DISUSUN OLEH:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt. Karena
berkat rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah (makalah) ini
dapatdiselesaikan. Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada junjungan Nabi
Muhammad saw. Keluarga beliau, para sahabat, dan tabi’in yang
telahmemperjuangkan agama Islam. Penulis menyadari bahwa di dalam
penyusunan makalah ini, penulismengalami berbagai macam hambatan dan
rintangan. Akan tetapi, berkat bantuan dankerja sama dengan teman-teman,
makalah ini dapat terselesaikan, namun masih jauhdari kesempurnaan. Dengan
segala kerendahan hati, penulis sangat menyadari bahwa makalah masih sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dansaran yang membangun dari
pembaca yang budiman sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan karya ilmiah selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan wacana keilmuan kita semua, khususnya bagi
penulis sendiri dan mahasiswa pada umumnya. Amin Ya Rabb al-‘Alamin....
Penulis
i
DAFTAR ISI
A.Kesimpulan ................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Perjanjian itu juga berlakukan untuk umat mereka, seperti yang tercermin
dalam firmnnya“ dan ( ingatlah ) ketika allah mengambil perjanjian dari para
nabi,’ sesungguhnya, apa s aja yang aku berikan kepadamu yang berupa kitab
dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa
yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beiman kepadanya dan
menolongnya. ‘allah berfirman apakah kamu mengakui perjanjian dengan ku
atas demikian Itu?. “mereka menjawab kami setuju. “allah berfirman , ‘kalau
begitu bersaksilah ( hai para nabi ) dan aku menjadi saksi ( pula ) bersama kamu
( Q.S.Ali imran ( 3 ) : 81 ).
Tatkala muhammad berusia 12 tahun, beliaudi ajak oleh abu talib untuk
pergi bedagang ke syam. Setelah tiba di basrah bagian dari syam dan ibu kota
hauran, dan pada saat itu merupakan ibukota negeri-negeri arab yang berada di
bawah pe,erintahan romawi mereka berhenti di busra.di dekat kediaman seorang
pendeta yang di kenal dengan nama buhaira, yang beriman asli jarjis.
Dalam istilah Al-quran para ahli kitab sebenarnya sudah mengetahui berita
tentang nabi muhammad, seperti halnya mereka mengetahui anak – anak mereka
sendiri. Para ahli kitab yang jujur dan benar keberagamannya mengetahui bahwa
akan lahir seorang nabi di kawasan padang pasir. Akan tetapi, karena sebagai
lainya tidak suka, mereka berusaha menyembunyikan infirmasi itu. Mereka tidak
ingin agama dan posisi sosial politk mereka tergeser oleh muhammad.
3
abu thalib mendekat, tampak baginya gumpalan awan mengiringi dan melindungi
mereka dari terik matahari. Karena ingin sekali mengetahui lebih jauh, ia
mengundang makan seluruh anggota khafilah itu. Hal yang tidak biasa di lakukan
oleh seorang deta daerah itu.
Buhairah menjawab ,” ketika kalian turun dari bukit, semua batu dan pohon
bersujud. Batu-batu akan bersujud kecuali kepada seorang nabi, saya pun
mengenalnya melalui cap kenabian seperti buah apel yang terletak di tulang
pundaknya, dan hal itu kami dapati di kitab-kitab kami.
Nabi muhammad lantas di asuh oleh kakeknya, abdullah muthalib, tapi itu
pun tak seberapa lama, karena sang kakek pun meninggal, sang calon nabi itu
kemudian di asuh oleh paman yang sangat menyayanginya, abu thalib bahkan
hingga usia dewasa.
4
Saat beliau di angkat sebagai rasul, sang paman masih menjaga dan
membelanya, terutama ketika beliau mendapat serangan yang semakin brutal dari
dari orang-orang suku Quraisy belakangan, nabi selalu ingat betapa paman dan
bibiknya begitu mencintainya dengan sepenuh hati. Sang paman telah
memperlakukan nya sebagai anak sendiri.
5
memungkinkan nya meraih sukses ketika ia memasuki fase berikutnya sebagai
pedagang.
Pada awal siang, kemenagan berada di pihak Qais, tetspi pada pertengan
hari kemenagan berada di pihak kinanah. Perang tersebut di namakan perang fijar
karena melanggar kehormatan tanh suci dan bulan-bulan haram.
(Dzulqa’dah,dzulhijjah, muharram, dan rajab). Perang tersebut di ikuti pula oleh
rasulillah beliau membantu mempersiapkan anak panah untuk pamann-paman
beliau.
Ia pun membntuk fakta kemuliaan dan keadilan yang mengikat pelbagai suku
untuk meninggalkan semua bentuk persekutuan yang hanya berlandaskan
kesukuan, kepenyingan bisnis demi tegaknya keadilan.
Para kepala dan anggota pelbagai suku mengangkat sumpah bahwa mereka
memiliki ta ggung jawab kolektif untuk turut campur tangan dalam pelbagai
konflik, dan berpihak kepada kelompok tertindas untuk memerangi kelompok
penindas.
6
Penilaian dan dukungan nabi terhadap haiful fudul tersebut memiliki signifikansi
tersendiri, setidaknya tercermin dalam tiga nilai utama berikut.
7
pemimpin umat atau Nabi-Nabi terdahulu. Pemimpin yang amanah yakni
pemimpin yang benar-benar bertanggungjawab pada amanah, tugas dan
kepercayaan yang diberikan Allah swt. amanah dalam hal ini adalah apapun yang
dipercayakan kepada Rasulullah saw. meliputi segala aspek kehidupan, baik
politik, ekonomi, maupun agama.
Firman Allah yang berbicara tentang amanah yang diemban oleh setiap
manusia terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 72, bunyinya: Terjemahannya:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan
gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu danmereka khawatir
akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu olehmanusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan bodoh”.
