Anda di halaman 1dari 79

PERUBAHAN DIMENSI LENGKUNG GIGI PADA

PASIEN MALOKLUSI KLAS I NON-EKSTRAKSI


DI RSGM FKG USU

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

VIVIAN
NIM : 140600113

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2018

Vivian
Perubahan Dimensi Lengkung Gigi pada Pasien Maloklusi Klas I Non-
Ekstraksi di RSGM FKG USU.
x + 43 halaman
Lengkung gigi merupakan refleksi gabungan dari ukuran mahkota gigi, posisi
dan inklinasi gigi, bibir, pipi dan lidah. Perubahan pada lengkung gigi dapat terjadi
selama perawatan ortodonti. Beberapa peneliti menyatakan bahwa panjang dan lebar
lengkung gigi dapat berkurang atau bertambah setelah perawatan ortodonti non-
ekstraksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan dimensi
lengkung gigi pasien maloklusi Klas I non-ekstraksi di RSGM FKG USU.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan pendekatan cross-
sectional yang menggunakan 36 model studi dimana terdiri dari 31 model studi
perempuan dan 5 model studi laki-laki. Model studi diambil dari pasien klinik
PPDGS Ortodonti FKG USU dan diukur panjang dan lebar lengkung gigi sebelum
dan sesudah perawatan ortodonti dengan menggunakan metode Raberin.
Hasil penelitian menunjukkan sesudah perawatan ortodonti panjang lengkung
gigi maksila (U31, U61, dan U71) berturut-turut adalah 9,44±0,98; 29,10±2,50;
45,22±2,74 sedangkan pada mandibula (L31, L61, dan L71) berturut-turut adalah
5,88±0,85; 25,65±2,58; 39,52±6,75. Lebar lengkung gigi maksila (U33, U66, U77)
sesudah perawatan ortodonti berturut-turut adalah 35,48±2,25; 53,89±2,51;
59,76±3,08 sedangkan pada mandibula (L33, L66, dan L77) berturut-turut adalah
28,35±3,00; 46,57±2,75; 54,26±5,79.
Kesimpulan penelitian yaitu tidak ada perubahan yang signifikan pada
panjang lengkung gigi (U31, U61, dan U71) dan lebar lengkung gigi (U33, U66, dan
U77) pada maksila setelah perawatan ortodonti non-ekstraksi. Pada mandibula,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perubahan yang signifikan hanya terjadi pada panjang lengkung gigi L31 dan L61,
sedangkan pada
panjang lengkung gigi L71 dan lebar lengkung gigi (L33, L66, dan L77) tidak ada
perubahan yang signifikan.

Daftar rujukan: 46 (1970-2017)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji

Medan, 18Mei 2018

Pembimbing: Tanda Tangan

Siti Bahirrah, drg., Sp. Ort (K)


NIP. 197711162002122002
………………………

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankandi hadapan tim penguji


pada tanggal 25 Mei 2018

TIM PENGUJI

Ketua : Siti Bahirrah, drg., Sp. Ort (K)


Anggota : 1. Erna Sulistyawati, drg., Sp. Ort (K)
2. Muslim Yusuf, drg., Sp. Ort (K)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dananugerah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,
dukungan, bantuan serta doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Erna Sulisyawati, drg., Sp.Ort (K) selaku Ketua Departemen Ortodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen penguji skripsi
yang telah memberikan waktu dan masukan kepada penulis.
3. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort selaku Koordinator skripsi di Departemen
Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
4. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort (K) selaku dosen pembimbing yang telah banyak
menyediakan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasi kepada
penulis sehingga skripsi dapat diselesaikan dengan baik.
5. Muslim Yusuf, drg., Sp. Ort (K), selaku dosen penguji skripsi yang telah
banyak memberikan masukan kepada penulis agar skripsi dapat disusun dengan lebih
teratur.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara terutama staf dan pegawai di Departemen Ortodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh dokter PPDGS Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara atas bantuannya dalam peminjaman model studi yang telah
diberikan kepada penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Teristimewa kepada ibu tercinta Henny Wijaya sebagai motivator terbesar
yang selalu memberikan dorongan moril, materil dan doa kepada penulis serta kepada
saudara penulis, Stevanie dan Kevin atas motivasi dan doanya.
9. Sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Reinaldo Kosasih, Vivian Wijaya,
Melvin, Calvina Winarta, Angeline, Joselin, Angelline The, Jeanie Teresa
Tanslie,Richard Austeen Halim, Dicky Guntara, Wenny Dewanti, dan teman
seperjuanganDurgha A/P Gunasegaran dan Silvia Arifa, serta seluruh teman-teman
seangkatan stambuk 2014, senior, dan junior yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu yang memberikan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga hasil karya
atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi
pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen
Ortodonsia.

Medan, 25 Mei 2018


Penulis,

(Vivian)
140600113

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………..…….…

PERNYATAAN PERSETUJUAN………………………………........……....

TIM PENGUJI SKRIPSI..................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................ iv

DAFTAR ISI…………………………………………………….………..….... vi

DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...…...… x

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………..………. 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………..….….… 1


1.2 Rumusan Masalah……………………………….…………...…….. 3
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………….……………... 3
1.4 Manfaat Penelitian………………………………….………………. 3
1.4.1 Manfaat Teoritis……………………………………………...…... 3
1.4.2 Manfaat Praktis……………………………………………......….. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5

2.1 Klasifikasi Maloklusi menurut Angle…….……………………....… 5


2.1.1 Maloklusi Klas I Angle…………………………………….......…. 5
2.1.2 Maloklusi Klas II Angle…………………………………..…...…. 6
2.1.2.1 Maloklusi Klas II Angle Divisi 1………………………..……... 6
2.1.2.2 Maloklusi Klas II Angle Divisi 2……………………................. 7
2.1.2.3 Maloklusi Klas II Angle Subdivisi……….…………………...... 8
2.1.3 Maloklusi Klas III Angle………………………………….……… 8
2.1.3.1 True Klas III……………………………………………………. 9
2.1.3.2 Pseudo Klas III……………………………................................. 9
2.1.3.3 Maloklusi Klas III Angle Subdivisi…………………………….. 9
2.2 Perawatan Ortodonti……………………………………................... 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2.1 Ekstraksi………………………………………………………...... 10
2.2.2 Non-Ekstraksi.................................................................................. 11
2.3 Lengkung Gigi………………………………………………............ 12
2.3.1 Panjang Lengkung Gigi………………………………................... 13
2.3.2 Lebar Lengkung Gigi………………………………….................. 13
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Lengkung
Gigi………………………………………...................................... 14
2.3.3.1 Faktor Genetik…………………………….................................. 14
2.3.3.2 Faktor Lingkungan…………………………............................... 15
2.3.3.3 Faktor Jenis Kelamin…………………………............................ 16
2.4 Metode Pengukuran Panjang dan Lebar Lengkung Gigi…............... 16
2.4.1 Pengukuran Panjang dan Lebar Lengkung Maksila……................ 16
2.4.2 Pengukuran Panjang dan Lebar Lengkung Mandibula………...... 17
2.5 Hubungan Perawatan Ortodonti dengan Lengkung Gigi……........... 18
2.6 Kerangka Teori……………………………………………............... 20
2.7 Kerangka Konsep……………………………………………........... 21

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 22

3.1 Jenis Penelitian……………………………………………...........… 22


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………….......... 22
3.3 Poupulasi dan Sampel…………………………………………........ 22
3.3.1 Populasi Penelitian………………………………………….......... 22
3.3.2 Sampel Penelitian…………………………………………............ 22
3.4 Variabel Penelitian……………………………………………......... 23
3.4.1 Variabel Bebas…………………………………………................ 23
3.4.2 Variabel Tergantung……………………………………................ 24
3.4.3 Variabel Terkendali……………………………………................. 24
3.4.4 Variabel Tidak Terkendali……………………………….............. 24
3.5 Definisi Operasional…………………………………………........... 24
3.6 Alat dan Bahan………………………………………………........... 26
3.6.1 Alat……………………………………………………….............. 26
3.6.2 Bahan……………………………………………………............... 26
3.7 Prosedur Kerja.......……………………………………………......... 26
3.8 Pengolahan Data................................................................................. 28
3.8.1 Pengolahan Data.............................................................................. 28
3.8.2 Analisis Data…………………………………………………....... 28
3.9 Etika Penelitian.................................................................................. 28

BAB 4 HASIL PENELITIAN............................................................................ 29

BAB 5 PEMBAHASAN...................................................................................... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6.1 Kesimpulan......................................................................................... 38
6.2 Saran................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...………...... 39

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

TABEL Halaman
1. Rerata dan standar deviasi dari panjang dan lebar lengkung gigi
pada maksila sebelum perawatan ortodonti..................................... 29

2. Rerata dan standar deviasi dari panjang dan lebar lengkunggigi


pada maksila sesudah perawatan ortodonti..................................... 30

3. Perbedaan panjang dan lebar lengkung gigipada maksila sebelum


dan sesudah perawatanortodonti...................................................... 31

4. Rerata dan standar deviasi dari panjang dan lebar lengkung gigi
pada mandibula sebelum perawatan ortodonti.................................. 32

5. Rerata dan standar deviasi dari panjang dan lebar lengkung gigi
pada mandibula sesudah perawatanortodonti................................. 32

6. Perbedaan panjang dan lebar lengkung gigi pada mandibula sebelum


dan sesudah perawatanortodonti........................................................ 33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Maloklusi Klas I Angle…………………………………….................... 6
2. Maloklusi Klas II Angle………………………………......................... 6
3. Maloklusi Klas II Angle Divisi 1……………………….….................. 7
4. Maloklusi Klas II Angle Divisi 2……………………….…................... 7
5. Maloklusi Klas III Angle……………………………………................ .8
6. Panjang lengkung gigi............................................................................ 13
7. Lebar lengkung gigi……………………………………………........... 14
8. Titik referensi pengukuran panjang dan lebar lengkung gigi pada
maksila…………………………………………….................................17
9. Titik referensi pengukuran panjang dan lebar lengkung gigi pada
mandibula……………………………………………………................ 18
10. Alat dan Bahan penelitian....................................................................... 26
11. Pengukuran panjang dan lebar lengkung gigi pada maksila.................. 27
12. Pengukuran panjang dan lebar lengkung gigi pada mandibula............. . 27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup Peneliti
2. Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Bidang Kesehatan
3. Surat Izin Permohonan Peminjaman
4. Hasil Pengukuran Panjang dan Lebar Lengkung Gigi Metode Raberin pada
Maksila
5. Hasil Pengukuran Panjang dan Lebar Lengkung Gigi Metode Raberin pada
Mandibula
6. Uji Normalitas Data Panjang dan Lebar Lengkung Gigi
7. Hasil Uji Statistik Panjang dan Lebar Lengkung Gigi Sebelum dan Sesudah
Perawatan Ortodonti pada Maksila
8. Hasil Uji Statistik Panjang dan Lebar Lengkung Gigi Sebelum dan Sesudah
Perawatan Ortodonti pada Mandibula

