PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Menyetujui
Pembimbing Utama : Pembimbing Serta :
Prof. Dr. Chiquita Prahasanti, drg., Sp.Perio (K) Noer Ulfah, drg., M.Kes., Sp. Perio (K)
NIP:195809091985032001 NIP: 196010101987022001
DAFTAR ISI
BAB 4 ................................................................................................................... 24
Jenis Penelitian ....................................................................................... 24
Rancangan Penelitian ............................................................................. 24
Sampel .................................................................................................... 24
Variabel Penelitian ................................................................................. 25
Variabel bebas ................................................................................. 25
Variabel terikat ................................................................................ 25
Varibel terkontrol ............................................................................ 25
Definisi Operasional ............................................................................... 25
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 26
Alat Penelitian ................................................................................. 26
Bahan Penelitian.............................................................................. 27
Prosedur Penelitian ................................................................................. 28
Ekstraksi Sisik Ikan Gurame .......................................................... 28
Analisis Proksimat ......................................................................... 29
Pembuatan Nano Kolagen .............................................................. 29
Isolasi Sel Epitel Gingiva ................................................................ 29
Perlakuan Kultur Sel ....................................................................... 30
Pengenceran Partikel Nanokolagen Sisik Ikan Gurame ................. 31
Uji Viabilitas ................................................................................... 32
Perhitungan ..................................................................................... 35
Alur Penelitian ........................................................................................ 36
Analisis Data .......................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
ini tidak dilakukan perawatan yang tepat, maka dapat menyebabkan kehilangan
mulut kedua terbanyak setelah karies gigi yang banyak diderita masyarakat di
dunia (Petersen et al, 2005), dan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun
prevalensi yang cukup tinggi yaitu pada semua kelompok umur di Indonesia
sebanyak 96,58%.
kedalaman poket dengan membuang jaringan yang rusak (Dalal et al, 2012),
sedangkan bedah regeneratif saat ini dianggap lebih menguntungkan karena selain
– bahan yang dapat membantu pembentukan tulang dan ligament periodontal baru
serta perlekatan gingiva yang lebih ke koronal dan perawatan dengan bedah
regeneratif ini juga memiliki nilai estetik yang lebih baik dibanding dengan bedah
1
2
pesat saat ini adalah tissue engineering dengan menggunakan bahan regeneratif
pada tingkat selular untuk memacu adanya regenerasi jaringan periodontal yang
Ketiga faktor tersebut adalah tissue engineering yaitu scaffold, sel, dan growth
fisiologis dan morfologi sel (Cardoso et al, 2014). Kolagen tipe 1 dapat diperoleh
salah satunya dari sisik ikan. Sisik ikan mengandung komponen antara lain 70 %
air, 27% protein, 1 % lemak, dan 2 % abu. Senyawa organik terdiri dari 40%-90%
pada sisik ikan dan selebihnya merupakan kolagen (Budiharjo, 2015 ; Nagai et
al,2004).
gurame mencapai 33,89 kg/kapita/tahun pada tahun 2012 dan pada tahun 2013
diantaranya yaitu limbah sisik dan tulang dari ikan (Kementerian Kelautan dan
Perikanan, 2013).
3
Secara umum kolagen sudah banyak dihasilkan dari limbah sisik ikan gurame,
tetapi tidak dalam ukuran nanopartikel. Penelitian dari Hoet et al tahun 2004
menyatakan bahwa partikel dengan ukuran nano akan lebih mudah untuk diserap
dan terdifusi dalam kulit daripada partikel yang memiliki ukuran lebih besar dan
beberapa partikel juga dapat menembus dermis. Hal ini yang mendasari penulis
tahap awal, penelitian ini bertujuan untuk melihat viabilitas nano kolagen dari
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
partikel nano kolagen sisik ikan gurame (Osphronemus goramy) terhadap sel
epitel gingiva.
Tujuan Khusus
sisik ikan gurame (Osphronemus goramy) terhadap sel epitel gingiva dengan
menghitung jumlah sel epitel gingiva yang hidup setelah diberikan perlakuan.
