“AGLUTINASI”
Disusun :
Istiqomah [1611E10]
Kelompok 2
D3A-Analis Kesehatan
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Imunologi II dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Imunologi II dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun,
Kelompok 2
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Bakteri asing atau virus memasuki tubuh mengandung komponen khusus yang disebut
antigen, dimana memicu respon imun dalam host. Sel darah putih dalam tubuh
memproduksi protein yang dikenal sebagai antibodi dalam menanggapi adanya antigen.
Antibodi mengikat dengan antigen melalui mekanisme struktural mirip dengan kunci
dan gembok, dan dapat juga menetralisir antigen secara langsung atau menandainya
untuk dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh.
Aglutinasi adalah salah satu cara di mana antibodi menandai antigen untuk
dihancurkan. Antibodi memiliki setidaknya dua lokasi di mana antigen dapat mengikat,
sehingga mereka mampu mengikat dengan lebih dari satu bakteri atau virus. Ketika ini
terjadi, partikel menyerang mulai menggumpalkan, atau membentuk gumpalan, melalui
jaringan antibodi. Gumpalan akhirnya menjadi terlalu besar untuk tetap dalam larutan
dalam aliran darah, dan mengendap dari larutan.
Setelah gumpalan partikel yang cukup besar, mereka menjadi mangsa mudah bagi
fagosit – sejenis sel darah putih yang mencerna bahan asing. Fagosit menelan dan
memecah gumpalan, menetralkan ancaman penyakit. Dengan cara ini, aglutinasi
memungkinkan tubuh untuk melucuti dan menghapus partikel berbahaya yang
menyerang.
Hemaglutinasi, sebaliknya, bukanlah proses yang terjadi secara alami dalam tubuh,
tetapi malah digunakan untuk melakukan tes dan prosedur pengujian dalam biologi
molekuler. Golongan darah ditentukan melalui proses ini. Dalam golongan darah,
antibodi spesifik ditambahkan yang mengikat jenis tertentu dari sel darah merah. Jika
antibodi berikatan dengan sel darah merah dalam sampel, aglutinasi terjadi, dan
golongan darah dapat dipastikan yang didasarkan pada antibodi yang digunakan.
Konsentrasi bakteri atau virus dalam sampel kadang-kadang dapat ditentukan dengan
menggunakan tes yang disebut uji hemaglutinasi. Bakteri tertentu dan virus
mengandung senyawa yang memungkinkan mereka untuk mengikat sel-sel darah
merah, menciptakan jaringan gumpalan.
1.3 Tujuan
Mengetahui apa itu Aglutinasi.
Mengetahui cara pemeriksaan Aglutinasi.
Mengetahui jenis pemeriksaan Aglutinasi pada bidang imunologi.
BAB II
PEMBAHASAN
Reaksi aglutinasi adalah reaksi antara antigen yang tidak larut dengan antibody yang
larut. Dapat juga antigen yang bereaksi adalah antigen larut, tetapi diikat oleh suatu
pembawa (carrier) yang tidak larut, misalnya: sel darah merah, butiran latex dll.
1. Uji ASTO/ASO
Pengujian atau pemeriksaan ini adalah salah satu jenis pemeriksaan imunoserologi
yang bertujuan untuk mendeteksi arah Stertolysin O pada serum dengan cara pemurnian
kualitatif. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah pencampuran antara suspensi latex
dengan serum yang kadarnya ditingkatkan, lalu kemudian terjadilah aglutinasi yang
terjadi dalam waktu 2 menit.
Untuk reagen, pada jenis pemeriksaan ini menggunakan kontrol (+) di mana di
dalamnya terkandung antibodi ASO, lalu juga kontrol (-) di mana di dalamnya tak
terdapat antibodi ASO. Tak hanya itu, diketahui ada pula reagen latex atau yang juga
diketahui dengan suspensi partikel lateks polysiterin di mana Streptolysin O sudah
melapisinya.
Cara Kerja:
Serum serta reagen perlu untuk melalui proses inkubasi dengan suhu kamar, lalu
kemudian diteteskan dengan 50 mikroL serum pasien langsung ke dalam lubang
slide. Reagen latex kemudian bisa dikocok terlebih dulu dan dilanjutkan dengan
meneteskannya ke lubang menggunakan alat khusus penetes yang mudah
digunakan dan sudah tersedia.
