disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dental Science 2
Djustiana, M. Kes.,
Namun, apabila masih terdapat kekurangan penulis bersedia menerima kritik dan
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
2.1 Osteomielitis...................................................................................................5
2.2.1 Sequestrectomy................................................................................27
2.4 Impaksi.........................................................................................................50
2.4.7 Komplikasi.......................................................................................57
2.5 Odontektomi.................................................................................................58
2.5.1 Pengertian.........................................................................................58
3.1 Problems.......................................................................................................74
3.2 Hypothesis....................................................................................................74
3.3 Mechanism....................................................................................................75
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................78
4.2 Mengapa terasa kebas pada bibir bawah kiri dan sebagian lidah kiri?.........79
4.4 Mengapa pembengkakak tidak hilang dan bisul tidak sembuh padahal sudah
4.8 Mengapa pergeseran tulang di regio gigi 33-34 menyebabkan mobility pada
4.9 Mengapa pada pemeriksaan lab. Hb rendah, Ht dan leukosit tinggi, eritrosit
.................................................................................................................94
BAB V KESIMPULAN..................................................................................118
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................119
DAFTAR GAMBAR
muda.......................................................................................................................25
gambar 12 sequestrectomy.....................................................................................31
gambar 13 saucerization.........................................................................................31
gambar 14 dekortikasi............................................................................................33
Gambar 15 Tindakan Closed Reduction dengan Pemasangan Arch Bar dan Wire42
Gambar 17 Tindakan Open Reduction dan Rigid Internal Fixation dengan Bone
Gambar 19 Klasifikasi molar tiga impaksi kelas I,II,III menurut Pell dan Gregory
................................................................................................................................54
Gambar 20 Klasifikasi molar tiga impaksi posisi A,B,C menurut Pell dan Gregory
................................................................................................................................54
digunakan...............................................................................................................83
hampir pada semua kasus infeksi meluas melibatkan tulang kortikal dan
paling sering, ditandai dengan adanya pus dan nekrosis pada jaringan tulang.
Menurut waktu terjadinya, osteomyelitis Supuratif terbagi atas tahap akut, sub-
akut, dan kronis. Penyebab penyakit ini dikarenakan adanya infeksi odontogenik,
peri-implantitis, kista terinfeksi atau tumor, wound surgery atau infeksi trauma,
dan hematogen. Bakteri pada penyakit ini sama seperti bakteri yang ditemukan
mandibula dan ditandai dengan nyeri berulang dan pembengkakan, tidak ada
nanah atau abses pembentukan, tampilan radiografis dari jumlah variabel deposisi
tulang dan menyebar sclerosis dengan batas tidak jelas di rahang, dan onset
infeksi dan dapat penetrasi ke tulang. Tindakan bedah yang dilakukan untuk
jangka waktu yang diperkirakan. Etiologinya karena saat gigi susu tanggal tidak
terjadi celah antar gigi, tulang yang tebal serta padat, tempat untuk gigi tersebut
kurang, gigi tertangga menghalangi erupsi gigi tersebut, adanya gigi desidui yang
persistensi, jaringan lunak yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat, letak
benih abnormal seperti horizontal, vertikal, kaudal, distal dan lain-lain serta daya
dan kedalaman dapat dilihat berdasarkan klasifikasi menurut Pell dan Gregory,
George Winter dan Archer. Perawatan untuk gigi impaksi dapat dilakukan dengan
lidah dan pipi bagian dalam sehingga menggangu terutama pada saat
2. Terdapat riwayat penyakit diabetes militus pada pasien sejak10 tahun lalu
4. Pemberian obat antijamur dan dirujuk pada dokter penyakit dalam untuk
I.3 Tujuan
3. Mengetahui tentang alasan akan terasa panas dan sakit terutama pada saat
bandingnya.
II.1 Osteomielitis
namun hampir pada semua kasus infeksi meluas melibatkan tulang kortikal
kista terinfeksi atau tumor, wound surgery atau infeksi trauma, dan
hematogen.
Staphylococcus aureus.
Patogenesis
vena dan iskemia, dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Iskemia dan
nekrosis jaringan tulang tidak memiliki pasokan darah yang cukup, sehingga
mekanisme pertahanan host, dan virulensi bakteri adalah faktor utama yang
i. Tahap akut
lama setelah acara predisposisi. Fase inisial ini ditandai dengan rasa sakit
yang mendalam dan intens, tinggi demam intermiten (38-40 ° C), dan
menggigil, malaise, sakit kepala, dan nafsu makan menurun. Pada titik ini,
dapat terjadi. Berbagai tulang cancellous adalah terlibat dan beberapa gigi
Kelembutan pada rahang yang parah, dan perasaan ekstrusi gigi terjadi.
inferior, daerah mukosa yang disediakan oleh saraf trigeminal, seperti bibir
bawah dan gingiva, menjadi mati rasa (ini disebut gejala Vincent).
dan fistula kulit, menjadi jelas. Sejak jaringan tulang yang rusak belum
di daerah yang terlibat. Penyakit ini akan baik menyelesaikan atau maju ke
Pada tahap kronis, suhu tubuh turun ke kisaran dan paling subjektif
biasanya jelas.
lapisan tulang baru dapat membentuk sekitar tulang nekrotik, dan ini
granulasi atau spontan diusir melalui mukosa atau kulit, dan dalam hal ini
timbul di mana nekrotik yang tulang berlanjut untuk waktu yang lama.
Dalam kasus ekstrim, fraktur patologis terjadi karena baik yang signifikan
kekuatan tulang.
Untuk alasan anatomi, osteomielitis rahang atas adalah jarang terjadi
dan biasanya tidak agresif. Hal ini cenderung untuk menjadi terlokalisasi
pada bayi umumnya terjadi pada rahang atas dan cenderung parah.
lainnya situs.
Penyakit ini bisa menyebar untuk melibatkan mata dan otak. Oleh
karena itu ada potensi risiko yang serius optik dan otak, deformitas wajah,
otak dan sepsis, kematian adalah hari langka, dan morbiditas telah sangat
kelopak mata dan subperiosteal abses pada mukosa alveolar dan langit-
dini. Pengobatan harus cepat dan agresif untuk mencegah kerusakan optik
intravena dan drainase dari abses. Meskipun S. aureus adalah yang paling
umum patogen yang terlibat, keterlibatan bakteri lain juga terjadi. Oleh
dipertimbangkan.
b. Radiography Osteomielitis
tulang.