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ortodonti merupakan salah satu cabangdariprofesi kedokteran gigi yang
memiliki tanggung jawab untuk mempelajari pertumbuhan dan perkembangan gigi
dan struktur anatomi sejak lahir sampai gigi dewasa, termasuk semua prosedur
pencegahan dan perbaikan penyimpangan gigi yang memerlukan reposisi gigi dengan
cara fungsional dan mekanis untuk membentuk oklusi normal dan kontur wajah yang
menyenangkan.1Tujuan dari perawatan ortodontiadalah untuk meningkatkan estetis
yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, mendapatkan oklusi yang
optimal serta mendapatkan hubungan gigi yang stabil.2,3
Dimensi darilengkung gigi sangat mempengaruhi diagnosis dan penentuan
rencana perawatan kasus ortodonti.4Kestabilan bentuk lengkung adalah salah satu
tujuan dari perawatan ortodonti yang penting dicapai pada hasil akhir
perawatan.5,6Penambahan ruang seringkali diperlukan dalam melakukan perawatan
ortodonti untuk mengatur gigi-gigi yang malposisi, sehingga gigi dapat digerakkan ke
posisi lokasi yang ideal.9Tindakan yang dapat digunakan untuk mendapatkan ruang
adalah perawatan ekstraksi dan perawatan non-ekstraksi.3,6
Menurut penelitian Ruellas RM, et al. (2010), pertimbangan perawatan
ekstraksi bukan hanya sekedar melibatkan kebutuhan untuk mendapatkan ruang pada
lengkung, tetapi masalah seperti terkoreksinya maloklusi secara tepat, adanya
perbaikan atau peningkatan estetis wajah, dan kestabilan dari hasil perawatan juga
harus dievaluasi.7Keputusan untuk dilakukan ekstraksi dalam perawatan ortodonti
adalah adanya gigi yang abnormal, relasi rahang yang extreme, gigi yang
berdesakan,dan disporposi antara ukuran gigi dengan lengkung gigi.1,8,9
Pada awal abad ke-20, Angle menentukan perawatan ortodonti non-ekstraksi
berdasarkan konsep garis oklusi. Ia percaya bahwa mungkin untuk memperbaiki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


posisi semua 32 gigi di lengkung gigi dan, sebagai akibatnya, jaringan yang
berdekatan akan
9
beradaptasi dengan posisi baru ini. Perawatan ortodonti non-ekstraksi dapat
memperbaiki maloklusi sehingga meningkatkan profil wajah, estetis dan senyum
tanpa harus dilakukan ekstraksi terhadap gigi yang sehat.3
Perubahan pada lengkung gigi dapat terjadi selama perawatan
ortodonti.6Beberapa peneliti menyatakan bahwa panjang lengkung dapat berkurang
atau bertambah pada perawatan non-ekstraksi.Pada penelitian yang dilakukan oleh
Kriel EAM (sit. Shapiro 1974, Luppanapornlap and Johnson 1993), mengemukakan
bahwa terjadi penurunan panjang lengkung pada kasus ekstraksi dan non-ekstraksi.
Hal yang sama juga diperoleh Paquette, Beattie and Johnston (1992) pada kasus
maloklusi Klas II divisi 1,bahwa penurunan panjang lengkungterjadi pada kasus
ekstraksi dengan rata-rata 8,3-12,1 mm, namun terjadi peningkatan panjang lengkung
pada kasus non-ekstraksi dengan rata-rata 0,2-2,9 mm.10
Penelitian yang dilakukan oleh Shirazi S, et al.(2016) pada kasus maloklusi
Klas II divisi 1 dengan sampel berusia diatas 16 tahun, menemukan bahwa terjadi
peningkatan lebar interkaninus yang signifikan sebesar 2,48±0,88 mm pada maksila
dan pada mandibula sebesar 1,30±1,16 mm dengan perawatan non-ekstraksi. Selain
itu, lebar intermolar juga mengalami peningkatan yang signifikan baik pada maksila
yaitu sebesar 2,18±0,85 mm danpada mandibula yaitu sebesar 1,58±0,93 mm.11
Menurut penelitian yang dilakukan oleh de Almeida MR, et al. (2011) pada
kasus maloklusi Klas I dengan sampel yang berusia 12-14 tahun, menemukan bahwa
tidak terjadi perubahan yang signifikan pada lebar interkaninus maksila yaitu sebesar
1,86±2,21 mm tetapi terjadi peningkatan yang signifikan pada lebar interkaninus
mandibula yaitu sebesar 0,52±1,17 mm dengan perawatan non-ekstraksi. Ia juga
menemukan adanya peningkatan intermolar yang signifikan pada maksila sebesar
1,30±2,68 mm dan pada mandibula sebesar 0,37±1,24 mm dengan perawatan non-
ekstraksi.12 Hasil yang berbeda diperoleh oleh Goutham B, et al. (2011) dimana
terjadi peningkatan yang tidak signifikan pada lebar interkaninus maksila sebesar
0,88 mm dan pada mandibula yaitu sebesar 0,27 mm. Lebar intermolar pada kedua

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penelitian ini juga berbeda dimana pada penelitian Goutham B, et al. (2011)
ditemukan peningkatan lebar intermolar yang tidak signifikan baik pada maksila
maupun mandibula yaitu berturur-turut sebesar 0,20 mm dan 0,40 mm.13
Penelitian tentang panjang dan lebar lengkung gigi sudah banyak dilakukan
sebelumnya, namun belum ada penelitian mengenai perubahan panjang dan lebar
lengkung gigi sebelum dan sesudah perawatan ortodonti pada kasus maloklusi Klas I
non-ekstraksi dengan menggunakan metode Raberin khususnya di Sumatera Utara.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap perubahan
panjang dan lebar lengkung gigi sebelum dan sesudah perawatan ortodonti pada kasus
maloklusi Klas I non-ekstraksi pasien RSGM FKG USU.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah ada perubahan dimensi lengkung gigi pada maksila pasien maloklusi
Klas I non-ekstraksi diRSGMFKG USU?
2. Apakah ada perubahan dimensi lengkung gigi pada mandibula pasien
maloklusi Klas I non-ekstraksi di RSGM FKG USU?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui perubahan dimensi lengkung gigi pada maksila pasien
maloklusi Klas I non-ekstraksi di RSGM FKG USU.
2. Untuk mengetahui perubahan dimensi lengkung gigi pada mandibula pasien
maloklusi Klas I non-ekstraksi di RSGM FKG USU.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat
bahwa pentingnya perawatan ortodonti dalam merubah posisi gigi yang tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


beraturan yang berpengaruh terhadap lengkung gigi karena perawatan ortodonti tidak
hanya berpengaruh terhadap estetik tetapi juga terhadap perubahan lengkung gigi
sesudah perawatan ortodonti.
4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan informasi bagi
pelayanan kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis


Untuk memberi informasi bagi ortodontis mengenai akan adanya perubahan
pada panjang dan lebar lengkung gigi setelah perawatan ortodonti pada kasus
maloklusi Klas I non-ekstraksi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Maloklusi merupakan suatu keadaan penyimpangandari oklusi normal yang


dianggap sebagai ketidakpuasan estetik sehingga menyiratkan kondisi
ketidakseimbangan dalam ukuran relatif dari posisi gigi, tulang wajah, dan jaringan
lunak (bibir, pipi, dan lidah).14,15Maloklusi memiliki prevalensi ketiga tertinggi di
seluruh dunia setelah karies gigi dan penyakit periodontal.14,16,17Diagnosis dan
pencegahan maloklusi yang tepat merupakan hal yang penting dalam perawatan.18

2.1 Klasfikasi Maloklusi menurut Angle


Pada tahun 1899, Edward Angle memperkenalkan klasifikasi maloklusi
berdasarkan relasi mesio-distal dari gigi, lengkung gigi dan rahang. Menurut Angle,
molar pertama permanen maksila merupakan kunci dari oklusi. Berdasarkan relasi
molar pertama permanen mandibula dengan maksila, Angle mengklasifikasikan
maloklusi menjadi tiga kategori.1,9

2.1.1 Maloklusi Klas I Angle


Maloklusi Klas I Angle memiliki hubungan molar satu yang sama dengan
oklusi normal, dimana cuspmesiobukal dari molar satu permanen maksila beroklusi
pada groove bukal yang terletak di antara cusp mesial dan distal bukal molar satu
permanen mandibula (Gambar 1). Maloklusi Klas I pada umumnya memiliki gigi
yang normal dari arah anteroposterior yang dikombinasi dengan adanya suatu
penyimpangan antara ukuran gigi dengan panjang lengkung gigi. Penyimpangan yang
biasa terjadi adalah crowded, diastema, gigi yang hilang dan lain-lain. Pasien
maloklusi Klas I dengan crowded memiliki gigi yang lebih besar dengan panjang dan
lebar lengkung gigi yang lebih kecil. Crossbite anterior dan posterior juga dapat
ditemukan pada pasien maloklusi Klas I.1,9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 1. Maloklusi Klas I Angle19

2.1.2 Maloklusi Klas II Angle


Maloklusi Klas II Angle memiliki hubungan lengkung gigi yang tidak normal
dengan posisi gigi molar satu mandibula berada lebih ke distal daripada gigi molar
satu maksila (Gambar 2). Maloklusi Klas II terbagi menjadi maloklusi Klas II divisi
1, maloklusi Klas II divisi 2, dan maloklusi Klas II subdivisi.1,9

Gambar 2. Maloklusi Klas II Angle20

2.1.2.1 Maloklusi Klas II Angle Divisi 1


Maloklusi Klas II Angle divisi 1 memiliki karakteristik proklinasi dari gigi
insisivus atas sehingga meningkatkan overjet (Gambar 3). Cusp distobukal molar
pertama maksila beroklusi pada groove bukal molar pertama mandibula. Cusp tipdari
gigi kaninus maksila terletak dekat dengan permukaan mesial kaninus mandibula.
Pasien dengan maloklusi ini mungkin atau tidak mungkin memiliki lengkung yang
padat dan bervariasi dalam tingkat overbite, mulaidariopenbite sampai overbite yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam. Pada umumnya,lebar lengkung maksilapada pasien Klas II divisi 1 lebih
sempit daripada orang dengan oklusi normal.9,19

Gambar 3. Maloklusi Klas II Angle Divisi 119

2.1.2.2 Maloklusi Klas II Angle Divisi 2


Maloklusi Klas II Angle Divisi 2 memiliki karakteristik insisivus sentralis atas
yang cenderung ke arah palatal dan insisivus lateral tipping ke labial dan bertumpang
tindih dengan insisivus sentralis (Gambar 4). Gigi insisivus sentralis atas yang
cenderung ke arah palatal menghasilkan pengukuran overjet kecil sampai sedang.
Overbite sering lebih dalam dari biasanya, karena kecenderungan gigi insisivus ke
arah palatal.1,9,19

Gambar 4. Maloklusi Klas II Angle Divisi 219

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.2.3 Maloklusi Klas II Angle Subdivisi
Maloklusi Klas II Angle subdivisi memiliki karakteristik Klas II maloklusi pada
satu sisi dan Klas I oklusi pada sisi yang berlawanan. Klas II-1 / II-2 subdivisi kanan
ditulis apabila relasi molar Klas II divisi 1 atau klas II divisi 2 subdivisi terjadi di
sebelah kanan rahang dan Klas II-1 / II-2 subdivisi kiri ditulis apabila terjadi di
sebelah kiri rahang.1,9,19

2.1.3 Maloklusi Klas III Angle


Maloklusi Klas III Angle memiliki posisi gigi pada mandibula berada lebih
mesial dari gigi maksiladan umumnya terlihat crossbite anterior. Cusp mesiobukal
dari molar satu maksila beroklusi pada embrasure di antara molar satu dan molar dua
mandibula (Gambar 5). Lengkung gigi maksila cenderung terjadi crowded
dibandingkan dengan mandibula. Lebar lengkung gigi maksila lebih sempit
dibandingkan oklusi normal. Lengkung gigi maksila yang sempit dan adanya
penyimpangan anteroposterior pada lengkung sering dihubungan dengan adanya
gigitan terbalik posterior. Maloklusi Klas III Angle dapat dikategorikan menjadi True
Klas III, Pseudo Klas III, danKlas III Subdivisi.1,9,19

Gambar 5. Maloklusi Klas III Angle19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.3.1 True Klas III
True KlasIII merupakan maloklusi Klas III skeletal yang disebabkan oleh faktor
genetik yang dapat disebabkan oleh ukuran mandibula yang terlalu besar, posisi
mandibula yang lebih maju, posisi maksila retrognatik, dan kombinasi dari sebab-
sebab tersebut.9
Inklinasi dari gigi insisivus bawah biasanya mengarah ke arah lingual. Pasien
yang memiliki maloklusi ini dapat mempunyai overjet yang normal, relasi insisivus
edge-to-edge atau crossbite anterior. Ruang yang tersedia untuk lidah biasanya lebih
banyak dan lidah terletak di posisi bawah sehingga maksila menjadi sempit.9

2.1.3.2 Pseudo Klas III


Maloklusi ini disebabkan oleh pergerakan mandibula ke depan saat penutupan
rahang yang dapat disebut sebagai postural atau habitual maloklusi Klas III. Pseudo
Klas III dapat terjadi karena beberapa hal sebagai berikut:9
a. Adanya prematur kontak yang menyebabkan mandibula maju.
b. Terjadinya premature lossdari gigi desidui posterior sehingga anak
cenderung untuk memajukan mandibula agar dapat berkontak dengan gigi depan.
c. Anak dengan pembesaran adenoid cenderung memajukan mandibula untuk
mencegah lidah berkontak dengan adenoid.

