Disusun Oleh:
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun usulan
penelitian pendanaan internal ini dengan judul “ Perbedaan Efektifitas Jalan Kaki
dan Latihan Isometrik Kuadrisep Terhadap Nyeri dan Rentang Gerak Sendi Lutut
Pada Pasien Osteoartritis Lutut”.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii
RINGKASAN................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 8
E. Luaran Penelitian........................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka ............................................................................. 10
B. Kerangka Teori.............................................................................. 32
C. Kerangka Konsep........................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................... 34
B. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................... 34
C. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 36
D. Variabel Penelitian......................................................................... 37
E. Definisi Operasional....................................................................... 37
F. Alat Ukur dan Cara Pengumpulan Data......................................... 40
G. Pengelolaan Data dan Analisis Data.............................................. 44
E. Etika Penelitian.............................................................................. 44
I. Keabsahan.......................................................................................
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
A. Anggaran Biaya ........................................................................... 45
B. Jadwal Kegiatan............................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
.......................................................................................................................... 47
DAFTAR SKEMA
Ringkasan
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif yang mengenai sendi bersifat kronis
dan progresif, berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi serta penyebab utama kecacatan.
Nyeri merupakan gejala utama pasien dengan OA, dan berdampak terhadap gangguan
fungsional serta kualitas hidup yang menurun. Pasien OA lutut disamping mendapatkan
pengobatan, juga perlu melakukan latihan untuk mengurangi keluhan. Hasil studi
pendahuluan di Poliklinik Orthopedi RSUD Dr.Soedjati Soemodiarjo Purwodadi
menunjukkan data kunjungan pasien OA lutut dalam 6 bulan terakhir sebanyak 584 pasien
atau sekitar 35 % dari total kunjungan. Pasien OA lutut datang berkunjung dengan keluhan
utama yaitu nyeri dan kekakuan pada lutut. Latihan isometrik merupakan latihan penguatan
otot kuadrisep sudah menjadi gold standart terapi latihan pada pasien OA. Hasil
wawancara di RSUD Dr.Soedjati Soemodiarjo Purwodadipada 6 pasien Osteoartritis lutut
yang sudah melakukan latihan isometrik antara 2-3 minggu, 2 pasien mengatakan nyerinya
sangat berkurang, sedangkan 4 pasien mengatakan nyerinya tidak banyak berkurang.
Beberapa pasien mengatakan bahwa latihan tersebut tidak mudah untuk dilakukan sehingga
jarang di praktekkan, kadang ketika akan memulai aktifitas latihan setelah bangun tidur
nyerinya bertambah sehingga latihan tidak dilakukan. latihan isometrik kuadrisep dan
Jalan kaki bisa menjadi alternatif latihan pada pasien OA lutut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi perbedaan efektifitas jalan kaki dan latihan isometrik kuadrisep
terhadap nyeri dan rentang gerak sendi pada pasien dengan osteoartritis lutut. Desain
penelitian ini menggunakan quasi-experimental design dengan pendekatan rancangan non
equivalent control group before–after design. Jumlah sampel dalam penelitian ini terdiri
dari 17 responden kelompok intervensi I dan 17 respoden kelompok intervensi II. Teknik
pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling.
Kata kunci: Latihan Jalan Kaki, Latihan Isometrik Kuadrisep, Nyeri, Rentang Gerak Sendi,
Osteoartritis lutut
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Osteoartritis lutut memiliki gejala klinis yang khas yaitu nyeri, kekakuan
pada sendi, terutama setelah aktivitas berkepanjangan, keterbatasan rentang gerak
sendi dan ketidakstabilan sendi (Firestein et al., 2013;Yadav & Attrey, 2017). Nyeri
merupakan gejala utama pasien dengan OA (Perrot S, 2015). Terjadinya nyeri pada
OA disebabkan karena ada rangsangan nosiseptor oleh mediator inflamasi seperti
serotonin, bradikinin, calcitonin gene-related peptide (CGRP) dan substance P
(SP), yang dilepaskan saat terjadinya kerusakan jaringan (Enohumah et al., 2008).
Nyeri yang terjadi pada OA lutut berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot
kuadrisep. Periode inaktivitas pada waktu yang lama karena nyeri sendi
menyebabkan disuse atrophy dan kekuatan otot berkurang 3% dalam 1 minggu
(Roos et al., 2011). Hasil penelitian Muraki et al. (2017) bahwa kekuatan otot
kuadrisep berhubungan secara signifikan dengan nyeri pada pasien dengan
osteoartritis lutut. Nyeri kaki bilateral dan ipsilateral dapat mempengaruhi status
dan fungsi kesehatan pada OA lutut (Paterson et al., 2015).
nyeri, akan tetapi untuk mendapatkan efek yang lebih optimal perlu kombinasi
latihan yang sinergis yang dapat memberikan efek penurunan nyeri lebih cepat.
Jalan kaki merupakan latihan aktifitas yang sederhana serta sebagai bagian
dari aktifitas kehidupan sehari-hari. Jalan kaki bisa menjadi alternatif latihan pada
pasien OA karena aman, mudah untuk dilakukan serta memiliki risiko cedera
musculoskeletal yang rendah, terutama disukai oleh individu yang tidak aktif
melakukan aktifitas fisik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan terhadap latihan
tersebut (Connor et al., 2014; Hamer & Chida, 2014). Berjalan membutuhkan
koordinasi yang baik dari beberapa otot yang berbeda. Koordinasi aktifitas dari
otot-otot tungkai bawah diperlukan tidak hanya untuk gerakan dan keseimbangan
tetapi untuk pemeliharaan stabilitas sendi. Stabilisasi sendi dibantu oleh kerja dari
reseptor sensorik melalui sistem otot gamma untuk menyesuaikan terhadap aktifitas
otot yang ada di sekitar sendi (Khademi et al., 2017). Proses jalan kaki juga mampu
melatih otot-otot yang dapat menjaga fleksibilitas sendi lutut sehingga jangkauan
gerak sendi meningkat dan kekakuan sendi berkurang (Ambrose & Golightly,
2015).
Jalan kaki yang dilakukan secara rutin bermanfaat untuk kesehatan sendi
lutut, memperbaiki pertumbuhan tulang, menjaga keseimbangan, mencegah
kontraktur, meningkatkan mobilitas, menimbulkan perasaan lebih baik,
5
meningkatkan harga diri, meningkatkan fungsi kognitif, dan hidup terasa lebih
berkualitas (Farrokhi et al., 2017;Kelly et al., 2017; Khademi et al., 2017). Manfaat
lain dari jalan kaki adalah dapat menurunkan nyeri. Berdasarkan hasil penelitian
Farrokhi et al. (2017) menunjukkan bahwa latihan jalan kaki yang dilakukan kurang
dari 30 menit dapat menurunkan nyeri dan aman untuk pasien OA karena tidak
menambah beban pada sendi lutut.
B. Rumusan masalah
Osteoartritis (OA) lutut merupakan bentuk arthritis yang paling umum dan
penyebab utama kecacatan pada orang dewasa serta meningkat secara dramatis
seiring dengan bertambahnya usia. Kelainan fisik yang umum terkait dengan OA
lutut adalah nyeri, penurunan lingkup gerak sendi serta kelemahan otot-otot
kuadrisep sehingga menyebabkan kehilangan kemampuan untuk melakukan
aktifitas sehari-hari. Nyeri merupakan gejala utama pada pasien osteoartritis yang
disebabkan karena terangsangnya nosiseptor oleh mediator inflamasi yang
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi perbedaan efektifitas jalan kaki dan latihan isometrik otot
kuadrisep terhadap nyeri dan rentang gerak sendi pada pasien dengan
osteoartritis lutut.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien OA lutut yang menjadi responden
penelitian
b. Mengidentifikasi perbedaan nyeri dan rentang gerak sendi pada pasien
osteoartritis lutut sebelum dan sesudah diberikan latihan jalan kaki
8
E. Target Luaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
9
11
e. Patofisiologi
Kartilago artikular yang sehat tampak rata, berkilau, dan berwarna putih.
Hal ini menunjukkan vikoelastisitas dan kemampuan kompresif yang
berkaitan dengan kemampuannya menahan goncangan. Kondrosit
memproduksi matriks kartilago dengan cara menghasilkan dua tipe kolagen
dan proteoglikan. Proteoglikan yang bersifat hidrofolik (menarik air) secara
signifikan menambah kemampuan kartilago untuk menahan beban berat
pada penggunaan sendi. Osrteoartritis dapat di deskripsikan sebagai sebuah
proses degradasi matriks kartilago yang diikuti dengan ketidakefektifan
usaha tubuh dalam memperbaiki. Perubahan patologis dini adalah
pengurangan proteoglikan dalam matriks, yang dikuti dengan pelunakan dan
hilangnya elastisitas pada kartilago. Ketika tubuh berusaha mengompensasi,
pertama kali kondrosit akan berproliferasi dan meningkatkan produksi
sintesis proteoglikan dan kolagen. Destruksi yang progresif oleh enzim
lisosom akan meningkatkan produksi melampaui batas, sehingga kartilago
menjadi rentan pada pergerakan sendi. Perubahan pada sintesis kolagen juga
akan terjadi, meminimalkan kemampuan kompresif dari kartilago (Black &
Hawk, 2014).
Pada tingkat biokimia, perubahan utama pada osteoarthritis terjadi
peningkatan kandungan air pada kartilago artikular, penurunan konsentrasi
proteoglikan dan hilangnya jaringan kolagen. Pada tahap awal, tulang rawan
artikular akan menebal dan membengkak karena peningkatan air dan
peningkatan sintesis proteoglikan. Namun, perubahan ini membuat kartilago
kurang kompresibel, lebih rentan terhadap kerusakan jaringan akibat
menahan beban. Jaringan kolagen juga mengalami kerusakan akibat enzim
yang dilepaskan dari chondrocytes dan sel lapisan sinovial yang mengalami
tekanan. Enzim tersebut termasuk dalam famili yang disebut
metalloproteinase (MMPs), dimana kolagenase termasuk dalam anggota
MMPs. MMPs disekresikan sebagai zymogens dan harus diaktifkan secara
ekstraselular dimana aktivitasnya dikendalikan oleh penghambat jaringan
metaloproteinase (TIMPs). Sementara OA sering dianggap sebagai
arthropati non-inflamasi, sitokin yang merupakan turunan dari chondrocyte
14
seperti IL-1 dan TNF diketahui memainkan peranan secara langsung dalam
degradasi kartilago manusia oleh MMPs (Sambrook et al, 2015).
Rusaknya karilago pada permukaan artikular, pertumbuhan tulang
meningkat pada batas sendi, pertumbuhan osteosit menghasilkan
ketidakseimbangan pada permukaan tulang. Distribusi normal akibat
tekanan normal akan berubah, mengakibatkan nyeri dan pergerakan yang
terbatas. Cairan sinovium juga akan berespon terhadap sekresi yang
berlebihan dari cairan synovial, menjadi inflamasi dan pembengkakan
kapsul sendi (Black & Hawk, 2014).
f. Diagnosis OA
Penegakan diagnosa OA didasarkan pada manifestasi klinis dan radiografi
(Setiati et al., 2014). Menurut kriteria American College of Rheumatology
(ACR) yaitu adanya nyeri sendi dan osteofit disertai paling sedikit 1 dari 3
kriteria diantaranya kaku sendi, usia> 50 tahun dan krepitus pada
pergerakan sendi aktif (IRA, 2014).
Derajat dan kriteria osteoarthritis berdasarkan radiologis diagnostik menurut
Kellgren & Lawrence dalam Hochberg et al., (2015) yaitu ;
a. Derajat 0 (Normal) : Tidak ada tanda osteoarthritis
b. Derajat 1(Meragukan) : sedikit osteofit, meragukan
c. Derajat 2 (Minimal) : Osteofit nyata, tidak ada penyempitan celah
sendi
d. Derajat 3 (Sedang) : Osteofit nyata, penyempitan nyata pada celah
sendi
e. Derajat 4 (Berat) : Penyempitan berat pada celah sendi, sklerosis
pada tulang subchondral
g. Penatalaksanaan
Manajemen OA meliputi terapi non farmakologis dan farmakologis.
Kombinasi terapi non farmakologis dan farmakologis sangat dibutuhkan
untuk manjemen pasien dengan OA (Nelson et al, 2014). Berdasarkan
rekomendasi Osteoarthritis Research Society International (OARSI) untuk
manajemen osteoarthritis lutut atau HIP terdiri dari terapi non farmakologis,
15
2. Nyeri Osteoartritis
a. Pengertian
Nyeri merupakan suatu sensori subyektif dan pengalaman individu yang tidak
menyenangkan bersifat komplek yang melibatkan komponen fisik,
16
emosional dan kognitif yang dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan yang
aktual maupun potensial (Perry & Potter, 2009; Craven et al, 2013; Smeltzer,
2008; Shankman, 2011).
b. Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan perjalanannya, nyeri dibedakan menjadi nyeri akut dan kronis.
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi secara mendadak dalam waktu kurang
dari 3 (tiga) bulan, sedangkan nyeri kronik adalah nyeri yang terjadi secara
perlahan-lahan, menetap dan berlangsung lebih dari 3 bulan. Berdasarkan
penyebabnya, nyeri dikatagorikan menjadi dua yaitu nyeri nosiseptif
(nociceptive pain) dan nyeri neuropatik (neuropatic pain). Nyeri nosiseptif
adalah nyeri yang disebabkan karena adanya kerusakan jaringan somatik
ataupun visceral. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang terjadi akibat
ketidaknormalan proses input sensoris pada daerah perifer ataupun pada
sistem syaraf pusat (Lewis, et al, 2011).
c. Mekanisme nyeri
Nyeri OA termasuk suatu kondisi nyeri nosiceptif prototipikal (prototypical
nociceptive pain) yang dijadikan sebagai sinyal alarm, berhubungan dengan
intensitas degradasi sendi (Perrot et al., 2015). Konsep nyeri nosiceptif
meliputi 4 (empat) hal yaitu tranduksi, transmisi, persepsi dan modulasi
(D’Arcy, 2007; Perrot et al., 2015).
Menurut Perrot et al. (2015) Patofisiologi nyeri mencakup empat proses yang
berbeda meliputi:
1. Transduksi
Transduksi merupakan suatu konversi energi yang disebabkan oleh
stimulus nyeri seperti mekanis, termal, dan kimia menjadi suatu energi
listrik oleh reseptor yang spesifik ( Perrot et al., 2015).
Lebih dari 80% serabut syaraf di dalam sendi adalah serabut yang tidak
bermyelin, yang tersebar di antara serabut C dan serabut syaraf simpatis).
Stimulasi mekanis dapat menginduksi nyeri sendi. Dalam sendi normal,
tekanan intra-artikular berkisar antara 2 dan 10 mm Hg. Dalam kasus
radang atau lesi artikular lokal, tekanan bisa meningkat hingga 20mmHg.
Kerusakan tulang rawan dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan pada
17
5. Perhatian
Perhatian yang berlebihan berhubungan dengan nyeri yang meningkat,
karena perhatian individu yang terfokus pada nyeri bisa mempengaruhi
persepsi nyerinya. Sedangkan upaya pengalihan seperti distraksi dikaitkan
dengan penurunan respon nyeri (Perry & Potter, 2009).
6. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri bagi individu, tetapi nyeri
juga dapat menimbulkan suatu perasan ansietas, sehingga hubungan antara
nyeri dan kecemasan merupakan hal yang kompleks.. Individu yang sehat
secara emosional biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga
berat dari pada individu yang memiliki status emosional yang kurang
stabil. Pasien yang menderita penyakit kronis seringkali mengalami
kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan diri, memiliki tingkat
kecemasan yang tinggi (Perry & Potter, 2009).
7. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran keluarga serta teman dekat sering membuat stress berkurang
sehingga nyeri berkurang, hal ini Karena individu yang mengalami nyeri
sering tergantung pada anggota keluarga atau teman dekat untuk
mendapatkan dukungan, bantuan, maupun perlindungan (Perry & Potter,
2009).
Faktor lain yang berkorelasi dengan nyeri OA dan perkembangan OA
adalah
1) Derajat OA
Derajat OA berkaitan dengan derajat degradasi sendi (Perrot et al.,
2015). Pasien OA digambarkan dengan adanya osteofit, terdapat
penyempitan nyata pada celah sendi, bahkan pada OA yang lanjut
terdapat penyempitan berat pada celah sendi serta sklerosis pada
tulang subchondral (Hochberg et al., 2015). Osteoartritis umumnya
terdapat pada sendi synovial, dimana kartilago sendi terjadi degenerasi
serta pembentukan tulang baru pada subkondrium sendi. Degenerasi
atau perubahan struktur tersebut terjadi karena kondrosit mengalami
kerusakan, semakin tinggi derajat OA maka akan semakin banyak
tingkat kerusakan kartilago sendi dan osteofit semakin nyata.
21
mulai dari tidak nyeri (no pain) di satu ujung dan nyeri tak tertahankan
(unbearable pain) pada sisi lainnya (Potter & Perry, 2009).
Gambar 2.1 Visual Analog Scale (VAS)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Tak
Nyeri sedang tertahankan
Hawks, 2014; Potter & Perry, 2009). Saat memeriksa dan melakukan
rentang gerak sendi harus dilakukan dengan hati-hati, tidak boleh
melewati titik nyeri yang dirasakan pasien (Halstead, 2006).
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon manusia
terhadap gangguan kesehatan. Diagnosis keperawatan utama yang muncul
pada pasien OA adalah nyeri kronis berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal kronis, kerusakan jaringan. Sedangkan diagnosis
keperawatan utama yang lain adalah gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan rentang gerak sendi, dan nyeri (Herdman & Kamitsuru,
2015; Hinkle & Cheever, 2014).
27
c. Manajemen Keperawatan
Tujuan utama intervensi keperawatan pada OA adalah manajemen nyeri dan
perbaikan mobilitas. Manajemen nyeri meliputi farmakologi dan non
farmakologi. Manajemen non farmakologi diantaranya adalah edukasi,
exercise (latihan), penurunan dan kontrol berat badan, penggunaan
cane/tongkat, massage, local heat/ice dan teknik relaksasi. Sedangkan
farmakologis yaitu pemberian analgetik golongan NSAID (Black & Hawks,
2014; Hinkle & Cheever, 2014; Hochberg et al., 2015).
4. Latihan Isometrik
a. Pengertian
Latihan isometrik merupakan salah satu bentuk latihan penguatan, latihan
kontraksi otot di mana panjang otot tetap konstan sementara ketegangan otot
bertambah (Hoogenboom et al., 2014). Latihan isometrik merupakan latihan
dengan kontraksi otot tanpa pergerakan sendi sehingga tidak terjadi
perubahan pada panjang otot. Latihan isometrik dapat meningkatkan
ketegangan otot, tetapi tidak menambah ukuran otot. Latihan isometrik
sedikit meningkatkan heart rate dan cardiac output, tetapi tidak
meningkatkan secara khusus aliran darah ke bagian tubuh tertentu (Frandsen
et al., 2016).
b. Manfaat
Menurut Maher, Salmond, Pellino (2002) keuntungan dari latihan isometrik
adalah meningkatkan kekuatan otot sehingga meminimalkan potensi atrofi
otot, risiko minimal memprovokasi iritasi sendi, cocok untuk otot apapun,
merangsang mechano-reseptor dari sendi, dan tidak ada peralatan khusus
yang diperlukan. Thakur et al. (2017) latihan penguatan otot quadrisep yang
diberikan selama 2 minggu 3 kali per hari efektif dalam mengurangi nyeri
dan memperbaiki aktivitas fungsional pada penderita osteoartritis lutut yang
signifikan (pvalue < 0.001). Hasil penelitian terkait dengan manfaat latihan
isometrik yang dilakukan oleh Akodu et al. (2017) bahwa latihan isometrik
28
yang diberikan 2 kali sehari yang di evaluasi selama 4 minggu dan 8 minggu
dapat mengurangi rerata nyeri sebesar 4,63 (62,9 %), dan juga dapat
meningkatkan rerata range of motion (ROM) sebesar 4.51 pada pasien
dengan osteoartritis lutut dengan signifikansi (p value = 0.001).
5. Jalan kaki
Jalan kaki merupakan aktifitas manusia yang fundamental dan sebagai alternatif
dari latihan fisik yang direncanakan, terstruktur dan adanya pengulangan atau
repetitif serta dapat meningkatkan fungsi pernafasan dan peredaran darah
(Sudoyo, 2009; Sittipornvorakul et al., 2018). Jalan kaki membutuhkan
koordinasi sejumlah otot dan sendi. Latihan jalan kaki sebagai latihan weight
bearing yang tidak membebani otot dan tulang secara berlebihan namun dapat
menstimulasi adaptasi yang dapat meningkatkan massa otot dan tulang serta
meningkatkan kekuatan atau ketahanan otot (Kelly et al., 2017).
Jalan kaki merupakan aktifitas ritmik dinamis, terutama melibatkan kontraksi
otot ekstremitas bawah terutama otot paha (Kelly et al., 2017). Saat berjalan, tiap
ektremitas mengalami satu stance phase dan satu swing phase. Proses stance
phase diawali dengan tumit menyentuh lantai dan berakhir saat mengangkat ibu
jari pada kaki yang sama. Otot-otot yang terlibat dalam stance phase meliputi
musculus quadricep femoris, otot-otot dorsoflexor: musculus tibialis anterior,
extensor digitorum longus, dan ekstensor halucis longus, musculus gluteus
medius dan gluteus maximus, serta musculus gastrocnemius, musculus soleus,
dan musculus flexor halucis longus. Swing phase merupakan proses jalan kaki
yang diawali dengan terangkatnya ibu jari dan berakhir dengan tumit menyentuh
lantai. Otot-otot yang terlibat dalam swing phase meliputi otot dorsoflexor,
musculus hamstring, musculus quadriceps, musculus iliopsoas, musculus
adductor longus dan magnus ( Hoppenfield, 2001; Nielsen, 2013).
Saat berjalan dibutuhkan koordinasi yang baik dari beberapa otot yang berbeda.
Aktifitas dan koordinasi dari otot-otot ekstremitas bawah tidak hanya untuk
gerakan dan keseimbangan, tetapi diperlukan juga untuk pemeliharaan stabilitas
sendi. Stabilisasi sendi dibantu oleh kerja dari reseptor sensorik melalui sistem
31
otot gamma untuk menyesuaikan terhadap aktifitas otot yang ada di sekitar sendi
(Khademi et al., 2017). Jalan kaki juga mampu melatih otot-otot yang dapat
menjaga fleksibilitas sendi lutut sehingga dapat meningkatkan jangkauan gerak
sendi sera kekakuan sendi berkurang (Ambrose & Golightly, 2015).
Beberapa penelitian menunjukkan manfaat dari jalan kaki diantaranya kesehatan
sendi lutut, menimbulkan perasaan lebih baik, meningkatkan harga diri,
meningkatkan fungsi kognitif, dan hidup terasa lebih berkualitas (Farrokhi et al.,
2017; Kelly et al., 2017). Penelitian lain juga menunjukkan manfaat dari jalan
kaki berupa menurunkan fatigue serta meningkatkan kesehatan mental dan fisik
(Lee, Kilgour, & Lau, 2012). Jalan kaki adalah aktifitas yang mudah dan
sederhana, tidak hanya memiliki keuntungan untuk kesehatan fisik dan mental.
Namun jalan kaki juga dapat meningkatkan kekuatan otot kuadrisep dan
menurunkan nyeri khususnya pada pasien OA (Hiyama et al., 2011).
Berkurangnya nyeri pada saat jalan kaki terjadi karena stimulasi adaptasi yang
dapat meningkatkan massa otot, tulang serta meningkatkan kekuatan atau
ketahanan otot kuadrisep dan perbaikan mood melalui stimulasi pengeluaran
endorphin (Kelly et al., 2017). Hal ini diperkuat oleh Rokade, (2011) yang
menunjukkan bahwa endorphin di produksi dan dilepaskan oleh kelenjar
pituitary yang di stimulasi dari jalan kaki yang kontinyu dan teratur.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wallis et al. (2015) menjelaskan
bahwa batas toleransi waktu maximal yang dibutuhkan untuk latihan jalan kaki
pada pasien OA adalah 70 menit per minggu. Sedangkan hasil penelitian
Farrokhi et al. (2017) menunjukkan bahwa latihan jalan kaki yang dilakukan
kurang dari 30 menit dapat menurunkan nyeri dan aman (tidak menambah beban
pada sendi lutut) pada pasien OA. Hasil penelitian Peiris et al. (2017)
menjelaskan bahwa batas toleransi waktu maximal yang dibutuhkan untuk
latihan jalan kaki pada pasien hip fraktur untuk proses pemulihan pascaoperasi
adalah 100 menit per minggu. Setelah 1 minggu latihan jalan kaki menunjukkan
peningkatan mobilitas (perbedaan mean 5.3, 95% CI 1.7-8.9, pvalue= 0.006).
sedangkan hasil penelitian Loew et al, (2017) menunjukkan bahwa jalan kaki
yang dilakukan tiga kali seminggu dengan durasi 25 menit pada bulan pertama,
32
B. Kerangka Teori
Berdasarkan beberapa konsep yang telah dijelaskan di bab 2, maka dapat
dikembangkan kerangka teori penelitian sebagai panduan penelitian. Hal ini
tergambar pada skema 2.1
Osteortritis lutut
Nyeri lutut
Stres mekanikal
Latihan jalan
menurun
kaki Pergerakan sendi
Faktor yang terbatas Kekuatan otot
mempengaruhi
kuadrisep, dan
Usia
Jenis kelamin Latihan isometrik otot kuadrisep stabilisasi lutut
IMT meningkat
Derajat OA
Penggunaan terapi
analgetik
Lamanya mengalami
OA
33
C. Kerangka Konsep
Variabel confounding:
Usia
Jenis kelamin
Indeks Masa Tubuh
(IMT)
Derajat OA
Penggunaan terapi
analgetik
Lamanya mengalami
OA lutut
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
d. Pasien OA derajat 2 atau lebih yang tidak sedang dalam fase akut
(inflamasi) seperti bengkak dan kemerahan pada sendi lutut
e. Mengalami nyeri dengan skala nyeri 3-6
f. Mengalami penurunan rentang gerak sendi
g. Kooperatif dan Komunikatif
h. Bersedia menjadi responden penelitian
2. Kriteria ekslusi
a. Pasien OA lutut pasca pembedahan
b. Pasien OA lutut yang baru mengalami injury (cedera) lutut
c. Pasien OA lutut yang mengalami gangguan neurologis/gangguan
motorik
3. Kriteria drop out (DO)
a. Responden tidak melakukan latihan lebih dari 2 kali/minggu
b. Responden yang mengalami eksaserbasi yang ditandai bengkak pada
lutut disertai kemerahan dan nyeri yang semakin bertambah berat
Perhitungan besar sampel untuk penelitian analitik numerik uji
hipotesis beda rata-rata tidak berpasangan (independen) menggunakan rumus
sebagai berikut:
[Z𝜶+Zβ] S 2
n1= n2= 2
(X1 - X2)
Keterangan;
n = Besar sampel
Z𝜶 = Derivat baku alfa, Z𝜶 sebesar 95% = 1,96
Zβ = Derivat baku beta, Zβ sebesar 80% = 0,842
S = Simpangan baku dua kelompok (gabungan) pada penelitian
sebelumnya
X1-X2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna
Berdasarkan hasil penelitian oleh Akodu et al. (2017) tentang latihan
isometrik terhadap nyeri, didapatkan simpangan baku gabungan dua kelompok
adalah 0,59; sedangkan selisih minimal rerata yang dianggap bermakna adalah
0,6; derajat kemaknaan 5% dan power 80%. Berdasarkan rumus di atas maka
36
jumlah sampel minimal pada penelitian ini sebesar 15 responden yang diperoleh
melalui perhitungan sebagai berikut:
[1,96+0.842]2 x (0,59)2
n1= n2=2
(0.6)2
(7,84) x (0,34)
n1= n2=2
0,36
N
n’=
( 1-f )
Keterangan:
n' = Jumlah sampel yang direncanakan diteliti
n = Besar sampel yang dihitung
f = Perkiraan proporsi dropout
Setelah dihitung dengan koreksi sebesar 10%, maka besar sampel minimal
adalah 17 responden untuk masing-masing kelompok intervensi I dan kelompok
intervensi II yang diperoleh melalui perhitungan:
15
n’= = 16,7⩯17
(1-0,1)
37
peneliti, dan belum pernah dilakukan penelitian terkait dengan topik diatas.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2022.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggambarkan hubungan dua jenis variabel yaitu
variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Jalan kaki dan latihan isometrik otot kuadrisep. Sedangkan
variabel dependennya adalah nyeri dan rentang gerak sendi pada pasien
osteoartritis lutut. Kemudian beberapa faktor yang berkonstribusi terhadap nyeri
dan rentang gerak sendi osteoartritis lutut seperti usia, Indeks Masa Tubuh
(IMT), jenis kelamin, derajat OA, penggunaan terapi analgetik dan lamanya
mengalami OA lutut dimasukkan sebagai variabel confounding (perancu) dalam
penelitian ini.
B. Variabel Dependen
1. Nyeri Intensitas nyeri pada lutut Nyeri diukur Nilai Skala Rasio
yang dirasakan sebagai sebelum dan Nyeri 0-10
suatu ketidaknyamanan sesudah pada visual
pada pasien osteoarthritis intervensi analog scale
lutut sebelum dan sesudah melalui laporan (VAS)
dilakukan intervensi pasien dengan (Potter &
menunjukkan Perry, 2009)
skor nyeri pada
rentang visual
analog scale
(VAS)
.
40
1. Kuantitatif
Data sekunder adala data yang didapat dari rekam medik pasien (status
pasien) yang ada di poliklinik orthopedi RSUD Dr.Soedjati Soemodiarjo
Purwodadi. Data sekunder terdiri dari karakteristik responden yang meliputi
nama, jenis kelamin, usia, derajat OA dan penggunaan terapi analgetik.
41
1. Tahap Perencanaan
a. Mengajukan surat permohonan ijin penelitian (RSUD Dr.Soedjati
Soemodiarjo Purwodadi).
b. Survey pendahuluhan di RSUD Dr.Soedjati Soemodiarjo Purwodadi.
c. Penyusunan lembar observasi.
2. Tahap Pengambilan Data
a. Pre Intervensi : Setelah mendapatkan ijin penelitian dari RSUD
Dr.Soedjati Soemodiarjo Purwodadi kemudian peneliti mengadakan
sosialisasi kepada dokter, penanggung jawab poli dan staf perawat
poliklinik orthopedi mengenai maksud, tujuan dan prosedur penelitian.
Peneliti dibantu oleh 1 orang asisten peneliti dengan pendidikan S1
keperawatan (ners) untuk bekerjasama dengan peneliti dalam proses
pengumpulan data. Asisten peneliti terlibat dalam memberikan
intervensi latihan jalan kaki pada kelompok intervensi I dan latihan
isometrik kuadrisep pada kelompok intervensi II, serta pengumpulan
data karakteristik responden. Asisten peneliti sebelumnya diberikan
pelatihan singkat berdasarkan panduan yang telah dibuat peneliti
tentang jalan kaki dan latihan isometrik kuadrisep. Peneliti dan asisten
peneliti mengidentifikasi karakteristik responden yang menjadi anggota
populasi, kemudian menentukan calon responden berdasarkan kriteria
inklusi dan ekslusi dari subjek penelitian. Peneliti dan asisten peneliti
menjelaskan tujuan, manfaat serta prosedur penelitian kepada calon
responden. Setelah responden mengerti dan memahami serta setuju
untuk terlibat dalam penelitian, responden diminta menandatangani
surat persetujuan untuk menjadi responden penelitian (informed consent
terlampir: lampiran 2). Peneliti membagi responden menjadi dua
kelompok yaitu kelompok intervensi I (latihan jalan kaki) dan
kelompok intervensi II (latihan isometrik kuadrisep). Pembagian
42
c. Uji Normalitas
d. Apabila distribusi data Normal maka menggunakan uji Paired-T tes,
namun jika distribusi data tidak normal menggunakan uji Wilcoxon.
G. Etika Penelitian
Pada penelitian ini memperhatikan hal yang menyakut etika peelitian sebagai
berikut ;
1. Self determinant
Responden diperlakukan secara manusiawi. Responden mempunyai hak
memutuskan apakah mereka bersedia menjadi responden atau tidak, tanpa
adanya sangsi apapun atau akan berakibat bagi kesembuhannya. Artinya
45
BAB IV
A. Anggaran Biaya
Tabel 4.1 Anggaran Biaya
No Jenis Kegiatan Pengeluaran
Honorarium
1 1.500.000
2 Pembelian bahan habis pakai untuk
ATK, fotocopy,tinta printer surat
menyurat, penyusunan laporan,
cetak, penjilidan laporan, publikasi, 4.800.000
pulsa, internet, penjilidan proposal
(maks.60%)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Proposal
4 Pelaksanaan Penelitian
5 Seminar Hasil
47
DAFTAR PUSTAKA
Akodu, A.K., Fapojuwo, O.A., Quadri, A.A (2017)Ambrose, K. R., & Golightly, Y. M.
(2015). Best Practice & Research Clinical Rheumatology Physical exercise as non-
pharmacological treatment of chronic pain : Why and when, 29, 120–130.
48
https://doi.org/10.1016/j.berh.2015.04.022
Anderson, A., & Loeser, R. F. (2010). Why is osteoarthritis an age-related disease? Best
Practice and Research: Clinical Rheumatology, 24(1), 15–26.
http://doi.org/10.1016/j.berh.2009.08.006
Craven, R.F., Hirnle, C.J., Jensen, S (2013) Fundamental of Nursing Human Health and
Function. 7th Edition. Lippincott Williams & Wilkins
Creamer, P., & Hochberg, M. C. (2000). Factors associated with functional impairment
in symptomatic knee osteoarthritis, 490–496.
Davison, M. J., Ioannidis, G., Maly, M. R., Adachi, J. D., & Beattie, K. A. (2016).
Intermittent and constant pain and physical function or performance in men and
women with knee osteoarthritis : data from the osteoarthritis initiative, 371–379.
http://doi.org/10.1007/s10067-014-2810-0
Dahlan, S. M. (2014). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat,
dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS. Edisi 6. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia
Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
D’Arcy, (2007). Pain Management ; Evidence Based Tools and Techiques for Nursing
Professional. United States of America; HCPro Inc.
49
Felson, Lawrence, PA, D., R, H., & Helmick CG, Jordan JM, E. (2000). al.
Osteoarthritis: new insights. Part 1: the disease and its risk factors. Annals of
Internal Medicine, 133(8), 637–639. http://doi.org/10.7326/0003-4819-133-8-
200010170-00016
Firestein G.S, Budd R.C, Gabriel S.E, McInnes I.B, O’Dell J.R (2013) Kelley’s
Textbook of Rheumatology. Ninth Edition. Vol II. Philadelphia: Elsevier
Frandsen, G., Snyder, S.J., Berman, A. (2016). Kozier and Erb’s Fundamentals of
nursing, concept, process and practic, 10th Edtion. New Jersey : Pearson
Education.
Halstead, J.A. (2006). Orthopedic Nursing: Caring for Patients with Musculoskeletal
Disorders. Western Schools. American Nurses Credentialing Center (ANCC).
Brockton
Hamer, M., & Chida, Y. (2007). Walking and primary prevention : a meta-analysis of
prospective cohort studies. https://doi.org/10.1136/bjsm.2007.039974
Hanna Lestari, H., Nurul, D.I., Rachmat, N., Setyawan, D., Saputra, E., Ismail, R.
(2012). Pengukuran Jangkauan Gerak Pada Lutut Orang Indonesia Sebagai Data
Awal Perancangan Kaki Tiruan Atas Lutut, 64–69.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2015). NANDA International, Inc. Diagnosis
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Ed.10. Jakarta: EGC.
Hernández Rosa, U., Velásquez Tlapanco, J., Lara Maya, C., Villarreal Ríos, E.,
Martínez González, L., Vargas Daza, E. R., & Galicia Rodríguez, L. (2012).
Comparison of the Effectiveness of Isokinetic vs Isometric Therapeutic Exercise in
Patients With Osteoarthritis of Knee. Reumatología Clínica (English Edition),
8(1), 10–14. https://doi.org/10.1016/j.reumae.2011.08.003
Heidari, B. (2011). prevalence, risk factors, pathogenesis and features: Part I, (Md).
Caspian J Intern Med 2 (2)
50
Heijink, A., Vanhees, M., van den Ende, K., van den Bekerom, M. P., van Riet, R. P.,
Van Dijk, C. N., & Eygendaal, D. (2016). Biomechanical considerations in the
pathogenesis of osteoarthritis of the elbow. Knee Surgery, Sports Traumatology,
Arthroscopy, 24(7), 2313–2318. http://doi.org/10.1007/s00167-015-3518-7
Hinkle, J.L & Cheever, K.H (2014). Brunner and Sudarth’s TextBook of Medical
Surgical Nursing, 13th Edition. Philadelphia; Lippincott Williams & Wilkins
Hiyama, Y., Yamada, M., Kitagawa, A., Tei, N., & Okada, S. (2011). A four-week
walking exercise programme in patients with knee osteoarthritis improves the
ability of dual-task performance : a randomized controlled trial, 1–4.
https://doi.org/10.1177/0269215511421028
Hochberg, M.C., Silman, A.J., Smolen, J.S., Weinblatt, M.E., Weisman, M.H (2015)
Rheumatology, 6th Edition, Philadelphia; Mosby Elsevier.
Huétink, K., Stoel, B. C., & Watt, I. (2015). Identification of factors associated with the
development of knee osteoarthritis in a young to middle-aged cohort of patients
with knee complaints, 1769–1779. https://doi.org/10.1007/s10067-014-2774-0
Hunter, D. J., Guermazi, A., Roemer, F., Zhang, Y., & Neogi, T. (2013). Structural
correlates of pain in joints with osteoarthritis. YJOCA, 21(9), 1170–1178.
https://doi.org/ 10.1016/j.joca.2013.05.017
Johnson VL, Hunter DJ (2014) The epidemiology of osteoarthritis. Best Pract Res Clin
Rheumatol 28(1):5–15. https://doi.org/10.1016/j.berh.2014.01.004
Kappetijn, O., van Trijffel, E., & Lucas, C. (2014). Efficacy of passive extension
mobilization in addition to exercise in the osteoarthritic knee: An observational
parallel-group study. Knee, 21(3), 703–709.
https://doi.org/10.1016/j.knee.2014.03.003
Kawasaki, T., Kurosawa, H., Ikeda, H., Takazawa, Y., Ishijima, M., Kubota, M.,
Kajihara, H., Maruyama, Y., & Kanazawa, H. (2009). Therapeutic home exercise
versus intraarticular hyaluronate injection for osteoarthritis of the knee : 6-month
prospective randomized open-labeled trial, 14(8), 182-191. DOI: 10.1007/s00776-
008-1312-9
Kelly, P., Murphy, M., & Mutrie, N. (2017). The health benefits of walking.
https://doi.org/10.1108/S2044-994120170000009004
51
Khademi-kalantari, K., Rahimi, F., & Jaberzadeh, S. (2017). ScienceDirect Lower limb
muscular activity during walking at different speeds : Over-ground versus treadmill
walking : A voluntary response evaluation, 605–611.
https://doi.org/10.1016/j.jbmt.2016.09.009
Kiadaliri, A. A., Lamm, C. J., de Verdier, M. G., Engström, G., Turkiewicz, A.,
Lohmander, L. S., & Englund, M. (2016). Association of knee pain and different
definitions of knee osteoarthritis with health-related quality of life: A population-
based cohort study in southern Sweden. Health and Quality of Life Outcomes,
14(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s12955-016-0525-4
Kowalak, Welsh, & Mayer. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Kumagai, K., Kubo, M., Imai, S., Toyoda, F., Maeda, T., Okumura, N., … Matsusue, Y.
(2013). The COX-2 Selective Blocker Etodolac Inhibits TNFα-Induced Apoptosis
in Isolated Rabbit Articular Chondrocytes. International Journal of Molecular
Sciences, 14(10), 19705–19715. http://doi.org/10.3390/ijms141019705
Kunduracilar, Z., Guvenir, H., Sonmezer, E., & Sozay, S. (2018). Complementary
Therapies in Clinical Practice The effects of two different water exercise trainings
on pain , functional status and balance in patients with knee osteoarthritis.
Complementary Therapies in Clinical Practice, 1–5.
https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2018.01.004
Lee, C. E., Kilgour, A., & Lau, Y. K. J. (2012). Efficacy of walking exercise in
promoting cognitive-psychosocial functions in men with prostate cancer receiving
androgen deprivation therapy, 1–7.
Lee, A., Ellman, M. B., Yan, D., Kroin, J. S., Cole, B. J., & Andre, J. (2014). A Current
Review of Molecular Mechanisms Regarding Osteoarthritis and Pain, 527(2), 440–
447. http://doi.org/10.1016/j.gene.2013.05.069.
Lewis, S.L., Driksen, S.R., Heitkemper, M., Butcher, L., & Camera, I.M. (2011).
Medical Surgical Nursing ; Assessment and Management of Clinical Problems. 8th
Edition. St Louis, Missouri: Elseiver.
Loew, L., Brosseau, L., Kenny, G. P., Durand-bush, N., Poitras, S., Angelis, G. De, &
Wells, G. A. (2017). An evidence-based walking program among older people with
knee osteoarthritis : the PEP ( participant exercise preference ) pilot randomized
controlled trial, 1607–1616. https://doi.org/10.1007/s10067-017-3606-9
52
Iolascon, G., Gimigliano, F., Moretti, A., Sire, A. De, & Migliore, A. (2017).
ScienceDirect Early osteoarthritis : How to define , diagnose , and manage . A
systematic review. European Geriatric Medecine, 8(5–6), 383–396.
https://doi.org/10.1016/j.eurger.2017.07.008
Litwic A, Edwards MH, Dennison EM, Cooper C (2013) Epidemiology and burden of
osteoarthritis. Br med bull 105:185–199. https://doi.org/10.1093/bmb/lds038
Madry, H., Kon, E., Condello, V., Peretti, G. M., Steinwachs, M., Seil, R., … Angele,
P. (2016). Early osteoarthritis of the knee. Knee Surgery, Sports Traumatology,
Arthroscopy, 24(6), 1753–1762. https://doi.org/10.1007/s00167-016-4068-3
Maher, A.B., Salmond, S.W., Pellino, T.A (2002) Orthopaedic Nursing. 3th Edition.
Philadelphia. W.B Saunders Company
Malrina, T.T., (2015) Efektivitas Latihan Lutut terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Pasien Osteoartritis Lutut di Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2
- Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459
Marks, R. (2007). Obesity Profiles with Knee Osteoarthritis : Correlation with Pain ,
Disability , Disease Progression, 15(7), 1867–1874.
Mazières, B., Thevenon, A., Coudeyre, E., Chevalier, X., Revel, M., & Rannou, F.
(2008). Adherence to, and results of, physical therapy programs in patients with
hip or knee osteoarthritis. Development of French clinical practice guidelines. Joint
Bone Spine, 75(5), 589–596. https://doi.org/10.1016/j.jbspin.2008.02.016
Moskowitz, R., Altman, R., Hochberg, M., Buckwalter, J., & Goldberg, V. (2007).
Diagnosis and medical/surgical management fourth edition (Fourth Edi).
Lippincott Williams & Wilkins.
Peiris, C., Shields, N., Kingsley, M., Yeung, J., Hau, R., & Taylor, N. (2017). The
maximum tolerated dose of walking for community-dwelling people recovering
from hip fracture: a dose-response trial. Archives of physical medicine and
rehabilitation. https://doi.org/10.1016/j.apmr.2017.03.027
Perrot, S. (2015). Best Practice & Research Clinical Rheumatology Osteoarthritis pain.
Best Practice & Research Clinical Rheumatology, 1–8.
https://doi.org/10.1016/j.berh.2015.04.017
Petersen, L., Schnohr, P., & Sørensen, T. I. A. (2004). Longitudinal study of the long-
term relation between physical activity and obesity in adults, 105–112.
https://doi.org/10.1038/sj.ijo.0802548
Pisters, M. F., Veenhof, C., van Dijk, G. M., Heymans, M. W., Twisk, J. W. R., &
Dekker, J. (2012). The course of limitations in activities over 5 years in patients
with knee and hip osteoarthritis with moderate functional limitations: Risk factors
53
Potter, A.P., & Perry, A. (2009). Fundamental of nursing. 4th Edition. St.Louis
Missouri: Mosby-Year Book, Inc.
Price and Wilson. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. 6th
Edition. Jakarta: EGC.
Roos, E. M., Herzog, W., Block, J. A., & Bennell, K. L. (2010). muscle weakness ,
afferent sensory dysfunction and exercise in knee osteoarthritis. Nature Publishing
Group, 7(1), 57–63. https://doi.org/10.1038/nrrheum.2010.195
Sambrook P, Schrieber L, Taylor T, Ellis A (2015) The Musculoskeletal System. Basic
Science and Clinical Condotions. Second Edition. Churchill Livingstone: Elsevier.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011) Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi
ke-4. Jakarta: Sagung Seto
Setiati S, Alwi A, Sudoyo A.W, Marcellus S.K, Setiyohadi B, Syam A.F (2014) Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI. Jakarta: Internal Publishing
Shenoy, R.M. (2014). Essentials of Orthopedics. Second edition. New Delhi. Jaypee
Brothers Medical Publishers.
54
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L. & Cheever, K.H. (2008) Brunner & Suddarth’s
Textbook of medical-surgical nursing. 11th Edition. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins.
Sorour, A. S., Ayoub, A. S., & Abd El Aziz, E. M. (2014). Effectiveness of acupressure
versus isometric exercise on pain, stiffness, and physical function in knee
osteoarthritis female patients. Journal of Advanced Research, 5(2), 193–200.
https://doi.org/10.1016/j.jare.2013.02.003
Sudoyo, W., Setiyohadi, B., Alwi, I., & Setiati, A. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing
Supariasa, et al. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Zhang, Y., & Jordan, J. M. (2010). Epidemiology of osteoarthritis. TL - 26. Clinics in
Geriatric Medicine, 26 VN-r(3), 355–369.
http://doi.org/10.1016/j.cger.2010.03.001
Zhang Shao-lan, et al. (2013). Effects of exercise therapy on knee joint function and
synovial fluid cytokine levels in patients with knee osteoarthritis. Molecular
medicine reports 7: 183-186,2013. www.spandidos-publications.com
55
Lampiran 1
Kepada Yth .
Calon Responden
di tempat
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan efektifitas jalan kaki dan
latihan isometrik otot kuadrisep terhadap nyeri dan rentang gerak sendi pada pasien
dengan osteoartritis lutut di Poli Orthopedi di RSUD Dr.Soedjati Soemodiarjo
Purwodadi
Penelitian ini tidak akan menimbulkan risiko apapun. Tetapi jika Bapak/Ibu/Saudara
saat mengisi kuesioner merasa kelelahan supaya memberitahu peneliti, pengisian
kuesioner akan ditunda dan dilanjutkan kembali sesuai keinginan Bapak/Ibu/Saudara.
Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara berikan selama prosedur penelitian akan peneliti
jamin kerahasiaannya. Dalam pembahasan atau laporan nama Bapak/Ibu/Saudara tidak
akan disebutkan.
Lampiran 2
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini saya menyatakan bersedia
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul Perbedaan efektifitas
jalan kaki dan latihan isometrik otot kuadrisep terhadap nyeri dan rentang gerak sendi
pada pasien dengan osteoartritis lutut di Poli Orthopedi di RSUD Dr.Soedjati
Soemodiarjo Purwodadi.
Adapun bentuk kesediaan saya adalah :
1. Meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner
2. Memberikan informasi yang benar dan sejujurnya terhadap apa yang diminta atau
ditanyakan peneliti
Keikutsertaan saya ini sukarela tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya..
Peneliti
Lampiran 3
I. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin :
2. Umur :
3. Derajat OA :
4. IMT : BB=………cm, TB=…………kg
: Hasil penghitungan IMT=……………..
5. Penggunaan Terapi Analgetik standart:………………………
a. Diminum sesuai dengan anjuran/petunjuk dokter
b. Diminum tidak sesuai dengan anjuran/petunjuk dokter
6. Lamanya OA lutut: berapa lama mengalami OA lutut ?………...Tahun/Bulan
II. Catatan Perkembangan Nyeri
Skala Nyeri Sebelum Intervensi
Skala Nyeri Sesudah Intervensi
58
Lampiran 4
Lampiran 5
No PROSEDUR
1 Jelaskan maksud dan tujuan pengukuran
2 Letakkan skala nyeri VAS (0-10 cm) didepan responden sesuai dengan jarak baca
3 Jelaskan tentang rentang skala nyeri VAS bahwa rentang skala nyeri di mulai
dari titik tidak merasakan nyeri sampai dengan nyeri tidak tertahankan
4 Beri waktu pada responden untuk memperhatikan skala nyeri yang berada di
hadapannya, kemudian instruksikan pada pasien untuk memberikan titik (tanda)
pada rentang garis lurus diantara titik tidak merasakan nyeri sampai dengan nyeri
tidak tertahankan sesuai dengan kondisi nyeri yang di rasakan saat ini
5 Peneliti memvalidasi titik (tanda) yang telah di diletakkan oleh responden pada
rentang skala VAS, kemudian diukur dengan menggunakan penggaris
6 Dokumentasikan hasil pengukuran skala nyeri pada lembar catatan
perkembangan nyeri yang telah disediakan.
Lampiran 6
No PROSEDUR
1 Anjurkan responden untuk menggunakan alas kaki yang nyaman pada saat jalan
kaki
2 Sebelum melakukan latihan, responden diminta untuk menyiapkan alat penunjuk
waktu (jam)
3 Jika responden masih ragu untuk melakukan latihan tersebut karena nyerinya,
responden menghubungi peneliti pertelfon untuk mengukur skala nyeri dengan
menggunakan numeric rating scale (NRS) terlebih dahulu.
4 Jika hasil skor nyerinya diatas 6 maka untuk sementara latihan ditunda pada hari
berikutnya, tetapi jika nyerinya kurang dari enam (6) tanpa disertai
pembengkakan pada lutut maka responden boleh melakukan latihan. Responden
dianjurkan untuk meminum analgetik terlebih dahulu sebelum latihan.
5 Sebelum melakukan latihan jalan kaki, responden melakukan latihan nafas dalam
terlebih dahulu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Anjurkan dalam posisi duduk dengan nyaman dan rileks
b. Letakkan tangan kanan di atas perut/diafragma/bawah tulang rusuk, dan
tangan kiri pada pertengahan dada, rasakan kembang kempis perut dengan
pernafasan biasa
c. Menarik nafas secara perlahan dan dalam melalui hidung selama 4 detik (4
hitungan) kemudian tahan nafas selama selama 4 detik (4 hitungan)
d. Mengeluarkan udara secara perlahan melalui mulut dengan menguncupkan
bibir selama 4 detik (4 hitungan)
e. Istirahat selama 4 detik (4 hitungan) sebelum memulai langkah seperti pada
huruf c
f. Lakukan secara berirama dan konstan sebanyak 10 kali
62
Sumber: Wallis et al., (2015); Lewis, et al., (2011); Khan & Weisman, (2007); Hinkle &
Cheever, (2014)
63
Lampiran 7
Lampiran 9
Sumber: Lestari, et al ( 2015)
No PROSEDUR
1 Anjurkan responden untuk mempersiapkan gulungan handuk, menyiapkan alat
penunjuk waktu (jam) terlebih dahulu
2 Jika responden masih ragu untuk melakukan latihan tersebut karena nyerinya,
responden menghubungi peneliti pertelfon untuk mengukur skala nyeri dengan
menggunakan numeric rating scale (NRS) terlebih dahulu.
3 Jika hasil skor nyerinya diatas 6 maka untuk sementara latihan ditunda pada hari
berikutnya, tetapi jika nyerinya kurang dari enam (6) tanpa disertai
pembengkakan pada lutut maka responden boleh melakukan latihan. Responden
dianjurkan untuk meminum analgetik terlebih dahulu
4 Sebelum melakukan latihan, responden melakukan latihan nafas dalam terlebih
dahulu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Ambil posisi terlentang dengan nyaman dan rileks
Sumber: Nugraha & Kambayana (2017); Elbadawy (2017); Maher, Salmon, Pellino
(2002); Perry & Potter (2009); Craven, at al (2013); Lewis, et al., (2011);
Khan & Weisman, (2007); Hinkle & Cheever, (2014)
67