debris pada papila lidah. Keadaan pasien
yang pada akhir-akhir ini sering bergadang pun mendukung terjadinya kondisi coated
tongue karena mempengaruhi kondisi psikologis pasien yang mana menjadi salah satu
keterlibatan sistemik pada coated tongue disamping gangguan respirasi, gangguan
pencernaan, kelainan metabolisme, dan obat-obatan.2,3

D. Rencana Perawatan
Berdasarkan diagnosis diatas, rencana perawatan yang dilakukan berupa :
1. Edukasi pasien untuk membersihkan mulut secara rutin
2. Edukasi pasien cara membersihkan lidah dengan menggunakan sikat gigi atau
tongue scrapper.4 Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi ketebalan lapisan
selaput lidah. Selain itu, membersihkan lidah secara rutin juga dapat mengurangi
bau mulut 59-88%.5 Efek dari membersihkan lidah secara rutin juga dapat
mengembalikan dan meningkatkan sensasi rasa pada lidah.6
3. Edukasi pasien untuk memperbanyak mengonsumsi buah dan sayur serta air
putih. Karena buah dan sayur seperti apel dan brokoli serta air putih mampu
melepaskan debris yang terdapat pada lidah.4
4. Edukasi pasien untuk mengurangi kebiasaan minum kopi. Meskipun kopi tidak
meningkatkan jumlah coating tongue, kopi dapat membuat penyakit tersebut
tampak lebih buruk karena terjadinya diskolorasi pada lapisan selaput lidah.7,8
5. Pemberian obat kumur Chlorhexidine 0.2%. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi proteolitik atau bakteri anaerob pada permukaan lidah yang
menyebabkan bau mulut. Chlorhexidine memiliki daya antibakteri yang lebih
besar dibandingkan fluoride dengan zinc maupun povidone iodine. Mekanisme
kerja dari chlorhexidine terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan
maupun membunuh bakteri gram positif dan gram negatif. Chlorhexidine
menyebabkan perubahan permeabilitas membran sel bakteri yang menyebabkan
kematian bakteri. Mekanisme ini berbeda dengan fluoride dengan zinc yang
berfokus pada pengurangan enzim ATP-ase maupun povidone iodine yang
molekul iodine bebasnya masuk menembus kedalam membran sel bakteri
kemudian membunuh bakteri tersebut.6

E. Highlight/keyword Kasus
Lidah kotor, bau mulut, coated tongue, tongue scrapper, chlorhexidine 0.2%

Prosedur Menulis Resep


- Resep diberikan kepada pasien untuk dapat menjalani rawat jalan. Sebelum
menuliskan resep operator memberikan penjelasan mengenai kegunaan obat, cara
pakai obat, efek samping, dan cara mengatasinya.
- Bagian-bagian resep terdiri dari :
a. Pembukaan :
1. Menuliskan nama/identitas dokter :
2. SIP : No.
3. Alamat & no telepon praktek dokter /klinik :
4. Tempat dan tanggal saat menulis resep :
b. Isi resep :
1. Menuliskan Superscription : R/
2. Menuliskan Inscription : Nama obat dalam dosis tunggal
3. Menuliskan subscription : sediaan, jumlah obat.
4. Menuliskan Signatura : Aturan pakai obat
5. Menulis garis penutup dan paraf dokter gigi penulis resep.
c. Penutup :
1. Menuliskan nama pasien : Tn/Ny/Nn/An.
2. Menuliskan usia pasien (dan tanggal lahir):

Drg. Indah Suasani WAhyuni, Sp. PM


SIP. No : 445/8806-Dinkes/45-SIP-Srg.Sp/X/15
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Jalan. Pasteur no.38, Bandung
Bandung, 09 September 2019
R/ Chlorhexidine gluconate 0,2 %
Disp. Fl No. I (150 ml)
∫ coll oris 3-4 dd
-------------------------------------------------------------------------------- paraf
Pro : Ny Citra ( 21 tahun)
DAFTAR PUSTAKA

1. Utara US. Universitas Sumatera Utara 4. 2003;4–16.


2. Nur’aeny N, Sari KI. Profil lesi mulut pada kelompok lanjut usia di Panti Sosial Tresna
Wreda Senjarawi Bandung. Maj Kedokt Gigi Indones. 2016;2(2):74.
3. Nuraeny N, Hidayat W, Zakiawati D, Wahyuni S, Ilmu D, Mulut P, et al. Edukasi dan
evaluasi terhadap kondisi. 2017;1(1):24–7.
4. Field EA, Longman L, Tyldesley WR. Tyldesley’s Oral medicine. Oxford medical
publications. 2003.
5. Tonzetich J, Vancouver. Reduction of malodor by oral cleansing procedures. Oral Med.
42.
6. Anant Lawande S, Sandeep Lawande G. Tongue Hygiene and Its Significance in the
Control of Halitosis. J Orofac Res. 2013;3:256–62.
7. Danser MM, Gómez SM, Van der Weijden GA. Tongue coating and tongue brushing: a
literature review. Int J Dent Hyg. 2003;1(3):151–8.
8. Mantilla Gómez S, Danser MM, Sipos PM, Rowshani B, Van Der Velden U, Van Der
Weijden GA, et al. Tongue coating and salivary bacterial counts in healthy/gingivitis
subjects and periodontitis patients. J Clin Periodontol. 2001;28(10):970–8.
9. Seerangaiyan, K., Jüch, F., & Winkel, E. G. (2018). Tongue coating: its characteristics and
role in intra-oral halitosis and general health—a review. Journal of breath research, 12(3),
034001.
10. Danser, M. M., Gómez, S. M., & Van der Weijden, G. A. (2003). Tongue coating and tongue
brushing: a literature review. International journal of dental hygiene, 1(3), 151-158.
11. Nuraeny, N, Hidayat W, Zakiawati D, et al. (2017). Evaluasi terhadap Kondisi Coated
Tongue Bagi Kader Kesehatan Puskesmas Ujung Berung Indah. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat. 1(1), 24-27.
12. Suniti, Wahyuni, I. S. (2017). Membedakan Berbagai Macam Lesi pada Lidah yang Sering
Ditemukan. Tinjauan Pustaka. Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran.
13. Greenberg and Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine: Diagnosis and Treatment. 11th edition.
Ontario: BC Decker Inc.
14. Laskaris, George. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease 2nd Ed. New York : Thieme.

Anda mungkin juga menyukai