2.1.3.3 Maloklusi Klas III Angle Subdivisi


Maloklusi Klas III Angle Subdivisi memiliki karakteristik Klas III maloklusi di
sebelah sisi dan Klas I oklusi pada sisi yang berlawanan. Klas III subdivisi ditulis
Klas III subdivisi kanan atau kiri untuk menentukan sisi dimana Klas III terjadi.19

2.2 Perawatan Ortodonti


Perawatan ortodonti yang dapat dilakukan untuk memperbaiki maloklusi adalah
perawatan ekstraksi dan perawatan non-ekstraksi. Pertimbangan pemilihan perawatan
ekstraksi atau non-ekstraksi analisis kebutuhan ruang dibagi menjadi tiga kategori.
Pertama, diskrepansi ruang kurang dari 4 mm, pilihan perawatan adalah non-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ekstraksi. Kedua, pada kasus dengan diskrepansi ruang lebih dari 10 mm, pilihan
perawatan adalah ekstraksi. Ketiga, kasus dengan diskrepansi ruang 5-9 mm yang
termasuk dalam kasus borderline lebih sering digunakan perawatan non-ekstraksi.20

2.2.1 Ekstraksi
Salah satu cara yang sering digunakan untuk memperoleh ruangan dalam
lengkung adalah dengan ekstraksi. Ekstraksi yang dilakukan dalam perawatan
ortodonti disebut sebagai ekstraksi terapeutik.9Ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan untuk dilakukan perawatan ekstraksiyaitu diskrepansi panjang
lengkung dengan lebar mesio-distal gigi, memperbaiki hubungan antar rahang dalam
arah sagital, dan untuk memperbaiki crowding.1,9
Idealnya, lengkung gigi danukuran gigi harus saling harmonis satu dengan yang
lainnya. Pencabutan gigi dilakukan pada keadaan ketika panjang lengkung rahang
tidak dapat menampung seluruh gigi geligi oleh karena ukuran gigi yang besar.1,9Pada
hubungan sagital yang abnormal seperti maloklusi Klas II dan Klas III dibutuhkan
pencabutan gigi untuk mencapai relasi rahang yang normal. Pada kasus maloklusi
Klas I dengan hubungan sagital rahang yang normal, pencabutan gigi sebaiknya
dilakukan pada kedua rahang. Pada kebanyakan kasus maloklusi Klas II dengan
proklinasi maksila yang abnormal disarankan untuk mencabut gigi pada maksila
sedangkan pada perawatan maloklusi Klas III pencabutan gigi umumnya dilakukan
hanya pada mandibula.1,9
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan
pencabutan untuk memperbaiki crowding yaitu kondisi gigi geligi seperti fraktur,
hipoplastik, gigi dengan karies yang besar dan restorasi yang besar, lebih dipilih
untuk dicabutdaripada mencabut gigi yang sehat. Susunan gigi yang berjejal
dapatlebih mudah diperbaiki apabila dilakukan pencabutan pada bagian lengkung
tersebut daripada di bagian lain yang jauh letaknya dari tempat gigi yang berjejal.
Susunan gigi insisivus yang berjejal biasanya diperbaiki dengan mencabut gigi
premolar sehingga dapat diperoleh keseimbangan oklusal danpenampilan akhir yang
memuaskan. Premolar pertama adalah gigi yang paling sering dicabut karena letaknya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ditengah pada setiap kuadran rahang dan biasanya terletak cukup dekat dengan daerah
yang berjejal baik pada anterior maupun posterior. Selain itu, ekstraksi dari gigi
premolar pertama dapat memberikan hasil kontak antara kaninus dan premolar kedua
yang memuaskan serta dapat memberikan penjangkaran yang adekuat pada bagian
posterior pada saat dilakukan retraksi dari keenam gigi anterior. Posisi gigi geligi
juga perlu dipertimbangkan. Gigi geligi yang sangat malposisi dan sulit diperbaiki
susunannya adalah gigi yang paling sering dipilih untuk dicabut. Khususnya, apeks
gigi harus dipertimbangkan karena biasanya lebih sulit menggerakkan apeks
dibandingkan dengan mahkota.1,9

2.2.2 Non-ekstraksi
Beberapa perawatan maloklusi membutuhkan ruang untuk menggerakkan gigi
ke posisi lokasi yang ideal. Ruang dibutuhan untuk mengkoreksi gigi berjejal, retraksi
gigi yang proklinasi, menyesuaikan kurva spee, derotasi gigi anterior dan koreksi
relasi molar.9 Perawatan non-ekstraksi yang dapat dilakukan untuk memperoleh
ruang yaitu pengasahan interproksimal, ekspansi rahang, distalisasi, dan derotasi gigi
posterior dan protraksi gigi anterior.
Pengasahan interproksimal adalah pengurangan email gigi di bagian mesial dan
distal dengan tujuan untuk mengurangi ukuran mesio-distal dari gigi.Gigi yang sering
dilakukan pengasahan interproksimal adalah gigi insisivus mandibula. Gigi lain yang
dapat dilakukan pengasahan interproksimal adalah gigi anterior maksiladan gigi
premolar maksiladanmandibula.Indikasi pengasahan interproksimal gigi adalah
dibutuhkan ruang 2,5-3 mmdanapabila analisis Bolton menunjukkan adanya
kelebihan ketebalan gigi yaitu kurang dari2,5 mm. Kontraindikasi untuk pengasahan
interproksimal gigi adalah pasien dengan risiko karies yang tinggi dan pada pasien
anak karena dianggap masih memiliki kamar pulpa yang lebar.1,9
Ekspansi rahang merupakan salah satu metode menambah ruang non-invasif
yang biasanya dilakukan pada pasien dengan maksila yang menyempit atau pasien
dengan unilateral atau bilateral crossbite.Ekspansi dapat berupa ekspansi skeletal atau
dentoalveolar. Ekspansi skeletal melibatkan pemisahan sutura mid palatal sedangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ekspansi dentoalveolar menghasilkan ekspansi pada dental tanpa ada perubahan pada
skeletal.Ekspansi dengan rapid maxillary expansion dapat memberikan ruangan
sebesar 10 mm dengan penambahan besar ruang yang diberikan per hari sebesar 0,2
sampai 0,5 mm.9 Kasus-kasus yang dapat ditangani dengan menggunakan eskpansi
rahang seperti: crossbite posterior, maloklusi Klas III dengan defisiensi maksila yang
minor, pasien cleft palate, terapi face mask, dansebagai bagian dari perawatan
interseptif.1
Distalisasi dilakukan pada gigi molar bertujuan untuk memperoleh ruangan
guna memperbaiki susunan gigi geligi atau memperbaiki hubungan gigi molar.
Prosedur ini menambah panjang lengkung rahang sebanyak panjang dari distalisasi
yang dicapai. Pergerakan yang diinginkan adalah pergerakan bodily semaksimal
mungkin dengan meminimalkan resiko resorpsi akar danloss of anchorage gigi
anterior ke labial. Distalisasi sering dilakukan pada maksila untuk memperbaiki kasus
maloklusi klas II ringan sampai sedang yang beroklusi dengan mandibula yang
normal.9Waktu ideal untuk dilakukannya distalisasi yaitu pada periode gigi
bercampur sewaktu gigi molar kedua sedang erupsi.1,9
Derotasi gigi posterior dapat dilakukan pada gigi posterior yang mengalami
rotasi karena gigi yang mengalami rotasi mengambil lebih banyak ruang daripada gigi
dengan posisi normal. Sedangkan memprotraksi gigi anterior dapat dilakukan pada
kasus gigi anterior yang retroklinasi atau pada kasus dimana protraksi gigi anterior
tidak akan mempengaruhi profil jaringan lunak pasien.1,9

2.3 Lengkung Gigi


Lengkung gigi adalah lengkung yang dibentuk oleh mahkota gigi-geligi.
Lengkung gigi merupakan refleksi gabungan dari ukuran mahkota gigi, posisi dan
inklinasi gigi, bibir, pipi dan lidah.21 Ukuran gigi/ukuran lengkung yang tidak
seimbang menghasilkan kondisi lengkung gigi yang kurang ideal. Apabila jumlah
ukuran gigi mesiodistal melebihi ukuran lengkung alveolar, maka penyesuaian
kompensasi terjadi, yang menyebabkan lengkung gigi yang crowded, kurva Spee

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang berlebihan, atau inklinasi gigi yang menyimpang. Dental spacing terjadi bila
ukuran lengkung alveolar melebihi jumlah ukuran mesiodistal gigi.22
Prabhakaran S, et al. (2006) berpendapat bahwa berbagai bagian lengkung gigi
pada masa kanak-kanak, yaitu kaninus, gigi insisivus dan gigi molar memainkan
peran penting dalam membentuk karakteristik ruang dan oklusi selama gigi permanen
dan juga menekankan pentingnya dimensi lengkung dalam menyelaraskan gigi
dengan baik, menstabilkan bentuk, mengurangi lengkung yang crowded, dan
menyediakan overbitedanoverjet normal, oklusi stabil dan profil wajah yang
seimbang.23

2.3.1 Panjang Lengkung Gigi


Panjang lengkung gigi merupakan suatu garis tegak lurus dari titik kontak
antara gigi insisivus sentralis permanen ke garis yang menghubungkan permukaan
distal gigi molar pertama permanen (Gambar 6).1,24,25

Gambar 6. Panjang lengkung gigi25

2.3.2 Lebar Lengkung Gigi


Menurut penelitian yang dilakukan Kaundal JR, et al. (2013), lebar lengkung
gigi adalah lebar interkaninus dan lebar intermolar. Lebar interkaninus diukur dari
ujung cusp gigi kaninus dan lebar intermolar diukur dari jarak antara titik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perpotongan margin gingiva dengan perluasan gingival pada bagian lingual
groovegigi molar pertama(Gambar 7).24

Gambar 7. Lebar lengkung gigi: (1) Lebar interkaninus;