8
Kriteria dan syarat untuk menjadi seorang pemimpin dalam proses memimpin
orang lain dibutuhkan individu-individu pemimpin yang memiliki sifat-sifat mulia
seperti sifat-sifat yang melekat pada diri Nabi Muhammad saw terangkum
menjadi satu-kesatuan sifat wajib meliputi shiddiq, amanah, tabligh, dan
fathanah. Sifat-sifat rasul akan menjadi sebuah prototipe dan prinsip tersendiri
bagi seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya dengan
menerapkan nilai-nilai luhur ini, di antaranya:
Sedangkan jujur terhadap orang lain, yakni tidak sebatas berkata dan
berbuat benar, namun berusaha memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi orang
lain.Sikap jujur terhadap anggota berarti sangat prihatin dan peka melihat
penderitaan yang dialami mereka, sehingga sifatshiddiqmerupakan sikap empati
yang sangat kuat dan mempunyai jiwa pelayanan yang prima. Pelayanan itu dapat
diwujudkan melalui sikap pemimpin yang senantiasa membimbing anggotanya
dan bertindak sebagai konsultan bagi guru-guru yang dapat membantu
memecahkan permasalahan mereka.
Sikap terhormat dan dapat dipercaya hanya dapat tumbuh apabila kita
meyakini sesuatu yang kita anggap benar sebagai suatu prinsip kebenaran yang
tidak dapat diganggu gugat. Pemimpin yang dipercaya, mampu mempercayai
orang lain dan memiliki kepercayaan diri, oleh karena itu pemimpin demikian
itulah yang dapat disebut sebagai pemimpin yang bertanggung jawab. Dalam
menjalankan kepemimpinan yang efektif, pemimpin harus menumbuhkan sikap
9
saling percaya antara atasan dan bawahan, sehingga kedekatan dan kebersamaan
akan selalu dapat dirasakan oleh semua komponen dalam kepemimpinan itu.
10
Pemimpin yang cerdas tidak sekedar mampu menguasai seluk beluk
bidangnya saja, namun lebih jauh memiliki dimensi ruhani yang kuat. Dan
menunjukkan warna kemahiran seorang profesional yang didasarkan pada sikap
moral atau akhlak yang luhur. Seorang yang fathanah itu tidak saja cerdas tetapi
juga memiliki kebijaksanaan atau kearifan dalam berfikir dan bertindak. Demikian
pula seorang pemimpin haruslah seorang yang mempunyai kecerdasan lebih
dibanding orang lain tanpa harus mengesampingkan nilai-nilai keluhuran seperti
yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw. Tidak cukup seorang pemimpin
hanya dibekali dengan kecakapan dan kecerdasan namun memiliki landasan
keimanan yang kuat agar tidak mudah tergelincir pada dosa dan kesalahan.
Pemimpin Rabbani tidak hanya menjalin relasi baik dengan umat, tetapi
juga selalu meluangkan waktu untuk membangun hubungan intim dengan
Tuhannya. Hatinya lembut dan gampang tersentuh oleh kondisi umatnya. Sudah
pasti, pemimpin yang paling Rabbani adalah Rasulullah SAW, sebagaimana
ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 128. “Sungguh telah
datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, terasa berat olehnya
penderitaan kamu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagi kamu,
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS At-
Taubah: 128).
Di antara seribu orang, boleh jadi hanya ada satu. Setelah kita temukan,
sosoknya pasti juga masih kalah populer dengan pemimpin-pemimpin memble
yang hanya bermodal tampang dan ketenaran. Media pasti juga kurang tertarik
untuk memberitakan kiprah pemimpin yang miskin dana untuk iklan, sekalipun
11
dia sangat inspiratif dan mencerahkan. Selain itu, Pemimpin Rabbani memang
tidak doyan unjuk tampang, meskipun dia selalu mencetuskan terobosan-
terobosan brilian. Waktunya habis untuk memikirkan cara memecahkan persoalan
keumatan ketimbang berjualan diri lewat iklan. Itulah sebabnya, setiap pikiran,
ucapan, dan tindakan Pemimpin Rabbani benar-benar lahir dari ketulusan, bukan
dari kepongahan intelektual, apalagi sekadar ingin meraup keuntungan.
Semua janji yang diobral ketika mencalonkan menguap begitu saja ketika
sudah berhasil menduduki kursi jabatan. Kepemimpinan yang merupakan amanah
bukan lagi dianggap sebagai beban, melainkan dirasakan sebagai keberuntungan,
sehingga pantas menggelar perayaan dan menerima ucapan selamat dari segenap
keluarga dan rekan. Lihatlah fenomena demikian pada setiap pemilihan
pemimpin, mulai Pilkades hingga Pilpres. Bangsa ini memang sedang dilanda
krisis pemimpin harapan. Mereka yang seharusnya dapat berperan mengamankan
nasib rakyat justru memiliki andil paling besar dalam mengenyahkan martabat,
nyawa, dan harta benda rakyat. Di tengah situasi demikian, kehadiran Pemimpin
Rabbani sangat kontekstual diharapkan untuk mengatasi carut marut kondisi
politik yang semakin menjadikan bangsa dan negara nelangsa.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTARPUSTAKA
Departamen Agama RI.. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jilid II. Cet. III;
Jakarta:Lembaga Percetakan al-Qur’an Departemen Agama, 2009.
Departamen Agama RI.. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jilid VI. Cet. III;
Jakarta:Lembaga Percetakan al-Qur’an Departemen Agama, 2009.
Departamen Agama RI.. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jilid VIII. Cet. III;
Jakarta:Lembaga Percetakan al-Qur’an Departemen Agama, 2009.
14