Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karuniaNya serta hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
tepat waktu, guna memenuhi tugas makalah Biokimia yang berjudul ANTIGEN DAN
ANTIBODI.
Makalah ini merupakan ringkasan materi bagi para pembaca dalam pembelajaran yang kami
sajikan secara ringkas. Serta dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan proses
belajar mandiri, agar kreativitas dan pengetahuan materi dari makalah ini dapat optimal sesuai
yang dharapkan, dan dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam menguasai materi pelajaran.
Dalam penulisan makalah ini kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih jauh
dari sempurna dan masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dalam ilmu pengetahuan
kami, maka dengan segala kerendahaan hati kami mohon maaf. Sehubung dengan makalah ini
kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca untuk mrmbangun demi hasi yang
lebih bauk.
Akhirnya kepada Tuhan jugalah kami kembali berdoa mengharapkan semoga usahasaya ini
mendapat ridho-Nya serta dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Kelompok 8
ii | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
iii | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia memiliki suatu sistem pertahanan untuk melindungi diri dari benda asing
yang mungkin bersifat patogen. Sistem pertahanan tubuh inilah yang disebut sistem imun.
Sistem imun terdiri dari semua sel, jaringan, dan organ yang membentuk imunitas, yaitu
kekebalan tubuh terhadap infeksi atau suatu penyakit.
Sistem imun memiliki beberapa fungsi pada tubuh, yaitu penangkal benda asing yang masuk
ke dalam tubuh, menjaga keseimbangan fungsi tubuh, sebagai pendeteksi adanya sel-sel yang
tidak normal, termutasi, atau ganas dan segera menghancurkannya
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa
masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada
protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen tersebut dikenal dengan
istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal
maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang
akan mensintesis pembentukan antibodi.
Sebelum pertemuan pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkan molekul
immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma untuk berfungsi sebagai
reseptor antigen. Jumlahnya mencapai 50.000 sampai 100.000 per sel dan semuanya spesifik
bagi satu determinan antigen. Sebuah antigen merangsang sel untuk membuat dan menyisipkan
dalam membrannya molekul immunoglobulin yang memiliki daerah pengenalan spesifik untuk
antigen itu. Setelah itu, limfosit harus membentuk immunoglobulin untuk antigen yang sama.
Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang sama memicu respon imun sekunder yang segera
terjadi dan meningkatkan titer antibodi yang beredar sebanyak 10 sampai 100 kali kadar
sebelumnya. Sifat molekul antigen yang memungkinkannya bereaksi dengan antibodi disebut
antigenisitas. Kesanggupan molekul antigen untuk menginduksi respon imun disebut
imunogenitas
Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen adalah
dengan cara meniadakan antigen tersebut, secara non spesifik yaitu dengan cara fagositosis.
Dalam hal ini, tubuh memiliki sel-sel fagosit yang termasuk ke dalam 2 kelompok sel, yaitu
kelompok sel agranulosit dan granulosit. Kelompok sel agranulosit adalah monosit dan
makrofag, sedangkan yang termasuk kelompok sel granulosit adalah neutrofil, basofil,
eosinofil yang tergolong ke dalam sel PMN (polymorphonuclear). Respon imun spesifik
B. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian antigen dan antibodi ?
b. Apa saja jenis-jenis antigen dan antibodi?
c. Bagaimana interaksi antara antigen-antibodi dan kompleks imun?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian antigen dan antibodi.
b. Untuk mengetahui jenis-jenis antigen dan antibodi.
c. Untuk mengetahui interaksi antara antigen-antibodi dan kompleks imun.
PEMBAHASAN
A. Antigen
a). pengertian Antigen
Antigen adalah molekul asing yang dapat menimbulkan respon imun spesifik dari
limfosit pada manusia dan hewan. Antigen meliputi molekul yang dimilki virus, bakteri,
fungi, protozoa dan cacing parasit. Molekul antigenik juga ditemukan pada permukaan
zat-zat asing seperti serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan. Sel dan sel t
terspesialisasi jenis antigen yang berlainan dan melakukan aktivitas pertahanan yang
berbeda namun saling melengkapi (Campbell,dkk 2000).
c). Karakteristik
Karakteristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respon imun adalah
sebagai berikut:
Asing (berbeda dari self )
Pada umumnya, molekul yang dikenal sebagai self tidak bersifat imunogenik, jadi
untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal sebagai nonself.