(2) Lebar intermolar26

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Lengkung Gigi


Perubahan lengkung gigi pada masa tumbuh kembang, sangat dipengaruhi oleh
tumbuh kembang dari prosesus alveolaris. Secara umum lengkung gigi berkembang
pada tahap gigi bercampur lalu cenderung stabil sampai dengan tahap gigitetap. Pada
mandibula, tumbuh kembang lengkung gigi berlangsung dari usia 4-8 tahun.
Sedangkan pada maksila hal ini berlangsung dari usia 4-13 tahun dan cenderung lebih
stabil hingga dewasa. Faktor yang mempengaruhi perubahan lengkung gigi, antara
lain faktor genetik, lingkungan, dan jenis kelamin.27

2.3.3.1 Faktor Genetik


Beberapa peneliti menyatakan bahwa faktor genetik mempunyai efek yang
besar terhadap ukuran panjang dan lebar lengkung gigi. Akan tetapi, data berdasarkan
komponen genetik dapat saja berdasarkan negara atau daerah tertentu yang memiliki
latar belakang etnis tertentu. Oleh karena itu, tidak ada salahnya apabila pemeriksaan
genetik dilakukan berdasarkan populasi yang berbeda.28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penelitian yang dilakukan oleh Svalkauskiene V, et al. (2015) pada sampel
yang berusia 15-26 tahun menemukan bahwa faktor genetik lebih terlihat pada
maksila dibandingkan dengan mandibula.28

2.3.3.2 Faktor Lingkungan


Faktor lingkungan yang mempengaruhi ukuran lengkung gigi antara lain faktor
lokasi, makanan, kebiasaan oral, fisik, dan malnutrisi.Faktor lokasi yang mengurangi
panjang lengkung seseorang meliputi hilangnya gigi desidui melalui trauma dan
karies. Karies dan restorasi yang tidak mengembalikan gigi dengan ukuran mesio-
distal yang sebenarnya dapat menyebabkan hilangnya panjang lengkung. Ankylosis
molar kedua desidui dapat memungkinkan mesial gigi molar permanen pertama
mengalami tipping, sehingga memperpendek panjang lengkung. Erupsi gigi kaninus
permanen yang ektopiksecara lingual atau labial ke garis lengkung danimpaksi sering
berhubungan dengan hilangnya panjang lengkung.19
Kebiasaan oral yang dapat mempengaruhi lengkung gigi antara lain menghisap
ibu jari atau jari-jari tangan, menghisap dot, bernafas melalui mulut, dan penjuluran
lidah.Kebiasaan oral yang akan mempengaruhi ukuran dan bentuk lengkung gigi
tergantung dari frekuensi dan lama durasi melakukan kebiasaan tersebut. Menurut
penelitian Davide Giugliano,et al.(sit. Aznar,et al., 2006), kebiasaan bernafas melalui
mulut dapat menyebabkan berkurangnya ukuran rahang baik maksila maupun
mandibula.29
Pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Mothaffar NM dan Al-Baghdady SH
(2008) mengemukakan bahwa efek dari faktor lingkungan pada dimensi lengkung
gigi yaitu dari sedang sampai dengan rendah. Secara umum, faktor lingkungan
mempunyai efek yang lebih besar pada lebar lengkung gigi (baik laki-laki maupun
perempuan) dengan pengecualian perempuan mempunyai nilai yang lebih besar dan
efek lainnya pada kedalaman palatal dan panjang lengkung anterior mandibula.30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.3.3 Faktor Jenis Kelamin
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Begum M,et al. (2014) dengan sampel
sebanyak 200 sampel, mengemukakan bahwa hubungan antara ukuran maksila dan
mandibula tergantung pada populasi tertentu dan jenis kelamin. Perbedaan-perbedaan
ini dapat dijelaskan berdasarkan kenyataan bahwa laki-laki cenderung menunjukkan
segmen lengkung mandibula relatif lebih besar dibandingkan dengan perempuan dan
perempuan cenderung memiliki dimensi lengkung gigi yang lebih kecil dibandingkan
dengan laki-laki.31Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan
oleh Svalkauskiene V, et al. (2015), bahwa laki-laki memiliki ukuran lengkung gigi
yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan.28

2.4Metode Pengukuran Panjangdan Lebar Lengkung Gigi


Pengukuran terhadap panjang dan lebar lengkung gigi dilakukan dengan
menggunakan metode Raberin. Pengukuran panjang lengkung gigi adalah jarak yang
diukur dalam arah sagital dan pengukuran lebar lengkung gigi adalah jarak yang
diukur dalam arah transversal. Titik-titik patokan ditentukan pada pertengahan
insisivus sentralis, cusp tip kaninus, cusp mesio-bukal molar pertama, dancusp disto-
bukal gigi molar kedua.32

2.4.1 Pengukuran Panjang dan Lebar Lengkung Maksila


Pada maksila, untuk pengukuran transversal diukur jarak U33, U66, dan U77
dan untuk sagital diukur jarak U31, U61 danU71 (Gambar 8).Dimana:32
a. U33 yaitu jarak yang diukur antara cusp tip kaninus kiri ke kanan (lebar
interkaninus).
b. U66 yaitu jarak yang diukur antara cusp mesio-bukal molar pertama
permanen kiri ke kanan (lebar intermolar pertama).
c. U77 yaitu jarak yang diukur antara cusp disto-bukal molar kedua permanen
kiri ke kanan (lebar intermolar kedua).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. U31 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus
terhadap garis yang menghubungkan cusp tip kaninus kiri dan kanan
(panjang kaninus).
e. U61 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus
terhadap garis yang menghubungkan cusp mesio-bukal molar pertama
permanen kiri dan kanan (panjang molar pertama).
f. U71 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus
terhadap garis yang menghubungkan cusp disto-bukal molar kedua
permanen kiri dan kanan (panjang molar kedua).

Gambar 8. Titik referensi pengukuran panjang dan lebar lengkung gigi


pada maksila32

2.4.2 Pengukuran Panjang dan Lebar Lengkung Mandibula


Hal yang sama juga dilakukan pada mandibula yaitu untuk pengukuran
transversal diukur jarak L33, L66, dan L77 dan untuk sagital diukur jarak L31, L61
dan L71 (Gambar 9).Dimana:32,33
a. L33 yaitu jarak yang diukur antara cusp tip kaninus kiri ke kanan (lebar
interkaninus).
b. L66 yaitu jarak yang diukur antara cusp mesio-bukal molar pertama
permanen kiri ke kanan (lebar intermolar pertama).
c. L77 yaitu jarak yang diukur antara cusp disto-bukal molar kedua permanen
kiri ke kanan (lebar intermolar kedua).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. L31 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus
terhadap garis yang menghubungkan cusp tip kaninus kiri dan kanan
(panjang kaninus).
e. L61 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus
terhadap garis yang menghubungkan cusp mesio-bukal molar pertama
permanen kiri dan kanan (panjang molar pertama).
f. L71 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus
terhadap garis yang menghubungkan cusp disto-bukal molar kedua
permanen kiri dan kanan (panjang molar kedua).

Gambar 9. Titik referensi pengukuran panjang dan lebar lengkung


gigi pada mandibula32

2.5 Hubungan Perawatan Ortodonti dengan Lengkung Gigi


Pergantian gigi geligidari periode gigi desidui ke gigi permanen mempunyai
dampak terhadap panjang dan lebar lengkung gigi. Pada maksila, terjadi sedikit
penurunan panjang lengkung seiring dengan bertambahnya usia dikarenakan
menegaknya gigi insisivus. Sedangkan pada mandibula, setelah keempat insisivus
erupsi maka akan terjadi perubahan pada lebar interkaninus. Penurunan panjang
lengkung gigi pada masa gigi bercampur dan masa permanen merupakan hasil dari
menegaknya gigi insisivus dan hilangnya leeway space karena pergerakan mesial dari
gigi molar permanen pertama.34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada penelitian yang dilakukan oleh Tsiopas N,et al. (2013)pada sampel yang
berusia 20-60 tahun, ia mengemukakan bahwa terjadi penurunan yang signifikan dari
panjang dan lebar interkaninus lengkung gigi baik pada maksila maupun pada
mandibula yang dapat disebabkan oleh mesial driftingdari gigi molar permanen
pertama. Sedangkan pada lebar intermolar, terjadi peningkatan yang signifikan.35
Perawatan ortodonti sering sekali dibutuhkan ruang untuk mengatur gigi-gigi
yang malposisi, sehingga setelah perawatan gigi-gigi dapat tersusun dalam lengkung
yang baik. Tergantung pada jumlah kekurangan ruang yang diperlukan untuk
mengatur gigi-gigi yang malposisi tersebut, dapat dilakukan
grinding/slicing/stripping pada gigi-gigi anterior, melebarkan (ekspansi) perimeter
lengkung gigi, kombinasi antara ekspansi lengkung gigi dangrinding gigi-gigi
anterior dan pencabutan satu atau beberapa gigi.36Pentingnya perubahan dimensi
lengkung akibat terapi ortodonti dan perannya dalam memilih rencana perawatan
yang tepat telah didokumentasikan dengan baik dan dibahas dalam beberapa
penelitian. Menurut penelitian Sobhi Afshar M,et al.(2016) pada kasus Klas I
maloklusi, perawatan ortodonti non-ekstraksi dapat meningkatkan lebar lengkung
gigi kecuali lebar interkaninus pada mandibula.37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.6Kerangka Teori

Maloklusi

Klasifikasi Maloklusi

Klas I Klas II Klas III

Perawatan Ortodonti

Perawatan Ekstraksi Perawatan Non-Ekstraksi

Perubahan Dimensi Lengkung

Panjang Lengkung Gigi Lebar Lengkung Gigi

U31 / L31 U33 / L33

U61 / L61 U66 / L66

U71 / L71 U77 / L77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.7 Kerangka Konsep

Pasien RSGM FKG USU Perubahan Panjang dan Lebar


kasus maloklusi Klas I non- Lengkung Gigi pada Kasus
ekstraksi Non-Ekstraksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitiandengan rancangan pendekatancross-
sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di RSGM Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Alumni No.2 Universitas Sumatera Utara,
Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017- Mei 2018.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalahmodel studi pasien yang datang ke RSGM
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan pernah dilakukan
perawatan ortodonti non-ekstraksi yang berusia 17-40 tahun.

3.3.2 Sampel Penelitian


Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalahpurposive sampling.
Purposive sampling adalah proses pengambilan sampel yang diambil ditentukan
berdasarkan kriteria yang ditentukan.
Penelitian ini menggunakan rumus besar sampel untuk data analitik.

𝜎𝜎 2 (𝑍𝑍𝑍𝑍 +𝑍𝑍𝑍𝑍 )2
n=
(𝜇𝜇𝜇𝜇 − 𝜇𝜇𝜇𝜇 )2
Dimana:
n = besar sampel
Z α = nilai z pada interval kepercayaan 5% adalah 1,96
Z β = nilai z pada kekuatan uji (power) 10% adalah 1,284

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


σ = simpangan baku dari penelitian sebelumnya, yaitu sebesar 1,88
μ o – μ a = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna, yaitu sebesar 1,18

1,88 2 (1,96+1,284)2
n=
1,18 2

n = 26,71

Maka, besar sampel minimum adalah 27 model studi. Penambahan 30% untuk
mempertimbangkan kriteria eksklusi menjadi 36 model studi untuk masing-masing
sebelum dan sesudah perawatan ortodonti. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi.

A. Kriteria Inklusi
1. Model studi sebelum dan sesudah perawatan ortodonti non-ekstraksi dari
pasien yang pernah dirawat di RSGM FKG USU dengan kondisi yang bagus dan
akurat.
2. Rekam medis yang lengkap.
2. Seluruh gigi permanen sudah erupsi kecuali M3.
3. Maloklusi Klas I (AnB = 2o - 4o)
4. Usia 17 - 40 tahun.

