Anda di halaman 1dari 3

STIGMA DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN PENGIDAP HIV/AIDS DI

JAWA TENGAH

Oleh

Micola Cipta Pamboedi

NIM 31102000048

A. Tesis

HIV atau Human Immunodeficiency Virus (HIV)


merupakan penyakit menular seksual yang sampai saat ini belum
ditemukan obat untuk menyembuhkannya secara total, ketika
seseorang terkena HIV maka orang tersebut akan mengalami hal
yang mengerikan, mulai dari berkurangnya kemampuan sel tubuh
untuk menyembuhkan diri, lalu perubahan fisik seperti menjadi
lebih kurus, dan munculnya tanda – tanda infeksi oportunistik atau
infeksi karena bakteri, dan jamur yang seharusnya normal ada pada
tubuh manusia. Hal ini menyebab sebagian besar orang sangat
takut akan hadirnya penyakit ini, dan terjadi sebuah kesalahan
besar karena munculnya sebuah stigma orang – orang terhadap
orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

B. Konteks

Stigma adalah pikiran negatif yang diperoleh seseorang di


masyarakat atau lingkingan di sekitarnya. ODHA kerap
mendapatkan stigma oleh orang – orang di sekitarnya, hal ini
menyebabkan ODHA merasa dijauhi oleh orang – orang di
sekitarnya, yang dimana seharusnya ODHA mendapatkan
dukungan dari orang – orang disekitarnya dalam melawan
penyakitnya. HIV/AIDS sendiri bukanlah penyakit yang akan
menular dengan begitu mudahnya, HIV/AIDS tidak dapat
ditularkan melalui udara, atau air liur, dan sentuhan fisik.
HIV/AIDS hanya dapat ditularkan melalui hubungan seksual, dan
transfusi darah. Pada kenyataanya stigma tidak hanya terjadi pada
masyarakat umum, tetapi juga pada tenaga kesehatan termasuk
dokter gigi.

C. Isi Masalah

Sebagian besar ODHA memiliki masalah dengan rongga mulutnya,


hal ini disebabkan ODHA memiliki gangguan dalam sistem kekebalan
tubuhnya yang dapat membuat pasien rentan terhadap infeksi dari luar, dan
juga dapat mengalami infeksi oportunistik, dimana flora normal yang
seharusnya normal dalam mulut akan menjadi patogen karena jumlahnya
yang terlalu banyak karena tidak diimbangi oleh sistem kekebalan tubuh
yang baik. Hal ini akan menyebabkan pasien akan terkena berbagai
penyakit mulut seperti banyaknya lesi pada mulut, dan terjadinya
candidiasis.

Dokter gigi memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan


rongga mulut ODHA. Stigma pada dokter gigi dapat menyebabkan dokter
gigi tidak maksimal ketika menangani ODHA, atau pada sebagian kasus
dokter gigi menolak untuk melakukan perawatan terhadap ODHA. Hal ini
menjadi masalah serius karena sangat berpengaruh terhadap kesehatan
mulut ODHA. Berdasarkan data kementrian kesehatan Tahun 2017 jumlah
HIV dilaporkan mencapai 14.640 jiwa, sedangkan jumlah AIDS sebanyak
4.725 jiwa di Indonesia, sedangkan jumlah penderita HIV/AIDS di Jawa
Tengah mencapai 1.694 jiwa, dan bahkan jumlah penderita AIDS
terbanyak pertama ada pada Jawa Tengah dengan jumlah penderita AIDS
sebesar 1.558 jiwa. Jika stigma dokter gigi terhadap ODHA cenderung
tinggi di Jawa Tengah, maka hal ini akan sangat disayangkan mengingat
jumlah penderita yang tinggi di Jawa Tengah.
D. Solusi

Karena timbulnya masalah ini, banyak penelitian untuk


menciptakan alat ukur untuk menentukan tingkatan Stigma seorang tenaga
kesehatan termasuk dokter gigi. Untuk meninjau lebih lanjut masalah ini,
hal yang pertama perlu dilakukan adalah dengan melihat tingkatan stigma
dokter gigi yang ada di Jawa Tengah. Setelahnya, kita dapat mengetahui
apakah ODHA di Jawa Tengah menerima stigma dari dokter gigi atau
tidak. Selain itu, perlu diadakan edukasi terhadap tenaga kesehatan, supaya
stigma dapat berkurang.

E. Simpulan

Stigma dokter gigi terhadap ODHA dapat menyebabkan perawatan


yang dilakukan oleh dokter gigi menjadi tidak maksimal, dimana sebagian
besar ODHA memiliki masalah pada rongga mulutnya, pengukuran tinggi
stigma dokter gigi di jawa tengah dapat membantu menentukan apakah hal
ini menjadi salah satu penyebab kurang maksimalnya perawatan dokter
gigi terhadap ODHA.

Anda mungkin juga menyukai