Features Radiography
kortikal. Dalam kasus ini tidak ada daerah yang jelas dari radiolusen dapat
Seiring berjalannya waktu strip radiolusen yang memisahkan tulang baru ini
dari luar permukaan tulang kortikal dapat diisi dengan granular sklerotik
tulang. Akar gigi dapat mengalami eksternal resorpsi, dan lamina dura
mungkin menjadi kurang jelas karena memadukan dengan sekitar tulang
c. Interpretasi Radiologi
atau mencari semua informasi yang ada dalam radiograf gigi tersebut.
adekuat terhadap area yang terlibat. Oleh karena itu jika suatu radiograf
misalnya:
superimpose.
c. Memahami tentang teknik/proses radiografi
penyakit.
diffuse)?
(panjangnya,lebarnya,dsb).
scalloped?
bubble?
radiopak?
soap bubble ?
berpindah (displacing)?
(maligna neoplasms) ?
anatomi terdekat.
ini penting untuk mengenai sifat dari lesi tersebut. Lesi yang
cepat dan agresif biasanya maligna. Penilaian kapan lesi muncul dapat
ke tulang alveolar. Pada kondisi ini dapat terjadi pada kondisi gigi
kita harus menduga bahwa sumber infeksi bukan dari pulpa gigi.
Pada kondisi ini umumnya vitalitas gigi atau sudah nekrosis,
respon osteoklastik.
osteomielitis. Hal ini biasanya ditemukan di mandibula dan ditandai dengan nyeri
berulang dan pembengkakan, tidak ada nanah atau abses pembentukan, tampilan
radiografis dari jumlah variabel deposisi tulang dan menyebar sclerosis dengan
batas tidak jelas di rahang, dan onset berbahaya dan ketekunan penyakit.
(SAPHO) sindrom.
Sebuah riwayat nyeri intermiten, pembengkakan, trismus, tekanan, dan
padat dan / atau resorpsi tulang eksternal. Dalam kasus dengan riwayat penyakit
dan teknik MRI berguna untuk diagnosis dan penyelidikan tindak lanjut.
gejala bukannya kuratif, dan termasuk NSAID, kortikosteroid, terapi HBO, dan
supuratif. Namanya berasal dari seorang ahli bedah Swiss, Dr Carl Garre, yang
Penyakit ini ditandai oleh periosteum proliferasi aktif, dan pembentukan tulang
di periosteum. Hal ini terjadi biasanya pada anak-anak dan orang dewasa muda
usia ini adalah periode puncak untuk kegiatan osteoblastik periosteal. Hal ini
asimetri wajah, meskipun kulit di atasnya sering muncul normal. Nyeri dapat
episodik dengan periode aktif. Tidak ada tanda sistemik yang jelas seperti demam,
periosteal.
dengan cara ekstraksi gigi atau perawatan endodontik; terapi antibiotik biasanya
Tata Laksana
penetrasi ke tulang
II.2.1 Sequestrectomy
tulang
Membuang tulang yang lepas/pecahan dan nekrotik, dapat
dapat dilakukan dengan sayatan sederhana dan trauma bedah kecil. Sebuah
plat bukal tebal buruk vascularised atas area yang sakit, yang
luka.
mati. Setelah tulang kortikal yang tidak tertutupi mengekspos rongga medula
margin tulang yang tajam di bur untuk menghilangkan tepi tajam dan bagian
melibatkan risiko tinggi kambuh atau infeksi luka, meninggalkan luka terbuka
infeksi luka karena decompress tulang dari eksudat atau nanah dan
Dressing untuk luka harus sering diganti setelah operasi. Jika terapi berhasil,
luka akan ditutup oleh regenerasi jaringan ikat tanpa masalah penyembuhan
luka.
- Dekortikasi adalah prosedur pembedahan yang bertujuan untuk
terinfeksi dari pembuluh darah periosteum bukal. Hal ini dicapai melalui
operasi pengangkatan korteks tulang bukal dan kontak langsung dari terkena
sumsum tulang dengan flap mucoperiosteal. Plate cortical lateral dan inferior
Pus sequestrum, jaringan nekrotik, dan granulasi yang ada di bawah tulang
kortikal harus hati-hati saat dihilangkan atau dibuang dan daerah bedah
Reseksi daerah yang terinfeksi dan rekonstruksi segera atau tertunda dapat
dipertimbangkan jika suatu daerah yang terlibat sangat luas atau kurang
pada saraf alveolar inferior dan pembuluh darah. (B, c) tulang di daerah
perdarahan dari daerah margin. Setiap bagian tulang yang tajam dan
menyeluruh irigasi dengan larutan saline, flap bukal dipangkas dan kasa
paket obat (misalnya, kasa ditutupi dengan iodoform atau salep antibiotik)
dimasukkan untuk hemostasis dan untuk mempertahankan flap di posisi
ditarik. pack ditempatkan tegas dan sedikit overfilling cacat tapi tidak harus
memberikan tekanan pada cacat. Jika perlu, beberapa jahitan terikat selama
setelah operasi. Penyembuhan dari hasil luka bedah, cacat tulang digantikan
oleh jaringan granulasi dan karena ukuran cacat akan mengurangi. gauze
gambar 14 dekortikasi
dekortikasi umumnya terdiri dari langkah-langkah berikut. (A) Setelah
kortikal lateral dihilangkan untuk membentuk jendela. Jika gigi terkena infeksi,
maka harus dicabut. (B) Pelat kortikal lateral dan sebagian dari cortical plate
rendah kemudian dihapus dan debridement dari tulang dan harus dilakukan
daerah tidak terlibat. (C) Flap terutama tertutup, dan penggunaan tekanan
ruang mati. Suplai darah tambahan untuk jaringan tulang yang terkena dari sisi
Reduksi terbuka dan tertutup adalah cara perawatan yang digunakan untuk
intermaxillary fixation (IMF). Perbedaan utama dari kedua tindakan ini adalah ada
a. Open Reduction
Tindakan untuk mendapatkan intermaxillary fixation tanpa disertai
Penggunaan arch bar dan wire ini dilakukan selama 4-6 minggu (selama
eruption delay
Kekurangan tindakan open reduction :
Tidak ada visualisasi langsung tulang
Melukai jaringan periodontal dan mukosa bukal
Kesulitan berbicara
Penyaluran nutrisi tidak seimbang
Sulit membuka mulut
Gangguan saat bernapas
Dapat menyebabkan gangguan fungsional TMJ (asimetri)