B, Kriteria Eksklusi
1. Mempunyai kelainan bentuk (peg-shaped), ukuran (makrodonsia dan
mikrodonsia) dan jumlah gigi (supernumerary teeth).
2. Memiliki kebiasaan buruk seperti menjulurkan lidah, bernafas melalui mulut,
dan menghisap ibu jari.

3.4 Variabel Penelitian


3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pasien RSGMFKG USUkasus
maloklusi Klas I dengan perawatan ortodonti non-ekstraksi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.4.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah panjangdan lebar lengkung
gigisesudah perawatan ortodonti.

3.4.3 Varibel Terkendali


Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah:
a. Teknik pengukuran model studi
b. Kriteria subjek penelitian

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali


Variabel tidak terkendali dalam penelitian ini adalah teknik perawatan yang
dilakukan.

3.5 Definisi Operasional


Cara
No Variabel Definisi Operasional Skala Ukur
Pengukuran
1. Pasien RSGM Pasien yang datang ke Rekam medik Ordinal
FKG USU RSGM FKG USU
untuk melakukan
perawatan ortodonti.
2. Perawatan Non- Perawatan yang Rekam medik Ordinal
Ekstraksi dilakukan tanpa ada
gigi yang dicabut.
3. Maloklusi Klas I Maloklusi yang dilihat Rekam medik Nominal
berdasarkan sudut AnB
(2o - 4o).
4. Perubahan Perubahan yang terjadi - Ordinal
Dimensi pada panjang dan lebar
Lengkung lengkung gigi.
5. Panjang lengkung Jarak yang diukur Penggaris Nominal
gigi dalam arah sagital.
a. U31 / L31 Jarak yang diukur dari Penggaris Nominal
pertengahan insisivus
sentralis tegak lurus
terhadap garis yang
menghubungkan cusp
tip kaninus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Cara
No Variabel Definisi Operasional Skala Ukur
pengukuran
kiri dan kanan
(panjang kaninus).
b. U61 / L61 Jarak yang diukur dari Penggaris Nominal
pertengahan insisivus
sentralis tegak lurus
terhadap garis yang
menghubungkan cusp
mesio-bukal molar
pertama permanen kiri
dan kanan (panjang
molar pertama).
c. U71 / L71 Jarak yang diukur dari Penggaris Nominal
pertengahan insisivus
sentralis tegak lurus
terhadap garis yang
menghubungkan cusp
disto-bukal molar
kedua permanen kiri
dan kanan (panjang
molar kedua).
6. Lebar lengkung Jarak yang diukur Penggaris Nominal
gigi dalam arah transversal.
a. U33 / L33 Jarak yang diukur Penggaris Nominal
antara cusp tip kaninus
kiri ke kanan (lebar
interkaninus).
b. U66 / L66 Jarak yang diukur Penggaris Nominal
antara cusp mesio-
bukal molar pertama
permanen kiri ke kanan
(lebar intermolar
pertama).
c. U77 / L77 Jarak yang diukur Penggaris Nominal
antara cusp disto-bukal
molar kedua permanen
kiri ke kanan (lebar
intermolar kedua).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6 Alat dan Bahan
3.6.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini (Gambar 10) adalah:
1. Penggaris
2. Alat tulis
3. Kalkulator

3.6.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini (Gambar 10) adalah model studi
RA dan RBsebelum dan sesudah perawatan ortodonti.

(1) (2) (3) (4)


Gambar 10. Alat penelitian: (1) Penggaris; (2) Alat tulis; (3) Kalkulator. Bahan
penelitian: (4) Model Studi

3.7 Prosedur Kerja


1. Mendapatkan persetujuan (ethical clearance) dari Komisi Etik Fakultas
Kedokteran USU.
2. Pengambilan sampel dilakukan di RSGMFKG USU yaitu model studi
sebelum dan sesudah perawatan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3. Dilakukan pengukuran panjang dan lebar lengkung gigi pada model studi
sebelum dansesudah perawatan ortodonti dengan menggunakan metode Raberin.
Pada maksila, untuk pengukuran sagital diukur jarak U31, U61 dan U71dan
untuktransversal diukur jarak U33, U66, danU77 (Gambar 11).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 11. Pengukuran panjang dan lebar lengkung gigi pada maksila32

4. Hal yang sama juga dilakukan pada mandibula yaitu untuk pengukuran
sagital diukur jarak L31, L61 dan L71 dan untuk transversal diukur jarak L33, L66,
dan L77 (Gambar 12).

Gambar 12. Pengukuran panjang dan lebar lengkung gigi pada mandibula32

5. Dalam satu hari, pengukuran model studi gigi dilakukan sebanyak 5pasang
model gigi untuk menghindari kelelahan mata peneliti sehingga data yang didapatkan
lebih akurat.
6. Untuk mendapatkan data yang valid, terlebih dahulu dilakukan uji intra-
operator, yaitu operator mengukur 5 pasang model studi sebelum dan sesudah
perawatan ortodonti sebanyak 2 kali. Jika hasil perhitungan pertama dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perhitungan keduatidak berbeda makna maka operator layak untuk melakukan
pengukuran tersebut.
7. Hasil pengukuran yang diperoleh dicatat, kemudian diolah datanya
dandianalisis.

3.8 Pengolahan Data


3.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi.

3.8.2 Analisis Data


Analisis data dilakukan setelah mendapatkan hasil dari pengukuran pada model
studi kemudian hasil data dianalisis menggunakan analisis bivariat yaitu uji T
berpasangan (t-paired) untuk melihat rerata perubahan panjang dan lebar lengkung
gigi sebelum dan sesudah perawatan ortodonti pada kasus non-ekstraksi.

3.9 Etika Penelitian


Penelitian ini harus mendapat persetujuan (ethical clearance) dari Komisi Etik
Fakultas Kedokteran USU.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian tentang perubahan dimensi lengkung pada kasus maloklusi Klas I


non-ekstraksi di RSGM FKG USU memiliki sampel berjumlah 36 model studi
sebelum dan sesudah perawatan ortodonti dimana terdiri dari 31 model studi dari
pasien perempuan dan 5 model studi dari pasien laki-laki. Pengukuran dilakukan pada
masing-masing model studi maksiladanmandibuladengan metode Raberin kemudian
hasil pengukuran diolah dengan menggunakan analisis data sehingga didapatkan
rerata dan standar deviasi dari panjang dan lebar lengkung gigi sebelum dan sesudah
perawatan ortodonti.

Tabel 1. Rerata dan standar deviasi dari panjang dan lebar lengkung gigi pada
maksila
sebelum perawatan ortodonti

Pengukuran Mean Standar Deviasi

Panjang Lengkung Gigi

U31 9,44 1,64

U61 29,13 2,38

U71 44,31 3,59


Lebar Lengkung Gigi
U33 35,39 2,50
U66 54,35 2,90
U77 59,63 3,35

Keterangan:
U31 = panjang kaninus U33 = lebar interkaninus
U61 = panjang molar pertama U66 = lebar intermolar pertama
U71 = panjang molar kedua U77 = lebar intermolar kedua

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 1 menunjukkan rerata dan standar deviasi dari panjang lengkung gigi
(U31, U61, dan U71) dan lebar lengkung gigi (U33, U66, dan U77) pada maksila
sebelum perawatan ortodonti. Rerata dan standar deviasi panjang lengkung gigi U31
sebesar 9,44 ± 1,64;U61 sebesar 29,13 ± 2,38; danU71 sebesar 44,31 ± 3,59. Rerata
dan standar deviasi lebar lengkung gigi U33 sebesar 35,38 ± 2,49;U66 sebesar 54,34
± 2,90;danU77 sebesar 59,62 ± 3,34.

Tabel 2. Rerata dan standar deviasi dari panjang dan lebar lengkung gigi pada
maksila
sesudah perawatan ortodonti

Pengukuran Mean Standar Deviasi

Panjang Lengkung Gigi

U31 9,44 0,98

U61 29,10 2,50

U71 45,22 2,74


Lebar Lengkung Gigi
U33 35,84 2,25
U66 53,89 2,51
U77 59,76 3,08

Keterangan:
U31 = panjang kaninus U33 = lebar interkaninus
U61 = panjang molar pertama U66 = lebar intermolar pertama
U71 = panjang molar kedua U77 = lebar intermolar kedua

Tabel 2 menunjukkan rerata dan standar deviasi panjang lengkung gigi (U31,
U61, dan U71) dan lebar lengkung gigi (U33, U66, dan U77) pada maksila sesudah
perawatan ortodonti. Rerata dan standar deviasi panjang lengkung gigi U31 sebesar
9,44 ± 0,98; U61 sebesar 29,10 ± 2,50; U71 sebesar 45,22 ± 2,74. Rerata dan standar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


deviasi lebar lengkung gigi U33 sebesar 35,48 ± 2,25; U66 sebesar 53,89 ± 2,51; dan
U77 sebesar 59,76 ± 3,08.
Tabel 3. Perbedaan panjang dan lebar lengkung gigi pada maksila sebelum dan
sesudah
perawatan ortodonti

Pengukuran Mean ± SD Selisih p-value


Panjang Lengkung Gigi Sebelum Sesudah
U31 9,44 ± 1,64 9,44 ± 0,98 0 ± 1,59 1,000
U61 29,13 ± 2,38 29,10 ± 2,50 0,02 ± 2,47 0,947
U71 44,31 ± 3,59 45,22 ± 2,74 0,91 ± 2,93 0,069
Lebar Lengkung Gigi
U33 35,38 ± 2,49 35,48 ± 2,25 0,45 ± 2,97 0,361
U66 54,34 ± 2,90 53,89 ± 2,51 0,45 ± 2,09 0,199
U77 59,62 ± 3,34 59,76 ± 3,08 0,13 ± 1,29 0,524

Keterangan:
U31 = panjang kaninus U33 = lebar interkaninus
U61 = panjang molar pertama U66 = lebar intermolar pertama
U71 = panjang molar kedua U77 = lebar intermolar kedua
** = signifikan (p<0,05)

Tabel 3 menunjukkan perbedaan panjang lengkung gigi (U31, U61, dan U71)
dan lebar lengkung gigi (U33, U66, dan U77) pada maksila sebelum dan sesudah
perawatan ortodonti. Selisih rerata dan standar deviasi pada panjang lengkung gigi
U31 sebesar 0 ± 1,59; U61 sebesar 0,02 ± 2,47; dan U71 sebesar 0,91 ± 2,93. Selisih
rerata dan standar deviasi pada lebar lengkung gigi U33 sebesar 0,45 ± 2,97; U66
sebesar 0,45 ± 2,09; dan U77 sebesar 0,13 ± 1,29.
Hasil analisis dengan menggunakan uji T-paired menunjukkan tidak ada
perubahan yang signifikan baik pada panjang lengkung gigi yaitu U31, U61, dan U71
maupun lebar lengkung gigi yaitu U33, U66, dan U77 sebelum dan sesudah
perawatan ortodonti padamaksila dikarenakan nilai p>0,05.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4. Rerata dan standar deviasi dari panjang dan lebar lengkung
gigipadamandibula sebelum perawatan ortodonti

Pengukuran Mean Standar Deviasi

Panjang Lengkung Gigi


L31 5,17 1,54
L61 23,89 2,03
L71 38,85 3,06
Lebar Lengkung Gigi
L33 27,96 2,18
L66 46,08 4,19
L77 54,28 3,29

Keterangan:
L31 = panjang kaninus L33 = lebar interkaninus
L61 = panjang molar pertama L66 = lebar intermolar pertama
L71 = panjang molar kedua L77 = lebar intermolar kedua

Tabel 4 menunjukkan rerata dan standar deviasi dari panjang lengkung gigi
(L31, L61, dan L71) dan lebar lengkung gigi (L33, L66, dan L77) padamandibula
sebelum perawatan ortodonti. Rerata dan standar deviasi panjang lengkung gigi L31
sebesar 5,17 ± 1,54; L61 sebesar 23,89 ± 2,03; L71 sebesar 38,85 ± 3,06. Rerata dan
standar deviasi lebar lengkung gigi L33 sebesar 27,96 ± 2,18; L66 sebesar 46,08 ±
4,19; L77 sebesar 54,28 ± 3,29.