Ukuran molekul
Imunogen yang paling poten biasanya merupakan protein berukuran besar. Molekul
dengan berat molekul kurang dari 10.000 kurang bersifat imunogenik dan yang
berukuran sangat kecil seperti asam amino tidak bersifat imunogenik.
b). Fungsi
1. Untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen.
2. Membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya.
2. Imunoglobulin A (IgA)
Sedikit dalam serum. Banyak terdapat dalam saluran pernapasan, pencernaan, kemih, air
mata, keringat, ludah, dan air susu. Fungsinya menetralkan toksin dan virus, mencegah
kontak antara toksin atau virus dengan sel sasaran dan menggumpalkan atau menganggu
gerak kuman yang memudahkan fagositosis.
3. Imunoglobulin M (IgM)
Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh tubuh akibat rangsangan
antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis. Fungsinya mencegah gerakan mikroorganisme
antigen memudahkan fagositosis dan aglutinasi kuat terhadap antigen.
4. Imunoglobulin E (IgE)
Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil dan eosinofil.
Kadar tinggi pada kasus alergi, infeksi cacaing, skistosomiasis, trikinosis. Proteksi
terhadap invasi parasit seperti cacing.
5. Imunoglobulin D (IgD)
Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat meningkat komplemen. Mempunyai
aktifitas antibodi terhadap makanan dan autoantigen.
Gambar 2.
Semua antibodi disusun dengan cara yang sama dari pasangan polipeptida rantai berat
dan ringan dan secara umum protein itu dinamakan imunoglobulin. Secara umum
imunoglobulin dibagi menjadi lima kelas yang berbeda yakni: igm, igd, igg, iga, dan
ige yang dapat dibedakan pada bagian konstannya (c region).
C. Interaksi Antigen-Antibodi
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B.
Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel
plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang
merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen
disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.
Secara garis besar, interaksi antigen-antibodi adalah seperti berikut :
1. Antigen/hapten masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, udara, injeksi, atau kontak
langsung.
2. Antigen berikatan dengan antibody.
3. Histamine keluar dari sel mast dan basofil
4. Timbul manifestasi alergi
Gambar 4. (a) Affinitas mengacu pada kekuatan interaksi tunggal antara antigen dan
antibodi, sementara aviditas mengacu pada kekuatan semua interaksi gabungan. (b) Suatu
antibodi dapat silang bereaksi dengan epitop yang berbeda.
Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer, sekunder, dan tersier.
1. Interaksi Tingkat Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan
antibodi pada suatu bagian kecil, bernama epitop. Pada tingkat ini, ikatan antibodi yang
terjadi merupakan ikatan yang melalui fragmen ikatan antigen ke antigen homolog yang
10 | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
membentuk kompleks antigen antibodi. Setelah dua substansi yang dibawa berkontak,
penyatuan awal akan berlangsung seketika (dalam milidetik).
Interaksi primer antigen dengan antibodi jarang dapat terlihat secara langsung, dan
visualisasi biasanya didukung dengan melakukan labeling antibodi dan antigen dengan
fluorescent, radioactive, electron-dense, atau enzymatic markers. Metode ini meliputi
metode kuantitatif dengan menggunakan serum dan metode immunohistochemical pada
jaringan.
11 | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
antibodi berlebihan. Setiap antigen dapat diikat oleh satu antibodi. Hal yang sama bila
serum di encerkan, juga hanya sedikit atau tidak menunjukkan aglutinasi/ presipitasi
yang disebut fenomena pos-zone, setiap molekul antibodi bereaksi dengan antigen yang
membentuk kompleks besar. Zona ini disebut zona ekuivalen. Kadar antigen dan antibodi
dalam zona ini merupakan kadar relatif molekul- molekul yang membentuk kompleks.
(gambar 6).
A. Presipitasi
Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar,
sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap.
B. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi darah yang tidak
cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan.
C. Netralisasi
Adalah jika antibody secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen menimbulkan
efek yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin bakteri, antibodi
mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.
D. Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibody yang berikatan dengan antigen mampu mengikat
reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang
mengandung antigen tersebut.
12 | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
E. Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel pembawa
antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell kecuali bahwa
sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibody sebelum dapat dihancurkan
melalui proses lisis membran plasmanya.
13 | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
Gambar 7. Reaksi Antigen Antibodi
Sementara itu, pembuangan antigen setelah diikat antibodi dapat menggunakan berbagai
cara, yakni netralisasi, aglutinasi, presipitasi, dan fiksasi komplemen.
Perhatikan (Gambar 8.)
14 | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
Netralisasi merupakan cara yang digunakan antibodi untuk berikatan dengan antigen
supaya aktivitasnya terhambat. Sebagai contoh, antibodi melekat pada molekul yang
akan digunakan virus untuk menginfeksi inangnya. Pada proses ini, antibodi dan antigen
dapat mengalami proses opsonisasi, yakni proses pelenyapan bakteri yang diikat antibodi
oleh makrofaga melalui fagositosis.
15 | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
PEMERIKSAAN WIDAL
DASAR TEORI :
Demam tifoid merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.Tubuh yang
kemasukan Salmonella akan terangsang untuk membentuk antibodi yang bersifat spesifik
terhadap antigen yang merangsang pembentukannya.Salmonella mempunyai substansi
antigenik yaitu antigen O (somatik) , antigen H (flagella) dan antigen Vi (kapsul). Berdasarkan
serotipenya, ada 17 golongan Salmonella tetapi hanya 5 golongan yang penting yaitu A, B, C,
D, E. Di samping antigen O, Salmonela juga mempunyai antigen H yang terdapat pada flagella,
dan antigen Vi yang biasanya tidak dipakai untuk menentukan diagnosis infeksi, tetapi hanya
dipakai untuk mendeteksi carrier. Antigen H mempunyai sifat tahan terhadap formalin tetapi
tidak tahan terhadap panas, fenol, atau alcohol, sedangkan antigen O tidak terpengaruh oleh
zat-zat tersebut. Perbedaan sifat itu dipakai untuk memisahkan kedua jenis antigen.
Pemeriksaan laboratorium untuk deteksi demam tipoid selain kultur bakteri, dapat juga dengan
tes imunologis yaitu tes Widal secara aglutinasi. Pemeriksaan Widal berguna untuk membantu
menegakkan diagnosa demam tifoid atau enterik secara cepat dan dapat sebagai kontrol antigen
dalam identifikasi serologis pada isolat bakteri. Pemberian chloramphenicol akan mengurangi
titer antibodi terutama bila diberikan dini sekali. Aglutinasi ikutan dapat terjadi karena adanya
persamaan pada struktur antigen pada Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi. False positif
dapat terjadi pada pasien yang di vaksinasi dengan Chotypa, infeksi akut seperti influenza dan
brucella. Petanda infeksi Demam Thypoid :
1. Aglutinin O
Titer aglutinin 1/40 ke bawah masih belum mempunyai arti diagnostik, sedangkan
titer sebesar 1/160 atau lebih menunjukkan infeksi akut.
Titer aglutinin o biasanya mencapai puncaknya antara minggu ketiga sampai minggu
keenam, kemudian menurun atau menghilang setelah 12 bulan.
Umumnya pada 50% penderita, titer agglutinin meningkat pada akhir minggu
pertama, sedangkan pada 90% penderita agglutinin itu meningkat pada minggu
keempat.
2. Aglutinin H
Titer h sesudah vaksinasi atau thypoid fever, masih bisa positif dalam jangka waktu
lama dan titer ini meningkat bila terdapat infeksi ulangan salmonella.
Titer h bagi orang belum di vaksinasi chotypa atau demam tyhpoid 1/80 dinyatakan
positif demam thypoid.
16 | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
Vaksinasi yang diberikan belun lama berselang dapat meningkatkan titer aglutinasi,
khususnya aglutinin h.
3. Aglutinin Vi
Adanya aglutinin vi terhadap antigen vi salmonella menunjukkan carrier.
Antigen vi tidak digunakan untuk menentukan diagnosa infeksi demam thypoid.
Serum carrier direaksikan dengan antigen ini maka akan terjadi 75% aglutinasi positif.
Tubuh yang kemasukan Salmonella typhosa akan terangsang untuk membentuk antibodi.
Antibodi ini bersifat spesifik, artinya hanya bereaksi dengan antigen yang telah merangsang
pembentukannya. (Widmann).
Pemeriksaan widal ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah)
terhadap antigen kuman Samonella typhi / paratyphi (reagen). Uji ini merupakan test kuno yang
masih amat popular dan paling sering diminta terutama di negara dimana penyakit ini endemis
seperti di Indonesia. Sebagai uji cepat (rapit test) hasilnya dapat segera diketahui. Hasil positif
dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal sebagai Febrile
agglutinin. (Prasetyo, 2006)
Titer aglutinin 1/40 kebawah masih belum mempunyai arti diagnostik, sedangkan titer
sebesar 1/160 atau lebih menunjukkan infeksi akut. Titer aglutinin O biasanya mencapai
puncaknya antara minggu ketiga sampai minggu keenam, kemudian menurun atau menghilang
setelah 12 bulan. Umumnya pada 50% penderita, titer agglutinin meningkat pada akhir minggu
pertama, sedangkan pada 90% penderita agglutinin itu meningkat pada minggu keempat.
Titer H sesudah vaksinasi atau thypoid fever, masih bisa positif dalam jangka waktu
lama dan titer ini meningkat bila terdapat infeksi ulangan Salmonella. Titer H bagi orang belum
di vaksinasi chotypa atau demam tyhpoid 1/80 dinyatakan positif demam thypoid. Vaksinasi
yang diberikan belun lama berselang dapat meningkatkan titer aglutinasi, khususnya aglutinin
H. Adanya aglutinin Vi terhadap antigen Vi Salmonella menunjukkan carrier. Antigen Vi tidak
digunakan untuk menentukan diagnosa infeksi demam thypoid. Serum carrier direaksikan
dengan antigen ini maka akan terjadi 75% aglutinasi positif.
Aglutinasi ikutan dapat terjadi karena adanya persamaan pada struktur antigen pada
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi. False positif dapat terjadi pada pasien yang di
vaksinasi dengan Chotypa, infeksi akut seperti influenza dan brucella.
17 | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
REFERENSI PUSTAKA :
Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium, Frances
K. Widmann Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium, Ronald A. Sacher
Imunologi, Pusdiknakes, Depkes, RI, Jakarta, halaman 35. Prasetyo, Risky Vitria,
Ismoedijanto, Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo Surabaya
Metode Diagnostik Demam Tifoid Pada Anak 2006
TUJUAN :
Untuk mengetahui adanya antibodi spesifik dalam serum terhadap antigen Salmonella secara
kualitatif dan semikuantitatif berdasarkan reaksi aglutinasi sekaligus mengukur kekuatan
titernya.
METODE :
Fortress Febrile serodiagnostik aglutinasi untuk slide dan tabung
PRINSIP :
Berdasarkan reaksi aglutinasi secara imunologis antara antibodi dalam serum dengan suspensi
bakteri sebagai antigen akan terbentuk aglutinasi berupa endapan pasir (O) dan awan halus (H).
Antigen Febrile Salmonella adalah suspensi yang telah terstandardisasi yang dibuat dengan
pemberian pewarna untuk deteksi pemeriksaan cepat dan penilaian semikuantitatif antibodi
dalam serum untuk menemukan stadium akut penyakit tifus.
SENSITIVITAS :
Suspensi sel Salmonella mengandung 1010 bakteri per ml yang dapat memberikan aglutinasi
secara spesifik dengan antibodi yang dibentuk sebagai respon terhadap antigen.
SAMPEL :
Serum.Bila tidak segera diperiksa maka serum dapat disimpan pada suhu 2-8 o C sampai stabil
selama 7 hari atau suhu -20 o C sampai 4 minggu.Sampel sebaiknya bebas dari kontaminasi,
hemolisis dan lipaemia.Serum lipemik atau keruh dapat disentrifuge pada 1500 rpm selama 10
menit.
18 | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
ALAT DAN BAHAN :
Alat :
1. Plate tetes porselin
2. Mikropipet atau pipet tetes
3. Batang pengaduk
4. Rotator
Bahan :
1. Suspensi Antigen O
2. Suspensi antigen H
3. Suspensi antigen AO
4. Suspensi antigen BO
5. Serum
PROSEDUR KERJA :
1. KUALITATIF (Screening Test) :
a. Reagen dan sampel diletakkan pada suhu ruang
b. Dipipet 50 l serum (1 tetes) dan teteskan pada objek gelas bersama kontrol positif dan
negatif.
c. Suspensi antigen dikocok perlahan dengan menggoyang-goyang dan menekan bagian
karet pipet.
d. Ditambahkan 1 tetes suspensi antigen pada lingkaran serum.
e. Diaduk selama 5 detik membentuk lingkaran dengan diameter 1-2 cm menggunakan
batang pengaduk kecil
f. Digoyangkan selama 2 menit menggunakan rotator atau tangan
g. Lalu amati hasilnya dan dibaca adanya aglutinasi
h. Dibandingkan dengan control positif dan negatif.
19 | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
e. Lalu amati hasilnya dan dibaca adanya aglutinasi
f. Ditentukan hasil akhir atau titernya.
Interprestasi hasil :
- Tes negatif : Bila tidak terjadi aglutinasi
- Tes positif : Bila terjadi aglutinasi
20 | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antigen adalah molekul asing yang dapat menimbulkan respon imun spesifik dari
limfosit pada manusia dan hewan. Antigen meliputi molekul yang dimilki virus, bakteri, fungi,
protozoa dan cacing parasit. Molekul antigenik juga ditemukan pada permukaan zat-zat asing
seperti serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan. Sel dan sel t terspesialisasi jenis antigen
yang berlainan dan melakukan aktivitas pertahanan yang berbeda namun saling melengkapi
(Campbell,dkk 2000).
Antibodi adalah protein serum yang mempunyai respon imun (kekebalan) pada tubuh
yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma (poloferasi sel B) akibat
kontak atau dirangsang oleh antigen.
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B.
Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel
plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang
merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen
disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.
Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer, sekunder, dan
tersier.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat menyarankan kita menjaga
kesehatan agar imunitas kita dapat berjalan dengan baik.
21 | A n t i g e n D a n A n t i b o d i
Daftar Pustaka
Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346
22 | A n t i g e n D a n A n t i b o d i