Reduksi Terbuka
Fraktur mandibula pertama kali dikenal pada awal 1650 SM ketika bangsa
Evolusi dari perawatan fraktur mandibula sangat lambat sampai abad 19. Biasanya
hanya menggunakan eksternal bandage. Selama tahun 1800 sampai awal tahun
sebagian besar variasi dari penggunaan bandage dan eksternal appliances, ekstra
splint, intremaxilary wiring dan splint, dan fiksasi internal meliputi kawat, plat
Lokasi
(26%), simfisis (17%), ramus (4%) dan processus coronoideus (1%). Fraktur
yang terjadi pada body, kondilus dan angulus mandibula tidak banyak berbeda
dalam insidensinya, dan fraktur ramus serta processus koronoideus sangat jarang
roda dua yang terkena adalah daerah simpisis. Pada fraktur yang diakibatkan
1) Systemic disorders
2) Displaced unfavorable fractures
3) Multiple facial and/or mandibular fractures
4) Bilateral condylar fractures and midface fractures
5) Delayed treatment with soft tissue in between the fracture
6) Malunion/non-union
membuat pasien paralisis dalam waktu yang lama. Faktor yang harus diperhatikan
adalah isolasi fraktur, garis wajah dan posisi nervous. Pendekatan bedah sendiri
Incisi kulit harus diletakkan pada lipatan kulit untuk menghindari jaringan parut
dan dibuat pada sudut yang tepat. Lemak subkutan dan superficial fascia
dipotong untuk mencapai lapisan superficialis pada bagian dalam fascia cervicalis,
cabang mandibula marginal dan nervus facialis terletak pada lapisan ini, sehingga
sangat penting untuk diketahui. Baik anterior atau posterior arteri facialis, seluruh
cabangnya berinervasi pada depressor bibir bawah, bagian belakang batas inferior
dari mandibula.
Pemisahan ke tulang melewati fascia cervicalis yang dalam dengan
Kelenjar submandibular dan capsulnya, akan menjadi bukti dan kutub paling
masseter dan bagian atas nervus diretraksi. Setelah otot dilewati lalu dipisahkan
pada batas inferior untuk melihat tulang. Otot, periosteum dan jaringan lunak
melalui incisi intraoral. Pertama dilakukan anestesi dengan lokal anestesi dan
vasokonstriktor. Bibir ditarik dan dibuat insisi curvilinear tegak lurus permukaan
mukosa. Musculus mentalis terlihat dan harus diinsisi tegak lurus dengan tulang
terputus. Mukosa lalu ditutup, dan penggunaan adhesif bandage pada dagu untuk
Body, Sudut dan Ramus Setelah dilakukan anestesi, dagu ditarik ka arah
lateral. Mukosa diinsisi dengan pisau tegak lurus terhadap tulang untuk menjauhi
nervus mentalis. Insisi dibuat kurang lebih 5 mm dari mukogingival junction
insisi harus disepanjang external oblique ridge, setinggi oklusal plane mandibula.
Internal fiksasi Untuk Pasien fraktur yang hanya mengalami fraktur yang
sederhana serta masih terdapat gigi dan oklusi yang baik, tehnik close reduction
fraktur multipel dan fraktur dengan pergerakan yang berat maka diperlukan
maksilomandibular.
yang diperlukan adalah: periosteotome bone rongeur mallet, chisel, cutting wire
bone forceps, pistol drill, key dan drill point stainless stell wire, 24 dan 30.
Jarak garis fraktur pada outer cortex Jarak ke batas bawah Jarak garis fraktur pada
dan akar gigi Ukuran dari lubang Orientasi dari bidang fraktur ke panjang tulang
lubang yang telah dibor Kawat dimasukkan melewati hipodermic needle Dengan
Fiksasi dengan Bone Plate dan Screw Metode ini menggunakan bone plate
dan bone screw untuk menyatukan fragmen fraktur, maka fragmen fraktur akan
fraktur. Jenis plate yang digunakan bermacam-macam ada yang yang lurus
dengan beberapa lubang untuk dimasukkan screw , ada juga yang membulat
sehingga dapat dipasang pada margo inferior mandibula (Luhr Mandibular Plate)
(Fonseca, 1999).
b. Closed Reduction
Tindakan untuk mendapatkan intermaxillary fixation yang disertai
tindakan ini disertai insisi yang dalam hingga periosteum, maka pasien
diakhiri dengan adanya rigid internal fixation untuk perbaikan tulang yang
fraktur.
Kelebihan tindakan closed reduction:
Mendapatkan visual yang baik pada jaringan
Mencegah komplikasi, seperti pernapasan, gangguan
rigid fixation
Kekurangan tindakan closed reduction:
Dapat melukai saraf dan pembuluh darah
Pasca operasi : dapat terjadi infeksi dan membentuk garis
Gambar 17 Tindakan Closed Reduction dengan Pemasangan Arch Bar dan Wire
Screw
antibiotik dalam serum harus dipertahankan, karena hal tersebut harus diberikan
penisilin karena aktivitas obat yang tinggi terhadap bakteri umum yang terlibat.
klindamisin dan metronidazol dapat menjadi alternatif yang sangat baik untuk
Lincomycin
akibat bakteri. pneumonia dan selulitis termasuk contoh infeksi berat yang bisa
penyebab infeksi. Oleh karena itu, lincomycin tidak cocok untuk mengobati
Tentang Lincomycin
Jenis obat : Antibiotik
Golongan : Obat resep
Manfaat : Menangani infeksi akibat bakteri
Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak
Bentuk obat : Kapsul dan obat cair
Lincomycin tersedia dalam berbagai merek serta harus digunakan dengan resep
Obat Generik :
Lincomycin / Linkomisin
Obat Bermerek :
Komposisi
Farmakologi
konsentrasi obat pada tempat infeksi dan organisme penyebab infeksi. Linkomisin
peptida.
Indikasi:
Kontra Indikasi:
linkomisin parenteral.
terbagai 3 – 4.
minum air 1 jam sebelum dan 1 – 2 jam setelah minum obat ini.
2. Selama terapi linkomisin jangka panjang, tes fungsi hati dan hitung sel
Efek Samping:
3. Rasa yang tidak umum seperti haus, letih dan kehilangan bobot tubuh
(pseudomembranous colitis).