Tabel 5. Rerata dan standar deviasi dari panjang dan lebar lengkung
gigipadamandibula sesudah perawatan ortodonti

Pengukuran Mean Standar Deviasi

Panjang Lengkung Gigi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


L31 5,88 0,85
L61 25,65 2,58
L71 39,52 6,75
Lebar Lengkung Gigi
L33 28,35 3,00
L66 46,57 2,75
L77 54,26 5,79

Keterangan:
L31 = panjang kaninus L33 = lebar interkaninus
L61 = panjang molar pertama L66 = lebar intermolar pertama
L71 = panjang molar kedua L77 = lebar intermolar kedua

Tabel 5 menunjukkan rerata dan standar deviasi panjang lengkung gigi (L31,
L61, dan L71) dan lebar lengkung gigi (L33, L66, dan L77) padamandibulasesudah
perawatan ortodonti. Rerata dan standar deviasi panjang lengkung L31 sebesar 5,88
± 0,85; L61 sebesar 25,65 ± 2,58; dan L71 sebesar 39,52 ± 6,75. Rerata dan standar
deviasi lebar lengkung gigi L33 sebesar 28,35 ± 3,00; L66 sebesar 46,57 ± 2,75; dan
L77 sebesar 54,26 ± 5,79.

Tabel 6. Perbedaan panjang dan lebar lengkung gigipada mandibula sebelum dan
sesudah perawatan ortodonti

Pengukuran Mean ± SD Selisih p-value

Panjang Lengkung Gigi Sebelum Sesudah


L31 5,17 ± 1,54 5,88 ± 0,85 0,71 ± 1,68 0,016*
L61 23,89 ± 2,03 25,65 ± 2,58 1,76 ± 2,75 0,000*
L71 38,85 ± 3,06 39,52 ± 6,75 0,68 ± 6,46 0,532
Lebar Lengkung Gigi
L33 27,96 ± 2,18 28,35 ± 3,00 0,39 ± 2,97 0,438
L66 46,08 ± 4,19 46,57 ± 2,75 0,49 ± 3,99 0,470

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


L77 54,28 ± 3,29 54,26 ± 5,79 0,01 ± 4,25 0,984

Keterangan:
L31 = panjang kaninus L33 = lebar interkaninus
L61 = panjang molar pertama L66 = lebar intermolar pertama
L71 = panjang molar kedua L77 = lebar intermolar kedua
* = signifikan (p<0,05)

Tabel 6 menunjukkan perbedaan panjang lengkung gigi (L31, L61, dan L71)
dan lebar lengkung gigi (L33, L66, dan L77) padamandibula sebelum dan sesudah
perawatan ortodonti. Selisih rerata dan standar deviasi panjang lengkung gigi L31
sebesar 0,71 ± 1,68; L61 sebesar 1,76 ± 2,75; dan L71 sebesar 0,68 ± 6,46. Selisih
rerata dan standar deviasi lebar lengkung gigi L33 sebesar 0,39 ± 2,97; L66 sebesar
0,49 ± 3,99; dan L77 sebesar 0,01 ± 4,25.
Hasil analisis dengan menggunakan uji T-paired menunjukkan tidak ada
perubahan yang signifikan pada panjang lengkung gigi mandibula L71 (p>0,05)
tetapi ada perubahan yang signifikan pada panjang lengkung gigi mandibula L31 dan
L61 dengan p-value berturut-turut 0,016 dan 0,000 sedangkan pada lebar lengkung
gigi mandibula yaitu L33, L66, dan L77 tidak ditemukan adanya perubahan yang
signifikan dikarenakan nilai p>0,05.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai perubahan lengkung gigi sebelum dan sesudah perawatan


ortodonti pada pasien maloklusi Klas I non-ekstraksi telah dilakukan di bagian
Ortodonsia RSGM FKG USU. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
bagi ortodontis mengenai akan adanya perubahan pada panjang dan lebar lengkung
gigi setelah perawatan ortodonti pada kasus maloklusi Klas I non-ekstraksi. Pada
penelitian ini, digunakan sampel yang berjumlah 36 model studi sebelum dan sesudah
perawatan ortodonti yang terdiri dari 31 model studi perempuan dan 5 model studi
laki-laki yang dipilih sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan oleh
peneliti.
Hasil penelitian pada Tabel 1 dan Tabel 4 menunjukkan rerata dan standar
deviasi panjang dan lebar lengkung gigi pada maksila dan mandibula sebelum
perawatan sedangkan Tabel 2 dan Tabel 5 menunjukkan hasil setelah perawatan
ortodonti non-ekstraksi. Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan perubahan rerata
dan standar deviasi panjang lengkung gigi maksilaU31, U61, dan U71yang
mengalami perubahan yang tidak signifikan. Hasil pada penelitian ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kriel EAM (2008) bahwa tidak terjadi perubahan
yang signifikan pada panjang lengkung maksila.10Penelitian oleh Al-Sayagh, et al.
(2008) menunjukkan hasil yang berbeda dimana panjang lengkung U31 dan U61
terjadi peningkatan yang signifikan.38
Panjang lengkung mandibula (Tabel 6) L31 dan L61 menunjukkan perubahan
yang signifikan tetapi L71 menunjukkan perubahan yang tidak signifikan. Penelitian
oleh Kriel EAM (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan
pada mandibula tetapi tidak disebutkan panjang lengkung gigi mana yang
dimaksud.10 Sedangkan panjang lengkung gigi maksila U71 maupun panjang
lengkung gigi mandibula L71, belum ada penelitian yang menunjukkan perubahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang signifikan maupun tidak signifikan dikarenakan penggunaan metode Raberin
yang biasanya digunakan untuk mengetahui ukuran danbentuk lengkung gigi.
Selama perawatan ortodonti, perubahan pada panjang lengkung gigi dapat
terjadi karena bertambah rapinya susunan gigi di regio anterior seperti gigi yang
bergerak ke daerah yang kosong pada kasus diastema maka panjang lengkung dapat
berkurang. Penelitian oleh Allan D, et al. (2015) mengemukakan bahwa perubahan
pada panjang lengkung gigimaksiladanmandibula jugaditemukan memiliki hubungan
yang signifikan dengan banyaknya crowding yang telah diperbaiki. Semakin banyak
crowding yang perlu diperbaiki tanpa pencabutan keempat premolar, maka semakin
tinggi kemungkinan terjadinya peningkatan terhadap panjang lengkung gigi.39
Hasil penelitian pada Tabel 3 juga menunjukkan perubahan rerata dan standar
deviasi dari lebar lengkung gigi maksila U33, U66, dan U77 yang mengalami
perubahan yang tidak signifikan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Goutham B, et al.
(2011), Meyer AH, et al. (2014) dan Faisal SS, et al. (2014) dimana tidak terjadi
perubahan yang signifikan pada lebar interkaninus dan lebar intermolar pertama
maksila.13,40,41 Penelitian oleh de Almeida MR, et al. (2011) juga menunjukkan hasil
yang sama pada lebar interkaninus maksila tetapi berbeda pada lebar intermolar
maksila.12
Penelitian-penelitian ini berbeda dengan penelitian Herzog C, et al. (2016)
yang menggunakan sampel maloklusi Klas I kasus borderline dimana peningkatan
yang signifikan terjadi pada lebar interkaninus dan intermolar pertama
maksila.42Penelitian Maltagliati LA, et al. (2013) pada kasus maloklusi Klas I dengan
crowding>4 mm selain mendapatkan hasil yang sama dengan Herzog C, et al., ia juga
mendapatkan hasil lebar intermolar kedua mengalami perubahan yang tidak
signifikan.43
Penelitian Akyalcin S, et al. (2011) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
yang signifikan pada lebar lengkung gigi maksila. Walaupun penelitian ini dengan
penelitian Akyalcin S, et al. sama-sama menggunakan kasus maloklusi Klas I tetapi
pengukuran pada penelitiannya tidak dilakukan pada cusp gigi melainkan
padarugae.44Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shirazi S, et al. (2016) juga berbeda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan penelitian ini dimana ia menemukan bahwa terjadi peningkatan lebar
interkaninus dan lebar intermolar maksila yang signifikan.11Hal ini dapat terjadi
karena pada penelitian Shirazi S, et al. sampel yang digunakan adalah kasus
maloklusi Klas II divisi 1 sedangkan pada penelitian ini digunakan sampel dengan
kasus maloklusi Klas I.
Hasil penelitian pada Tabel 6 menunjukkan perubahan rerata dan standar
deviasi dari lebar lengkung gigi mandibula L33, L66, dan L77 tidak mengalami
perubahan yang signifikan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Faisal SS, et al. (2014) dimana tidak terjadi perubahan yang signifikan pada
interkaninus dan intermolar mandibula.41Penelitian olehShirazi S, et al.(2016), de
Almeida MR, et al. (2011), Goutham B, et al. (2011), Herzog C, et al. (2016),
Maltagliati LA, et al. (2013), Pandis N, et al. (2010),dan AA Oz, et al. (2015),
menunjukkan hasil yang berbeda dimana pada penelitiannya terjadi peningkatan yang
signifikan pada lebar interkaninus dan intermolar mandibula.11-3,42,43,45,46Hal ini dapat
disebabkan oleh teknik perawatan, tipe maloklusi, tingkat crowding, overjet, jumlah
sampel, dan bentuk lengkung gigi yang berbeda.
Allan D, et al. (2015) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa perubahan
pada lebar lengkung gigi memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap
tingkat crowding pasien sebelum perawatan. Pada umumnya, semakin berat crowding
yang dialami pasien sebelum perawatan, semakin besar peningkatan yang terjadi pada
lebar lengkung gigi saat perawatan dimana peningkatan tidak hanya terjadi
padainterkaninus melainkan dapat juga terjadi pada lebar antarpremolar
danintermolar.Hal ini membuktikan bahwa perubahan dimensi lengkung gigi yang
diobservasi dan dikorelasikan dapat terjadi secara antero-posterior dan transversal.39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Padamaksila, hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perubahan yang
signifikan baik pada panjang lengkung gigi yaitu U31, U61, dan U71 maupun lebar
lengkung gigi yaitu U33, U66, dan U77 sebelum dan sesudah perawatan ortodonti.
2. Padamandibula, hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perubahan yang
signifikan pada panjang lengkung gigi L71 tetapi ada perubahan yang signifikan pada
panjang lengkung gigi L31 dan L61 sedangkan pada lebar lengkung gigi yaitu L33,
L66, dan L77 tidak ditemukan adanya perubahan yang signifikan.