4
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Manfaat Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan Periodontal
Gingiva
tulang alveolar dan melingkari bagian servikal dari gigi. Gingiva terdiri dari
lapisan epitel dan jaringan ikat di bawahnya yang disebut lamina propria. Gingiva
Secara klinis, anatomi gingiva menurut Newman et al, 2012 dibagi menjadi 3,
yaitu :
berbentuk V, dan probe dapat masuk. Kedalaman sulkus ini penting untuk
kuat pada periosteum tulang alveolar, dan lentur. Pada dasar attached
5
6
area kontak gigi. Berbentuk piramida pada gigi anterior atau col pada gigi
morfologis dan fungsional, dapat dibedakan menjadi oral epithelium yaitu bagian
yang terletak dipermukaan luar dari free gingiva dan attached gingiva dibentuk
merupakan dinding lateral dari sulkus gingiva, sel pembentuknya tipis, tidak
berkeratin dan terdiri dari stratified squamous epithelium tanpa rete peg dan
permukaan gigi, epitel ini merupakan stratified squamous epithelium yang tidak
basal interna dan melekat pada jaringan ikat gingiva melalui lamina basal externa.
Sel lain yang ditemukan, ada juga yang tidak berkeratin yang mengandung sel
langerhans, sel merkel, sel melanosit, dan sel – sel inflamatori seperti limfosit, T
Proliferasi epitel gingiva berlangsung tinggi ketika proliferasi dimulai pada fase
awal penyembuhan luka sepanjang permukaan bagian dalam flap dalam arah
apikal, setelah sekitar satu minggu bagian bawah lesi akan tercapai dan akan
(Mueller, 2005).
Jaringan ikat gingiva atau yang disebut dengan lamina propria terdiri dari
jaringan serabut kolagen padat (60%), fibroblast (5%), serta saraf dan pembuluh
darah (35%) (Lindhe et al, 2008). Kandungan kolagen yang terdapat pada jaringan
ikat gingiva terutama kolagen tipe I yang mempunyai fungsi menyangga margin
gingiva sehingga tidak terkuak menjauhi gigi bila terkena tekanan pengunyahan,
dan menyatukan margin gingiva dengan sementum akar gigi dan attached gingiva.
yang berjalan dari puncak alveolar ke gingiva; berjalan dari permukaan luar ; serta
8
serabut yang berasal dari permukaan gigi dan di atas periosteum bukal atau
lingual. Sirkular yaitu serabut yang berjalan dalam pola melingkar atau setengah
lingkaran di sekitar gigi seperti cincin ; dan serat transeptal yang berjalan secara
interproksimal dari permukaan akar satu gigi, di atas puncak alveolar, dan ke
permukaan akar gigi yang berdekatan (Rose et al, 2004 ; Newman et al, 2012).
Gambar 2.2 Gingival Fibers. (a) serat yang berjalan dari permukaan akar dan di
atas periosteum oral, (b) serat yang berjalan dari permukaan akar dan ke dalam
gingiva, dan (c) serat yang berjalan dari tulang alveolar dan ke dalam gingiva.
Tidak ditunjukkan serat yang berjalan dalam arah melingkar atau
semicircumferential di sekitar gigi di dalam gingiva, serta kelompok serat
transseptal yang berjalan dari permukaan akar satu gigi di atas puncak alveolar
dan ke permukaan akar gigi yang berdekatan (Rose et al, 2004).
Ligamen Periodontal
diantara dua jaringan yang termineralisasi yaitu sementum dan tulang alveolar
principal fibers yang mengandung berkas – berkas kolagen. Bagian ujung dari
principal fibers yang masuk ke dalam tulang disebut sharpey’s fiber. Principal
9
fiber ligament periodontal tersusun dalam 6 kelompok yang melekat pada akar
gigi, antara lain : transeptal, alveolar crest, horizontal, oblique, apical, dan
interradikular.
jaringan ikat yang berisi fibroblast, sementoblast dan osteoblast. Sel epitel rest of
ditemukan adalah sel nutrofil, limfosit, makrofag, mast sel, dan eosinophil yang
Sementum
terkalsifikasi membentuk permukaan luar akar gigi. jaringan ini menutupi daerah
dentine dan komposisinya seperti tulang meskipun tidak ada sistem havers dan
pembuluh darah. Dua sumber utama serat kolagen dalam sementum adalah
Sharpey fibers (ekstrinsik), yang merupakan bagian tertanam dari serat utama
10
ligamen periodontal dan yang dibentuk oleh fibroblast, dan serat yang termasuk
utama dari matriks organik sementum terdiri dari tipe I (90%) dan tipe III (sekitar
5%) kolagen. Sementum pada bagian apikal gigi lebih tebal, dan terdapat sel – sel
yang mirip osteosit, yang disebut sementosis. (Bosshardt et al, 2005 ; Newman et
al, 2012).