Tetesan kemudian perlu dicampur dengan penggunaan alat disposable atau sekali
pakai dan langsung buang. Dengan demikian, dapat dipastikan seluruh lubang tes
bisa tercampur dnegan baik, test slide lalu bisa diputer dan tunggulah sampai terjadi
aglutinasi di mana ini biasanya bakal terlihat ketika menunggu selama 2 menit.
2. Uji CRP
Satu lagi jenis tes atau pemeriksaan imunoserologi yang bisa Anda kenali pula untuk
tujuan, prinsip, serta alat pemeriksaan dan cara kerjanya. Tujuan dari pelaksanaan
jenis pemeriksaan ini adalah untuk memudahkan pendeteksian ada tidaknya infeksi
kerusakan jaringan serta inflamasi. Untuk metode, pemeriksaan ini menggunakan
jenis metode kualitatif.
Prinsip
Aglutinasi pasif terbalik di mana antibodi CRP sudah melapisi latex dan target yang
dideteksi pada pemeriksaan ini adalah antigen CRP yang ada pada serum dengan
level atau kadar tinggi. Hanya dalam waktu 2 menit, sesudah ditunggu maka akan
tampaklah aglutinasi. Bahan utama jelas adalah serum yang dibantu dengan 2 bahan
yakni pengaduk, transferpet dan tip, serta kaca obyek.
Cara Kerja
Latex merupakan reagen pada pemeriksaan ini atau lebih tepatnya, suspensi
polysterin latex. Untuk mengerjakannya, 50 mikroL serum bisa dimasukkan lebih
dulu ke dalam test slide, barulah kemudian dilakukan penambahan setetes suspensi,
lalu campurkan dengan menggoyangnya. Test slide bisa diputar selama 2 menit
untuk mendapatkan penampakan aglutinasi.
Sesudah aglutinasi terjadi dan tampak, maka perlu juga untuk mengetahui
interpretasi hasil dari penampakan tersebut, seperti di bawah ini:
Hasil negatif menandakan tidak adanya aglutinasi.
Hasil positif menandakan adanya aglutinasi yang kasar.
Positif lemah menandakan adanya aglutinasi namun lebih halus.
3. Uji RPR
Prinsip
Cara Kerja
Serum serta reagen perlu melewati proses inkubasi yang ada di dalam suhu kamar,
baru kemudian dilanjutkan dengan penetesan 50 mikroL serum pasien pada lubang
slide. Pada test spesimen, dibutuhkan penambahan setetes reagen antigen yang
kemudian bisa diputar selama 8 menit lamanya pada 100 rpm.
4. Uji RF
Jenis pemeriksaan lainnya lagi adalah uji RF di mana tujuan dari adanya tes ini adalah
khusus untuk mendeteksi Rheumatoid Factor dalam serum dan dilakukan secara
kualitatif. Untuk metodenya, pemeriksaan ini lebih mengkhususkan penggunaan
dengan aglutinasi latex. Prinsipnya pun dikenal berbeda dari jenis pemeriksaan yang
sudah disebutkan sebelum ini.
Prinsip
Pemurnian partikel latex di mana gamma globulin manusia menjadi lapisannya saat
suspensi latex dicampur bersama serum dengan kadar RF yang naik. Hasil
penampakan dari aglutinasi ini diketahui dapat terlihat hanya dalam waktu 2 menit.
Reagen pada pemeriksaan ini adalah kontrol (+) di mana di dalamnya terkandung
antibodi RF, kontrol (-) di mana bebas antibodi RF serta latex.
Cara Kerja
Proses inkubasi perlu dilewati oleh reagen dan serum dalam suhu kamar sebelum
penetesan 50 mikroL serum pasien ke lubang slide. Reagen latex bisa dikocok yang
lalu dilanjutkan dengan meneteskannya ke lubang memakai alat penetes. Tetesan
dicampur dengan alat disposable, lalu test slide diputar dan aglutinasi bakal nampak
dalam 2 menit.
Uji atau pemeriksaan jenis lainnya adalah pemeriksaan Anti HCV di mana metode yang
digunakan lebih dengan imunokromatografi.
Prinsip
Penggunaan rekombinan HCV protein yang dijadikan sebagai viral antigen. Reagen
yang diketahui adalah buffer HCV/HCV.
Cara Kerja
Ketika alat dan bahan yang diperlukan sudah siap, maka kemasan strip kemudian
bisa ditempatkan di suhu kamar atau ruangan sebelum pembacaan. Pada tabung
reaksi bisa disiapkan serumnya dan dilakukan pengambilan kurang lebih setetes
serum dan strip HCV bisa dimasukkan disusul dengan buffer HCV sebanyak 2 tetes
kurang lebihnya. Pada strip nantinya akan muncul garis merah.
Untuk interpretasi hasil, ada bentukan satu garis di area kontrol yang menunjukkan
bahwa hasilnya adalah negatif. Sedangkan ketika terlihat ada 2 garis terbentuk di
area tes dan kontrol, maka inilah tanda bahwa hasilnya positif. Yang tidak dianggap
alias invalid adalah apabila tak ada garis terbentuk di area tersebut.
6. Uji HbsAg
Pemeriksaan jenis ini sama dengan jenis pemeriksaan yang disebutkan sebelumnya di
mana metode yang digunakan adalah imunikromatografi.
Prinsip
Adanya reaksi dari serum yang sudah diteteskan ke bantalan sampel terhadap
partikel yang berlapisan anti HBs atau yang juga dikenal dengan sebutan antibodi.
Cara Kerja
Sesudah segala bahan dan alat dipersiapkan, maka serum pun juga perlu disediakan
di dalam tabung reaksi. Pastikan pula bahwa strip HbsAg sudah dikeluarkan dari
kemasannya untuk dicelupkan ke serum. Tunggulah sekitar 15 menit lamanya untuk
mengamati apa yang terjadi setelah itu.
7. Uji Widal
Jenis pemeriksaan ini juga dikenal dengan istilah pemeriksaan semikuantitatif dengan
metode tabung.
Prinsip
Reaksi dari antibodi Salmonella paratyphi dan Salmonella typhi dan pada serum
sampel terhadap antigen yang ada di reagen widal. Aglutinasi adalah bentuk reaksi
yang bisa dilihat.
Cara Kerja
Setelah penyediaan alat dan bahan, maka ada 8 tabung reaksi yang kemudian dapat
disusun tepat di atas tabung sebaris saja. NaCl adalah isi dari tabung pertama
dengan kadar sebanyak 0,9% ml dan untuk tabung selanjutnya hingga tabung ke-8
berisi 1 ml NaCl masing-masing 0,9%.
Alat penetes atau pipet serum kemudian dimasukkan ke dalam tabung pertama
untuk proses homogen. Setelah itu 1 ml isi tabung pertama bisa dilakukan
pemindahan ke tabung kedua lalu juga ke tabung-tabung selanjutnya hingga tabung
ke-7. Isi tabung ke-7 lalu perlu dibuang sebelum ditambah dengan setetes reagen
widal positif di setiap tabung.
Untuk tabung yang ke-8, perlu ada penambahan setetes control positif dan
kemudian diinkubasi pada suhu kamar dengan waktu 24 jam. Untuk interpretasi
hasilnya, akan terjadi aglutinasi apabila memang hasilnya adalah positif. Bila tak
tampak aglutinasi, maka hasilnya bisa dipastikan negatif.
8. Uji HCG
Tujuan dari pemeriksaan jenis ini adalah untuk mendeteksi kehamilan yang
mengandalkan tes serologi. Metode pada pengujian ini adalah kuantitatif dengan
prinsip reaksi hambatan aglutinasi antara HCG pada urine selama hamil memakai lateks
di mana dikatakan dengan HCG secara kimiawi dan diaglutinasi oleh antibodi HCG.
Penggumpalan tidak akan terjadi ketika HCG bebas pada urine dan penetralan antibodi.
Cara Kerja
Yang diperlukan pada prosedur pemeriksaan ini adalah adanya 6 buah tabung.
Tabung yang pertama bisa dimasukkan atau diisi dengan 100 mikro urine ditambah
pula dengan larutan NaCl 100 µl. Sementara itu, untuk tabung ke-2 hingga ke-4
bisa diisi dengan 100 µl NaCl. Pindahkan tabung pertama yang urine dan larutan
NaCl-nya sudah tercampur ke dalam tabung ke-2. Langkah tersebut bisa kemudian
dilaksanakan pada tabung ke-3, 4, dan 5.
