Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PATOFISIOLOGI

“DIABETES MELLITUS TIPE 1”

Dosen Pembimbing : dr.Deinike Wanita Marwan, M.kes

DISUSUN OLEH:

Yorintiva Zalenia Elfa Reza

Ahmad Mustofa Brampu Ezi Aulia Ramadhani

Aprilla Liani Fitri Nadira

Cut Mulia Restami Ike Patmawati

Dwi Sapta Gerhani Istikhomah Ramadhani

Dwinur Aini

D-III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
TA. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “Diabetes Mellitus Tipe 1”. Penulis juga berterima kasih kepada
dr.Deinike wanita marwan M.Kes selaku dosen mata kuliah PATOFISIOLOGI
yang memberikan tugas tentang Diabetes Mellitus Tipe 1 kepada penulis. Penulis
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai alkalosis. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1

1.3 Tujuan................................................................................................... 2

1.4 Manfaat................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3

2.1 Pengertian Diabetes Mellitus Tipe 1 .................................................. 3

2.2 Faktor Penyebab Diabetes Mellitus ................................................... 3

2.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 1 ................................................ 4

2.5 Diagnosis Diabetes Mellitus ................................................................ 5

2.6 Tatalaksana Diabetes Mellitus............................................................ 5

2.7 Pengobatan Diabetes Mellitus ............................................................ 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 8

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 8

3.2 Saran ..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang
banyak terjadi di dunia ini dan juga menjadi penyebab utama dalam
perkembangan penyakit kardiovaskular (Wild et al., 2004 ). Di Indonesia
jumlah penderita diabetes minimal 2.5 juta pada tahun 2000 menjadi 4 juta
dan tahun 2010 minimal 5 juta (Tjokroprawiro, 2006). Menurut data yang
dipublikasikan dalam jurnal diabetes care tahun 2004, penderita Diabetes
Mellitus di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 8,4 juta orang dan
menduduki peringkat ke-4 setelah India China dan Amerika Serikat. Jumlah
tersebut diperkirakan akan meningkat lebih dari 2 kalinya pada tahun 2030,
yaitu menjadi 21.3 juta orang (Wild et al., 2004). Statistik menunjukan bahwa
kurva kejadian diabetes mencapai puncaknya pada umur antara 40 dan 60
tahun. Pada umur 44 sampai 70 tahun diabetes lebih banyak terdapat pada
wanita, tetapi pada umur yang lebih muda frekuensi diabetes lebih besar pada
pria (Haznam, 1991).
Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan yang bersifat kronis ditandai
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang
disebabkan defisiensi insulin baik absolut dan atau relatif. Defisiensi insulin
absolut biasanya didapatkan pada pasien diabetes mellitus tipe-1. Hal ini
disebabkan adanya kerusakan sel b pankreas yang progresif sehingga insulin
tidak dapat disintesis oleh kelenjar pankreas. Defisiensi insulin relatif
ditemukan pada pasien DM tipe-2 oleh karena pemakaian insulin di dalam
tubuh kurang efektif. Oleh karena itu pasien sangat tergantung pada insulin
untuk kelangsungan hidupnya. Diabetes mellitus tipe-1 ini disebut juga DM
tergantung insulin (DMTI). Klasifikasi DM berdasarkan etiologi mempunyai 4
bentuk klinis yaitu DM tipe-1, DM tipe 2, DM tipe lain dan gestational
diabetes mellitus. DM tipe-1 merupakan tipe DM terbanyak pada anak dan
didapatkan di berbagai negara termasuk Indonesia. Karakteristik DM tipe-1
mempunyai kadar insulin endogen yang rendah sehingga pasien sangat
tergantung pada insulin eksogen. Maka, dari penjelasan diatas penulis akan
membuat sebuah ringkasan makalah yang membahas tentang Diabetes Mellitu
Tipe 1 sebagai syarat untuk memenuhi tugas dan untuk menambah wawasan
penulis serta semua orang yang membaca makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Diabetes Mellitus Tipe 1?
2. Apa saja faktor penyebab DM?
3. Bagaimana patofisiologi DMT 1?

1
4. Apa saja bentuk gejala klinis DM?
5. Bagaimana diagnosis DM?
6. Bagaimana fungsi tata laksana DM?
7. Bagaimana cara pengobatan DM?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Diabetes Mellitus Tipe 1
2. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab DM
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi DMT 1
4. Untuk mengetahui apa saja bentuk gejala klinis DM
5. Untuk mengetahui bagaimana diagnosis DM
6. Untuk mengetahui bagaimana fungsi tata laksana DM
7. Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan DM

1.4 Manfaat

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diabetes Mellitus Tipe 1

Insulin dependen diabetes mellitus (Tipe I) yaitu penyakit yang timbul


pada masa remaja yang klasik (Hubungan HLA_DR3/B15) disertai dengan
kelainan poliendokrin dan antibodi organ spesifik (hubungan HLA-DR3/B8)
(Stevenson and Chahal, 1993). Atau Diabetes mellitus tipe I merupakan
kegagalan sintesis insulin oleh sel-sel beta pancreas diperkirakan terjadi
karena destruksi autoimun palau-palau Langerhan yang menimbulkan
gangguan pengaturan glukosa dalam serum. Biasanya ditemukan pada usia
sebelum 30 tahun. Lebih jarang ditemukan dan tidak begitu dipengaruhi oleh
faktor genetik seperti halnya DMT2 (Tao dan Kendall, 2013).

