G1C020141
D4 TLM
Antibodi mempunyai beberapa jenis antibodi atau Imunoglobulin (Ig) yang terdapat
pada tubuh manusia, antara lain:
1. Imunoglobulin G (Ig)
IgG adalah antibodi yang sangat umum dan seringkali dihasilkan hanya pada
beberapa hari saja. Imunoglobulin G dapat hidup pada darah sampai beberapa hari
bahkan beberapa tahun lamanya. Antibodi IgG beredar di dalam darah kelenjar getah
bening dan usus. Ketika antigen masuk, maka antibodi ini akan memakai aliran darah
untuk menuju ke tempat lokasi masuknya antigen tadi. IgG mempunyai efek yang
tinggi dalam pertahanan tubuh atas bakteri dan virus, dan juga menetralkan asam yang
ada didalam racun antigen. Lebih dari itu, antibodi IgG mempunyai kemampuan
khusus yang dapat menembus dan menyelip antara sel-sel dan menghilangkan bakteri
yang masuk ke dalam sel dan kulit. Antibodi jenis ini juga dapat menembus masuk
pada plasenta ibu hamil untuk melindungi janin dari kemungkinan terjadinya infeksi.
Kemampuan ini dimiliki IgG karena ukuran molekulnya yang kecil.
2. Imunoglobulin A (IgA)
Imunoglobulin A mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk memilih
lokasi penempatn di area tubuh yang lembab seperti air mata, ASI, air liur, darah,
kantong udara, lendir, getah lambung dan sekresi usus. Hal ini disebabkan sifatnya
yang sama seperti bakteri yang suka terhadap daerah lembab untuk dibuat markasnya.
Imunoglobin jenis antibodi ini dapat melindungi janin dalam kandungan ibu supaya
terbebas dari kemungkinan masuknya antigen yang dapat mengakibatkan
terganggunya tubuh janin. Tetapi, antibodi IgA dalam tubuh ibu akan menghilang
ketika bayi dilahirkan. Tapi, karena adanya kandungan IgA dalam air ASI, maka bayi
tetap memperoleh perlindungan.
3. Imunoglobulin M (IgM)
Antibodi IgM ada didalam darah, kelenjar getah bening dan permukaan sel B.
Imunoglobulin M adalah jenis antibodi pertama yang menyerang terhadap antigen
apabila ada antigen yang masuk. Janin dalam rahim akan memperoleh perlindungan
dari IgM pada umum kehamilan sekitar 6 bulan. Produksi IgM akan terjadi
peningkatan apabila sedang bertarung melawan antigen. Untuk itu, apabila hendak
melihat apakah janin sudah terinfeksi atau tidak, dapat dengan melihat kadar IgM
dalam darah.
4. Imunoglobulin D (IgD)
Antibodi ini ada pada dalam darah, kelenjar getah bening, dan permukaan sel
B. Antibodi IgD tidak dapat untuk bertindak sendiri, tetapi menempel pada
permukaan sel T, menjadikan dapat membantuk sel T menangkap antigen.
5. Imunoglobulin E (IgE)
Imunoglobulin E beredar pada dalam darah dan mempunyai tugas dalam
memanggil pasukan lain untuk menyerang zat asing yang masuk ke dalam tubuh.
Antibodi ini biasa mengakibatkan reaksi alergi dalam menjalankan tugasnya. Untuk
itu, pada orang yang sedang terkena reaksi alergi, di dalam darahnya meningkat
produksi IgE.
2. Antigen adalah zat yang merangsang respon imunitas, terutama dalam menghasilkan
antibodi. Permukaan bakteri dan virus mengandung banyak protein dan polisakarida
yang bersifat antigen. Didalam antigen terdapat bagian yang dapat membangkitkan
respon imunitas (menginduksi pembentukan antibodi) yang disebut epitop.
b. Ukuran molekul
Ukuran molekul memiliki pengaruh terhadap imunogenisitas antigen.
Molekul dengan berat lebih dari 100 kDa dikategorikan sebagai imonugen
yang baik, sedangkan molekul dengan berat di bawah 10 kDa tidak akan
menginisiasi terjadinya imun respon sama sekali. Molekul yang sangat kecil
dapat memiliki sifat imunogenik apabila ditempelkan pada molekul besar
(carrier). Molekul kecil yang tidak dapat menginduksi sistem imun karena
berat molekulnya yang sangat ringan disebut hapten.
c. Kompleksitas kimiawi
Kompleksitas kimiawi yang menyusun suatu molekul dapat digunakan
untuk menentukan tingkat imunogenisitas. Polimer asam amino akan memiliki
imunogenisitas yang tinggi apabila disusun oleh banyak jenis asam amino.
Selain itu, jenis asam amino yang menyusun polimer juga mempengaruhi
imunogenisitas molekul imunogen. Molekul asam amino aromatik memiliki
imunogenisitas yang lebih tinggi dibandingkan molekul non aromatik karena
terdapat gaya hidrofobik non-kovalen yang membantu interaksi antara antigen
dengan reseptornya. Kompleksitas struktur protein yang semakin tinggi akan
menghasilkan sifat imunogenisitas yang tinggi pula.
d. Kemampuan terdegradasi
Agar dapat dikenali oleh sistem imun, molekul antigen harus dapat
terdegradasi dan membentuk kompleks bersama MHC pada antigen presenting
cell (APC). Perisiwa konversi protein menjadi fragmen peptida yang
berinteraksi dengan molekul MHC disebut antigen processing and
presentation. Antigen eksogenus yang berasal dari luar sel inang akan
berasosiasi dengan molekul MHC II, sedangkan antigen endogenus yang
diproduksi di dalam sel akan berasosiasi dengan molekul MHC 1. Molekul
yang resisten terhadap degradasi enzimatis tidak akan bersifat imunogenik,
sehingga tidak akan menstimulasi terjadinya respon imun.
e. Dosis imunisasi dan rute administrasi
Dosis antigen dapat mempengaruhi kemampuan suatu imunogen dalam
menstimulasi respon imun. Antigen dalam dosis yang tepat akan memiliki
imunogenisitas yang tinggi. Dosis antigen yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah tidak akan mengaktifkan sistem imun, sehingga disebut sebagai
kondisi toleransi imunologis.