Pada jenis pemeriksaan imunoserologi satu ini, diketahui bahwa metode yang
digunakan adalah semi autometik dan autometik atau manual.
Prinsip
Cara Kerja
Untuk cara yang manual, biasanya akan disiapkan tabung reaksi sejumlah 4 buah di
mana masing-masing reagennya adalah negatif control (NC), sampel (S), positif
control (PC), dan blanko (RB). Untuk setiap tabung, terutama S, PC, dan NC,
sampel sebanyak 50 µl akan diisikan ke dalamnya. Setelah itu, masih ada proses
penambahan konyugat anti HAV dengan kadar 25 µl pada ketiga tabung tersebut.
Ketiga tabung pun ditambahkan lagi dengan pengencer 250 µl.
Tabung perlu kemudian ditutup dan pemakaian seld adhesive foil adalah yang
dipergunakan sebagai penutup. Barulah kemudian menempuh proses inkubasi
dengan durasi 15 menit dan pada suhu kamar. Pengocokan dilakukan permanen,
lalu dilanjutkan dengan pencucian menggunakan aquadest. Belum selesai, setelah
itu perlu ditambahkan dengan 250 µl konyugat anti HAV pada 3 tabung tersebut,
tutup lagi dan inkubasi lagi selama ½ jam dengan suhu yang sama dan dicuci
kembali.
Larutan kerja TBM pun perlu ditambahkan ke 4 tabung dengan takaran sebanyak
250 µl. Penambahan asam sulfat 1 µl 5% juga diperlukan ke masing-masing tabung,
barulah kemudian fotometer bisa dibaca dengan λ 450 mm.
Untuk cara otomatis atau autometik, serum pasien bisa dimasukkan ke tabung mikro
500 µl dan tabung tersebut bisa diletakkan pada tempatnya, yakni di cobas core.
Jalankan sesuai aturannya dengan menekan tombol anti HAV Cobas Core lebih
dulu. Nantinya akan keluar hasil secara autometik dan lembaran print out bakal
keluar untuk dibaca hasilnya.
Apabila negatif, maka tandanya sampel akan memiliki tanda absorbansi di bawah
gray zone. Namun ketika sampel ada pada gray zone, hal ini adalah tanda bahwa
pengujian perlu diulangi dan di kertas print out bakal tercetak tanda +/-. Hasil
dinyatakan positif ketika hasilnya ada di atas gray zone.
BAB III
METODOLOGI
Kualitatif
Serum - - 50µL -
Kuantitatif
Hasil Pengamatan :
Keterangan Gambar :
Interpretasi Hasil :
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aglutinasi adalah salah satu cara di mana antibodi menandai antigen untuk
dihancurkan. Antibodi memiliki setidaknya dua lokasi di mana antigen dapat mengikat,
sehingga mereka mampu mengikat dengan lebih dari satu bakteri atau virus. Ketika ini
terjadi, partikel menyerang mulai menggumpalkan, atau membentuk gumpalan, melalui
jaringan antibodi. Gumpalan akhirnya menjadi terlalu besar untuk tetap dalam larutan
dalam aliran darah, dan mengendap dari larutan.
Reaksi aglutinasi adalah reaksi antara antigen yang tidak larut dengan antibody yang
larut. Dapat juga antigen yang bereaksi adalah antigen larut, tetapi diikat oleh suatu
pembawa (carrier) yang tidak larut, misalnya: sel darah merah, butiran latex dll.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anitei, Steffan. 2008. The Rh Factor . Softpedia ( Diakses pada 25 sepetember 2018 )
Bellanti, J.A. & Jackson, A.L. 1993. Imunologi III. Jogjakarta: Gadjahmada University press.
( Diakses pada 25 september 2018 )
Fried, G.H & Fried, G.J., 2006. Schaum’s Outlines Biologi, edisi kedua. Jakarta: Penerbit
Erlangga. ( Diakses pada 25 september 2018 )
Guyton, Arthur C & Hall, John E.2007.Fisiologi Kedokteran, edisi 11. Jakarta: EGC. (
Diakses pada 25 septe,mber 2018 )