2.2 Faktor Penyebab

Menurut Wijayakusuma (2004), penyakit DM dapat disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu:

a. Pola Makan

Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya DM. Hal ini disebabkan
jumlah atau kadar insulin oleh sel β pankreas mempunyai kapasitas
maksimum untuk disekresikan.

b. Obesitas

Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai


kecenderungan lebih besar untuk terserang DM dibandingkan dengan orang
yang tidak gemuk.

c. Faktor genetik

Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tua. Biasanya,
seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluarga yang terkena
juga.

d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan


radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas

3
tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormone yang
diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormone insulin.

e. Penyakit dan infeksi pada pankreas

Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pancreas


sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel β pada
pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.

2.3 Patofisiologi

DMT 1 merupakan DM yang tergantung insulin. Pada DMT 1 kelainan


terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak
mampu mensintesis dan mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas
yang cukup, bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi
pada kasus ini terdapat kekurangan insulin secara absolut (Tjokroprawiro,
2007).

Pada DMT 1 biasanya reseptor insulin di jaringan perifer kuantitas dan


kualitasnya cukup atau normal (jumlah reseptor insulin DMT 1 antara 30.000-
35.000) jumlah reseptor insulin pada orang normal ± 35.000. sedang pada
DM dengan obesitas ± 20.000 reseptor insulin (Tjokroprawiro, 2007).

DMT 1, biasanya terdiagnosa sejak usia kanak-kanak. Pada DMT 1 tubuh


penderita hanya sedikit menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali tidak
menghasilkan insulin, oleh karena itu untuk bertahan hidup penderita harus
mendapat suntikan insulin setiap harinya. DMT1 tanpa pengaturan harian,
pada kondisi darurat dapat terjadi (Riskesdas, 2007).

2.4. Gejala Klinis

Gejala klinis DM yang klasik : mula-mula polifagi, poliuri, dan polidipsi.


Apabila keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala
Dekompensasi Pankreas, yang disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria,
polidipsi, dan polifagi. Ketiga gejala klasik tersebut diatas disebut pula
“TRIAS SINDROM DIABETES AKUT” bahkan apabila tidak segera diobati
dapat disusul dengan mual-muntah dan ketoasidosis diabetic. Gejala kronis
DM yang sering muncul adalah lemah badan, kesemutan, kaku otot,
penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan yang sering berubah,
sakit sendi dan lain-lain (Tjokroprawiro, 2007 ).

4
2.5 Diagnosis

Dinyatakan DM apabila terdapat :

1. Kadar glukosa darah sewaktu ( plasma vena ) ≥ 200 mg/dl, ditambah


dengan gejala klasik: poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan yang
tidak jelas sebabnya.

2. Kadar glukosa darah puasa ( plasma vena ) ≥ 126 mg/dl.

3. Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah makan atau beban
glukosa 75 gram pada TTGO. Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai
rutin di klinik. Untuk penelitian epidemiologis pada penduduk dianjurkan
memakai kriteria diagnosis kadar glukosa darah puasa.

Ketiga kriteria diagnosis tersebut harus dikonfirmasi ulang pada hari yang
lain atau esok harinya, kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia yang jelas
tinggi dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan
yang menurun cepat. Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan seperti:

a. Kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )

b. Obesitas BB ( kg ) > 110% BB ideal atau IMT > 25 ( kg/m2 )

c. Tekanan darah tinggi ( > 140/90 mmHg )

d. Riwayat DM dalam garis keturunan

e. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram atau abortus
berulang

f. Riwayat DM pada kehamilan

g. Dislipidemia ( HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl )

h. Pernah TGT ( Toleransi Glukosa Terganggu ) atau glukosa darah

puasa terganggu (GDPT )

2.6 Tata Laksana

Tujuan penatalaksanaan jangka pendek untuk menghilangkan keluhan dan


tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian
glukosa darah. Pada waktu jangka panjang adalah untuk menghambat
progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.Dan

5
tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM
(PERKENI, 2011).

2.7 Pengobatan

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan


latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral
dan bentuk suntikan. Obat hipoglikemik oral, Berdasarkan cara kerjanya,
OHO dibagi menjadi 5 golongan:

1) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonylurea dan glinid

2) Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion

3) Penghambat glukoneogenesis (metformin)

4) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.