Interaksi Obat:
Jika pemakaian kedua obat ini memang diperlukan, pasien harus menerima kaolin
Definisi :
Farmakokinetik :
A : GI track
M : hati
Farmakodinamik :
Klindamisin menghambat sintesa protein pada bakteri dengan cara mengikat
Indikasi :
bakteri. Contohnya : infeksi saluran nafas bawah, infeksi serius pada kulit dan
Dosis :
Dewasa
Anak
Efek samping :
3. Hati : jaundice
Kontra indikasi :
Interaksi obat :
diare).
II.4 Impaksi
Gigi Impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung pada
jangka waktu yang diperkirakan. Suatu gigi mengalami terpendam akibat gigi
tertangga, lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak yang tebal dan
menghambat erupsi. Karena gigi impaksi tidak erupsi, maka akan tertahan seumur
harus diingat bahwa tidak semua gigi yang tidak erupsi dinyatakan mengalami
yang kurang dan ruangan yang tersedia lebih kecil dibandingkan dengan lebar
total lengkung gigi. Gigi-geligi yang seringkali mengalami terpendam adalah gigi
molar tiga rahag bawah dan atas, gigi kaninus rahang atas dan premolar rahang
bawah. Gigi molar tiga paling sering mengalami impaksi karena merupakan gigi
yang paling terakhir erupsi, ruangan erupsi, ruangan erupsi yang dibutuhkannya
mempengaruhi potensi erupsi gigi molar tiga. Dua faktor yang dinyatakan paling
utama adalah angulasi gigi molar tiga dan ruang yang tersedia untuk erupsi.
Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai dengan
lengkung rahang. Tetapi pada saat gigi susu tanggal tidak terjadi celah antar gigi,
maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi permanen pengganti sehingga
bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya gigi
impaksi. Gigi impaksi dapat disebabkan oleh tulang yang tebal serta padat, tempat
untuk gigi tersebut kurang, gigi tertangga menghalangi erupsi gigi tersebut,
adanya gigi desidui yang persistensi, jaringan lunak yang menutupi gigi tersebut
kenyal atau liat, letak benih abnormal seperti horizontal, vertikal, kaudal, distal
lain jaringan sekitar gigi yang terlalu padat, persistensi gigi susu, tanggalnya gigi
susu yang terlalu dini, tidak adanya tempat bagi gigi untuk erupsi, rahang terlalu
sempit salah satu orang tua mempunyai rahang kecil, dan salah satu orang tua
lainnya bergigi besar, maka kemungkinan salah seorang anaknya berahang kecil
dan bergigi besar, Sebagai akibat dari kondisi tersebut, dapat terjadi kekurangan
Kausa Lokal
anak.
Kausa Umum
2) Kausa postnatal
Gigi yang mengalami impaksi akan menimbulkan rasa tidak nyaman kepada
pasien. Berikut ini tanda dan gejala klinis pasien yang mengalami impaksi gigi:
4) Rahang sakit
impaksi tersebut.
inklinasi dan kedalaman dapat dilihat berdasarkan klasifikasi menurut Pell dan
Kelas I : Ruangan yang tersedia cukup untuk erupsi molar tiga antara batas
anterior ascending ramus dengan distal gigi molar dua kurang dari ukuaran
Kelas III: Seluruh atau sebagian besar molar tiga berada dalam ramus
mandibula.
Gambar 21 Klasifikasi molar tiga impaksi kelas I,II,III menurut Pell dan Gregory
Posisi A : Bagian tertinggi gigi molar tiga berada setinggi garis oklusal.
Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar tiga berada di bawah garis oklusal
Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar tiga berada di bawah garis servikal
molar dua.
Gambar 22 Klasifikasi molar tiga impaksi posisi A,B,C menurut Pell dan Gregory
impaksi digolongkan berdasarkan posisi gigi molar tiga terhadap gigi molar dua.
ke lingual), inverted dan posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusual position.
Kelas A: Bagian terendah gigi molar tiga setinggi bidang oklusal molar
dua.
Kelas B: Bagian terendah gigi molar tiga berada di atas garis oklusal molar
Kelas C: Bagian terendah gigi molar tiga lebih tinggi dari garis servikal
molar dua.
Sinus Approximation (SA): Bila tidak dibatasi tulang, atau ada lapisan
mengetahui inklinasi
II.4.7 Komplikasi
Gigi molar ketiga yang mengalami impaksi dan tidak segera dilakukan
sebuah kantung di rahang. Jika kantung ini tetap ada karena gigi
kista yang bisa merusak tulang rahang, gigi bahkan saraf, bahkan
II.5.1 Pengertian
persiapan yang baik dan rencana operasi yang tepat dan benar dalam
yaitu:
malposisi).
Mahkota fraktur.
Sinus maxilaris.
Canalis mandibularis.
a. Kontraindikasi :
1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut.
2. Kemungkinan menyebabkan gigi terdekat rusak atau stuktur penting
lainnya.
Pada pasien yang berusia lanjut, tulang yang menutupi gigi impaksi
harus sempit.
h. Tang molar RB
i. Bein
j. Suture
k. Kapas, alcohol, iod dll.
yang lebih banyak dan menimbulkan trauma yang lebih besar, tetapi
pisahkan korona dari akar, kalau akar lebih dari satu maka dipisahkan
dan akar yang telah dipisah tersebut diambil satu persatu. Tujuannya
akar.
Banyak dan tebal tulang alveolar yang merintangi gigi tersebut
dilihat dari segala pihak, mislanya lingual atau palatinal, labial dan
bukal.
rahang bawah:
a. Membuat insisi untuk pembuatan flap
Syarat-syarat flap:
posisi gigi molar tiga yang impaksi dan pengambilan tulang yang menutupinya,
b. Flap insisi sulkus gigi molar kedua dan gigi molar pertama (Flap envelop)
c. Insisi sulkus gigi molar kedua dengan perluasan vestibular (Flap bayonet)
L- Shaped)
e. Flap Lingual
gambar 26 Desain Flap a) Flap Envelop b) Flap Bayonet
b. Pengambilan Tulang
Bila gigi terpendam seluruhnya dilapisi tulang, maka tulang dapat dibuang
dengan bur atau pahat. Bur yang dipakai yaitu bur yang bulat dan tajam, ada yang
menyukai nomor 3-5 yaitu yang besar, apabila banyak tulang yang harus dibuang.