menutupi 1/3 servikal sampai 1/2 bagian akar, tidak mengandung sel dan
lebih sedikit pada sementum seluler dan dipisahkan oleh serat lain yang
Tulang Alveolar
maksila dan tulang mandibula yang mendukung dan membentuk soket gigi.
gigi geligi. Tulang alveolar terdiri dari tulang yang terbentuk baik oleh sel-sel
dari folikel gigi (tulang alveolar) dan sel-sel yang tidak bergantung pada
tulang alveolar merupakan alat perlekatan dari gigi geligi, fungsi utamanya adalah
Tulang alveolar adalah tempat melekatnya gigi yang terdiri dari komponen
dkomponen seluler yaitu, osteoblast dan osteoklast serta intercellular matrix yang
terdiri dua pertiga komponen non organik dan satu pertiga komponen organik.
sitrat, dan beberapa ion sodium, magnesium, fluoride. Komponen organik yang
ada adalah kolagen tipe 1 yakni 90% dengan jumlah sedikit osteokalsin,
tulang, yaitu : di ligamen periodontal, periosteum daerah bukal atau fasial, dan
Epitel
tubuh, melapisi rongga dalam, membentuk berbagai organ & kelenjar, serta
melapisi duktus. Lapisan sel epitel dipisahkan dari komponen seluler lainnya
(jaringan ikat, kapiler) oleh membran basal yang terdiri dari kolagen, laminin,
fibronektin, dan proteoglikan (Freshney & Freshney, 2002 ; Singh, 2011). Epitel
berasal dari ketiga lapis benih embrio yaitu (1) Lapisan ektodermal membentuk
12
epitel yang melapisi kulit, mulut, hidung dan anus, (2) Lapisan endodermal
bronkial, atau epitelium alveolar) atau antara organ dan ruang cairan (enterosit
usus, epitel tubular ginjal, atau hepatosit dan epitel empedu hati). Sel epitel
cenderung mendominasi dan transportasi periseluler harus dibatasi. Sel epitel juga
mengangkut cairan, ion, oksigen, dan nutrisi, dan mengeluarkan produk (Freshney
Tabel 2.1 Jenis – Jenis Lapisan Epitel berdasarkan Susunan (Mescher, 2013 ; Singh 2011).
Susunan Menurut Bentuk Distribusi Fungsi
Lapisan Sel Sel
Sederhana/ 1.Skuamous Endotel, Mempermudah Gerakan,
Selapis Perikardium Tranpor Aktif, Pinositosis
Pleura,Peritoneum Menutupi, Sekresi
2.Kuboid Ovarium, Tiroid Proteksi,Lubrikasi,Absorbsi,
3.Kolumner Usus, Kandung Sekresi
Empedu
kontinyu yang disebut lamina basalis. Telah diketahui bahwa lamina basalis
dan tidak ada hubungan langsung diantara sel-sel ini dengan pembuluh darah .
Oleh karena itu nutrisi epitel tergantung dari difusi metabolit melalui membran
imun. Sebagai contoh, sel epitel dapat merespon bakteri dengan peningkatan
Kolagen
Kolagen adalah suatu protein yang berfungsi untuk memberikan kekuatan dan
fleksibilitas pada jaringan dan tulang serta bagi jaringan lainnya, termasuk kulit
dan tendon. Senyawa ini merupakan protein utama yang menyusun komponen
matrik ekstraseluler. Kolagen tersusun atas triple helix dari tiga rantai α
dengan lebih dari 1000 asam amino dimasing-masing rantainya (Asyiraf, 2011).
14
Struktur triple helix kolagen berasal dari tiga asam amino utama, yakni glisin,
connective tissue) yang meliputi hampir 30% total protein pada tubuh. Terdapat
19 jenis kolagen, yaitu tipe I sampai XIX. Kolagen tipe I merupakan kolagen
fibrous yang ditemukan di semua jaringan ikat, termasuk kulit dan tulang.
Strukturnya terdiri atas heteropolimer (rantai alfa-1 dan alfa-2) dan glisin (tanpa
Gambar 2.4. Struktur kolagen triple helix: (a) struktur kristal resolusi tinggi pertama kolagen,
tersusun dari (ProHypGly)4–(ProHypAla)–(ProHypGly)5; (b) Tampilan melintang dari satu
(ProProGly)10 triple helix dengan tiga helaian pada ruang kosong yang digambarkan sebagai
bola, tongkat, dan pita; (c) gambar bola dan tongkat dari segmen kolagen triple helix; (d)
ikatan tiga helai pada segmen panel c (Shoulders dan Raines, 2009).
serta terlibat dalam pembelahan, pertahanan, dan differensiasi sel. Fungsi biologis
karakteristik yang mudah diserap dalam tubuh, memiliki sifat antigenesis rendah,
afinitas dengan air tinggi, tidak beracun, biocompatible dan biodegradable, relatif
stabil, dapat disiapkan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan, dan mudah
15
Glisin ditemukan sebagai asam amino utama bersama dengan alanine, proline,
sorrakowah, dan Labeo rohita (Hema et al., 2013). Glisin dan prolin juga menjadi
asam amino dengan konsentrasi terbesar yang ditemukan pada spesies Liza
intraseluler dimulai pada nukleus dimana gen – gen diaktifkan dan terjadi
kolagen. molekul kolagen selanjutnya akan bersatu dalam serat – serat dan
Ikan Gurame
mempunyai nilai ekonomis tinggi karena memiliki tekstur daging yang kompak
16
serta rasanya lezat. Selain itu, ikan gurame mempunyai keunggulan lainnya yaitu
memiliki sifat omnivore (pemakan segala), memijah secara alami dan dapat hidup
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Labyrinthici
Sub-Ordo : Anabantoidea
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Sisik adalah lapisan terluar dari ikan yang berfungsi sebagai barrier yang
mencegah masuknya senyawa asing ke dalam tubuh ikan. Variasi sisik ikan ini
sangat luas, dapat dibedakan atas bentuk, ukuran, dan susunannya. Klasifikasi
umum terdiri atas cosmoid, ganoid, placoid, dan elasmoid (cycloid dan ctenoid)
Sisik ikan adalah jaringan yang mengandung osteoblast dan osteoklast seperti
yang ditemukan pada tingkat vertebrata yang lebih tinggi, namun regulasi
aktivitas sel dalam jaringan masih sedikit diketahui (Rotllant et al, 2005). Sisik
lain seperti tulang, gigi, dan urat daging yang bermineral. Semua bahan ini
sebagian besar dibentuk oleh suatu komponen organik (yaitu kolagen), suatu
Senyawa kimia yang terkandung dalam sisik ikan, antara lain adalah 41-84%
merupakan protein organik dan sisanya merupakan residu mineral dan garam
yang terdapat di sisik ikan antara lain adalah 70 % air, 27% protein, 1 % lemak,
dan 2 % abu. Senyawa organik terdiri dari 40%-90% pada sisik ikan dan
Kolagen dari sisik ikan merupakan kolagen derivat dari ikan, komponen asam
amino kolagen dari sisik ikan secara umum ada bermacam-macam namun
kandungan asam amino glisin yang paling tinggi. Hal tersebut mengakibatkan
suhu denaturasi kolagen sisik ikan relatif rendah dan membuatnya menjadi protein
yang mudah dicerna dan dapat diturunkan menjadi produk- produk yang lebih
sederhana. Selain itu kolagen sisik ikan juga bebas dari penyakit yang bisa
ditularkan oleh hewan unggas seperti flu burung atau mamalia seperti sapi gila
Kolagen dari ekstrak sisik ikan gurami memiliki beberapa rantai polipeptida
yang dihubungkan oleh ikatan silang yang akan membentuk triple helix.