5) DPP-IV inhibitor (PERKENI, 2011).

Penggunaan Insulin untuk Pengobatan DMT2. Pada diabetes tipe I, pancreas


tidak dapat memporduksi.

Tipe insulin terdiri dari :

1. Aksi cepat (rapid acting)

2. Aksi pendek (short acting)

3. Aksi menengah (intermediate acting)

4. Aksi lama (long-acting)

5. Campuran (Pre-mixed).

Insulin dikategorikan berdasarkan durasi kerja. Inisiasi dan penyesuaian


insulin. Insulin bertindak cepat (Lispro [Humalog], aspart [Novolog],
glulisine [Apidra]) atau insulin short-acting (Regular) digunakan dalam
hubungannya dengan makanan atau untuk mengobati diantisipasi post-
prandial glukosa darah meningkat. Karena onset dan durasi insulin rapid-
acting lebih fisiologis dari insulin reguler, beberapa praktisi lebih suka
menggunakan mereka. Namun, dalam tipe 2 pasien, insulin Reguler adalah
pilihan yang tepat dan lebih murah. Insulin Intermediate (NPH dan detemir
[Levemir]) biasanya diberikan dua kali sehari. Dosis pagi menyediakan
kebutuhan insulin basal siang hari, dan puncak pascamakan siang tindakan
dapat mengurangi kebutuhan insulin short-acting saat makan siang. Sebuah

6
dosis malam, sering diberikan pada waktu tidur, dititrasi untuk puasa glucoses
darah, untuk menghindari hipoglikemia nokturnal. Long acting insulin,
Glargine (Lantus) memiliki durasi aksi sekitar 24 jam. Hal ini dapat
digunakan sebagai "basal" insulin di kedua tipe 1 dan diabetes tipe 2. Hal ini
sering diresepkan dengan dosis awal 20 unit pada waktu tidur dan dititrasi
oleh 2 sampai 4 unit setiap 2-3 hari untuk gula darah puasa> 130 mg / dl.
Campuran dari NPH dan insulin bertindak pendek tersedia dalam berbagai
bentuk. Dua campuran yang paling sering digunakan adalah 75/25 NPH /
lispro (Humalog mix) dan 70/30 NPH / aspart (Novolog mix). Suntikan dua
kali sehari (sebelum sarapan dan makan malam) campuran ini dapat
memberikan kontrol yang baik untuk pasien dengan diabetes tipe 2. Namun,
penggunaannya jarang berhasil pada pasien dengan diabetes tipe 1.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DM adalah penyakit metabolik (kebanyakan herediter) sebagai akibat dari


kurangnya insulin efektif (DM Tipe 2) atau insulin absolut (DM Tipe 1) di
dalam tubuh. Pada DM terdapat tanda-tanda hiperglikemi dan glukosuria,
dapat disertai dengan atau tidaknya gejala klinik akut seperti poliuri, polidipsi,
penurunan berat badan, ataupun gejala kronik seperti gangguan primer pada
metabolisme karbohidrat dan sekunder pada metabolism lemak dan protein
(Tjokroprawiro, 2007).

Penderita DM mengalami gangguan metabolisme dari distribusi gula oleh


tubuh sehingga tubuh tidak bisa memproduksi insulin secara efektif,
akibatnya terjadi kelebihan glukosa di dalam darah yang akan menjadi racun
bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan dalam darah tersebut melimpah
ke sistem urin (Wijayakusuma, 2004).

3.2 Saran

Demikian pembahasan dari makalah kami, semoga bermanfaat bagi


pembaca dan kami menyadari jika makalah kami masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kami meminta saran dan kritik yang membangun
yang bersifat membangun dari pembaca untuk memaksimalkan pembuatan
makalah selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Belakang, A. L. (2010). et al ., 2004 )., (Dm), 1–13.

Pulungan, A. B., Mansyoer, R., Batubara, J. R., & AAP, B. T. (2016). Gambaran Klinis dan
Laboratoris Diabetes Mellitus tipe-1 pada Anak Saat Pertama Kali Datang ke Bagian
IKA-RSCM Jakarta. Sari Pediatri, 4(1), 26. https://doi.org/10.14238/sp4.1.2002.26-
30

‫*علي بركة األمة عبد‬, ‫ح‬. ‫ع‬. ‫ف‬. ‫م‬. ‫ص‬. ‫ش‬. (2008). No Title‫النباتات لبعض المائية الخالصات تأثيي رسة ا د‬
‫والمزمن الحاد اللثة التهاب عالج في‬. ‫ ققققققققق قققققققق ققق‬- ‫قققق‬
‫قققققق‬- ‫ققققق ققققق‬. ‫قق ق ققق ق ققققق‬, ‫ قققققق‬49(‫المجلة‬
‫)للعلوم رقية ا الع‬, 69–73.

Anda mungkin juga menyukai