6.2 Saran
1. Agar mendapatkan tingkat validitas yang tinggi, penelitian ini perlu
dilakukan lebih lanjut dengan kasus maloklusi yang berbeda.
2. Agar mendapatkan nilai dengan akurasi lebih tinggi, penelitian ini perlu
dilakukan lebih lanjut dengan alat pengukuran yang memiliki nilai ketelitian yang
lebih akurat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

1. Singh G. Textbook of orthodontics. 2nd ed. India: Jaypee Brothers Medical


Publishers (P) Ltd, 2007: 3, 4, 163-5, 230-2, 235, 241, 242, 246, 248.
2. Graber L, Vanarsdall R, VIG K. Orthodontics: Current principles and
techniques. 5th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier, 2012: 4.
3. Kharbanda OP. Orthodontics diagnosis and management of malocclusion and
dentofacial deformities. 1st ed. New Dehli: Mosby Elsivier, 2009: 341, 465.
4. Thurow RC. Atlas of orthodontic principles. Saint Louis: The C.V. Mosby
Company, 1970: 160, 164.
5. Williams JK, Isaacson KG, Cook PA, Thom AR. Fixed orthodontic
appliances: principles and practice. Oxford: Butterworth-Heinemann, 1996:
40, 41.
6. Sachdeva RC, Bantleon HP, White L, Johnson J. Orthodontics for the next
millennium. Glendora: Ormco, 1997: 396, 398.
7. Ruellas AC, Ruellas RM, Romano FL, Pithon MM, Santos RL. Tooth
extraction in orthodontics: an evaluation of diagnostic elements. Dental Press
J Orthod 2010;15(3):134-57.
8. White TC, Gardiner JH, Leighton BC. Orthodontics for dental students. 3rd ed.
London: The Macmillan Press Ltd, 1976: 115.
9. Bhalajhi SI. Orthodontics the art and science. 3rd ed. New Dehli: Arya
Publishing House, 2003: 69-71, 74, 75, 239, 240, 242-6, 250, 259-61.
10. Kriel EAM. Changes in arch dimension extraction and non-extraction
orthodontic treatment. Thesis. University of the Western Cape, 2008.
11. Shirazi S, Kachoei M, Shahvaghar-Asl N, Shirazi S, Sharghi R. Arch width
changes in patients with Class II division 1 malocclusion treated with
maxillary first premolar extraction and non-extraction method. J Clin Exp
Dent. 2016; 8(4): 403-8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12. de Almeida MR, Almeida-Pedrin RR, Almeida RR, Flores-Mir C. A
prospective clinical trial of arch width changes evaluated through dental casts
in consecutively treated non-extraction and extraction cases. Dentistry 2011;
1(3): 1-4.
13. Goutham B, Manjeni A, Sigamani KR. A comparative evaluation of arch
width changes in extraction and non-extraction cases. IJCD 2011; 2(6): 11-7.
14. Sandeep G, Sonia G. Pattern of dental malocclusion in orthodontic patients in
Rwanda: a retrospective hospital based study. RMJ 2012; 69(4): 13-8.
15. Hassan R, Rahimah AK. Occlusion, malocclusion and method of
measurements – an overview. Archives of Orofacial Sciences 2007; 2: 3-9
16. Al-Zubair et al. Malocclusion and the future orthodontics. J Interdiscipl Med
Dent Sci. 2015; 3(4).
17. Garbin AJ, Perin PC, Garbin CA, Lolli LF. Malocclusion prevalence and
comparison between the Angle classification and the Dental Aesthetic Index
in scholars in the interior of São Paulo state – Brazil. Dental Press J Orthod.
2015; 15(4): 94-102.
18. AAPD. Guideline on management of the developing dentition and occlusion
in pediatric dentistry. Clinical Practice Guidelines 2014; 37(6): 253.
19. Stanley RN, Reske NT. Essentials of orthodontics. Oxford: Blackwell
Publishing, 2011: 6-9, 43, 44.
20. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Comtemporary Orthodontics. 4th ed.
Missouri: Mosby Elsevier, 2007: 5, 282, 283.
21. Paramesthi GAMDH, Farmasyanti CA, Karunia D. Hubungan antara lebar
dan panjang lengkung gigi terhadap tinggi palatum pada suku Jawa dengan
metode Pont dan Korkhaus. Maj Ked Gi 2011; 18(1): 6-10.
22. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent.
9th ed. Missouri: Mosby Elsevier. 2011: 522.
23. Muhamad AH. A new concept of dental arch of children in normal occlusion.
Journal of Dental & Allied Sciences 2013;2(1): 2-7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24. Kaundal JR, Negi N, Sharma VK, Singh GK. Evaluation of crowding in
relation to tooth size, arch size and arch form in North-east Indian population.
J Pharm Biomed Sci. 2013; 31(31): 1119-200.
25. Poosti M, Jalali T. Tooth size and arch dimension in uncrowded versus
crowded class I malocclusions. Journal of Contemporary Dental Practice
2007; 8(3): 3.
26. Ribeiro JS, Ambrosio AR, Santos-Pintos AD, Shimizu IA, Shimizu RH.
Evaluation of transverse changes in the dental arches according to growth
pattern: a longitudinal study. Dental Press J Orthod. 2012; 17(1): 66-73.
27. Rieuwpassa IE, Toppo S, Haerawati SD. Perbedaan ukuran dan bentuk
lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan suku Bugis, Makassar, dan
Toraja. Dentofasial 2012; 11(3):156-60.
28. Svalkauskiene V, Smigelskas K, Salomskiene L, Andriuskeviciute I,
Salomskiene A, Vasiliauskas A, et al.. Heritability estimates of dental arch
parameters in Lithuanian twins. Stomatologija, Baltic Dental and
Maxillofacial Journal 2015; 17: 3-8.
29. Giugliano D, Apuzzo F, Jamilian A, Perillo L. Relationship between
Malocclusion and Oral Habits. Current Research in Dentistry 2014; 5(2): 17-
21.
30. Al-Mothaffar NM, Al-Baghdady SH. The role of environment versus genetic
factors on tooth and dental arch dimensions in a twin sample. J Bagh College
of Dentistry 2008; 20(1): 87-94.
31. Begum M, Goje SK, Karra A, Mohan S. Tooth size and arch parameter
discrepancies among different malocclusions in young permanent dentition of
13-15-year-old school children of Nalgonda District-South Indian population.
Journal of Orthodontic Research 2014; 2(1): 4-10.
32. Patel VJ, Bhatia AF, Mahadevia SM, Italia S, Vaghamsi M. Dental arch form
analysis in Gujarati males and females having normal occlusion. The Journal
of Indian Orthodontic Society 2012; 46(4): 295-9.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33. Shrestha RM. Polynomial Analysis of Dental Arch Form of Nepalese Adult
Subjects. Orthodontic Journal of Nepal 2013; 3(1): 7-13.
34. Bishara SE. Textbook of orthodontics. Pennysylvia: W.B. Saunders
Company, 2001: 61,62.
35. Tsiopas N, Nilner M, Bondemark L, Bjerklin K. A 40 years follow-up of
dental arch dimensions and incisor irregularity in adults. European Journal of
Orthodontics 2013: 230-5.
36. Sakinah N, Wibowo D, Helmi ZN. Peningkatan lebar lengkung gigi maksila
melalui perawatan ortodonti menggunakan sekrup ekspansi. Dentino (Jur.
Ked. Gigi) 2016; 1(1): 83-7.
37. Sobhi Afshar M, Ebadifar A.Dimensional changes of dental arch following
non-extraction orthodontic treatment. Caspian J Dent Res 2016;5(1): 29-35.
38. Al-Sayagh NM. Maxillary arch dimensional changes in the extraction and non
extraction orthodontic treatment. Al – Rafidain Dent J 2008; 8(1): 26-37.
39. Allan D, Woods MG. Arch-dimensional changes in non-extraction cases with
finishing wires of a particular material, size and arch form. Australian
Orthodontics Journal 2015; 3(1): 26-36.
40. Meyer AH, Woods MG, Manton DJ. Maxillary arch width and buccal corridor
changeswith orthodontic treatment. part 1: differencesbetween premolar
extraction and nonextractiontreatment outcomes. Am J Orthod Dentofacial
Orthop 2014; 145: 207-16.
41. Faisal SS, Sakrani MH, Rizvi BE, Siddique H. Change in Arch Width After
Extraction and Non Extraction Treatment. ASH & KMDC 2014; 19(1): 32-6.
42. Herzog C, Konstantonis D, Konstantoni N, Eliades T. Arch-width changes in
extraction vs nonextraction treatments in matched Class I borderline
malocclusions. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2017; 151: 735-43.
43. Maltagliati1 LA, Myiahira YI, Fattori L, Filho LC, Cardoso M. Transversal
changes in dental arches from non-extractiontreatment with self ligating
brackets. Dental Press J Orthod. 2013; 18(3): 39-45.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44. Akyalcin S, Erdinc AE, Dincer B, Nanda RS. Do long-term changes in
relative maxillary arch width affect buccal-corridor ratios in extraction and
nonextraction treatment?. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2011; 139: 356-
61.
45. Pandis N, Polychronopoulou A, Makou M, Eliades T. Mandibular dental arch
changes associated with treatment of crowding using self-ligating and
conventional brackets. European Journal of Orthodontics 2010; 32: 248-53.
46. Oz AA, Oz AZ, Yazicioglu S, Arici1 N, Ozer M, Arici1 S. Comparison of
arch width changes following orthodontic treatment with and without
extraction using three‑dim ensional m odels. N iger J C lin Pract . 2017; 20:
581-6.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Vivian
Tempat, tanggal lahir : Medan, 11 April 1997
Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Dr. Fl. Tobing No.20A, Kel. Pusat Pasar, Kec. Medan
Kota
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Warna Negara : WNI
Agama : Kristen Protestan

Riwayat Pendidikan :
1. SD Sutomo 1 Medan (2003-2009)
2. SMP Sutomo 1 Medan (2009-2012)
3. SMA Sutomo 1 Medan (2012-2014)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. S-1 Fakultas Kedokteran Gigi USU, Medan (2014-2018)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 4

Hasil Pengukuran Panjang dan Lebar Lengkung Gigi Sebelum dan Sesudah Perawatan Ortodonti
dengan Metode Raberin padaMaksila
(dalam satuan mm)

