Diajukan Oleh
31102000048
SEMARANG
2023
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Oleh
Dewan Penguji I
Dewan Penguji II
i
DAFTAR ISI
ii
3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................................. 27
3.7 Cara Penelitian........................................................................................................... 28
3.7.1 Persiapan penelitian ............................................................................................. 28
3.7.2 Pelaksanaan penelitian ......................................................................................... 28
3.8 Tempat dan waktu...................................................................................................... 29
3.9 Analisis Hasil ............................................................................................................ 30
3.10 Alur Penelitian ......................................................................................................... 31
BAB IV............................................................................................................................... 32
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................................... 32
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................................... 32
4.1.1 Distribusi Frekuensi Mengenai Tingkat Stereotyping Dokter Gigi Terhadap
ODHA di Surakarta...................................................................................................... 33
4.1.2 Distribusi Frekuensi Mengenai Prejudice (prasangka) Dokter Gigi terhadap ODHA
di Surakarta.................................................................................................................. 34
4.1.3 Distribusi Frekuensi mengenai Discrimination (diskriminasi) Dokter Gigi
terhadap ODHA di Surakarta ....................................................................................... 35
4.1.4 Stigma Dokter Gigi berdasarkan Aspek Stereotyping ........................................... 35
4.1.5 Stigma Dokter Gigi Berdasarkan Aspek Prejudice (prasangka) ........................... 37
4.1.6 Stigma Dokter Gigi Berdasarkan Aspek Discrimination (diskriminasi) ................ 39
4.2 Pembahasan ............................................................................................................... 40
BAB V ................................................................................................................................ 44
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 44
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 44
5.2 Saran..................................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 46
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Orisinalitas Penelitian ........................................................................................... 6
Tabel 3.1 Pedoman Konversi Skor Standar Skala Lima ...................................................... 30
Tabel 4.1.1 Perhitungan Rumus Interval Skor ..................................................................... 32
Tabel 4.1.2 Skala Interval ................................................................................................... 32
Tabel 4.1.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Stereotyping Dokter Gigi .................................... 33
Tabel 4.1.4 Distribusi Frekuensi Prejudice (prasangka)....................................................... 34
Tabel 4.1.5 Distribusi Frekuensi Discrimination (diskriminasi)........................................... 35
Tabel 4.1.6 Stigma Dokter Gigi berdasarkan Aspek Stereotyping ....................................... 36
Tabel 4.1.7 Stigma Dokter Gigi berdasarkan Aspek Prejudice (prasangka) ......................... 37
Tabel 4.1.8 Stigma Dokter Gigi berdasarkan Aspek Discrimination .................................... 39
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................................... 21
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ........................................................................................... 22
v
DAFTAR SINGKATAN
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
BAB I
PENDAHULUAN
kumpulan gejala yang terjadi akibat menurunnya sistem imun oleh HIV.
(Kemenkes RI, 2020). HIV akan menyerang sel T dan sel yang mengekpresikan
CD4. Semakin rendah jumlah limfosit T CD4 dalam darah, maka sistem imun
Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan provinsi Jawa Tengah pada tahun 2019
mencapai 5.630, yang sekaligus menempatkan Jawa Tengah berada pada posisi
Indonesia (Kemenkes RI, 2020). Jumlah penderita HIV terus meningkat di Kota
Surakarta, pada tahun 2022 ditemukan kenaikan kasus baru HIV sebanyak 19
kasus dan Surakarta sendiri menjadi kota dengan kasus baru AIDS tertinggi di
Jawa Tengah, yaitu 72 dari 914 kasus baru yang ada di Jawa Tengah (Dinkes
Jateng, 2022).
1
Stigma menjadi permasalahan dalam usaha Indonesia menanggulangi
tahun 2030, yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus baru, menurunkan
2020).
dan sikap diskriminatif terhadap ODHA. Stigma negatif terhadap ODHA dapat
2019).
2
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman dalam Surah Al Hujurat ayat 11:
َ ٍس ۤاء
عسٰ ٰٓى ا َ ْن يَّكُ َّن َ ِس ۤا ٌء م ِْن ن َ ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل يَ ْسخ َْر قَ ْو ٌم م ِْن قَ ْو ٍم
َ ِعسٰ ٰٓى ا َ ْن يَّكُ ْونُ ْوا َخي ًْرا ِم ْن ُه ْم َو ََل ن
ٰۤ ُ
َولىِٕك ان َو َم ْن لَّ ْم يَتُبْ فَا ِ ْ َ س ِاَل ْس ُم ْالفُسُ ْو ُق بَ ْعد
ِ َّۚ اَل ْي َم ِ ِۗ اَل ْلقَا
َ ْب بِئ َ َُخي ًْرا ِم ْن ُه َّۚ َّن َو ََل ت َْلم ُِز ْٰٓوا ا َ ْنف
َ ْ ِسكُ ْم َو ََل تَنَابَ ُز ْوا ب
mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-
olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula
mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah
adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak
Dokter gigi merupakan salah satu tenaga medis yang dalam praktiknya
berkontak langsung dengan berbagai latar belakang dan status pasien, termasuk
profesi yang memiliki risiko tinggi untuk terjadi kontaminasi silang. Dokter gigi
juga memiliki tanggung jawab etik dan profesi untuk memberikan pelayanan
yang baik terhadap semua pasien termasuk ODHA, seperti yang telah tercantum
pada berbagai tingkat penyakit tersebut (Pakfetrat et al., 2015). Oleh karena itu
dokter gigi dapat berperan dalam deteksi pasien suspect HIV maupun perawatan
3
Pengukuran stigma adalah proses untuk mengukur dan mengkaji sikap,
bidang kesehatan (Chaudoir, 2015). Studi terkait stigma dokter gigi terhadap
ODHA belum banyak dilakukan di Indonesia. Salah satu instrumen yang dapat
Health Care Provider HIV/AIDS Stigma Scale (HPASS) yang disusun oleh
Wagner et al pada tahun 2014. Instrumen ini mencakup tiga aspek yang
dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan melibatkan dokter gigi yang telah
dinyatakan valid dan reliabel sebelumnya oleh Yuniar dkk (2022). Oleh karena
itu, peneliti hendak mengamati lebih lanjut gambaran stigma dokter gigi
4
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang dapat
menilai stigma yang dilakukan oleh dokter gigi terhadap ODHA di Surakarta.
di Surakarta.
5
1.5 Orisinalitas Penelitian
Tabel 1.1 Orisinalitas Penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 HIV/AIDS
A. Pengertian
menginfeksi sistem imunitas tubuh terutama limfosit CD4+ dan secara bertahap
HIV yang bersifat laten selama bertahun-tahun dan menjadi aktif sehingga
imunitas tubuh karena destruksi sel limfosit T-helper CD4+. Penderita akan
penderita menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik dan tumor terkait HIV
adalah tahap akhir dari infeksi HIV. Munculnya sindrom ini berhubungan
7
B. Epidemiologi
obatan intravena, transfer transplasenta, atau transfusi darah atau produk darah
1. Transmisi seksual
Penularan virus HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual dengan
seropositif untuk zat anti HIV cenderung naik pada hubungan seksual
yang dilakukan dengan pasangan tidak tetap, oleh karena itu individu
Transmisi ini terjadi secara parenteral akibat penggunaan jarum suntik dan
alat tusuk lainnya (alat tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada
dahulu. Resiko tertular cara transmisi parental ini kurang dari 1% (Irwan,
3. Transmisi transplasental
C. Patogenesis
virus HIV terdiri atas dua bagian utama yaitu bagian selubung (envelop) dan
bagian inti (core). Bagian selubung merupakan komponen yang tersusun atas
lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Susunan lipid tersebut menyebabkan
virus HIV termasuk sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih,
sinar matahari, dan mudah matidengan disinfektan. Bagian inti berisi untaian
disebut gp 120 (untuk glikoprotein 120-kD), yang berikatan dengan CD4 dan
lmunodefisiensi Didapat dan CCRS) pada sel manusia. Tipe sel utama yang bisa
terinfeksi oleh HIV adalah limfosit T CD4, makrofag, dan sel dendritik. Setelah
sel inang, dan virus memasuki sitoplasma pada sel. Di sini, virus melepas
Suatu salinan DNA dari RNA virus disintesis oleh enzim reverse transcriptase
virus (suatu proses khas retrovirus), dan DNA tersebut bergabung ke dalam
9
DNA sel inang melalui kerja enzim integrase. DNA virus yang bergabung
tersebut disebut suatu provirus. Bila sel T, makrofag, atau sel dendritik yang
banyak gen - gen mereka sendiri dan seringkali dengan memproduksi sitokin.
Suatu akibat negatif dari respons protektif normal ini adalah bahwa sitokin,
dan proses aktivasi seluler itu sendiri, juga dapat mengaktivasi provirus,
membran sel, mendapatkan suatu amplop lipid dari inang, dan kemudian
melepaskan diri sebagai suatu partikel virus yang infeksius dan siap untuk
menginfeksi sel-sel lainnya. Provirus HIV yang bergabung tersebut dapat tetap
Penderita HIV dan AIDS akan melalui lima tahapan dalam menjalani
hidup dengan HIV dan AIDS yaitu denial (penolakan) yaitu penderita menolak
dengan tidak percaya bahwa penderita divonis mengidap HIV dan AIDS, angry
(kemarahan) yaitu penderita mengalami kemarahan terhadap orang lain dan diri
melalui hubungan seksual di luar nikah yang dianggap tidak bermoral dan
10
memalukan dan anggapan tersebut cenderung mendiskriminasi orang dengan
persalinan, bahkan anak- anak yang positif HIV juga mendapat penolakan
sehingga dapat membuat mereka merasa frustasi atau kecewa dan berujung
pada depresi. Hal ini dapat berdampak pada kemampuan orang dengan
2.1.2 Stigma
11
Stigma terbentuk secara sosial dan dipengaruhi oleh faktor budaya,
merasakan rasa malu dan bersalah. Resiko terbesar dari stigmatisasi adalah
diskriminasi dan hal itu terjadi ketika seseorang diperlakukan tidak adil dan tidak
mereka sebagai musuh, penyakit, factor yang memalukan dalam masyarakat atau
orang yang tidak mematuhi norma sosial dan agama saat ini (Balatif, 2020).
Public stigma atau enacted stigma didefinisikan sebagai apa yang dilakukan
stigma merujuk pada prasangka negatif dalam perasaan dan evaluasi terhadap
kelompok terstigma, serta perlakuan yang tidak adil dalam kelompok tersebut
waktu yang lebih singkat saat berinteraksi dengan pasien minoritas dibanding
pasien lain, atau ketika pasien dengan riwayat penyakit mental ditolak untuk
tinggal di wilayah tersebut. Enacted stigma pada level struktural merujuk pada
12
2. Felt stigma
Felt stigma merupakan persepsi dari individu bahwa dirinya terevaluasi secara
Internalized stigma atau disebut juga self stigma, merujuk pada adopsi
terinternalisasi ini merupakan akibat dari adanya enacted stigma yang terjadi
secara konsisten.
4. Anticipated stigma
perlakuan tersebut belum benar benar terjadi. Hal ini dapat menimbulkan
kondisi stress yang signifikan dan berbagai dampak lain seperti menghindari
sosialisasi, memilih untuk tidak melamarpekerjaan, serta hal lain yang dapat
Menurut Novia (2020) stigma memiliki komponen yang terbagi menjadi empat
yaitu:
1. Labeling
2. Stereotipe
3. Separation
4. Diskriminasi
14
B. Proses Stigma
Enacted stigma dapat terjadi secara interpersonal dan struktual. Pada tingkat
masyarakat, budaya, dan kelembagaan yang membatasi akses, sumber daya dan
stigma mengacu pada individu merasa yakin dan memiliki perasaan negatif
15
C. Stigma Terkait HIV/AIDS
kematian.
seseorang untuk mengakui atau berbicara terkait status HIV-nya. Stigma dapat
merupakan salah satu faktor paling serius yang menetap dan menghalangi
16
Stigma yang melekat pada ODHA seringkali membuat mereka enggan untuk
sikap sinis, rasa takut berlebihan, serta anggapan negatif tentang ODHA
(Sudarsono, 2015). Pasien dengan status HIV positif kadang tidak menerima
perawatan yang sesuai atau bahkan dipisahkan dari pasien lain. Petugas
HIV. Hal ini bisa saja terjadi akibat kurangnya sumber daya medis ataupun
medis termasuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Stigma HIV dapat muncul
dengan berbagai cara dan berdampak negatif pada kesehatan mulut dan umum
diterima oleh orang dengan HIV/AIDS dan juga internalisasi stigma yang
bahwa mereka merasa nyaman jika dokter gigi dengan pengendalian infeksi
standar yang sesuai terlepas dari status HIV yang membuat mereka lebih
dihargai dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Yuvaraj et al., 2020).
17
Dokter gigi dan pekerja laboratorium mempunyai stigma terkait HIV yang
tinggi. Hal ini disebabkan karena jenis 24 pekerjaan mereka yang lebih sering
terpapar dengan darah dan cairan tubuh lainnya (Tavakoli et al., 2020).
kesehatan, yaitu :
a) Penggambaran HIV secara negatif Stigma dan diskriminasi yang diberikan oleh
mematikan yang disebabkan oleh gaya hidup yang menyimpang secara seksual
histeria dan panik. Tidak ada pengobatan yang efektif sehingga stigma terus
putus asa jika terjadi ketidakadilan dalam perawatan dan dapat menimbulkan
antusiasme antara tenaga kesehatan dan pasien dapat menghalangi pasien untuk
2. Pemicu stigma terkait HIV dan stigmatisasi dalam perilaku dan perasaan
a) Ketakutan
Stigma tenaga kesehatan dipicu oleh ketakutan akan penularan HIV karena
pasien HIV/AIDS. Ketakutan akan infeksi HIV tidak hanya berdampak pada
oleh faktor psikologis, bersumber dari prasangka dan keyakinan yang irasional
(Sofia, 2018).
Perawatan pasien HIV/AIDS berbeda karena institusi medis tidak secara rutin
merawat pasien HIV/AIDS dan tenaga kesehatan yang tidak terlatih dan sedikit
Interaksi antara tenaga kesehatan dan pasien HIV/ADIS dapat terjadi perilaku
tidak terbiasa dengan tenaga kesehatan di institusi tertentu dan oleh karena itu
diberi tanda merah sebagai indikasi pelayanan yang berada dalam satu ruangan
(Davtyan et al., 2017). Pemberian kode B-20 dan cap istimewa pada pasien
ditangani oleh spesialis mereka, sehingga interaksi antara pasien HIV dan
spesialis akan merujuk pasien HIV yang tidak perlu dan secara medis tidak
perlu dirujuk ke spesialis HIV sehingga hal ini dapat menimbulkan stigma
2017).
a. Keterlibatan perawatan
jika pengobatan dilakukan berbeda oleh tenaga kesehatan dan datang terlambat
a. Fungsi psikologis
psikologis yang serius pada orang dengan HIV/AIDS seperti depresi, merasa
harga diri rendah, dan putus asa (Umam et al., 2017). Pasien HIV AIDS yang
terstigma mungkin merasa aneh sehingga tidak ada motivasi untuk membangun
yang signifikan dan jika tenaga kesehatan tidak simpatik dan mendukung, maka
21
2.3 Kerangka Konsep
Dinilai menggunakan
instrument HPASS versi
bahasa Indonesia
ODHA
22
BAB III
METODE PENELITIAN
ODHA di Surakarta.
Stigma dokter gigi terhadap ODHA adalah sudut pandang dokter gigi
Stereotyping (stereotip)
pada item pertanyaan nomor 1, 2, 4, 9, 10, 16, 19, 21, 27, 28, dan
29 pada kuesioner.
23
Prejudice (prasangka)
Discrimination (dikiminasi)
jawaban yang terdiri dari sangat tidak setuju, tidak setuju, kurang setuju, agak
setuju, setuju, dan sangat setuju. Skala pengukuran yang digunakan berupa
skala ordinal.
24
3.4 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah kelompok dokter gigi yang berpraktik
aktif di Surakarta pada tahun 2023. Berdasarkan data PDGI tahun 2023, jumlah
dokter gigi aktif di Surakarta baik dokter gigi umum maupun spesialis
hingga peluang untuk terpilih menjadi anggota sampel sama besarnya bagi
n = [DEFF*Np(1-p)]/ [(d2/Z21-α/2*(N-1)+p*(1-p)]
n = [1*123(1-0,5)]/[0,05/3,8416*(246)+0,5*1-0,5)]
n = 151
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Ukuran populasi
p = Hipotesis frekuensi
d = Batas kepercayaan
25
DEFF = Design Effect
Pada jumlah populasi sebesar 246 dipatkan hasil 151 sample untuk tingkat
dianggap sebagai rentang nilai, yang dihitung dari pengamatan sampel yang
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
26
3.6 Instrumen Penelitian
tahun 2014. Instrumen ini diterjemahkan oleh Yuniar dkk pada tahun 2022
dan sudah dilakukan uji validitas dan reabilitas dengan melibatkan dokter gigi
yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Instrumen ini tersusun dari 30
discrimination.
2 = Tidak setuju
3 = Kurang setuju
4 = Cukup setuju
5 = Setuju
6 = Sangat setuju
secara terbalik (reverse scored). Total skor didapat dengan menjumlahkan skor
27
2. Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 26 yang
28
2. Pengisian kuesioner HPASS
berikut:
form.
WhatsApp.
aplikasi WhatsApp.
minimum, variable rata-rata, mean ideal, dan standar deviasi ideal. Analisis
jawaban responden.
29
3.9 Analisis Hasil
Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner akan ditabulasi dan
meliputi pencarian skor rata-rata 𝑋̅, Mean Ideal (Mi), dan Standar Deviasi
sedang, rendah, dan sangat rendah. Hal ini dapat diketahui dengan
Keterangan :
frekuensi jawaban responden pada tiga aspek yang berkaitan dengan stigma,
30
3.10 Alur Penelitian
31
BAB IV
nilai untuk menentukan interval skor rata-rata yang disajikan pada tabel berikut:
diperoleh interval skor rata-rata dari setiap variabel, serta interval skor pada
masing variabel:
32
4.1.1 Distribusi Frekuensi Mengenai Tingkat Stereotyping Dokter Gigi
Terhadap ODHA di Surakarta
sebesar 3.3%.
33
4.1.3 Distribusi Frekuensi Mengenai Prejudice (prasangka) Dokter Gigi
terhadap ODHA di Surakarta
diberikan, dapat dilihat bahwa persentase dokter gigi dengan tingkat prasangka
yang tinggi sebesar 25.2%, sedang sebesar 32.5%, rendah sebesar 33.1%, dan
34
4.1.3 Distribusi Frekuensi mengenai Discrimination (diskriminasi)
Dokter Gigi terhadap ODHA di Surakarta
responden yang masuk dalam kategori "sedang" sebesar 25,2% dan "rendah"
"sangat tinggi" dan "tinggi" masing-masing sebesar 4,6% dan 15,9%. Hanya
sebagian kecil responden yang masuk dalam kategori "rendah" yaitu sebesar
16,6%.
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai stigma dokter gigi pada setiap
35
Tabel 4.1.6 Stigma Dokter Gigi berdasarkan Aspek Stereotyping
Skor Skor
No. Pernyataan Kategori
Total Rerata
Saya yakin sebagian besar pasien HIV+
tertular virus tersebut melalui kontak fisik
1 608 4.026 Tinggi
dengan hal-hal yang dapat menularkan virus
tersebut
Saya berpendapat bahwa pasien HIV+
melakukan aktifitas yang beresiko
2 616 4.079 Tinggi
menularkan virus meskipun mereka telah
mengetahui risiko tersebut
Saya berpendapat bahwa orang-orang tidak
3 akan tertular HIV jika mereka melakukan 484 3.205 Sedang
hubungan seks dengan sedikit pasangan
Saya berpendapat bahwa jika orang-orang
4 melakukan tindakan secara bertanggung 614 4.066 Tinggi
jawab, mereka tidak akan tertular HIV
Pasien HIV+ cenderung memiliki banyak
5 565 3.742 Sedang
pasangan seksual
Saya berpendapat bahwa banyak pasien
HIV+ kemungkinan memiliki masalah
6 530 3.510 Sedang
terkait penyalahgunaan obat-obatan
terlarang
Pasien HIV+ harus menerima tanggung
7 437 2.894 Rendah
jawab karena telah tertular virus tersebut
Saya berpendapat bahwa pasien HIV+
8 seringkali menyebabkan masalah 509 3.371 Sedang
kesehatannya sendiri
Pasien HIV+ yang tertular HIV melalui
penggunaan suntik narkoba lebih beresiko
9 506 3.351 Sedang
tertular HIV daripada pasien HIV+ yang
tertular HIV melalui transfusi darah.
Saya cenderung berpendapat bahwa pasien
10 455 3.013 Rendah
HIV+ tidak sependapat dengan saya
Pasien HIV+ yang tertular HIV melalui
hubungan seks lebih berisiko menularkan
11 507 3.358 Sedang
HIV daripada pasien HIV+ yang tertular
HIV melalui transfusi darah
36
Hasil penelitian di atas menunjukkan kategori tinggi pada beberapa
indikator penilaian. Sebagian besar dokter gigi yaitu sebesar 70,9% dokter gigi
beranggapan bahwa pasien HIV+ tertular virus tersebut melalui kontak fisik
dengan hal-hal yang dapat menularkan virus tersebut. Selain itu, 68,9% dokter
bertanggung jawab, mereka tidak akan tertular HIV. Sebesar 42,4% dokter gigi
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai stigma yang dilakukan dokter
Skor Skor
No. Pernyataan Kategori
Total Rerata
1 Pasien HIV+ dapat mengancam kesehatan saya 472 3.126 Sedang
Pasien HIV+ dapat mengancam kesehatan
2 489 3.238 Sedang
pasien lain
Saya lebih memilih tidak melakukan kontak
3 426 2.821 Rendah
fisik dengan pasien HIV+
Saya akan memakai dua set sarung tangan saat
4 419 2.775 Rendah
melakukan pemeriksaan terhadap pasien HIV+
Saya merasa tidak ada masalah melakukan
5 pekerjaan bersama penyedia layanan kesehatan 680 4.503 Tinggi
lain yang tertular HIV
Saya lebih memilih merawat pasien HIV-
6 negatif daripada pasien HIV+ yang tidak 479 3.172 Sedang
menunjukkan gejala-gejala HIV
7 Saya khawatir tertular HIV dari pasien HIV+ 565 3.742 Sedang
37
Saya ragu meminta pasien HIV+ untuk
9 melakukan tes darah karena saya khawatir 426 2.821 Rendah
akan keselamatan orang lain
Agak menakutkan untuk berpikir bahwa saya
10 telah melakukan kontak fisik dengan pasien 445 2.947 Rendah
HIV+
Saya khawatir tindakan pencegahan secara
11 umum tidak mampu melindungi saya dari 480 3.179 Sedang
pasien HIV+
Saya merasa tidak nyaman mengetahui salah
12 558 3.695 Sedang
satu rekan saya terpapar HIV+
Saya tidak bisa tenang jika seorang pasien
13 472 3.126 Sedang
memberi tahu saya bahwa dia pengidap HIV+
bahwa pasien HIV+ dapat mengancam kesehatan dokter gigi, pasien lain, serta
untuk bekerja sama dengan tenaga medis lain yang terinfeksi HIV. Selain itu,
hasil penelitian di atas juga menunjukkan bahwa beberapa dokter gigi merasa
38
4.1.6 Stigma Dokter Gigi Berdasarkan Aspek Discrimination
(diskriminasi)
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai stigma dokter gigi pada setiap
Skor Skor
No. Pernyataan Kategori
Total Rerata
Saya yakin saya berhak menolak untuk
1 merawat pasien HIV+ demi keselamatan 476 3.152 Sedang
pasien lain
Saya yakin saya berhak menolak untuk
2 merawat pasien HIV+ jika anggota staf lain 449 2.974 Rendah
khawatir terhadap keselamatan mereka
Saya tidak ingin melakukan tindakan medis
3 459 3.040 Rendah
tertentu terhadap pasien HIV+
Saya yakin saya berhak menolak untuk
4 merawat pasien HIV+ jika saya merasa tidak 485 3.212 Sedang
nyaman
Saya yakin saya berhak menolak untuk
5 merawat pasien HIV+ dengan alasan untuk 457 3.026 Rendah
melindungi diri saya sendiri
Saya yakin saya berhak menolak untuk
6 merawat pasien HIV+ jika saya khawatir 441 2.921 Rendah
terhadap tanggung jawab hukum
Sebanyak 36% dokter gigi yakin dapat menolak merawat pasien HIV+ dengan
alasan keselamatan pasien lain, 34% dengan alasan melindungi diri sendiri,
dan 30% dengan alasan keselamatan tenaga kesehatan lain. 27% dokter gigi
pasien HIV+.
39
4.2 Pembahasan
bahwa masih terdapat stigma yang dilakukan oleh dokter gigi yang berpraktik
Aspek stereotip dapat dilihat dari pernyataan sebagian besar dokter gigi
semata-mata karena perilaku yang berisiko, tetapi juga bisa terjadi melalui
faktor-faktor yang di luar kendali individu, seperti transfusi darah yang tidak
pelayanan yang diberikan oleh dokter gigi dan juga dapat memberikan
pengalaman yang negatif bagi pasien ODHA. Oleh karena itu stereotyping
dokter gigi terhadap ODHA dapat berdampak negatif pada kualitas pelayanan
pikiran dokter gigi dapat menghambat komunikasi yang efektif antara dokter
perawatan. Oleh karena itu, penting bagi dokter gigi untuk mempertimbangkan
40
terhadap ODHA (Aziz et al., 2023). Salah satu jurnal pendukung yang relevan
menunjukkan keengganan dari dokter gigi untuk bekerja sama dengan tenaga
medis lain yang terinfeksi HIV. Sebagian dokter gigi beranggapan bahwa
bahwa pasien HIV+ dapat mengancam kesehatan dirinya, pasien lain, serta
tenaga kesehatan lainnya. Beberapa dokter gigi juga menyatakan merasa tidak
perlindungan dari virus HIV. Prasangka ini dapat berdampak pada cara dokter
stigma dalam bentuk prasangka yang dialami oleh dokter gigi di Surakarta
terhadap pasien dengan HIV atau ODHA. Mayoritas dokter gigi memiliki
41
prasangka yang dilakukan oleh sebagian dokter gigi di Surakarta. Sebagai
penting bagi dokter gigi untuk memiliki pemahaman yang baik tentang
prasangka dalam penelitian ini adalah oleh Anjas Asmara et al (2019). Jurnal
menunjukkan adanya sikap prasangka yang masih ada di kalangan dokter gigi
ODHA dengan alasan keselamatan diri, pasien lain, dan tenaga kesehatan
lainnya. Studi yang mendukung hasil penelitian ini adalah jurnal yang ditulis
oleh Thomas et al (2017). Jurnal ini memberikan gambaran yang lebih luas
diskriminasi ini tidak sesuai dengan pedoman dokter gigi dalam berpraktik
yakni Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia pasal 13 ayat 1 yang bebunyi
“dokter gigi di Indonesia tidak boleh menolak pasien yang datang ke tempat
42
praktiknya berdasarkan pertimbangan status sosial-ekonomi, ras, agama,warna
data yang didapatkan hanya terbatas pada wilayah Kota Surakarta, sehingga
data yang diperoleh tidak dapat dianggap mewakili populasi dokter gigi di luar
Kota Surakarta. Oleh karena itu, evaluasi dalam pelayanan perawatan gigi dan
Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas, dan PDGI) pada daerah lain belum bisa
dilakukan karena tidak ada data yang dapat digunakan untuk mendukung
evaluasi. Selain itu, pada penelitian ini masih belum diketahui penyebab
stigma dalam pelayanan dokter gigi terhadap ODHA, sehingga intervensi yang
43
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dokter gigi
17.9% pada kategori tinggi, 35.8% pada kategori sedang, 30.5% pada
25.2% pada kategori tinggi, 32.5% pada kategori sedang, 33.1% pada
sangat tinggi, 15.9% pada kategori tinggi, 25.2% pada kategori sedang,
37.7% pada kategori rendah, dan 16.6% pada kategori sangat rendah.
44
5.2 Saran
1. Penelitian lebih lanjut terkait tingkat stigma dokter gigi terhadap ODHA
dalam praktik klinis dapat dilakukan di kota lain, wilayah Provinsi, maupun
di tingkat Nasional.
yang tepat.
45
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Litchman, A.H. & Pillai, S. 2016. Imunologi Dasar Abbas fungsi dan
Kelainan sistem Imun.
Aryanto, S.D., Rahmat, I. and Kustanti, A. 2018. Pengetahuan Dan Stigma Perawat
Terkait Orang Dengan Hiv/Aids (Odha), Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(JPPNI), 3(2), p. 98. Available at: https://doi.org/10.32419/jppni.v3i2.107.
Asmara, A., Magnarani, E. G., & Rahajeng, E. (2019). Healthcare Providers' Stigma
Towards People Living with HIV/AIDS (PLHA) in Indonesia: A Systematic Review
of Qualitative Studies. Journal of Health Research, 33(6), 469-481.
Balatif, R. 2020. Pelajari Hiv, Hentikan Stigma Dan Diskriminasi Orang Dengan Hiv/Aids
(Odha), JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 7(2), pp. 125–129.
Available at: https://doi.org/10.53366/jimki.v7i2.52.
Chaudoir, S.R. 2015. Stigma Mechanism Measures, AIDS Behav., 13(6), pp. 1160–1177.
Available at: https://doi.org/10.1007/s10461-009-9593-3.From.
Corrigan, P. 2004. How stigma interferes with mental health care. American Psychologist,
59(7), pp. 614–625. doi:10.1037/0003-066X.59.7.614.
Davtyan, M. et al. 2017. A Grounded Theory Study of HIV-Related Stigma in U.S.-Based
Health Care Settings’, Journal of the Association of Nurses in AIDS Care, 28(6), pp.
907–922. Available at: https://doi.org/10.1016/j.jana.2017.07.007.
Dean AG, Sullivan KM, Soe MM. OpenEpi: Open Source Epidemiologic Statistics for
Public Health, Version. www.OpenEpi.com, updated 2013/04/06, accessed
2023/04/06.
Elizondo, J. E., Treviño, A. C. & Violant, D. 2015. Dentistry and HIV/AIDS related
stigma. Revista de Saude Publica, 49, pp. 1–11. doi:10.1590/S0034-
8910.2015049005877.
Geter, A., Herron, A. & Sutton, M. 2018. HIV-Related Stigma by Healthcare Providers in
the United States: A Systematic Review. Physiology & behavior, 32(10), pp. 418–424.
doi:10.1089/apc.2018.0114.HIV-Related.
Harlan, J dan Johan, R.S. 2018. Metode penelitian kesehatan. Jakarta. Penerbit
Gunadarma.
Harrison, R. 2022. Harrison’S Principles of Internal Medicine, Peptic ulcer disease and
related disorders.
Hazra, A. 2017. Using the confidence interval confidently. Journal of Thoracic Disease,
9(10), pp. 4125–4130. doi:10.21037/jtd.2017.09.14.
Irwan. 2017. Epidemiologi Penyakit Menular (Cetakan I). CV. Absolute Media.
Kay, E.S. et al. 2018. Experienced HIV-Related Stigma in Health Care and Community
Settings: Mediated Associations With Psychosocial and Health Outcomes, Journal of
Acquired Immune Deficiency Syndromes, 77(3), pp. 257–263. Available at:
https://doi.org/10.1097/QAI.0000000000001590.
46
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Laporan Perkembangan HIV dan PIMS Triwulan IV
Tahun 2019.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Infodatin HIV AIDS, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Available at:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-2020-
HIV.pdf.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pengendalian
HIV AIDS dan PIMS di Indonesia Tahun 2020-2024, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kumar, V., Abbas, A. K. and Aster, J. C. 2018. Robbins Basic Pathology. 10th edn.
Elsevier.
Liamputtong, P. 2013. Stigma, Discrimination and Living with HIV/AIDS: A Cross-
Cultural Perspective. Springer. http://doi.org/10.1007/978-94-007-6324-1.
Link, B. G., Hatzenbuehler, M. L., Dovidio, J. F., Sell, R. L., & Levy, J. A. (2014). Stigma
and the perpetuation of healthcare disparities. Journal of health and social behavior,
55(1), 87-103.
LeyvaMoral, J. M., DominguezCancino, K. A., GuevaraVasquez, G. M., Edwards, J. E,
& Palmieri, P. A. 2019. Faculty attitudes about caring for people living with
HIV/AIDS: A comparative study. Journal of Nursing Education, 58(12), pp. 712–717.
doi:10.3928/01484834-20191120-06.
Maharani, R. 2014. Stigma dan Diskriminasi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) pada
Pelayanan Kesehatan di Kota Pekanbaru Tahun 2014, Jurnal Kesehatan Komunitas,
2(5), pp. 225–232. Available at: https://doi.org/10.25311/keskom.vol2.iss5.79.
Major, B., Davidio, J. F. & Link, B. G. 2018. The Oxfors Handbook of Stigma,
Discrimination and Health. Oxford University Press.
Parhani, I. 2016. Dinamika Depresi Pada Penderita Aids, Jurnal Studia Insania, 4(2), p.
95. Available at: https://doi.org/10.18592/jsi.v4i2.1116.
Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI). Jumlah Dokter Gigi Berdasarkan
Kompetensi[online]. Terdapat di https://pdgi.or.id/halaman/statistik[2 Februari 2023]
Raharjo, R. 2017. Pengelolaan Alat Bahan dan Laboratorium Kimia, Jurnal Kimia Sains
dan Aplikasi, 20(2), pp. 99–104. Available at: https://doi.org/10.14710/jksa.20.2.99-
104.
Scheweitzer, A., Mizwa, M. B., & Ross, M. 2018. Psychosocial Aspects of HIV/ AIDS.
HIV and AIDS Research Journal, 1(1).
Sofia, R. 2018. Stigma Dan Diskriminasi Terhadap Odha (Studi Pada Tenaga Kesehatan
Di Puskesmas Tanah Pasir Aceh Utara). AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Malikussaleh, 2(1), p. 79. doi:10.29103/averrous.v2i1.423.
Sudarsono. 2015. Hubungan Karakteristik Perawat dan Bidan dengan STIGMA pada
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar. Jurnal Ners
dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 2(1), pp. 030–037.
doi:10.26699/jnk.v2i1.art.p030-037.
47
Tavakoli, F. et al. 2020. HIV-related stigma among healthcare providers in different
healthcare settings: A cross-sectional study in Kerman, Iran, International Journal of
Health Policy and Management, 9(4), pp. 163–169. Available at:
https://doi.org/10.15171/ijhpm.2019.92.
Thomas R., et al. (2017). "Healthcare Provider Discrimination Towards People Living
with HIV/AIDS: A Review of Literature." Journal of the International Association of
Providers of AIDS Care (JIAPAC), 16(6), 536-542.
Umam, M.K., Prastiwi, D. and Win Martani, R. 2017. Gambaran Stigma Dan
Diskriminasi Terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Oleh Tenaga Kesehatan
Puskesmas Dan Rumah Sakit Di Kabupaten Batang, RISTEK : Jurnal Riset, Inovasi
dan Teknologi Kabupaten Batang, 1(2), pp. 21–30. Available at:
https://doi.org/10.55686/ristek.v1i2.13.
Wagner, A. C., Hart, T. A., McShane, K. E., Margolese, S., & Girard, T. A. 2014. Health
Care Provider Attitudes and Beliefs About People Living with HIV: Initial Validation
of the Health Care Provider HIV/AIDS Stigma Scale (HPASS). AIDS and Behavior,
18(12), pp. 2397–2408. doi:10.1007/s10461-014-0834-8.
Wilandika, A. 2018. Penggunaan Highly Active Antiretroviral Theraphy (HAART)
Terhadap Health Related Quality of Life (HRQOL) pada Orang Dengan HIV/AIDS.
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 4(2). doi:10.17509/jpki.v4i2.14093.
Wilandika, A. 2019. PENILAIAN STIGMA PETUGAS KESEHATAN PADA ORANG
DENGAN HIV / AIDS ( ODHA ) PADA SALAH SATU PUSKESMAS DI
BANDUNG Health Care Provider Stigma on People Living with HIV / AIDS (
PLWHA ) in Bandung. Health Care Provider Stigma on People Living with HIV/AIDS
(PLWHA) in Bandung Angga, 10(1), pp. 7–15.
Yuniar, S. N., Mujayanto, R., Agustina, E. D. 2022. Uji Validitas dan Reabilitas Health
Care Provider HIV/AIDS Stigma Scale Versi Bahasa Indonesia : Studi pada Dokter
Gigi di Kota Semarang. ODONTO Dental Journal, 9(1).
Yuvaraj, A. et al. 2020. HIV and stigma in the healthcare setting, Oral Diseases, 26(S1),
pp. 103–111. Available at: https://doi.org/10.1111/odi.13585
48
LAMPIRAN
49
Lampiran 2. Surat izin penelitian
50
Lampiran 3. Lembar Informasi untuk Responden
INFORMASI
“Stigma Dokter Gigi Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Surakarta”
Saya adalah mahasiswa yang berasal dari Universitas Islam Sultan Agung Semarang
yang
sedang melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran stigma dokter
gigi di
Surakarta, dengan ini mengundang Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,
keikutsertaan
Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, jadi Anda dapat memutuskan untuk
berpartisipasi
atau sebaliknya.
Tujuan Penelitian:
Mengetahui gambaran stigma dokter gigi terhadap ODHA di Surakarta
Tata Cara/Prosedur:
Prosedur diawali dengan pengenalan instrumen terhadap dokter gigi terkait dan
dilanjutkan
dengan pengisi kuesioner HPASS.
51
Manfaat (langsung untuk subjek dan umum):
Manfaat langsung ke subjek adalah sebagai evaluasi dalam pelayanan perawatan gigi
terhadap
ODHA oleh pelaksana administrasi Kesehatan setempat (Dinas Kesehatan, Rumah
Sakit,
Puskesmas, dan PDGI).
Manfaat umum adalah data dapat digunakan dalam program untuk mengurangi stigma
pada
orang dengan HIV/AIDS.
Prosedur alternatif:
Tidak ada
Kerahasiaan data:
Data yang didapat dijamin kerahasiannya
Perkiraan jumlah subjek yang akan diikut sertakan:
Subjek yang dibutuhkan adalah 151 dokter gigi
Kesukarelaan:
Subjek dapat memutuskan untuk berpartisipasi atau tidak
Periode Keikutsertaan Subjek:
Subjek hanya terlibat dalam pengisian kuesioner
Subjek dapat dikeluarkan/mengundurkan diri dari penelitian:
Data dari subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi tidak akan digunakan
Kemungkinan timbulnya pembiayaan dari perusahaan asuransi kesehatan atau
peneliti:
Tidak ada asuransi yang diberikan kepada subjek dalam penelitian ini
Insentif dan kompensasi:
Tidak ada
Pertanyaan:
Jika terdapat pertanyaan dapat menghubungi nomor berikut : 081225974078
52
Lampiran 4. Persetujuan Responden
PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi subyek penelitian dari
Nama : Micola Cipta Pamboedi
Nim : 31102000048
Fakultas : Kedokteran Gigi
Setelah Saya mendapat informasi yang cukup dari peneliti, Saya mengerti dan
memahami benar prosedur penelitian yang berjudul : “STIGMA DOKTER GIGI
TERHADAP ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI SURAKARTA” .
Dengan ini Saya menyatakan sanggup menjadi subyek penelitian dengan sebenar
benarnya tanpa suatu paksaan.
Surakarta, ………………….
Subyek Penelitian
……………………….
53
Lampiran 5. Health Care Provider HIV/AIDS Stigma Scale (HPASS) versi Bahasa
Indonesia
Berikut adalah angket tentang pasien HIV+. Anda mungkin setuju dengan
beberapa pernyataan yang ada dalam angket ini, namun bisa juga tidak sependapat.
Kami berharap Anda berkenan memberikan jawaban dari pernyataan berikut ini
1 2 3 4 5 6
1. Saya yakin sebagian besar pasien HIV+ tertular virus tersebut melalui kontak fisik
3. Saya yakin saya berhak menolak untuk merawat pasien HIV+ demi keselamatan
pasien lain.
4. Saya berpendapat bahwa orang-orang tidak akan tertular HIV jika mereka
7. Saya yakin saya berhak menolak untuk merawat pasien HIV+ jika anggota staf lain
8. Saya tidak ingin melakukan tindakan medis tertentu terhadap pasien HIV+.
54
9. Saya berpendapat bahwa jika orang-orang melakukan tindakan secara bertanggung
11. Saya yakin saya berhak menolak untuk merawat pasien HIV+ jika saya merasa
tidak nyaman.
12. Saya lebih memilih tidak melakukan kontak fisik dengan pasien HIV+.
13. Saya akan memakai dua set sarung tangan saat melakukan pemeriksaan terhadap
pasien HIV+.
14. Saya yakin saya berhak menolak untuk merawat pasien HIV+ dengan alasan untuk
15. Saya merasa tidak ada masalah melakukan pekerjaan bersama penyedia layanan
16. Saya berpendapat bahwa banyak pasien HIV+ kemungkinan memiliki masalah
17. Saya yakin saya berhak menolak untuk merawat pasien HIV+ jika saya khawatir
18. Saya lebih memilih merawat pasien HIV-negatif daripada pasien HIV+ yang tidak
19. Pasien HIV+ harus menerima tanggung jawab karena telah tertular virus tersebut.
kesehatannya sendiri.
23. Saya ragu meminta pasien HIV+ untuk melakukan tes darah karena saya khawatir
55
24. Agak menakutkan untuk berpikir bahwa saya telah melakukan kontak fisik dengan
pasien HIV+.
25. Saya khawatir tindakan pencegahan secara umum tidak mampu melindungi saya
26. Saya merasa tidak nyman mengetahui salah satu rekan saya terpapar HIV+.
27. Pasien HIV+ yang tertular HIV melalui penggunaan suntik narkoba lebih beresiko
tertular HIV daripada pasien HIV+ yang tertular HIV melalui transfusi darah.
28. Saya cenderung berpendapat bahwa pasien HIV+ tidak sependapat dengan saya.
29. Pasien HIV+ yang tertular HIV melalui hubungan seks lebih berisiko menularkan
HIV daripada pasien HIV+ yang tertular HIV melalui transfusi darah.
30. Saya tidak bisa tenang jika seorang pasien memberi tahu saya bahwa dia pengidap
HIV+.
56
Lampiran 6. Email Komunikasi dengan Pembuat Instrumen
57
Lampiran 7. Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SPSS
58
C. Analisis Deskriptif Statistik Aspek Discrimination
Stereotyping
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Rendah 5 3.3 3.3 3.3
Rendah 46 30.5 30.5 33.8
Sedang 54 35.8 35.8 69.5
Tinggi 27 17.9 17.9 87.4
Sangat Tinggi 19 12.6 12.6 100.0
Total 151 100.0 100.0
Prejudice
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Rendah 13 8.6 8.6 8.6
Rendah 50 33.1 33.1 41.7
Sedang 49 32.5 32.5 74.2
Tinggi 38 25.2 25.2 99.3
Sangat Tinggi 1 .7 .7 100.0
Total 151 100.0 100.0
59
F. Distribusi Frekuensi Respondend Aspek Discrimination
Discrimination
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Rendah 25 16.6 16.6 16.6
Rendah 57 37.7 37.7 54.3
Sedang 38 25.2 25.2 79.5
Tinggi 24 15.9 15.9 95.4
Sangat Tinggi 7 4.6 4.6 100.0
Total 151 100.0 100.0
60
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
61