Tetapi harus disediakan juga bur kecil untuk membuang tulang penghalang.
timbul waktu mengebur, supaya tidak terjadi nekrose tulang. Perlu diperhatikan
bahwa tulang bagian lingual tidak diambil, karena ada suatu modifikasi untuk
lingual (tidak dilakukan dengan pengambilan lokal anestesi) dan dilakukan bila
c. Pengambilan Gigi
a) Teknik Split Bone dengan Intoto (utuh) yaitu gigi dikeluarkan secara
bulat (utuh).
Figure 1 Teknik Intoto
b) Teknik Tooth Division dengan Separasi (terpisah) yaitu gigi dibelah dulu
baru dikeluarkan.
d. Pemberisihan Luka
residual.
residual.
c) Tepi tulang yang runcing harus di haluskan dengan bur atau dengan bone
file setelah itu rongga dibersihkan dengna semprotan air garam fisiologis
0,9% agar pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar semua dan dihisap
dengan suktor.
e. Suturing
penjahitan.
3. Pada odontektomi molar tiga atas atau kaninus atas .Gigi menembus dasar
tersebut, lalu tutup dengan kassa yang dibasahi antiseptik yang akan
metode delapan.
4. Pemindahan tempat/displacement. Penanganannya hentikan prosedur
Lakukan rontgen paling sedikit dari dua tempat untuk menentukan posisi
2. Perdarahan sekunder
3. Trismus.
7. Hematoma
pembengkakkan
f. diet lunak
g. cukup istirahat
a) Antibiotik
b) Analgetika
c) Anti Inflamasi
d) Vitamin untuk menaikkan daya tahan tubuh
Kontrol (Peterson, 2003)
Pasien kembali kontrol setiap hari sampai jahitan dibuka. Kontrol perdarahan.
Kontrol rasa sakit dan rasa tidak nyaman, termasuk diet, Oral Hygiene, Edema,
Tutorial I
Part 1 bagian 1
Anda seorang koass FKG UNPAD yang sedang bertugas di Poli Bedah Mulut dan
Maksilofacial RSHS. Tn. Oesman yang berumur 35 tahun datang dengan keluhan
gig geligi terasa goyang, disertai pembengkakan pada pipi kiri dengan bisul
bernanah. Penderita juga mengeluh adanya rasa kebas pada bibir bawah kiri serta
sebagian lidah sebelah kiri. Keluhan ini mulai dirasakan sejak dua bulan lalu.
Penderita sudah berobat ke dokter gigi namun pembekakan tidak hilang dan bisul
kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari motor dengan dagu membentur trotoar. Karena
penderita tetap sadar dan tidak ada luka serius, pasien tidak berobat ke dokter.
Part 1 bagian 2
Penderita dalam keadaan sadar penuh dengan tekanan darah 120/80 mmHg,
37,8 derajat celcius. Pada pemeriksaan ekstra oral terdapat pembengkakakn lunak
disertai beberapa fistula kutan dan pus. Pada palpasi KGB submandibula sinistra
tidak teraba, sakit pada tekanan, terdapat fluktuasi. Pemeriksaan intra oral,
kelainan pada mukosa dasar mulut, palatum maupun mukosa bukal. Pada
pemeriksaan gigi geligi, terdapat mobiliti pada gigi 33 sampai dengan 36, dan
nekrosis pulpa 46, kemudian gigi 48 terlihat mahkota sebagian. Palpasi pada
mandibula terdapat pergeseran tulang regio 33-34 dan sakit. Gigi geligi yang lain
- Ht : 70 (40 – 52) %
Tutorial II
Dokter gigi ahli bedah mulut menentukan diagnosis Bapak Oesman adalah
osteomyelitis kronis supuratif pada rahang bawah akibat trauma yang tidak
pada saat pasien kontrol, pasien mengeluhkan sakit pada gigi 48 yang tumbuh
Identitas Pasien
Nama : Oesman
Usia : 35 tahun
III.1 Problems
1. Gigi geligi terasa goyang, pembengkakan pada pipi kiri dengan bisul
bernanah.
2. Terasa kebas bibir bawah kiri, dan sebagian lidah kiri 2 bulan lalu
3. Sudah berobat ke drg. Namun pembengkakan tidak hilang, dan bisul tidak
sembuh.
5. Pasien tetap sadar dan tidak ada luka serius dan pasien tidak berobat ke
dokter.
6. 3 bulan setelah tindakan pasien mengeluhkan rasa sakit pada gigi 48 yang
tumbuh sebagian
III.2 Hypothesis
III.3 Mechanism
odontektomi gigi 48
1. Mengapa gigi terasa goyang pembengkakan pipi kiri dan bisul bernanah?
2. Mengapa terasa kebas pada bibir bawah kiri dan sebagian lidah kiri?
osteomielitis?
12. Bagaimana ciri-ciri kelaian fistula pada kulit?
suuratif ?
1. Klasifikasi osteomielitis
3. Hemostatika
-
BAB IV PEMBAHASAN
Pada kasus ini keluhan pasien berawal dari kecelakaan yang menyebabkan dagu
terbentur sehingga terjadi trauma pada mandibula dan tidak dilakukan perawatan.
terjadi system pertahanan tubuh alami berupa inflamasi supuratif. Inflamasi terus
meluas ke tulang spongiosa dan menuju korteks tulang lalu terbentuk pus yang
diatasnya salah satunya adalah gigi dan menyebabkan gigi tersebut menjadi
dan n.mandibularis sehingga terjadi rasa kebas di bibir bawah kiri dansebagian
lidah kiri.
Pada saat periosteum rupture penjalaran infeksi akan sampai pada jaringan
lunak sehingga terjadi inflamasi di jaringan lunak yang menyebabkan pipi kiri
IV.2 Mengapa terasa kebas pada bibir bawah kiri dan sebagian lidah kiri?
Rasa kebas atau parestesia didefenisikan sebagai suatu fenomena sensorik berupa
kebas, rasa terbakar dari kulit tanpa adanya stimulus yang jelas. Parestesi dapat
terjadi karena enzym proteolitik keluar serta adanya kerusakan bakteri dan
yang dapat mengakibatkan kollaps vaskuler, venous statis dan ischemia. Pus
Selain itu, paresthesia inferior alveolar nerve adalah tanda klasik dari tekanan
pada inferior alveolar nerve dari proses inflamasi dalam tulang medulla
mandibulla.
Karena pada kasus ini pasien mengalami inflamasi kronis dimana inflamasi kronis
itu adalah peradangan jangka panjang yang dapat berlangsung selama beberapa
Pasien yang sudah berobat juga masih tidak dapat sembuh, hal ini dapat
dikarenakan dosis obat antibiotik yang diberikan kurang tepat atau antibiotiknya
Anatomi, gambaran klinis, dan intervensi bedah infeksi ruang wajah yang
mungkin sangat penting bagi dokter gigi dibahas di sini. Infeksi bakteri di mulut
terutama menyebar untuk melibatkan ruang fasia yang bersebelahan. ruang ini
Meskipun sebagian besar infeksi tidak memperpanjang lebih jauh, infeksi sesekali
dan ruang fasia dalam serviks sangat penting untuk dokter gigi karena infeksi
gambar 30 Otot mylohioid menentukan apakah infeksi mengikis ke ruang sublingual atau
submandibular
lampiran dari otot mylohioid pada permukaan lingual dari tulang rahang bawah
sublingual. Sebagai akar molar kedua dan ketiga umumnya di bawah punggungan
nyeri, eritema, dan pembengkakan berotot atau lembut dari segitiga submandibula
digunakan.
dapat menyebar ke melibatkan masticator dan ruang faring lateral. drainase bedah
melalui pendekatan transoral biasanya sulit. Drainase umumnya dicapai dengan
Insisi kulit di bawah dan sejajar dengan mandibula, dengan diseksi tumpul
Dental fistulae
Sebuah fistula adalah bagian normal atau komunikasi antara dua organ internal
atau terkemuka dari organ nternal saya ke permukaan tubuh. Berbagai kondisi
dan perikoronitis adalah penyebab umum dari fistula. etiologi tambahan termasuk
infeksi postextraction, infeksi trauma, dan infeksi luka bedah (infeksi situs bedah).
Sebuah fistula juga dapat melibatkan entitas non-infektif seperti penyakit kelenjar
Bagian ini membahas fitur klinis dan manajemen yang fistula yang berhubungan
dengan infeksi odontogenik (gigi fistula). fistula gigi sering disebut sebagai sinus
gigi tracts.119 fistula gigi terbentuk di dalam mulut yang fistula gigi internal, yang
dibuat pada permukaan kulit wajah yang disebut fistula gigi kulit atau fistula gigi
ekstraoral (kulit saluran sinus gigi). Dalam hal karakteristik patologis, fistula
dikumpulkan dalam tulang alveolar. The purulen oleh-produk dari infeksi pulpa
akan mencari jalur yang paling perlawanan dan bergerak melalui tulang dan
jaringan lunak. Setelah plat kortikal telah menembus, titik keluar fistula
ditentukan oleh lokasi lampiran otot dan selubung fasia.
atau terkemuka dari organ nternal saya ke permukaan tubuh. Berbagai kondisi
dan perikoronitis adalah penyebab umum dari fistula. etiologi tambahan termasuk
infeksi postextraction, infeksi trauma, dan infeksi luka bedah (infeksi situs bedah).
Sebuah fistula juga dapat melibatkan entitas non-infektif seperti penyakit kelenjar
Bagian ini membahas fitur klinis dan manajemen yang fistula yang berhubungan
dengan infeksi odontogenik (gigi fistula). fistula gigi sering disebut sebagai sinus
gigi tracts. fistula gigi terbentuk di dalam mulut yang fistula gigi internal, yang
dibuat pada permukaan kulit wajah yang disebut fistula gigi kulit atau fistula gigi
ekstraoral (kulit saluran sinus gigi). Dalam hal karakteristik patologis, fistula
odontogenik kronis dalam tulang alveolar dan permukaan kulit. Fistula ekstraoral
adalah infeksi kronis gigi rahang bawah dan dengan demikian fistula sering
ekstraoral sesekali membentuk di lokasi yang jauh dari fokus. Fistula ekstraoral
muncul sebagai lembut, nodul sedikit tertekan atau papula pada kulit, sering tetap
dengan struktur yang mendasari. Lesi sering memiliki bukaan pusat untuk
Sebagai fistula intraoral dan ekstraoral memiliki penampilan klinis mirip dengan
jenis lain dari lesi yang dapat terjadi di daerah mulut dan maksilofasial, mereka
mungkin salah didiagnosis, yang mengarah ke yang tidak pantas antibiotik terapi,
radiographical diperlukan untuk diagnosis fistula. Ada atau tidak adanya abses
patah gigi, dan benda asing dalam soket ekstraksi harus hati-hati ditentukan.
harus dibedakan dari granuloma, tumor jinak dan ganas, ctinomycosis, dan
furunkel. Tumor, Mucocele, dan epulis juga perlu dibedakan dari fistula intraoral.
gambar 8 fistula ekstraoral
periodontal profesional, dan debridement dari soket ekstraksi. Jika gigi penyebab
benda asing, granulasi terinfeksi, tulang atau menyita mati dalam soket setelah
ekstraksi gigi juga menyebabkan kekambuhan. terapi antibiotik saja tidak efektif
dalam kasus fistula gigi ekstraoral, kombinasi pengobatan fokus dan operasi untuk
fistula mungkin diperlukan karena saluran fistula mungkin pelabuhan benda asing
kecil atau jumlah besar granulasi yang terinfeksi dan jaringan epitel yang dapat
mungkin estetis tidak menarik. Jika bekas luka estetis dapat diterima berlanjut
IV.7 Mengapa pada palpasi KGB submandibula sinistra tidak teraba, sakit
Oedema tersebut akan di drainase oleh limfa, apabila saat di drainase terdapat
(tergantung system imun individu), dan apabila tidak terdapat bakteri yang masuk
kedalam limfa saat drainase, tidak akan terjadi pembesaran pada limfa
(limfadenitis).
Karena adanya infeksi bakteri, makan keluarlah sel-sel PMN menuju tempat jejas
(dominan Neutrofil) dan terjadilah fagositosis. Oleh karena sel-sel akut tidak
mampu lagi melawan mikroba, maka dari itu keluarlah sel-sel kronis (sel plasma,
limfosit, sel mast, eosinofil) sehingga akan terjadi peningkatan fagositosis dan
terbentuklah pus hasil dari sel-sel nekrotik, PMN, dan mikroba yang telah mati.
Pus ini juga yang menyebabkan terjadinya fluktuasi saat palpasi. Akumulasi pus
di jaringan lunak ini juga yang menyebabkan timbulnya rasa sakit karena akan
menekan saraf.
memiliki peran dalam sirkulasi yang mengantarkan oksigen dan juga nutrisi ke
seluruh tubuh termasuk ke otot. Oleh karena darah telah terkontaminasi bakteri,
timbul juga dikarenakan spasme pada otot pengunyahan sehingga lebar bukaan
Karena pergeseran tulang yang disebakan trauma dapat menyebabkan infeksi pada
Karena leukosit fungsi utamanya untuk melawan infeksi. Sehingga pada saat
terjadi infeksi, tentu akan banyak ditemukan leukosit pada daerah tersebut.
Banyaknya leukosit ini akan berperan dalam proses fagositosis. Dalam proses
dengan pelepasan C3a dan C5a pada aktivasi komplemen yang bersifat
kemotaksis.
yang tinggi.
Sedangkan untuk hasil darah lain seperti hemoglobin, eritrosit, dan trombosit
odontektomi ?
lakukan sebagai dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang kita temukan
komplikasi dari tindakan ekstraksi gigi yang kita lakukan. Karenanya kita perlu
waspada dan diharapkan mampu mengatasi kemungkinan-kemungkinan
Salah satu komplikasi ekstraksi gigi yang dapat terjadi adalah perdarahan
pasca ekstraksi. Dalam mengatasi perdarahan pasca ekstraksi ini, tindakan yang
paling utama adalah pencegahan, tetapi bila tetap terjadi kita harus mampu
mengatasinya.
oleh faktor lokal maupun faktor sistemik, maka pencegahan merupakan hal yang
penting. Hal ini terutama apabila perdarahan terjadi karena faktor sistemik seperti
dan lain-lain.
Bila perdarahan pasca ekstraksi terjadi karena faktor lokal, sebagai seorang
dengan melakukan penekanan atau penjahitan yang baik, dan apabila diperlukan
Mulut dan merupakan tindakan yang sehari-hari dilakukan oleh seorang dokter
pasca ekstraksi dapat terjadi karena faktor lokal maupun karena faktor sistemik.
Sebagai seorang dokter gigi, kita dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
penatalaksanaannya.
lokal, seperti:
menghisap-hisap
5. kumur-kumur yang berlebihan
6. memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksi
(gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara
trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga
ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade
kadang adanya perdarahan ini dapat menjadi tanda adanya penyakit hemoragik.
1. Penyakit kardiovaskuler
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan
perdarahan.
3. Hemofilli
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor
Kita harus mampu menggali informasi riwayat penyakit pasien yang memiliki
penyebab kecil
e. riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan di
apakah ada riwayat prolonged bleeding (24-48 jam) pasca ekstraksi. Penting
pasien tidak memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca ekstraksi gigi
pasien sampai dirawat atau bahkan perlu mendapat transfusi maka kita perlu
persendian atau kulit dapat kita curigai pasien memiliki defek pembekuan
darah (clotting defect). Adanya tanda dari purpura pada kulit dan mukosa
Yang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap tenang dan jangan
panik. Berikan penjelasan pada pasien bahwa segalanya akan dapat diatasi dan
tidak perlu khawatir. Alveolar oozing adalah normal pada 12-24 jam pasca
ekstraksi gigi. Penanganan awal yang kita lakukan adalah melakukan penekanan
langsung dengan tampon kapas atau kassa pada daerah perdarahan supaya
terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya dengan melakukan penekanan,
tampon selama 10 menit dan periksa kembali apakah perdarahan sudah berhenti.
Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan pada
soket gigi yang mengalami perdarahan tersebut. Teknik penjahitan yang kita
gunakan adalah teknik matras horizontal dimana jahitan ini bersifat kompresif
pada tepi-tepi luka. Benang jahit yang digunakan umumnya adalah silk 3.0,
Perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri, maka kita
lakukan klem dengan hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat pembuluh
Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang dan
keenceran darah sehingga darah tetap mengalir dalam pembuluh darah dan
kehilangan darah pada saat terjadinya kerusakan pembuluh darah. Faal hemostasis
1. Sistem vaskular.
2. Sistem trombosit
3. Sistem koagulasi
4. Sistem fibrinolisis
Untuk mendapatkan faal hemostasis yang baik maka keempat sistem tersebut
harus bekerja sama dalam suatu proses yang berkeseimbangan dan saling
(platelet+fibrin plug)
3. Langkah III : fibrinolisis yang menyebabkan lisis dan fibrin setelah dinding
1. Komponen vaskuler
2. Komponen trombosit
3. Komponen koagulasi
Sistem Vaskular
Pembuluh darah memiliki peran penting dalam menjaga hemostasis. Sel endotel
menghasilkan :
dari trombosit
membran yang mengikat tissue factor (TF) yang mengaktfkan koagulasi dan
faktor von Willebrand (vWF), protein multimerik dibuat oleh sel-sel endotel, yang
memediasi adhesi platelet pada endotel dan membawa faktor pembekuan VII
dalam plasma.
Sistem trombosit
Trombosit diaktifkan pada lokasi cedera vaskular untuk membentuk sebuah plug
pendarahan.
Respon fungsional trombosit diaktifkan melibatkan empat proses yang berbeda:
1.Adhesi trombosit
von Willebrand. Selain itu, ada interaksi perekat lainnya yang berkontribusi
terhadap adhesi platelet. Salah satu contoh adalah pengikatan reseptor platelet
2.Agregasi trombosit
anggota superfamili dari reseptor protein yang disebut integrin perekat yang
ditemukan di banyak jenis sel yang berbeda. Kompleks GP IIb/IIIa (integrin alpha
IIb beta 3) adalah reseptor yang paling banyak di permukaan platelet, dengan
sekitar 80.000 kompleks per platelet. GP IIb/IIIa tidak mengikat fibrinogen, suatu
Selain memediasi agregasi platelet, bagian dari sitosol diaktifkan kompleks GP IIb
/IIIa yang mengikat sitoskeleton platelet dan dapat memediasi trombosit menjadi
menyebar dan membentuk retraksi bekuan, yang telah disebut sebagai sinyal
reseptor-ligan yang terjadi pada bagian eksternal dari membran dengan peristiwa
sitosol yang terjadi secara dua arah; hal ini merupakan jalur akhir yang umum
3. Sekresi trombosit
Trombosit mengandung dua jenis butiran: butiran alpha dan butiran padat. Granul
platelet derived growth factor (PDGF), faktor trombosit 4, dan P-selektin. Butiran
padat mengandung ADP, ATP, kalsium terionisasi, histamin, dan serotonin.