U31 U31 U61 U61 U71 U71 U33 U33 U66 U66 U77 U77
No Nama
Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
1 Yohanes (L) 11 10 29,5 30 45 45,5 35 35,5 57 58,5 64 63,5
2 Harun Krisna (L) 10 8,5 29 22,5 45 43 38,5 37 58 55,5 63,5 64
3 M Fachrur R (L) 9,5 9 31 31 49 50 39 39 59,5 58 65,5 63,5
4 Andreas T (L) 10 8,5 29,5 27,5 45,5 44 36,5 39,5 54 57 63,5 62,5
5 Fazirul Fazri (L) 9 8,5 30 29,5 46 47 38 38 57,5 57 66 65
6 Stefanie Garcia 6,5 9,5 24 28,5 38 44,5 34 36 54 53 57,5 58,5
7 Nurbaity S 7 8,5 25 25,5 38 40,5 34,5 34,5 54 54 58,5 59
8 Dumania R 9 9,5 23,5 29,5 49,5 46,5 32,5 34,5 54,5 53,5 58 58
9 Azizatul M 9 8 28 27 44,5 43,5 36,5 36 52,5 53,5 54,5 56
10 Artha Idawaty S 10 10,5 31 30 47,5 45 37,5 27,5 60 58,5 66 67,5
11 Nofriska K 9,5 7,5 29 25,5 42 42 37,5 34 56 54 60 61
12 Rizki Titrahayu 11,5 9,5 33 30 49 49 38 33 57,5 48,5 61 57
13 Inderjeet Kaur 11,5 11 32,5 32 49 48 35 39 54 55 61 61
14 Durgha A/P G 10 10 28,5 31 44 44 30,5 35 51,5 50 57,5 57,5
15 Jessica Tarigan 12,5 9,5 32 30,5 49 48 41 37,5 60 59 62,5 62,5
16 Saipriaya A/P SB 8,5 10 29 30 43,5 45,5 34 35 48,5 51,5 56 55,5
17 Mia Juliana 5 8,5 26,5 21 35 36 35,5 35 53,5 52 60,5 59,5
18 Yenni Gustari 11 10 29,5 30 40 44,5 35 36,5 51,5 51 54 55
19 Siti Muthiatum N 10 10 30 29 46 41 34 35,5 54,5 54,5 56 56
20 Ita Purnamasari 11 8 31 28 44 42,5 31,5 36,5 50 52 57,5 59,5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21 Novita Eka P. B 10,5 11 28,5 29,5 45 46 31,5 31 51 52,5 58 58,5
22 Yuki Indah S S 8,5 8,5 29 30,5 44,5 47,5 36 37 55 54 56 57
23 Desy Siahaan 11,5 10 30,5 28,5 39,5 44 37,5 37 57 54 61 62
24 Yulenda Muliana 10 11 30 32 45,5 48 36,5 37 52,5 52 57 57
25 Nur Diana B S 11 10 31,5 31 48 47,5 33 36,5 52,5 54,5 57 57
26 Aryani Agiza 9 9 30 31 44,5 46 34,5 36 51 52 58 59
27 Mallarshini N 8,5 11 27,5 30 41 45 36,5 36 53,5 53 59 59,5
28 Jeanie Teresa T 9 9 29 29 44 45 38,5 36 55 55 61,5 62,5
29 Wan Anis 10 10 32 33 47,5 48 37,5 37,5 53 52,5 55 56
30 Rudini Ritongga 9 10 27,5 29 43,5 44,5 33,5 37 52,5 52,5 58 60
31 Maisarah S 9,5 8 29,5 28 43,5 43,5 35 34 54,5 52 57 57
32 Nandra Irafani 7 9 28 30 43,5 45 34,5 35 53,5 52 62 62
33 Vaisnavi 10 11 31 31 46,5 46,5 36 37 51,5 52,5 62 58,5
34 Maria Ulfah 7 8,5 23 26 37 49 31,5 34 51 52,5 58 59,5
35 Yugalamar T 7 9,5 30 30 46 46 31 37 56 55 59 59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 5

Hasil Pengukuran Panjang dan Lebar Lengkung Gigi Sebelum dan Sesudah Perawatan Ortodonti
dengan Metode Raberin padaMandibula
(dalam satuan mm)

U31 U31 U61 U61 U71 U71 U33 U33 U66 U66 U77 U77
No Nama
Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
1 Yohanes (L) 4,5 7 24 27 40 43 28 27,5 42 48 58,5 59,5
2 Harun Krisna (L) 6 5 25 25 40 40 28 27,5 50,5 50 59 60
3 M Fachrur R (L) 5 5,5 27 27 31 45,5 31 29 53,5 51,5 56 58
4 Andreas T (L) 7 6 25 24 38,5 39 34 38,5 56 53 61 62
5 Fazirul Fazri (L) 5 6 25,5 36 42 43 31,5 30 49 50 60 60
6 Stefanie Garcia 2 5,5 19,5 25,5 35,5 40,5 29 27,5 47,5 48 50,5 51
7 Nurbaity S 4,5 4,5 21 22 35 36 25 29 47 46,5 53,5 54
8 Dumania R 4 5 24 25,5 40 42 24,5 26 47,5 47,5 53,5 56,5
9 Azizatul M 4 5 24 23,5 39,5 39 27 21,5 44,5 46 50 52
10 Artha Idawaty S 6,5 7 25,5 26,5 42 43 29,5 29,5 52 50 61 63
11 Nofriska K 4,5 5 22 22 37 32 27,5 26 47,5 45 51 57
12 Rizki Titrahayu 6 6 26,5 25,5 42 39 30 26,5 48,5 43 55 53
13 Inderjeet Kaur 5 7,5 22 29,5 42,5 45 27,5 30 45 47,5 57 57,5
14 Durgha A/P G 8 6 20 26 41,5 41,5 28 27 46 43 52 52
15 Jessica Tarigan 6,5 5 26,5 23 42 40 29 25,5 30 49 57 56
16 Saipriaya A/P SB 4,5 7 25 27,5 40 43,5 25 28 44 44,5 52,5 51
17 Mia Juliana 3 4,5 22,5 24 36 38 29 28 48 49 57,5 58
18 Yenni Gustari 6 6 24 25 39 34,5 25,5 30 43,5 45 49 50
19 Siti Muthiatum N 7 5 24 24 35 40 24,5 27 47 45,5 50 51
20 Ita Purnamasari 5 6 23 25 34 40 27,5 28 44 48 54 57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21 Novita Eka P. B 4,5 6 24,5 25,5 38 39,5 27 38 43 41 51,5 52,5
22 Yuki Indah S S 3 6,5 24 27,5 38 43 28 28 47,5 46,5 54,5 55
23 Desy Siahaan 5 4,5 25 22,5 42 38 29 27,5 50 47,5 55 56
24 Yulenda Muliana 7,5 6 24 27,5 38 42 28 30 42,5 45 52,5 42
25 Nur Diana B S 7 7 27 28 42,5 43 30,5 29 43,5 47 50 52,5
26 Aryani Agiza 7 5 25 26,5 41 42,5 29,5 28,5 44 44,5 52 53
27 Mallarshini N 3,5 7 22 26,5 35 40 25 28 45 45,5 55 56,5
28 Jeanie Teresa T 5 6 24,5 26 42 42 29 28 47 44,5 56 55,5
29 Wan Anis 3,5 7 23,5 27 39,5 44 27 29,5 43 45 50,5 50,5
30 Rudini Ritongga 4 5,5 22 23 38 39 26,5 27,5 45 46,5 54 53,5
31 Maisarah S 8 6 27 25 42 40,5 30 27 46 46 55 54,5
32 Nandra Irafani 5 6,5 22,5 25,5 36 41 26,5 27,5 45 46,5 55,5 57
33 Vaisnavi 5 7 23,5 26,5 38 41 26,5 29 44,5 40 50,5 54
34 Maria Ulfah 2,5 5 19 21 33 35 24,5 24 43 44 52 53
35 Yugalamar T 4,5 5,5 25 26 42 42,5 28,5 27 48 50 54 54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 6

Uji Normalitas Data Panjang dan Lebar Lengkung Gigi

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.

31pre Maksila .143 36 .060 .947 36 .084

Mandibula .182 36 .064 .962 36 .255

31post Maksila .160 36 .051 .937 36 .061

Mandibula .154 36 .060 .926 36 .056

61pre Maksila .173 36 .078 .915 36 .059

Mandibula .161 36 .050 .948 36 .092

61post Maksila .179 36 .065 .867 36 .056

Mandibula .154 36 .051 .867 36 .067

71pre Maksila .189 36 .062 .930 36 .055

Mandibula .127 36 .155 .914 36 .069

71post Maksila .106 36 .200* .942 36 .059

Mandibula .274 36 .050 .541 36 .050


*
U33pre Maksila .088 36 .200 .977 36 .653
*
Mandibula .080 36 .200 .965 36 .302

33post Maksila .138 36 .080 .885 36 .061

Mandibula .235 36 .056 .790 36 .056


*
66pre Maksila .118 36 .200 .967 36 .352

Mandibula .148 36 .065 .879 36 .051

66post Maksila .127 36 .153 .944 36 .068

Mandibula .087 36 .200* .985 36 .900

77pre Maksila .159 36 .062 .953 36 .126


*
Mandibula .094 36 .200 .959 36 .205

77post Maksila .145 36 .053 .955 36 .152

Mandibula .175 36 .057 .795 36 .060

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 7

Hasil Uji Statistik Panjang dan Lebar Lengkung Gigi Sebelum dan Sesudah Perawatan Ortodonti
padaMaksila
U31

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 U31pre 9.4444 36 1.63785 .27297

U31post 9.4444 36 .97671 .16279

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 U31pre&U31post 36 .342 .041

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 U31pre - U31post .00000 1.59463 .26577 -.53955 .53955 .000 35 1.000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


U61

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 U61pre 29.1250 36 2.37660 .39610

U61post 29.0972 36 2.50377 .41729

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 U61pre&U61post 36 .485 .003

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 U61pre - U61post .02778 2.47832 .41305 -.81076 .86632 .067 35 .947

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


U71

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 U71pre 44.3056 36 3.58624 .59771

U71post 45.2222 36 2.73977 .45663

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 U71pre&U71post 36 .598 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 U71pre - U71post -.91667 2.93379 .48897 -1.90932 .07599 -1.875 35 .069

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


U33

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 U33pre 35.3889 36 2.49889 .41648

U33post 35.8472 36 2.24824 .37471

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 U33pre&U33post 36 .219 .199

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 U33pre - U33post -.45833 2.97219 .49537 -1.46398 .54731 -.925 35 .361

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


U66

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 U66pre 54.3472 36 2.90276 .48379

U66post 53.8889 36 2.50745 .41791

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 U66pre&U66post 36 .708 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 U66pre - U66post .45833 2.09889 .34982 -.25183 1.16850 1.310 35 .199

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


U77

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 U77pre 59.6250 36 3.34531 .55755

U77post 59.7639 36 3.08333 .51389

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 U77pre&U77post 36 .922 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 U77pre -
-.13889 1.29621 .21603 -.57746 .29969 -.643 35 .524
U77post

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 8

Hasil Uji Statistik Panjang dan Lebar Lengkung Gigi Sebelum dan Sesudah Perawatan Ortodonti
padaMandibula
L31

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 L31pre 5.1667 36 1.53994 .25666

L31post 5.8750 36 .84832 .14139

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 L31pre&L31post 36 .104 .547

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 L31pre - L31post -.70833 1.67918 .27986 -1.27649 -.14018 -2.531 35 .016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


L61

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 L61pre 23.8889 36 2.03228 .33871

L61post 25.6528 36 2.58241 .43040

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 L61pre&L61post 36 .305 .070

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 L61pre - L61post -1.76389 2.75548 .45925 -2.69621 -.83157 -3.841 35 .000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


L71

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 L71pre 38.8472 36 3.05619 .50936

L71post 39.5278 36 6.75166 1.12528

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 L71pre&L71post 36 .319 .058

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 L71pre - L71post -.68056 6.46215 1.07702 -2.86703 1.50592 -.632 35 .532

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


L33

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 L33pre 27.9583 36 2.17576 .36263

L33post 28.3472 36 2.99957 .49993

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 L33pre&L33post 36 .374 .024

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 L33pre - L33post -.38889 2.97396 .49566 -1.39513 .61735 -.785 35 .438

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


L66

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 L66pre 46.0833 36 4.19779 .69963

L66post 46.5694 36 2.75461 .45910

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 L66pre&L66post 36 .402 .015

Paired Samples Test

Paired Differences Sig. (2-tailed)

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df

Pair 1 L66pre - L66post -.48611 3.99014 .66502 -1.83618 .86396 -.731 35 .470

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


L77

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 L77pre 54.2778 36 3.29164 .54861

L77post 54.2639 36 5.78975 .96496

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 L77pre&L77post 36 .690 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 L77pre - L77post .01389 4.24851 .70808 -1.42360 1.45138 .020 35 .984

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai