DISUSUN OLEH:
RINDY MAHARANI
(2248201075)
DOSEN PENGAMPU:
WAHYU RAMADHAN, M.Sc
Alhamdulillahi Robbil 'Alamin, Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam atas
segala karunia nikmat-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi satu di antara tugas mata kuliah
Imunologi Serologi yang diampu oleh Bapak Wahyu Ramadhan, M.Sc. Makalah ini berisi
tentang reaksi antigen dan antibodi, baik reaksi primer, sekunder dan tersier. Saat
penyusunannya melibatkan berbagai pihak. Oleh sebab itu, saya mengucapkan banyak terima
kasih atas segala kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini. Meski telah
disusun secara maksimal, penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian. Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat
mengambil manfaat dari makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antigen merupakan bahan yang dapat diikat molekul antibodi atau molekul reseptor
secara spesifik pada sel T. Antibodi mampu mengenal hampir semua molekul biologik
sebagai antigen seperti hasil metabolik lipid, hormon, hidrat arang, protein, asam nukleat dan
fosfolipid. Antigen dikenal antibodi melalui ikatan nonkovalen dan irreversibel. Kekuatan
ikatan antar epitop dan antibodi disebut sebagai afinitas antibodi. Epitop pada permukaan sel
akan membentuk ikatan tunggal dengan molekul antibodi. Respon terhadap infeksi beberapa
jam pertama, penelanan mikroorganisme oleh makrofag (fagositosis) dan aktivasi komplemen
melalui jalur alternatif merupakan respon pejamu nonspesifik yang penting. Respon yang
bersifat non adaptif seperti pelepasan sitokin dari makrofag dan pelepasan nediator lain akan
memacu reaksi inflamasi merupakan tahap selanjutnya yang akan terjadi. Respon ini akan
berlangsung dengan cepat dan bertanggungjawab menghambat penyebaran patogen sampai
respon adaptif spesifik dimulai. Respon adaptif diperantarai oleh antibodi selular dan humoral
atau keduanya. Patogen yang masuk kedalam tubuh pejamu ditangkap oleh sel penyaji
antigen (APC, Antigen Precenting Cells) seperti makrofag. Respon imunitas yang
diperantarai oleh antibodi, limfosit T helper (CD4) mengenali antigen patogen yang
bergabung dengan protein MHC kelas II pada permukaan APC. Akibatnya sitokin akan
diproduksi yang mengaktivasi antibodi. Sel B mengalami proliferasi klonal dan
berdiferensiasi membentuk sel plasma dan imunoglobulin spesifik terbentuk (antibodi)
(Meilani et al., 2023).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui reaksi dari antigen antibodi.
2. Mengetahui reaksi primer, sekunder dan tersier dari antigen antibodi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Proses ini melibatkan antigen terlarut, misalnya toksin tetanus. Antigen asing
yang masuk akan diendapkan oleh antibodi dalam suatu larutan.
2
c. Fiksasi komplemen
Sel-sel bakteri yang masuk akan ditempeli oleh antibodi kemudia terbentuk
lubang. Lubang-lubang tersebut memudahkan enzim lisozim masuk untuk
memecahkan sel bakteri tersebut
d. Netralisasi
Antibodi berikatan dengan bakteri atau antigen virus. Antibodi dapat
menetralkan beberapa virus dengan berikatan dengan antigen permukaannya dan
mencegah virus masuk ke dalam sel.
e. Ab Dependent Cell Mediated Cytotoxicity (ADCC)
Mekanisme pertahanan kekebalan yang dimediasi sel di mana sel efektor dari
sistem kekebalan secara aktif melisiskan sel target, yang antigen permukaan
membrannya memiliki telah diikat oleh antibodi spesifik
f. Immobilazation
Tahap reaksi in vivo :
a. Tahap primer
Terjadi pembentukan kompleks antigen-antibodi oleh gaya intramolekul
seperti ikatan van ser waal, ikan ionik, dan ikatan hidrogen. Dalam reaksi ini
membutuhkan NaCl dan elektrolit lainnya sehingga terjadi pembentukan
kompleks antigen-antibodi.
b. Tahap sekunder
Terjadi setelah kompleks antigen-antibodi terbentuk. Terjadinya presipitasi
(pengendapan), aglutinasi (pengenalan) atau sel lisis.
c. Tahap tersier
Terjadi penghancuran antigen netralisasi dan bahkan mengirim kerusakan
jaringan.
2. Reaksi in vitro
a. Reaksi aglutinasi
Terjadi ketika antigen tak terlarut bergabung dengan antibodi terlarut
menghasilkan terjadinya penggumpalan atau aglutinasi. Aglutinasi lebih sensitif
daripada presipitasi. Hal ini dikarenakan molekul dari antigen besar dan tidak larut
sehingga jumlah antibodi yang sangat sedikit dapat membuat terjadinya reaksi
aglutinasi.
b. Reaksi presipitasi
3
Terjadi ketika antigen terlarut bergabung dengan antibodi terlarut
menghasilkan kompleks antigen-antibodi tidak terlarut. Reaksi ini sensitif
terhadap deteksi antigen, tetapi kurang sensitif terhadap deteksi antibodi.
c. Fiksasi komplemen
d. Netralisasi
e. ELISA
f. Radioimmunoassay
g. Immunochromatography (ICT)
h. Florescent Antigen – Antibodi Technique
Contoh reaksi antigen antibodi in vitro, di pasien, oksigen yang melebihi area
maka nontoksigenik diffteria. Garis kesehatan ini adalah garis tegak lurus yang
terbentuk setelah pembentukan tubuh antigen, dan digit mucul dari garis ini,
antibodi akan datang dan kemudian pada garis tegak lurus mereka akan bertemu
jadi ini adalah contoh positif terhadap gerakan melawan arus listrik. Antigen
antibodi bergerak menuju satu sama lain dan zona ekivalen mereka akan
membentuk garis-garis ini sehingga dapat mendeteksi beberapa antigen antibodi
berdasarkan elektroforesis imuno.
a. Aglutinasi direk Ag harus berupa partikel atau sel mis pada Widal menggunakan
kuman S.typhi dan S.paratyphi sebagai ag. Ab dalam serum dapat ditentukan
5
titernya dengan cara pengenceran. Penentuan golongan darah juga menggunakan
teknik ini.
b. Aglutinasi indirek (pasif) Pada teknik ini sering dipakai partikel dari lateks atau
eritrosit yang dipakai sebagai carrier. Eritrosit domba dilapisi ag kemudian
direaksikan dengan ab yang terdapat dalam serum dimana ab ini sebelumnya
diabsorben dulu untuk menghindari reaksi non-spesifik. Contoh : - Pemeriksaan
TPHA , ag berasal dari Treponema pallidum yang dipakai melapisi eritrosit
domba. - Uji faktor rheumatoid menggunakan lateks.
c. Aglutinasi pasif terbalik (reversed passive hemagglutination assay = RPHA)
Teknik ini digunakan untuk mendeteksi ag yang larut dalam serum atau cairan
tubuh lain. Ab spesifik dilekatkan pada permukaan carrier baik eritrosit atau
partikel lain. Ag yang terdapat dalam serum di absorpsi dalam larutan absorben.
d. Uji hambatan aglutinasi Teknik ini digunakan untuk deteksi ag yang larut,
pengujian ini dinyatakan positif bila tidak terjadi aglutinasi.
7
2. Slide Test
8
5. Imunodifusi
Gambar 6. Imunodifusi
Uji imunodifusi didasarkan pada kemampuan antigen dan antibodi membentuk
Imunodifusi digunakan untuk memisahkan antigen dengan menggunakan presipitasi,
sehingga memebentuk seperti lapisan cincin.endapan (presipitat).
7. Rocket Immunoelectrophoresis
Ukuran roketnya menujukkan seberapa banyak antigen yang ada. Dalam
Rocket immunoelectrophoresis, agar-agar dituang yang dihomogenisasi dengan
antiserum. Kemudian sebuah sumur dibuat di mana antigen ditambahkan. Setelah
elektroforesis, antigen yang bermuatan negatif akan bermigrasi ke arah antibodi yang
bermuatan positif. Migrasi antigen ini pada interaksi dengan antibodi akan
membentuk sebuah kompleks muncul sebagai garis precipitin yang terlihat dalam
bentuk roket. Ketinggian pergerakan roket berbanding lurus dengan jumlah antigen
yang dimuat ke dalam sumur
10
mast yang digunakan untuk pengujian reaksi alergi obat yang terkait hipersensitivitas tipe I
atau umum dikenal dengan alergi dengan mediator utama pelepasan histamin.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antigen merupakan bahan yang dapat diikat molekul antibodi atau molekul reseptor
secara spesifik pada sel T. Antibodi mampu mengenal hampir semua molekul biologik
sebagai antigen seperti hasil metabolik lipid, hormon, hidrat arang, protein, asam nukleat dan
fosfolipid. Antigen dikenal antibodi melalui ikatan nonkovalen dan irreversibel. Respon
imunitas yang diperantarai oleh antibodi, limfosit T helper (CD4) mengenali antigen patogen
yang bergabung dengan protein MHC kelas II pada permukaan APC. Akibatnya sitokin akan
diproduksi yang mengaktivasi antibodi. Sel B mengalami proliferasi klonal dan
berdiferensiasi membentuk sel plasma dan imunoglobulin spesifik terbentuk (antibodi)
Reaksi antibodi antigen dan reaksi antibodi digit adalah reaksi spesifik non- manusia yang
dapat dibalik antara antigen dan antibody, jika kita melihat antibodi antigen, antibodi lebih
kecil dan selalu larut. Sedangkan antigen dapat larut semua, lebih kecil atau tidak larut. Jika
antigen larut dan bergabung dengan antibodi maka disebut sebagai reaksi presipitasi.
Selanjutnya Jika ketika antigen larut bereaksi dengan antibodi larut reaksi ini disebut sebagai
reaksi aglutinasi.
3.2 Saran
Pada makalah ini masih banyak kekurangan dalam penyusunannya, maka diharapkan
kritik dan saran bagi penulis.
12
DAFTAR PUSTAKA
13