Kandungan asam amino glisin yang tinggi pada sisik ikan gurami dapat
dimanfaatkan sebagai bahan graft tulang, atau pengisi soket pasca pencabutan
growth factors alfa (TGF-α) dan Transforming growth factors beta (TGF-β).
factors beta satu (TGF-β1) sehingga memodulasi aktivitas sel-sel imun seperti
Nanoteknologi
Nanoteknologi adalah ilmu yang mempelajari benda yang sangat kecil, mulai
dari kegunaan dan manipulasinya dalam skala kecil. Hal ini dapat memberikan
dimana teknik konvensional sudah tidak mumpuni lagi. Nanoteknologi tidak dapat
dilihat sebagai satu teknik yang hanya dapat mempengaruhi area yang spesifik.
hanya sebuah struktur dan produk yang kecil. Fitur nano ini sering juga digunakan
2007).
antara 1-100 nm. Nanopartikel merupakan suatu partikel berdimensi tiga, yang
memiliki perbedaan dengan sifat pada ukuran yang lebih besar (bulk). Dimana
material yang berukuran nano memiliki sifat kimia, fisika dan biologi yang lebih
19
unggul dibandingkan dengan material yang berukuran lebih besar (Khan et al,
2008).
tergantung pada ukuran partikel, karena partikel yang berukuran lebih kecil
Pembuatan nano kolagen dari hasil perlakuan terbaik pada isolasi kolagen
yang telah dihasilkan dan diuji sebelumnya dilakukan dengan melarutkan kolagen
dengan aquades dengan rasio perbandingan 1:2 dan dilakukan sizing selama 2-4
jam dengan magnetic stirrer pada kecepatan ±3000 rpm, Setelah 2-4 jam sampel
ditetesi dengan larutan etanol 96% dengan rasio perbandingan 1:1, hal ini
bertujuan agar tidak terjadi aglomerasi pada partikel kolagen yang sudah menjadi
2000).
ekstrak atau zat tertentu. (Kartika, 2017). Tetrazolium (MTT) adalah salah satu
20
metode yang paling sering digunakan untuk uji viabilitas sel. Metode ini
menghasilkan nilai absorbansi rendah tanpa adanya sel. Dalam MTT assay,
hubungan linear antara sel aktif secara metabolik dan warna yang dihasilkan
tingkat kematian sel atau proliferasi. MTT adalah metode yang umum digunakan
untuk evaluasi viabilitas sel dan sitotoksisitas untuk screening obat. MTT assay
seluler enzim (Berridge et al., 2005). Sel yang tumbuh dengan baik dan cepat
menunjukkan tingkat reduksi MTT yang tinggi terhadap formazan sementara sel
mati atau tidak aktif gagal melakukannya. Produk akhir reduksi MTT adalah
formazan warna ungu yang dapat dengan mudah dilarutkan dalam DMSO.
Viabilitas dalam MTT assay dihubungkan dengan kuantifikasi formazan pada 540
nm yang secara linier terkait dengan aktivitas enzim dan secara tidak langsung
dengan jumlah sel yang hidup. Intensitas warna ungu yang tinggi menunjukkan
viabilitas sel yang lebih tinggi sementara penurunan intensitas warna ungu
menandakan jumlah sel yang berkurang dan menunjukkan sitotoksisitas zat yang
Jumlah sel pada mikrotiter plate harus optimal untuk mendapatkan hasil yang
baik. Jumlah sel mempengaruhi tingkat aktivitas mitokondria dan laju proliferasi.
Untuk mendapatkan hasil optimal, beberapa konsentrasi sel harus ditanam dalam
5-7 lempeng. Kemudian ukur densitas optik menggunakan kolorimeter setiap hari
berlebih, yang akan mempengaruhi percobaan. Nilai densitas optik awal hari 0
Scaffold Kolagen
kolagen, dan yang terbanyak adalah kolagen tipe 1. Asam amino yang dikandung
oleh kolagen tipe 1 yang paling tinggi diantaranya adalah asam amino glisin, yang
dapat merangsang proliferasi dari sel epitel. Kolagen merupakan salah satu
komponen yang dapat digunakan sebagai substrat pertumbuhan sel yang dikenal
sebagai substrat pelekatan sel namun lebih berperan sebagai scaffold. Scaffold
hanya menyokong, namun akan bersatu dengan sel karena bersifat biodegradabel
sehingga dapat berfungsi sebagai media perlekatan, migrasi dan proliferasi dari sel
epitel yang dapat meningkatkan viabilitasnya. Sel yang dibiakkan pada media
Hipotesis Penelitian
Viabilitas sel epitel gingiva baik setelah pemberian partikel nanokolagen sisik
ikan gurame.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan post test only control group
design.
Sampel
(t−1) (n−1) ≥ 15
(9-1) (n-1) ≥ 15
8 (n-1) ≥ 15
8n – 8 ≥ 15
8n ≥ 23
n ≥ 2,875
t : banyak perlakuan
nanokolagen sisik ikan gurami dan 1 kontrol sel dan 1 kontrol medium. Nilai n
24
25
minimal 3 sampel.
Variabel Penelitian
Variabel bebas
Partikel nanokolagen sisik ikan gurame dengan konsentrasi 1000 ppm; 500
ppm; 250 ppm; 125 ppm; 62,5 ppm; 31,25 ppm; 15,625 ppm (Arianie,
2017)
Variabel terikat
Varibel terkontrol
Definisi Operasional
didapatkan dari sisik ikan gurame yang direndam dalam asetat dan
3. MTT assay adalah salah satu metode yang digunakan dalam uji
biru keunguan yang tidak larut dalam air. Formazan yang diproduksi
26
dengan bantuan alat ELISA reader pada panjang gelombang 590 nm.
4. Sel epitel gingiva merupakan salah satu jenis cell lines yang
Alat Penelitian
d. 96-well plate
e. Conical tube
g. ELISA reader
27
h. Pinset
i. Cawan petri
j. Inkubator
k. Tisu
l. Aluminium foil
Bahan Penelitian
a. NaOH 0,05 N
b. CH3COOH 0,3 N
c. Etanol 96%
f. Amfoterisin B 1%
i. DMSO 7,5 mL
Prosedur Penelitian
beberapa tahap.
1. Tahap pertama yaitu sisik ikan gurame yang telah dicuci dan
menggunakan aquades.
ikan dan asam asetat adalah 1:6. Konsentrasi asam asetat yang
jam.
bahan yang meliputi, analisis kadar air, lemak, protein, dan abu yang
terbaik pada isolasi kolagen yang telah dihasilkan dan diuji sebelumnya.
selama 2-4 jam dengan magnetic stirrer pada kecepatan ±3000 rpm,
2. Setelah 2-4 jam sampel ditetesi dengan larutan etanol 96% dengan
rasio perbandingan 1:1, hal ini bertujuan agar tidak terjadi aglomerasi
1. Jaringan gingiva dari donor manusia diambil dari pasien RSGM-P FKG
Unair yang sehat digunakan sebagai sumber sel-sel epitel untuk kultur.
kultur.
kemampuan sel epitel dari jaringan yang dicerna untuk bertahan hidup
2. Sel diinkubasi pada suhu 37°C dalam atmosfer lembab denngan CO2
well diberi perlakuan dan 3 well berupa kontrol sel dan medium
(tanpa perlakuan).
distribusi sel.
dibuang.
dan setiap tabung diberi label tabung I berisi 1000 ppm, tabung II
berisi 500 ppm, Tabung III berisi 250 ppm, tabung IV berisi 125 ppm,
tabung V berisi 62,5 ppm, tabung VI berisi 31,25 ppm, tabung VII
mL.
Uji Viabilitas
laminar flow.
33
2. Well H4, H5, H6 pada microplate pertama dan kedua diisi dengan
kontrol sel.
10. Well F1, F2, F3 pada 96-well plate ditambah dengan suspensi partikel
11. Well G7, G8, G9 pada 96-well plate ditambah dengan suspensi
1 2 3 4 5 6
A Tabung I
(1000 PPM)
B Tabung II
(500 PPM)
C Tabung III
(250 PPM)
D Tabung IV
(125 PPM)
E Tabung V
(62,5 PPM)
F Tabung VI
(31,25 PPM)
G Tabung VII
(15,625 PPM)
H KONTROL
SEL (123)
DAN
MEDIUM
(456)
Tabel 4.1. Skema pendistribusian suspensi partikel nanokolagen sisik ikan gurami pada 21 well.
Uji perlakuan dilakukan triplicate. Kolom A-G 123 merupakan sampel perlakuan, sedangkan
kolom A-G 456 well dibiarkan kosong. Well H1-3 merupakan kontrol sel dan dan well H4-6
merupakan kontrol medium.
13. Microplate dikeluarkan dari alat inkubator, media kultur dan suspensi
15. Setelah masa inkubasi selesai, MTT beserta media kultur diambil
Perhitungan
Keterangan:
OD kontrol sel + OD kontrol media
kontrol media
kontrol sel
36
Alur Penelitian
Perendaman dalam larutan NaOH 0,05 N rasio 1:10 selama 6 jam dengan
tujuan untuk menghilangkan kadar protein non kolagen
Analisis proksimat
Setelah 2-4 jam sampel ditetesi dengan larutan etanol 96% dengan rasio
perbandingan 1:1, hal ini bertujuan agar tidak terjadi aglomerasi pada
partikel kolagen yang sudah menjadi nano kolagen
37
21 well yang telah terisi sel Human Gingival Ephitelium diberi suspensi
partikel nanokolagen sisik ikan gurami yang telah dilarutkan dalam
DMSO sebanyak masing-masing 2 mg/mL
well A1-3 well B1-3 well C1-3 well D1-3 well E1-3 well F1-3 well G1-3
1000 500 ppm 250 ppm 125 ppm 62,5 ppm 31,25 ppm 15,625
ppm partikel partikel partikel partikel partikel partikel ppm partikel
nanokolagen nanokolagen nanokolagen nanokolagen nanokolagen nanokolagen nanokolagen
Analisis Data
Data hasil penghitungan jumlah sel Human Gingival Epithelial yang sudah
untuk melihat adanya pengaruh pemberian patrikel nano kolagen sisik ikan
distribusi normal (bermakna) apabila p > 0,05 dan tidak normal (tidak
bermakna) apabila p < 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji Levene’s Test
DAFTAR PUSTAKA
Asyiraf, N., 2011, Extraction of Collagen From Fish Waste and Determination of
Its Physico-chemical Characteristic, Food Science and Technology, Faculty of
Applied Sciences, Selangor: Universiti Teknologi MARA.
Bosshardt, D.D, Degen T, Lang NP. 2005. Are cementoblast a Subpopulation of
Osteoblast or a Unique Phenotype? J Dent Res 320: pp. 208-219.
Budirahardjo, R., 2015. Sisik Ikan Sebagai Bahan yang Berpotensi Mempercepat
Proses Penyembuhan Jaringan Lunak Rongga Mulut, Regenerasi Dentin,
Tulang Alveolar dan Stomatogenatik. Jurnal Kedokteran Gigi, vol 7, no.2,
pp.136-140.
Cahaya, Cindy., Sri Lelyati C Masulili. 2015. Perkembangan Terkini Membran
Guided Tissue Regeneration/Guided Bone Regeneration sebagai Terapi
Regenerasi Jaringan Periodontal. Maj Ked Gi Ind. 1(1). hal. 1-11
Cardoso, V.S., Quelemes, P.V., Amorin, A., Primo, F.L., Gobo, G.G., Tedesco,
A.C., Mafud, A.C., Mascarenhas, Y.P., Corrêa, J.R., Kuckelhaus, S.A et al.,
2014, Collagen Based Silver Nanoparticles for Biological Applications:
Synthesis and Characterization, Journal of Nanobiotechnology, vol 12 (36),
pp. 1-9.
Coester CJ, Langer K, Van Briesen H, Kreuter J. 2000. Gelatin nanoparticles by
two-step desolvation-a new preparation method, surface modifications and cell
uptake. Microencapsulation 17(2): 187-193.
Dalal M, Dalal S, Momin R. 2012. Periodontal Surgery – Revolution from
Resection to Regeneration. Healthtalk, vol.4, pp. 1-4.
Delouise Lisa A. 2012. Application of Nanotechnology in Dermatology. J Invest
Dermatol. 132(302). pp. 964-975.
Fratzl, P., 2008, Collagen: Structure and Mechanics, New York: Springer.
Freshney, R. Ian and Mary G Freshney 2002. Culture of Epithelial Cells. Wiley-
Liss, Inc. 2 : pp. 1-30.
Gajbhiye S, Sakharwade S. 2016. Silver Nanoparticles in Cosmetics. Journal of
Cosmetics Dermatological Sciences and Applications. 6: pp. 48-53.
40