Trombosit mengeluarkan berbagai zat dari butiran mereka pada stimulasi sel
antara lain :
fibrinogen pada daerah endotel yang cedera selain itu fibirnogen juga dijumpai
pada plasma.
5. Faktor pertumbuhan, seperti PDGF, memiliki efek mitogenik yang kuat pada
sel-sel otot polos. Pelepasan PDGF dari trombosit pada lokasi vaskular yang
4.Aktifitas prokoagulan
Aktivitas platelet prokoagulan merupakan aspek penting dari aktivasi platelet dan
permukaan platelet. Kompleks ini merupakan contoh penting dari keterkaitan erat
Sistem Koagulasi
Faktor koagulasi atau faktor pembekuan darah adalah protein yang terdapat dalam
plasma (darah) yang berfungsi dalam proses koagulasi. Jika terjadi aktivasi
protein ini dalam keadaan tidak aktif (proenzim atau zymogen), protein aktif ini
fenomena air terjun (waterfall) atau seperti tangga (cascade). Artinya aktivasi
tidak terjadi pendarahan berlebihan, tetapi proses pembekuan darah ini harus
dilokalisir hanya pada daerah injury, tidak boleh menyebar ke tempat lain karena
1. Adanya AT III (anti-thrombin III) yang terikat pada permukaan endotil dengan
perantaraan heparan sulfat. AT III akan menginaktifkan thrombin dan faktor Xa.
luar tempat injury dapat mengendalikan proses koagulasi sehingga tidak menyebar
ke tempat lain.
proses reparasi dinding pembuluh darah selesai sehingga pembuluh darah tersebut
1. Pada saat terjadi perlukaan, oleh t-PA dan urokinase-like plasminogen activator
(UPA) yang dilepaskan oleh sel yang rusak atau oleh sel yang aktif
2. Bahan eksogen seperti streptokinase, atau oleh t-PA atau UPA terapetik
(FDPs) dan juga mendegradasi faktor V dan VII. Plasmin yang bebas
Obat Hemostatik
1. Hemostatik Lokal
a. Absorbable Hemostatik
Mekanisme kerja :
berdarah
Jenis Obat:
1. Spons gelatin
b. Adstringen
Mekanisme kerja :
perdarahan berhenti.
Indikasi :
c. Koagulan
Mekanisme kerja :
d. Vasokonstriktor
lagi)
Cara penggunaan :
Oleskan kapas yang telah dibasahi dengan laruatan 1 : 1.000 obat tersebut
2. Hemostatis Sistemik
b. Anti fibrinolitik
Mekanisme kerja : menghambat plasminogen sehingga pembentukan
perdarahan lainnya
c. Untuk gangguan adhesi trombosit
Contoh: Etamsilat
Penggunaan klinis untuk perdarahan kapiler, menorrhagia (perdarahan
karena itu dapat membantu mengatasi pendarahan berat akibat fibrinolisis yang
berlebihan.
1. Farmakodinamik
lebih kuat daripada in vitro aminokaproat. Asam traneksamat mengikat lebih kuat
daripada asam aminokaproat untuk kedua reseptor yang kuat dan lemah dari
molekul plasminogen dalam rasio yang sesuai dengan perbedaan potensi antara
2. Farmakokinetik
protein yang lemah. Berdifusi ke plasenta dan air susu. Diekskresikan dalam urin.
3. Indikasi
angiodema hereditas.
pendek (2-8 hari) untuk mengurangi atau mencegah perdarahan dan mengurangi
kebutuhan untuk terapi penggantian selama dan setelah pencabutan gigi. Hal ini
juga dapat digunakan untuk perdarahan yang berlebihan dalam kasus menstruasi,
4. Kontraindikasi
5. Efek Samping
6. Dosis
sehari.
kali sehari.
7. Sediaan
Gelatin sponge adalah suatu bahan, berbentuk seperti sponge yang bersifat steril,
darah.
Indikasi
Gelatin sponge dapat digunakan untuk semua prosedur operasi ketika terjadi
perarahan kecuali untuk pasien kencing manis, perdarahan pada mata dan juga
saraf.
Kontraindikasi
ataupun menstruasi
6. Jika sudah mencapai hemostatis, gelatin sponge dapa dilepaskan untuk
anatomi
Efek samping
Demam
Takikardia
Lemas
Peripheral edema
Kemerahan
Mekanisme Kerja
Ketika terdapat bleeding, gelatin sponge yang diletakkan pada daerah yang
sponge, gelatin sponge ini data menyerap platelet dan sel darah merah 40 sampai
koagulasi. Gelatin sponge ini akan diserap oleh tubuh 4 sampai 6 minggu setelah
pemasangan.
Sediaan
Sediaan dari gelatin sponge ini dapat berupa bubuk, balok, tube, ataupun persegi
Penyimpanan
Untuk penyimpanan gelatin sponge ini sebagiknya dik\letakkan pada tempat yang
kering dalam temperature ruang (15-30oC), dan segera digunakan setelah dibuka.
BAB V KESIMPULAN
region submandibular. Selain itu terdapat juga rasa kebas yang dialami pasien
pada bibir bawah kiri dan sebagian lidah kiri. Pada pemeriksaan intra oral,
ditemukan pada palpasi KGB submandibula sinistra tidak teraba, sakit pada
tekanan dan terdapat fluktuasi dan terjadi trismus, serta ada pergeseran tulang di
regio gigi 33-34 menyebabkan mobility pada gigi 33,34,35,36. Pada pemeriksaan
dialami pasien akibat kecelakaan ini, dilakukan tindakan bedah, yaitu reduksi
gigi 48. Untuk itu dilakukan tindakan bedah untuk mengambil gigi 48 impaksi
perdarahan. Karena itu, diberikan asam traneksamat dan gelatin spons untuk
Andreasen J.O. 1997. Textbook and Color Atlas of Tooth Impactins Diagnosis
Pedlar J., 2001, Oral and Maxillofacial Surgery. An Objective based textbook,
Churchill Livingstone
Peterson L.J., 2003, Contemporary Oral Maxillofacial Surgery, 4th ed., Mosby
yearbook inc.
Yagiela JA, Dowd FJ, Neidle EA. 2004.Pharmacology and Therapeutics for